PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau
nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epistaksis bukan suatu penyakit,
melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat berhenti sendiri.1,2
Epistaksis terbanyak dijumpai pada usia 2- 10 tahun dan 50-80 tahun, sering dijumpai pada
musim dingin dan kering. Di Amerika Serikat angka kejadian epistaksis dijumpai 1 dari 7
penduduk. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan wanita. Epistaksis bagian
anterior sangat umum dijumpai pada anak dan dewasa muda, sementara epistaksis posterior
sering pada orang tua dengan riwayat penyakit hipertensi atau arteriosklerosis.1,3 Tiga prinsip
utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi
dan mencegah berulangnya epistaksis (Nuty WN, Endang M. 1997).
Pada umumnya terdapat dua sumber pendarahan, yaitu dari bagian anterior dan
posterior.Epistaksis anterior berasal dari pleksus Kiesselbach atau dari arteri athmoidalis
B. Rumusan Penulisan
1. Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan gangguan penginderaan ablasi retina ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan gangguan penginderaan epistaksis ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui kegawatdaruratan gangguan penginderaan ablasi retina
2. Untuk kegawatdaruratan gangguan penginderaan epistaksis
D. Manfaat penulisan
Menambah ilmu pengetahuan dalam asuhan keperawatan pada klien dengan ablasi retina
dan epistaksis.
A. Ablasi retina
A. Definisi ablasi retina
Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya
bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau
lubang didalam retina , sedangkan menurut Barbara L. Christensen Ablasio Retina juga
diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang
pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan retina
kekurangan cairan. Ablasio retina lebih besar kemungkinanya pada orang yang menderita
rabun jauh (miopia) atau penderita yang telah menjalani operasi katarak /penderita cedera
mata . Ablasi retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang
kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup.terdapat riwayat adanya pijaran
api(fotopsia) pada lapangan penglihatan. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina
yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya terlihat robekan retina
yang berwarna merah.
Ablasi retina merupakan penyakit mata gawat darurat, Penyakit ini harus dioperasi,
penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang supaya bagian retina yang sudah
lepas tidak bertambah lepas lagi.
B. 3 bentuk ablasio retina
Ada 3 bentuk ablasi retina yaitu :
1) Regmatogenosa
Kondisi lepasnya sel kerucut dan batang akibatnya adanya robekan pada retina sehingga
cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina dan mengakibatkan
terlepasnya retina
2) Eksudatif
Ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina
3) Traksi
Ablasi yang terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca sehingga retina tertarik dan
lepas.
Etiologi ablasio retina
Myopi degenerative ( rabun jauh )
Trauma
Aphakik (tanpa ada lensa)
1. Definisi
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung bagian anterior cavum hidung dan
posterior dari dinding turbinate atau hidung bagian lateral.
Epistaksis, perdarahan dari hidung (Kedokteran: epistaksis atau Inggris: epistaxis)
atau mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang
hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik).
Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala suatu kelainan. Epistaksis sering
ditemukan sehari-hari, hampir sebagian besar epistaksis dapat berhenti sendiri. Epistaksis
disebabkan oleh adanya suatu kondisi kelainan atau keadaan tertentu yang bisa bersifat
ringan sampai berat dan akhirnya dapat berakibat fatal.
2. Etiologi
a. Lokal
Terlepasnya lapisan kulit yang penting karena goresan atau gesekan , pukulan,
benda asing.
Trauma atau benturan.
b. Sistemik
Hipertensi, penyakit renal, gangguan darah
Penyakit kardiovaskuler, seperti pada aterosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis,
sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan epistaksis. Epistaksis akibat hipertensi
biasanya hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik.
c. Lain-lain
Polip,inhalasi kimia terjadi iritasi neoplasma, akut/kronik infeksi(sinusitis, rhinitis)
3. Manifestasi klinik
A. Kesimpulan
Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas.
Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh
terbentuknya robekan atau lubang didalam retina
Ada 3 bentuk ablasi retina yaitu :
1) Regmatogenosa
2) Eksudatif
3) Traksi
Epitaksis adalah perdarahan dari hidung bagian anterior cavum hidung dan posterior
dari dinding turbinate atau hidung bagian lateral.
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang).
B. Saran
Asuhan keperawatan gawat darurat pengindraan meliputi ablasi retina dan
epistaksis belum mendekati sempurna, maka dari itu diperlukan saran yang berarti dan
membangun untuk kesempurnaan pembuatan askep gadar selanjutnya dan bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya serta penulis pada khususnya.