Anda di halaman 1dari 17

BBLR PADA BAYI NEONATUS

KEPERAWATAN ANAK

DOSEN : Ahmad Subandi,.M.Kep.,Ns.,Sp.Kep,.An


Kelompok 4
Disusun Oleh :
1. Windy Aryanda Putri (106117003)
2. Hesti Retno Arum (106117017)
3. Asri Melati (106117021)
4. Devi Pramesta Putri (106117027)
5. Dessy Melliani (016117029)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan karena dengan izin-Nya kami penulis dapat menyelesaikan
Makalah dengan berjudul “BBLR pada Bayi Neonatus”. Dalam kesempatan ini
kami penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak telah membantu
kami dalam menulis makalah ini.
Kami penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ............................................................................................ 3
B. Etiologi ................................................................................................. 3
C. Pathofisiologi ....................................................................................... 4
D. Menifestasi Klinis ................................................................................ 4
E. Pathway ................................................................................................ 6
F. Penatalaksanaan ................................................................................... 6
G. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 8
H. Fokus Intervensi Keperawatan ............................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius
pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR),
sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar
459.200-900.000 bayi.
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari
2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah
BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian BBLR pada bayi neonates?
2. Apa saja etiologi BBLR?
3. Bagaimana pathofisiologi BBLR?
4. Apa saja menifestasi klinis BBLR?
5. Bagaimana pathway BBLR?
6. Bagaimana penatalaksanaan BBLR?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang BBLR?

1
8. Apa saja fokus intervensi keperawatan BBLR?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan pengertian BBLR pada bayi neonates.
2. Mengetahui etiologi BBLR.
3. Mengetahui pathofisiologi BBL.
4. Mengetahui menifestasi klinis BBLR.
5. Mengetahui pathway BBLR.
6. Mengetahui penatalaksanaan BBLR.
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang BBLR.
8. Mengetahui fokus intervensi keperawatan BBLR.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction).
B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit
jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.
c) Perkawinan yang tidak sah.

3
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia,
anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada
bayi BBLR Prematur.
2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
5. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan
panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut :

4
1. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni.
2. Term dan posterm :
a. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada.
b. Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis.
c. Jaringan lemak dibawah kulit tipis.
d. Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif.
e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr.
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya.
5. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas.
6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
7. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
8. Rambut lanugo masih banyak.Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah¨olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
10. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
11. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora tertutup oleh labia mayora.
12. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah.
13. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
14. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak
masih kurang.
15. Verniks tidak ada atau kurang
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

5
6. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
7. Kepala lebih besar.
8. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
10. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan
dan sikunya.
11. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
12. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
13. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
14. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit.
E. PATHWAY

F. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

6
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
2. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan
frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau
BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan

7
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
6. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus
dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus
dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
7. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas.
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
3. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai
pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
H. Fokus Intervensi Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Data subjektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan
dapat diukur dengan menggunakan standar yang diakui.
2) Data objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang diakui.

8
3) Analisa data
a) Data primer
Data yang diperoleh dari pasien itu sendiri melalui
percakapan dengan pasien.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari orang lain yang mengetahui
keadaan pasien melalui komunikasi dengan orang yang dikenal,
dokter/perawat.
b. Anamnese
1) Keluhan utama
Biasanya klien hipertermi sering mengalami dehidrasi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian meliputi tindakan pertama yang pernah diberikan pada
keluhan utama.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit yang dialami saat ini.
4) Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian mengenai riwayat penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit yang dialami saat ini atau yang dapat
memperparah penyakit yang dialami saat ini jika tidak diminimalisir.
5) ADL
a) Pola nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorpsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
b) Pola istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia.
c) Pola personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan.
d) Pola aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemas.
e) Pola eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah meconium,
produksi urin rendah.
6) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan umum
i. Kesadaran compass metis
ii. Nadi: 180x/menit pada menit, kemudian menurun sampai
120-140x/menit.

9
iii. RR: 80x/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40x/menit.
iv. Suhu: kurang dari 36,5°C
b) Pemeriksaan fisik
i. System sirkulasi/kardiovaskular:frekuensi dan irama jantung
rata-rata 120-160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop),
warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisian capillary refill
(kurang dari 2-3 detik).
ii. System pernafasan: bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, intercostal;
frekuensi dan keteraturan pernafasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernafasan adalah stridor, wheezing atau
ronkhi.
iii. System gastrointestinal: distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), paristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsisten dan bau), BAB (jumlah, warna, konsisten,
dan bau), reflek menelan, dan menghisap yang lemah.
iv. System genitourinaria: abnormalitas genitalia, hipospadia,
urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
v. System neurologis dan muskuluskleletal: gerakan bayi, reflek
moro, menghisap, menggenggam, plantar, posisi atau sikap
bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33
cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna lembut dan lunak.
vi. System thermogulasi (suhu): suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
vii. System kulit: keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
viii. Pemeriksaan fisik: berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46
cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, kalus, lanugo

10
pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol,
sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun, nilai APGAR pada
menit 1 dan ke 5, kulit keriput

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi pola
efektif selama 3x24 jam diharapkan status nafas.
berhubungan pernafasan pasien teratasi dengan kriteria: 2. Observasi
dengan maturitas 1. RR 30-60x/menit frekuensi dan
pusat pernafasan, 2. Sianosis (-) bunyi nafas
3. Sesak (-)
keterbatasan 3. Observasi adanya
4. Ronkhi (-)
perkembangan 5. Wheezing (-) sianosis.
otot, penurunan 4. Beri O2 sesuai
energy/kelelahan, program dokter
ketidakseimbangan
metabolik

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah
(BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-
38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi
rendah.
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi makalah, oleh karena
itu untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya kami
berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan
datang.

12
5

13
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC

iv

Anda mungkin juga menyukai