BIOTEKNOLOGI TANAH
Oleh:
KATA PENGANTAR
Modul praktikum bioteknologi tanah ini dimaksudkan sebagai pedoman kerja mahasiswa
keterampilan mahasiswa diperlukan adanya sistem kerja yang sistematis. Oleh karena itu
mikroorganisme dalam tanah yang berperan dalam meningkatkan produktivitas tanah, serta dapat
Modul praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
XI. Teknologi Pembuatan dan Aplikasi Bakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (PGPR) .. 37
DAFTAR PUSTAKA 45
3
Bintil akar ( nodule) sesuai dengan sumber, umur dan keseragamannya mengandung
mikroorganisme disamping rhizobia pada permukaan bintil atau pada bintil itu sendiri. Bintil
akar yang utuh dapat dibersihkan dan diseterilkan permukaannya untuk menghilangkan
mikroorganisme pada permukaan bintil. Bila dianggap perlu untuk membedakan rhizobia yang
ada pada permukaan dengan yang benar-benar ada dalam bintil, lebih lama waktu yang
Bahan-bahan yang diperlukan: Bintil akar, HgCl2 0,1%, air steril, media agar ekstrak ragi
Tabung reaksi, pisau silet, inkubator, cawan petri dan jarum ose.
Cara Kerja:
1. Ambil bintil akar, kemudian potong sedemikian rupa dari akar dengan membiarkan sedikit
3. Bintil akar yang sudah bersih dimasukkan ke dalam etanol 95%, selanjutnya celupkan
5. Hancurkan atau p[otong bintil secara aseptik dan kemudian oleskan cairan dari bintil akar
7. Pilih koloni yang tumbuh baik secara terpisah disepanjang garis olesan, yang mempunyai
sifat-sifat rhizobium (berair, tembus cahaya atau putih ovak, warna pink juga ada ).
8. Ambil dari koloni yang terpilih baik yang dapat dipindahkan langsung pada agar miring YEM
atau bisa juga melalui goresan kembali padsa cawan agar YEM.
9. Perhatikan keseragaman bentuk koloni pada agar cawan dari goresan kedua, ambil koloni
10. Uji apakah benar-benar rhizobium, yaitu dengan uji langsung menggunakan uji infeksi
Hasil Pengamatan:
Pembahasan :
5
Jumlah Rhizobia didalam tanah umumnya tidak begitu banyak, sehingga sulit untuk
mengisolasinya. Cara yang sering digunakan untuk menunjukkan adanya rhizobia di dalam tanah
adalah:
1. Dengan menanam benih tanaman leguminosae pada tanah tersebut, yang bila perlu tanah
tersebut diberi pupuk dan atau dikapur, amati bintil pada akar tanaman tersebut.
2. Dengan penambahan tanah yang disuspensikan pada benih yang diseterilkan permukaannya.
Rhizobia yang dapat diisolaso tidak dapat dimasukkan kedalam koleksi atau disebut sebagai
rhizobium sebelum dilakukan pengujian. Pengujian yang sering dilakukan adalah dengan
melihat apakah bakteri tersebut mamp[u membentuk bintil dengan inang tertentu. Demikian
pula bila biakan yang sudah cukup lama disimpan (koleksi) atau baru diperoleh dari tempat
Bahan-bahan yang diperlukan: Larutan HgCl2 0,1%, etil alkohol 95%, air steril dan benih.
Alat-alat yang diperlukan: Beaker glas, botolsemprot, cawan petri, pot plastik dan hand
counter.
Cara kerja:
1. Celupkan benih inang yang dikehendaki didalam 95% etil alkohol selama 5 menit.
2. Setelah itu dicelupkan benih tersebut didalam larutan HgCl2 0,1% selama 5 menit.
6
5. Setelah pertumbuhan vegetatif diperoleh (umur antara 4 – 6 minggu) keluarkan akar dan
Hasil Pengamatan:
Pembahasan :
7
Pengukuran aktivitas nitrogenase dilakukan dengan metode ARA (Acetylene Reduction Assay)
dengan alat gas kromatografi. Tehnik reduksi asetilen ini sederhana, cepat dan sangat sensitif.
sampai 80 mesh.
Cara Kerja:
6. Injeksikan pada alat gas kromatografi (GC), alat GC akan mengeluarkan hasil record dari
ARA (μ mole) = L. arta sample x Vol injecsi x Vol incubasi x Cosentrasi std
Catatan:
Vol. injecsi = 1 ml
Pembahasan :
9
Cara Kerja:
2. Satu pot ditanami kedelai atau legume dengan benih diinokolasi dengan rizobium yang sesuai.
4. Satu pot tanaman tanpa inokolasi dan tanpa pupuk nitrogen (kontrol)
Kemampuan simbiosis atau Symbiotic capacity (Sc) dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Sc = ( I – U )
(N – U )
Keterangan:
Sc = Symbiotic capasity
Pembahasan :
11
Fosfor (P) merupakan unsur hara makro kedua setelah nitrogen yang diperlukan dalam
jumlah besar oleh tanaman. Jumlah fosfor tanah yang tersedia umumnya rendah karena ion fosfat
mudah diikat oleh komponen tanah lainnya menjadi bentuk yang tidak mudah larut. Komponen
tanah yang mampu mengikat fosfor antara lain adalah Ca2+, Fe3+, Mg2+, dan Al3+ menjadi
Beberapa kelompok mikroba tanah memiliki kemampuan untuk melarutkan P yang tidak
larut menjadi bentuk P yang tersedia bagi tanaman. Mikroba tersebut dikenal sebagai mikroba
pelarut fosfat (MPF). Beberapa mikroba yang sering dilaporkan mampu melarutkan P adalah:
Escherichia, Aspergillus, dan Penicillium. Pelarut P oleh mikroba tersebut dilakukan dengan
melepaskan asam-asam organik seperti asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glioksalat,
malat, fumarat, tartarat, α- ketuglutarat yang mampu membentuk senyawa kompleks dengan
MPF biasanya diisolasi dengan menggunakan media spesifik yang mengandung sumber P
yang tidak mudah larut, seperti Ca3(PO4)2, AlPO4, dan FePO4. Media Pikovskaya merupakan
sal;ah satu media yang sering digunakan untuk mengisolasi MPF. Koloni MPF dalam media
2. Dapat menentukan secara in vitro isolat yang potensial dalam melarutkan P dari bentuk P
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah sampel dalam kondisi kapasitas
lapang, kapas, alkohol, spiritus, larutan fisiologis, dan media Pikovskaya. Komposisi media
1. Glukosa 10.0 g
2. Ca3(PO4)2 5.0 g
3. (NH4)2SO4 0.5 g
4. KCl 0.2 g
5. MgSO4.7H2O 0.1 g
6. MnSO4 sedikit
7. FeSO4 sedikit
9. Agar 15.0 g
Alat-alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah bunsen, pipet, tabung reaksi, jarum ose,
dan petridish.
Cara Kerja :
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini meliputi 2 tahap, yaitu isolasi MPF dan
pengujian MPF terpilih. Kedua tahapan tersebut dilakukan invito secara aseptik.
13
Isolasi MPF:
1. Siapkan seri pengenceran tanah sampai tingkat 10-6 dalam larutan fisiologis:
a. 5 g tanah dimasukkan ke dalam 45ml larutan fisiologis kemudian kocok selama 15 menit.
b. Pipet 1 ml suspensi tanah kedalam 9 ml larutan fisiologis dalam tabung reaksi kemudian
c. Pipet 1 ml suspensi dari kepekatan 10-1 kedalam 9 ml larutan fisiologis baru (10-2), hal ini
2. Pipet masing-masing 1 ml larutan dari tingklat pengenceran 10-5 dan 10-6 kemudian masukkan
3. Sertakan label pada masing-masing petridish yang meuat keterangan berikut: kode tanah,
6. Diamkan sampai media agar memadat kemudian inkubasikan petridish dalam kondisi terbalik
7. Catat koloni MPF yang memiliki diameter ≥ 2 mm dan diameter zone terang ≥ 1 mm,
kemudian pilih 3 koloni terbaik berdasarkan ukuran diameter kolonidan diameter zone terang
terbesar
8. Pemurnian koloni terpilih dilakukan dengan menggoreskan sebagaian kecil koloni secara
aseptik menggunakan jarum ose pada media pikovskaya yang baru dengan metode kuadran
9. Inkubasikan kembali petridish yang memuat goresan koloni terpilih secara terbalik selama 1
minggu
14
10. Pilih koloni yang memiliki ukuran koloni dan diameter zone terang terbesar kemudian simpan
11. Apabiola terdapat lebih dari satu koloni yang memiliki diameter sama, pilih salah satu koloni
Hasil Pengamatan :
Keterangan:
2. Terpilih
Pembahasan :
15
dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang kompleks. Suatu simbiosis
terjadi bila cendawan masuk ke dalam akar atau melakukan infeksi. Proses infeksi dimulai
dengan perkecambahan spora didalam tanah. Hifa yang tumbuh melakukan penetrasi ke dalam
akar dan berkembang di dalam korteks. Pada akar yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul,
vesikula intra- interselular, hifa interna diantara sel-sel korteks dan hifa eksterna. Penetrasi hifa
dan percabangannya biasanya terjadi pada bagian yang masih mengalami proses diferensiasi dan
Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi cendawan mikoriza. Gramineae dan
Leguminosae umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang terifeksi hebat
oleh mikoriza. Tanaman pertanian lainnya yang telah dilaporkan terinfeksi MVA adalah kedelai,
barley, bawang, kacang tunggak, nenas, padi gogo, pepaya, selada, singkong, dan sorgum.
Sedangkan tanaman perkebunan yang dilaporkan telah terinfeksi mikoriza adalah tabu, the,
tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao, apel dan anggur.
Untuk melihat dengan jelas apakah akar tanaman terinfeksi aikoriza atau tidak maka
dapat dilihat dengan bantuan mikroskop dengan etode pewarnaan akar (staining roots).
Bahan-bahan yang diperlukan: Akar tanaman, KOH 10%, HCl 10%,Air, dan lactic glycerol blue.
Timbangan, gunting, tabung reaksi, kompor, termometer, cawan petri dan mikroskop.
16
Cara kerja:
1. Ambil akar tanaman yang akan diamati dan dibersihkan dari kotorannya dengan mencuci.
4. Potong-potong 1-2 cm dan masukkan kedalam tabung reaksi yang cukup besar.
5. Kemudian tabung reaksi tersebut ditambah KOH 10% sampai semua akar tertutup.
6. Tabung tersebut (beserta isinya) direndam dalam iar mendidih (90 0C) selama I jam
(diletakkan sedemikian rupa sehingga air tidak masuk kedalam tabung reaksi).
7. Akar tesebut dicuci dengan air sampai bersih (pakai ayakan sebagai alas).
9. Tambahkan kedalam tabung reaksi lactic-glycerol blue sampai semua akar tertutup.
11. Amati dibawah mikroskop akan telihat arbuskul, vesikula, dan hifa dari mikoriza.
Hasil Pengamatan:
Pembahasan:
17
tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus berdampak tidak baik bagi
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, hal ini menyebabkan kemampuan tanah mendukung
ketersediaan hara dan kehidupan mikroorganisme dalam tanah menurun. Kondisi ini terjadi
karena tingkat kesuburan dan bahan organik tanah mengalami penurunan, oleh karena itu jika
tidak segera diatasi maka dalam jangka waktu tidak terlalu lama lahan-lahan tersebut tidak
mampu lagi berproduksi secara optimal dan berkelanjutan (Parnata, 2004). Solusi untuk
mengatasi masalah ini adalah mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menerapkan sistem
pertanian organik.
Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu. Sistem
pertanian ini pada dasarnya adalah mengoptimalkan produktivitas agroekosistem secara alami
sehingga menghasilkan pangan yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Pertanian organik
bila diusahakan secara intensif dapat mengembalikan kesuburan tanah walaupun membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk mencapai tingkat kesuburan tanah seperti pada saat sebelum
penggunaan pupuk dan pestisida anorganik yang berlebihan (Sutanto, 2002). Lahan pertanian di
kandungan unsur hara, dan bahan organik dalam tanah, serta meningkatnya pencemaran lahan
pertanian karena limbah pestisida. Penggunaan pestisida dalam kurun waktu yang panjang
berdampak pada kehidupan biota tanah. Pupuk kimia tertentu yang berkonsentrasi tinggi dalam
waktu yang panjang menyebabkan terjadi penurunan kesuburan tanah karena kekurangan unsur
hara lainnya terutama unsur hara mikro dan bahan organik tanah.
18
secara berkelanjutan melalui pemanfaatan potensi bahan organik yang berasal dari lingkungan
sekitar. Suntoro (2006) menyatakan, bahwa pupuk organik mempunyai kelebihan antara lain
meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur tumbuh
yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk cair dengan memanfaatkan jenis
mikroorganisme lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah.
Penggunaan MOL sangat murah dan efisien karena larutan MOL menggunakan bahan alami
yang terdapat di lingkungan sekitar, serta pembuatannya yang sederhana. MOL dapat bersumber
dari bermacam-macam bahan lokal, antara lain urin sapi segar, batang pisang, daun gamal, buah-
buahan, nasi basi, sampah rumah tangga, rebung bambu, serta rumput gajah juga dapat berperan
dalam proses pengolahan limbah ternak, baik limbah padat untuk dijadikan kompos, serta limbah
cair ternah untuk dijadikan Bio-urine (Masa, 2006 dalam Sutari, 2009). Limbah pertanian berupa
empelur buah kakao banyak yang tidak dimanfaatkan sehingga bisa juga digunakan sebagai
bahan baku pembuatan MOL. Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan
pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai
Mikrooganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat
penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam biosfer. Mikroorganisme digolongkan ke
dalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protozoa dan algae ( Darwis dkk., 1992).
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah hasil fermentasi yang berbahan dari berbagai
sumber daya yang tersedia setempat. MOL mengandung unsur mikro dan makro dan juga
19
mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan,
dan sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik
sebagai decomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama fungisida
(Purwasasmita, 2009).
Menurut Hadinata (2008), bahan utama dalam pembuatan MOL terdiri dari tiga
komponen antara lain : (1) karbohidrat berasal dari air cucian beras, nasi basi, singkong, kentang,
gandum, rebung, rumput gajah, dan daun gamal; (2) glukosa dari gula merah, cairan gula pasir,
dan air kelapa; (3) sumber mikroorganisme berasal dari keong mas, kulit buah-buahan, air
untuk dapat tumbuh dan berfungsi secara normal, komponen – komponen tersebut diperoleh dari
bahan yang akan ditambahkan padda saat pembuatan MOL. Bahan-bahan tersebut mempunyai
kandungan gizi yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi bagi
pada bahan-bahan tertentu membutuhkan zat organik untuk pertumbuhan dan metabolismenya.
Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai
perubahan pada komposisi kimia dan perubahan lain yang dapat dilihat dari luar, misalnya
perubahan warna, pembentukan lendir, pembentukan endapan dan kekeruhan, pembentukan gas,
aroma asam, aroma alkohol, aroma busuk dan beberapa perubahan lainnya.
Air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme selama
proses fermentasi karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat; 0,29% protein, glukosa
20
1,7-2,6% (Budiyanto, 2002). Kandungan glukosa yang terdapat pada air kelapa sangat baik
Bahan organik memiliki peranan penting sebagai sumber karbon, dalam pengertian luas
sebagai sumber pakan, dan juga sebagai sumber energi untuk mendukung kehidupan dan
berkembangbiaknya berbagai jenis mikroba tanah (Sisworo, 2006). Penurunan kandungan bahan
organik tanah menyebabkan mikroba dalam tanah mengalami defisiensi. Larutan MOL adalah
larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat.
Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang
berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai pengendali
hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, dan
Larutan MOL harus mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu meningkatkan
kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan. Dale (2003), menyatakan
bahwa kualitas merupakan tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat
dan memenuhi ukuran tertentu. Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain
media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di
dalam proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL
Harizena (2012), menyimpulkan bahwa kualitas MOL yang baik terdapat pada komposisi
bahan baku yang tinggi. Total populasi bakteri, total populasi jamur dan kandungan N-total
tertinggi terdapat pada perlakuan MOL nasi basi dan MOL empelur buah kakao dengan
21
konsentrasi 300 g nasi basi dan 300 g empelur buah kakao. Semakin banyak bahan organik yang
kandungan N-total yang terbentuk mengalami peningkatan dan penelitian Muriani (2011)
menyimpulkan bahwa MOL daun gamal dengan konsentrasi 300 g daun gamal dan lama
fermentasi tiga minggu memberikan kualitas larutan MOL yang baik digunakan sebagai pupuk
cair. Hasil penelitian laboratorium fakultas MIPA IPB, Bogor (2011), dan laboratorium EMROC
INC Japan (2007), menyimpulkan bahwa Effective Microorganism (EM-4) mengandung bakteri
pelarut fosfat 7,5 x 106 spk mL-1, Lactobacillus 8,7 x 105 spk mL-1, nitrogen 0,07 ppm, kalium
7.676 ppm, phosphor 3,22 ppm, C-organik 27,05 ppm yang baik digunakan sebagai aktivator
pembuatan kompos.
semakin menurunnya kandungan unsur hara, dan bahan organik dalam tanah, serta meningkatnya
pencemaran lahan pertanian karena limbah pestisida. Penggunaan pupuk cair dengan
memanfaatkan jenis mikroorganisme lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan unsur
hara dalam tanah. MOL daun gamal dikatakan sebagai pestisida nabati karena daun gamal
berfungsi sebagai pengendali hama ulat dan hama penghisap (kutu), sebagai akarisida
(pengendali tungau) dan fungisida. MOL daun gamal selain sebagai pestisida nabati juga dapat
digunakan penyubur tanaman karena MOL daun gamal mengandung unsur N yang cukup
(Lianti, 2012).
Harizena (2012), menyimpulkan bahwa MOL nasi basi dengan konsentrasi 300 g nasi
basi baik digunakan sebagai aktivator pembuatan kompos sampah rumah tangga dan Penelitian
22
Muriani (2011), menyimpulkan bahwa MOL daun gamal dengan konsentrasi 300 g daun gamal
dan lama fermentasi tiga minggu memberikan kualitas larutan MOL yang baik digunakan
Fermentasi
mampu mengubah atau mentransformasikan susunan struktur molekul menjadi lebih sederhana
karena ada aktivitas mikroorganisme penyebab fermentasi pada substrat organik yang sesuai,
proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut. Mikroorganisme merupakan
faktor utama dalam proses fermentasi sehingga harus memenuhi syarat- syarat tertentu antara
dikehendaki secara optimal, mempunyai sifat-sifat yang tetap, dan tidak mengalami perubahan
Bakteri lebih menyukai pH netral, sedangkan jamur aktif pada pH asam. Pada umumnya
pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh faktor substrat, kelembaban, suhu, derajat keasaman
pada tahap awal fermentasi larutan MOL hingga akhir fermentasi larutan MOL menunjukkan
proses fermentasi berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan aktivitas mikroorganisme, baik
bakteri maupun jamur adalah optimum. Derajat keasaman pada awal proses fermentasi akan
mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi
mengubah bahan organik menjadi asam organik. Proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis
23
lain akan mengkonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga memiliki derajat
1. Daun gamal (daun gamal tua dan daun gamal muda) 500 g
Alat yang dipergunakan adalah : stoples plastik, gelas ukur, Botol aqua, selang plastic,
Larutan MOL dibuat dengan mencampurkan air kelapa dengan daun gamal yang telah
dihaluskan dengan blender, kemudian ditambahkan dengan gula merah. Larutan MOL yang telah
tercampur dimasukkan ke dalam stoples plastik kemudian ditutup dengan tutup stoples dan
difermentasikan sesuai perlakuan yaitu satu minggu, tiga minggu, dan lima minggu. Setelah
fermentasi larutan tersebut disaring ke dalam Erlenmeyer. Hasil saringan merupakan larutan
MOL yang siap dipakai sebagai dekomposer dan juga sebagai pupuk hayati.
24
Hasil Pengamatan
1. Warna
2. Bau
3. Total mikroorganisma
Pembahasan:
25
Pembuatan MOL,
-300 g nasi basi, pisang busuk serta empulur buah kakao yang telah dihaluskan
-Stoples yang telah terisi bahan-bahan MOL tersebut ditutup dan diinkubasikan selama
tiga minggu.
Hasil Pengamatan
1. Warna
2. Bau
3. Total mikroorganisma
Pembahasan:
26
2. Benih kedelai
1. Kantong plastic
2. Ayakan Tanah
3. Cangkul
4. Timbangan
Cara Kerja:
polibag (6 polibag).
Kontrol).
Pengamatan:
Hasil Pengamatan:
Pembahasan:
28
A.KOMPOS (aerob)
Kompos dapat diartikan sebagai pupuk organik yang telah mengalami proses
berstruktur lemah, serta mempunyai nisbah C/N yang rendah mendekati nisbah C/N tanah.
Kualitas kompos masih sulit untuk didefinisikan karena mencakup jenis dan komposisi
bahan baku, proses dan kandungan hara pada hasil akhirnya. Satu hal yang pasti kita ketahui
kompos yang baik apabila pengurainya telah berhenti yang biasanya memakan waktu 3-4 bulan,
butirannya halus berwarna coklat kehitaman dan mempunyai perbandingan C/N yang rendah
yaitu mendekati nisbah C/N tanah (Lingga,1991). Sekarang telah telah dibuat MOL
(Mikroorganisme Lokal) atau Dekomposer atau Bioaktivator. Dengan menggunakan bahan ini
maka proses pengomposan akan bias dipercepat sehingga diperlukan waktu 20 – 40 hari.
Bahan-bahan:
Bahan Baku:
3. Dedak (10%)
Larutan:
2. Gula
3. Air
29
Cara kerja:
1. Sampah organik dipotong-potong atau dirajang dengan panjang kurang lebih 3-5 cm.
2. Sampah yang telah dipotong tadi ditambah Pupuk kandang dan dedak, kemudian diaduk
merata.
3. Campuran tersebut di atas ditambah larutan yang terdiri dari Dekomposer, gula dan air
4. Adonan tersebut di atas disiram dengan air sampai kandungan air kurang lebih 30-40%.
6. Kandungan air atau kelembaban dan suhu harus tetap dijaga. Suhu jangan sampai
7.Bila suhu melebihi dari 50 0C , adonan yang ada dalam karung goni tadi di keluarkan
Pengamatan Suhu :
Suhu
Hari pengamatan
kompos C/N Rasio Keterangan
(Umur kompos) 0
( C)
dst
30
Karakteristik Kompos :
Umur Karakteristik
Kompos
(Minggu) pH C/N Rasio Warna Bau/aroma struktur
12
15
18
dst
Pembahasan:
31
Bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (Jerami, sampah organik, pupuk kandang)
dengan teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah
dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa
Setiap bahan organik akan yang terfermentasi oleh mikroorganisme fermentasi (EM)
dalam kondisi semi anarobik/anaerobik pada suhu 40-50 0C. Hasil fermentasi bahan organik
Bahan:
1. Jerami 200 kg termasuk berbagai jenis rumput/pupuk hijau dipotomg-potong sepanjang 5-10
cm
2. Dedak 10 kg
3. Sekam 200 kg
6. Air secukupnya
Cara Pembuatan:
3. Siramkan larutan EM4 secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata sampai
kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar
dari adonan dan bila kepalan dilepas maka adonan akan megar
4. Adonan digundukkan diatas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian
5. Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 0C. Jika suhu lebih dari 50 0C, bukanlah karung
penutup dan gundukan adonan dibalik-balik, kemudian ditutup lagi dengan karung goni.
Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan Bokashi menjadi rusak karena terjadi proses
6. Setelah 4 hari, Bokashi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk
organik.
Pengamatan Suhu :
Suhu
Hari pengamatan
Bokashi C/N Rasio Keterangan
(Umur Bokashi)
( 0C)
12
15
dst
33
Karakteristik Bokashi :
Umur Karakteristik
Bokashi
pH C/N Rasio Warna Bau Tekstur
(Minggu)
12
15
18
dst
Pembahasan:
34
BAHAN BAHAN:
3. Stater Mikrobia dari MOL (50 cc) dan Larutan terasi 25 CC.
AlAT-ALAT:
2. Karung goni
CARA KERJA:
2. Potongan limbah tersebut ditaruh dalam ember besar kemudian dicampur dengan
kotoran sapi.
4. Siapkan Ember yang ada tutupnya, kemudian diisi air 5 liter. Masukkan sater
5. Masukkan karung goni (No. 3) kedalam ember yang berisi larutan mikrobia dan
7. Tutup ember tersebut dan di inkubasikan selama 7 hari ditempat yang tidak kena sinar
matahari langsung.
PENGAMATAN:
2. Sebelum pengamatan karung goni diangkat dan ditaruh kembali dalam ember
3. Pada pengamatan inkubasi 14 hari: lakulan langkah seperti No.2 dan kemudian
4. Larutan yang didapat merupakan Pupuk Organik Cair Yang Berkualitas, dan siap
5. Data yang harus dicari pada saat pengamatan mengikuti Tabel berikut:
6. Tabel Pengamatan:
2 b.
3 c.
4 d.
36
Pembahasan:
37
produksi dan ramah lingkungan haruslah didukung dan diaplikasikan di tingkat petani.
Salah satu komponen lokal tersebut adalah dengan memanfaatkan kelompok bakteri (dalam
bentuk PGPR) dan hormon-horman yang mampu mengatur pertumbuhan tanaman (dalam
bentukZPT).
Di tanah, beberapa populasi bakteri tertentu, yang disebut tanaman yang mempromosikan
timbulnya penyakit tanah. Kelompok bakteri ini bermanfaat dalam memacu pertumbuhan
tanaman dan mampu berperan dalam pengendalian beberapa penyakit tanaman dikarena
aktivitasnya. Kelompok bakteri yang ada di akar ini dapat dimanfaatkan dalam suatu produk
Hormon atau zat yang mampu memberikan pengaruh terhadap pengaturan pertumbuhan
tanaman merupakan potensi besar dalam memproduksi suatu komoditi pertanian. Hormon atau
zat tersebut dapat dikelola dalam bentuk ZPT (zat pengatur tumbuh.
Dalam dunia pertanian, penggunaan hormon tumbuhan atau dikenal juga dengan istilah ZPT
merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha
budidaya pertanian. Namun, penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. Pemahaman
mengenai fungsi dan peran hormon terhadap laju pertumbuhan maupun perkembangan tanaman
sangatpenting.
38
Pemanfaatan PGPR dan ZPT oleh petani dapat mengurangi pemakaian produk-produk
buatan/industri dengan fungsi yang sama. Produk PGPR dan ZPT akan aman untuk
lingkungan.
PGPR adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut
mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi
perakaran). Aktivitas RPTT menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun secara tidak
memobilisasiatau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis
senyawa atau metabolit seperti antibiotik.Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada
rhizosfer akar (rhizobakteri) disebut sebagai rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (plant
(1) menambat N2 , juga; (2) menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin,
etilen, dan lain-lain); (3) menekan penyakit tanaman asal tanah dengan glukanase, kitinase,
sianida memproduksi siderofor; dan (4) melarutkan P dan hara lainnya (Cattelan et al., 1999;
Glick et al., 1995; Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) pertama kali diteliti oleh
Kloepper dan Scroth (1982) untuk menggambarkan bakteri tanah yang mendiami daerah
perakaran tanaman yang diinokulasikan ke dalam benih dan ternyata meningkatkan pertumbuhan
39
tanaman. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Kloepper dan Scroth (1982) , PGPR mengalami
perkembangan yang sangat cepat, terutama pada beberapa tahun terakhir. PGPR berada Disekitar
Akar, akar adalah sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi
dll. Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta
mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai
tambahan bagi kompos dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi
penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri – bakteri yang menguntungkan
seperti PGPR.
Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR
yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar
tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit
racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan cendawan
patogen. PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui : produksi hormon
sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang
Menurut Lalande et al. (1989), Pseudomonas sp. mampu menghasilkan hormon pemacu
pertumbuhan tanaman yang dapat meningkatkan berat kering tanaman jagung mencapai 9%,
sedangkan Salmonella liquefaciens meningkatkan berat kering mencapai 10% dan Bacillus sp.
Promoting Rhizobakteri adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman.
Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan
mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi
tanaman dan pertumbuhannya. Akar adalah sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara,
Fungsi PGPR
Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu
mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai tambahan bagi
kompos dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman
dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri – bakteri yang menguntungkan seperti PGPR.
Inokulasi benih
Ada banyak cara untuk menambah pertumbuhan tanaman. Salah satunya adalah dengan
menginokulasikan agens hayati untuk membantu tanaman dalam memperoleh unsur – unsur hara
yang dibutuhkan, misalnya untuk menambah nitrogen bisa diinokulasikan bakteri Rhizobium
agar mampu memfiksasi nitrogen bebas. Cara inokulasi ini juga memungkinan untuk menambah
manfaat nutrisi lainnya seperti menambah larutan phosphat, oksidasi belerang, melelehkan besi
dan tembaga.
Kandungan phosphor sangat terbatas bagi pertumbuhan tanaman. Meskipun di alam jumlahnya
melimpah, tetapi masih dalam bentuk batuan yang keras, sehingga manfaat bagi tanaman sangat
terbatas. PGPR mampu berperan sebagai bakteri pelarut phosphate. Kelompok bakteri PGPR ini
Ada empat nutrisi utama yang dibutuhkan tanaman setelah N, P dan K adalah belerang (S).
Unsur belerang juga tidak bisa langsung diserap oleh tanaman, tetapi harus melalui proses
transformasi / oksidasi oleh bakteri sebelum diserap oleh tanaman. Kelompok bakteri yang
mampu mengoksidasi belerang ini ialah kelompok bakteri yang hidup di tanah. Inokulasi pada
benih tanaman yang membutuhkan unsur belerang tinggi, cukup berhasil menggunakan bakteri
PGPR.
Kelebihan PGPR
Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR
yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar
tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit
racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan cendawan
patogen.
– Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
TantanganPGPR
berbeda.
Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang optimum baik vialibilas
maupun biologinya selama diaplikasikan di lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan
Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi / kebijakan suatu negara. Di beberapa negara
kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak
Biang PGPR
Biang PGPR dibuat dari akar bambu sekira 250 gram yang direndam dalam air selama tiga tiga
malam.
Bahan:
– 20 liter air
– 1/2 kg dedak/bekatul
– Terasi
Cara membuat:
– Setelah dingin, campurkan 1 liter “biang PGPR”. Tutup rapat. Diamkan satu hingga dua
mingggu.
43
PGPR kelapa
Selain cara di atas, biang PGPR juga dapat dikembangkan menggunakan air kelapa segar
ditambah gula merah (tetes tebu lebih baik) dan kemudian difermentasi selama seminggu.
Aplikasi PGPR
PGPR dan PGPR kelapa yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan
PERBANYAKAN PGPR
1. Bahan
– Kapur 50 grm
– Air 10 lt
2. Cara
– Terasi, dedak halus, gula pasir, dan kapur direbus dalam air.
3. Aplikasi
– PGPR yang telah diinkubasi selama 3 hari, dapat diaplikasikan untuk tanaman.
– Encerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 200 cc larutan PGPR dalam 20 liter air.
– Hasil pengenceran dapat dikocorkan pada tanaman dengan konsentrasi 200 cc per tanaman
– Aplikasi dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul
09.00 WIB.
– Untuk pembenihan, rendam terlebih dahulu bibit yang akan disemai dalam larutan PGPR
– Sedangkan untuk bibit yang akan dipindah tanam, terlebih dahulu dicelupkan dalam larutan
DAFTAR PUSTAKA
1. Dana Atmaja . 2010. Buku Ajar Bioteknologi Tanah tahun 2010. Jurusan
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unud.
2. http://www.acclaimimages.com/_gallery/_image_pages/0515-1004-0904-2531.html
3. http://www.acclaimimages.com/_gallery/_image_pages/0515-1004-0904-2531.html
4.http://indonesiabertanam.com/2015/01/05/fungsi-pgpr-dan-cara-membuat-pgpr-serta-
aplikasi-ke-tanaman/.