Anda di halaman 1dari 5

“INSIGHT”

FEBRIANSYAH MUH. ASHAR


(Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran)

Kembali

Membayangkan suatu hari nanti dapat keluar negeri sebelum memasuki dunia kerja, mungkin itu
adalah mimpi pelajar di seluruh dunia, aku pun sama. Sebelum itu, perlu digaris bawahi bahwa
itu haruslah gratis, faktanya untuk keluar negeri membutuhkan banyak biaya. Aku tidak pernah
membayangkan Negara pertama yang kukunjungi adalah korea selatan, sepengetahuanku daya
tarik negeri ginseng meningkat 10 tahun terkakhir yang didominasi oleh budaya K-Pop, secara
khusus itu tentang musik dan visual, tetapi yang membuatku sangat tertarik dengan Negara ini
adalah bagaimana mereka menghasilkan kualitas yang tinggi dalam produk mereka yang mana
itu adalah serial drama dan webtoon. Sulit menjelaskan kualitas yang tidak biasa untuk sebuah
drama karena aku bukan sineas atau pengamat, tapi jika dibandingkan dengan sinetron kelasnya
tentu jauh berbeda.

Aku bisa bilang bahwa webtoon adalah sebuah inovasi yang sangat hebat, berbeda dengan komik
jepang (manga), itu mengabaikan pola-pola umum aturan komik, seperti arah baca yang
harusnya horizontal diubah menjadi vertical, dan menerapkan pewarnaan pada komik. Statiskik
menunjukkan bahwa penurunan konsumsi komik cetak munurun tiap tahunnya sedangkan untuk
komik online meningkat. Mungkin kalian berpikir, mengapa seorang mahasiswa membahas
komik? Apalagi mahasiswa UNHAS tidak memiliki jurusan yang membahas seni secara khusus?
Alasannya sederhana, ini adalah hobi, aku menggambar sejak pertama kali memegang alat tulis,
artinya itu kurang lebih enam belas tahun. Aku mengenal webtoon sekitar lima tahun yang lalu,
tepatnya saat kelas dua SMA, saat itu aku berpikir bahwa mungkinkah webtoon akan lebih
popular dibandingkan komik konvensional? Itu memunculkan sebuah hipotesis jika benar maka
kemungkinan bakat-bakat lebih mudah untuk bermunculan karena webtoon memiliki menu yang
unik yaitu menampilkan karya tanpa perlu terikat kontrak, sehingga aku memutuskan bahwa ini
adalah sebuah kesempatan besar. Dari titik itu aku memutuskan untuk belajar gambar digital.

Perjalanan dalam belajar memiliki hasil yang tidak bisa diprediksi, apalagi jika tidak punya
mentor dan memutuskan untuk belajar secara otodidak. Hal ini membuat frustasi, ketika kita
membeli alat dan berharap dengan alat itu akan membuat segalanya lebih mudah itu belum tentu
berjalan dengan semestinya. Hal inilah yang terjadi, kebingungan besar timbul, bagaimana cara
menggunakan alat ini? Kemampuanku tidak meningkat, sepertinya aku membakar uangku
sendiri. Hal itu memperjelas bahwa tidak peduli secanggih apapun perangkat yang dimiliki jika
tidak dibarengi dengan kemampuan yang mumpuni itu tidak akan berarti apa-apa. Butuh satu
tahun lebih untukku memahami cara untuk menggambar secara digital, dan berharap untuk bisa
membuat komik digital sendiri. Hasilnya tidak berjalan lancar, dan akhirnya aku harus menyerah
untuk membuat komik karena kemampuanku dalam membuat cerita sangat rendah, itu terlihat
seperti cerita karangan anak SD yang berlibur ke rumah nenek. Kemudian suatu hari aku ikut
bergabung dengan salah satu tim PKM. Inilah alasan mengapa aku bisa ke negeri ginseng.
Semangatku yang mati tumbuh kembali, alasan untuk mencoba meskipun kegagalan adalah
akhirnya. Terlepas dari semuanya itu adalah plihan untuk mencoba menjadi artist webtoon
meskipun tidak berhubungan sama sekali dengan disiplin ilmu kedokteran yang aku pelajari.
Aku hanya tidak ingin menyesal di hari tua, ini murni sebuah ambisi manusia yang ingin
menikmati hidup. Berkat itu kemampuan yang jarang dimiliki orang pada umumnya tercipta
yang mengantarkan tim kami mendapatkan medali emas PIMNAS di cabang poster.

Sebelum sampai pada titik itu, aku sangat menyesalkan ketika terlalu fokus untuk belajar tentang
gambar dibandingkan ilmu kedokteran yang puncaknya adalah berbagai masalah muncul dalam
masalah akademikku. Apakah sekarang berbeda? Apakah baik-baik saja setelah menerima
penghargaan itu? Tentu saja tidak, rasa penyesalan tetap ada tapi mencoba bersyukur adalah hal
yang wajib untuk dilakukan dan berharap bisa belajar dari segala sesuatu yang telah terjadi.

Ceroboh

Sebelum berangkat ke negeri ginseng tentu saja banyak hal yang perlu diantisipasi, terutama
berkas yang harus disiapkan itu cukup menyita waktu. Banyaknya aturan untuk keluar negeri
juga cukup membingungkan terutama untuk orang pemalas sepertiku, dan itu membuatku
mengabaikan satu fakta bahwa di korea saat itu musim gugur. Untuk orang yang belum pernah
merasakan musim gugur tentu saja tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya apabila
terpapar suhu di musim itu, jadi aku hanya membawa jaket dan parka yang umum bukan jaket
khusus untuk suhu yang rendah, dan aku menuai hasilnya. Setelah membaca beberapa artikel dan
mendengar saran dari orang-orang, ada satu hal yang selalu mereka katakana, jangan lupa untuk
bawa sambel atau makanan dengan rasa gurih dan mudah dibawa, karena makanan disana kurang
bersahabat dengan lidah kita yang setiap hari makan MSG. Aku berpikir, mungkinkah aku yang
kurang pintar atau entahlah bagaimana, hasilnya aku membawa banyak barang yang berujung
koper penuh, dan aku baru sadar ketika sampai di bandara “dimana aku akan meletakkan oleh-
oleh?”

Tiba di tujuan

Setelah menempuh perjalan kurang lebih sembilan jam akhirnya kami tiba di bandara
internasional incheon, awalnya ketika sampai tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok kecuali
wajah yang tidak didominasi oleh wajah khas orang melayu, tetapi ketika keluar dari bandara itu
benar-benar berbeda. Banyak sekali hal yang berbeda dengan Indonesia, matahari yang terik
tetapi udara panas sama sekali tidak terasa, itu cukup aneh terutama hawa dinginnya, aku sudah
memakai jaket dua lapis tapi tetap saja tidak terlalu efektif terutama untuk orang kurus sepertiku,
dan hal lainnya adalah pepohonan yang didominasi oleh warna kuning dan merah, itu bahkan
lebih indah ketika melihatnya secara langsung.

Dalam perjalan meninggalkan bandara, pemandu mengenalkan bangunan dan tempat yang
ikonik, aku tidak terlalu memerhatikan apa yang dia ucapkan tapi satu hal yang pasti Negara ini
sangat bersih menunjukkan levelnya sebagai Negara maju. Sebelum melanjutkan perjalanan
kami berkunjung ke restoran lokal, karena namanya lokal awalnya aku kira makanan yang
disajikan adalah makanan korea membuatku beripikir makanan korea rasanya tidak terlalu buruk,
ternyata itu Chinese food, untuk menu awal itu cukup lezat. Tujuan selanjutnya adalah Ewha
University, sebuah universitas khusus yang hanya menerima mahasiswi, aku bertanya-tanya
alasan apa yang membuat kami harus berkunjung ke tempat ini, karena tempat itu menurutku
hanya kampus biasa dan juga tidak ada agenda kuliah umum disitu. Semua terjawab ketika kami
tiba, kampus yang luar biasa dengan desain bangunan bergaya eropa dan taman yang sangat luas
dan yang paling penting sangat bersih. Memang ini adalah kampus tetapi juga menjadi salah satu
objek wisata yang menarik terlepas dari keindahannya, tempat ini bahkan memiliki coffee shop
seperti yang ada di mall, dan tepat di samping kampus terdapat wilayah perbelanjaan yang
didominasi toko kosmetik. Satu hal yang kuamati disini adalah mahasiswi yang mungkin
individualis atau mungkin juga mereka tidak ingin membuang-buang waktu, sangat jarang
melihat mereka berinteraksi satu dengan yang lain di taman yang sangat luas berbeda dengan kita
yang selalu bertegur sapa dengan orang-orang disekitar kita. setelah itu, kami bertolak menuju
menuju namsan tower menggunakan bus travel. Bus yang parkir cukup jauh dari lokasi membuat
kami berjalan kaki cukup jauh yang diperparah karena jalannya yang menanjak itu sangat
melelahkan, tetapi rasa lelah itu terbayar ketika kami sampai, langit sore yang tampak
menampilkan pemandangan yang membuat perasaan hangat, sangat dingin saat itu tetapi rasa itu
terabaikan.

Kunjungan di hari berikutnya adalah Hankuk University, ini membuatku bersemangat, tetapi itu
tidak berjalan dengan baik. Ketika bangun dipagi hari seluruh badanku sakit, ini efek akibat
terlalu banyak berjalan kaki dan makanan yang meragukan untuk dikonsumsi karena Negara ini
tidak seperti Indonesia yang memiliki makanan halal, jadi perlu berhati-hati saat memilih makan,
hasilnya sarapan pagiku hanya kentang goreng. Tidak berakhir disitu, rupanya tempat yang
dituju berjarak dua jam lebih, itu benar-benar melelahkan, aku tidak bisa bertahan dari rasa
kantuk. Saat sampai, kami mengikuti kuliah umum bersama mahasiswa lokal dan itu cukup
menambah wawasan terutama untukku yang sangat awam terhadap kehidupan social dan sejarah
korea. Mereka juga terjajah dan merdeka dalam waktu yang berdekatan dengan kita, tetapi
kemajuan mereka tidak main-main, tentu saja itu tidak dicapai dengan mudah. Itu pastinya
didasari dengan kekuatan manusia yang hebat, peduli dan cinta pada negaranya. Itu membuatku
berpikir apakah mungkin untukku mengambil peran penting dalam kemajuan Indonesia suatu
hari nanti? Disisi lain yang selalu kulakukan hanyalah bersenang-senang dan tidak peduli dengan
lingkungan sekitar. Mungkin aku tidak akan berperan penting, dibandingkan jutaan manusia
lainnya aku tidak berarti apa-apa, sebuah eksistensi yang lemah lahir di kota kecil dengan latar
belakang yang biasa. Kita memang tidak bisa memilih apapun, kita tidak dalam posisi untuk itu.

Setelah itu kunjungan ke tempat berikutnya tidak membawa kesan seperti sebelumnya, aku tidak
bilang membosan, itu seperti hanya beberapa tingkat dari biasa, tetapi ada satu tempat lagi yang
membuatku cukup antusias, itu adalah kantor kedutaan besar Indonesia. Berkunjung ke tempat
yang dihuni oleh orang Indonesia aku pikir itu akan cukup baik, mengingat sulitnya memahami
Negara ini dalam perspektif warga lokal, akan hebat bila mendengarnya dari dari sisi warga
Indonesia. Itu cukup mengubah pola pikirku, mendengar informasi yang sanagat tidak terduga.
Awalnya aku berpikir bahwa Indonesia adalah Negara yang lemah, selalu membutuhkan bantuan
dari Negara lain, memiliki penduduk yang tidak kompeten dan pemalas, tetapi itu kini berubah.
ternyata banyak dari kita yang bekerja di Negara lain, banyak orang-Orang hebat dari kita
membantu mereka, memakai sumber daya kita, berharap bekerja sama dengan kita untuk
membangun dunia yang lebih baik.

Hasil

Banyak hal yang aku dapatkan dari kunjungan ini, semakin jauh rasanya semakin aku cinta pada
Indonesia. Walaupun Negara lain memiliki tempat wisata yang bagus, aku masih berpikir
Indonesia lebih baik. Mereka membangun sendiri tempat itu yang berarti hasil kerja tangan
manusia, tetapi Indonesia dilukiskan secara indah oleh Tuhan dengan sangat luar biasa, pada
tingkat apapun manusia tidak akan bisa menyentuhnya. Keindahan alam yang terbentang luas
dari sabang sampai dengan merauke, tentunya Negara lain tidak akan bisa mencapai titik itu.
Makanan Indonesia juga yang terbaik, bukan tanpa alasan rending menjadi kuliner nomor satu.
Rasa rindu terhadap cita rasa kuliner Indonesia, mengingatnya saja bisa merangsang air liur.
Pandanganku benar-benar berubah, bersyukur untuk terlahir dan besar di negeriku tercinta, aku
ingin berjuang dan besar untuknya, menjadi lebih dan lebih untuk tanah airku. Banyak yang tidak
cinta karena mungkin mereka belum merasakan kekuatan Indonesia, tetapi percayalah kita hebat,
kita saat ini mungkin tertinggal, tapi di masa yang akan datang kita akan bisa bersaing. Mari kita
percaya dan fokus untuk membangun dan berkarya, kita akan buat karya yang hebat dengan
budaya kita, dengan bahasa kita sehingga orang-orang dari seluruh dunia sadar dan berpikir
untuk belajar tentang Indonesia. Cahaya cerah akan tiba dan kita akan berdiri di puncak bersama
dengan Negara maju lainnya mendominasi dunia karena kita dipenuhi dengan segala potensi dan
untuk layak untuk itu. Oleh karena itu, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah berkarya
sehebat yang kita mampu dan saling bergandengan tangan karena kita berbeda untuk saling
melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai