Anda di halaman 1dari 21

ANATOMI KONSEP PENYELESAIAN KONFLIK AGRARIA:

STUDI PERBANDINGAN ANTARA RANAH KEBIJAKAN DAN


RANAH PERJUANGAN AGRARIA
Kus Sri Antoro*

Abstract: This article is a conceptual idea of the comparison between a research finding and reality in the community related
to the agrarian conflict resolution. The study is entitled Resolution Policy on Contemporary Agrarian Conflict, which is one of the
systematic studies carried out by STPN in 2012; while the aforementioned reality in the society is gathered from records of the
dynamics of agrarian conflict and struggle in several areas collected by Forum Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA), which are
published by FKMA and other official media. By exploring and comparing the conceptual ideas of the two written sources, this
article is intended to map out the approaches and models of agrarian conflict resolution, especially according to the perceptions
and interests of the three actors of agrarian political economy, namely the state, market and society.
Keywords
Keywords: agrarian resources, conflict, conflict resolution

Intisari
Intisari: Naskah ini merupakan gagasan konseptual atas perbandingan hasil penelitian dan kenyataan di masyarakat terkait
penyelesaian konflik agraria. Penelitian yang dimaksud berjudul Kebijakan Penyelesaian Konflik Agraria Kontemporer, yang
merupakan salah satu Riset Sistematis yang dilaksanakan oleh STPN pada tahun 2012, sedangkan kenyataan di masyarakat yang
dimaksud berupa laporan-laporan mengenai dinamika konflik dan perjuangan agraria di beberapa daerah yang dihimpun oleh
Forum Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA), yang dipublikasikan oleh FKMA dan media resmi lainnya. Dengan menelusuri dan
membandingkan gagasan-gagasan konseptual atas dua sumber tertulis tersebut, naskah ini bertujuan untuk memetakan berbagai
pendekatan dan model penyelesaian konflik agraria, khususnya menurut persepsi dan kepentingan tiga aktor dalam ekonomi
politik agraria, yaitu negara; pasar; dan masyarakat.
Kata kunci
kunci: sumberdaya agraria, konflik, penyelesaian konflik

A. Pengantar aliansi akar rumput yang menamakan diri Fo-


Pada 7 dan 10 Februari 2013 terdapat dua seru- rum Komunikasi Masyarakat Agraris (FKMA)2.
an kepada pemerintah yang berisi harapan agar Keduanya berangkat dari latar belakang yang
konflik agraria segera diselesaikan. Seruan per- berbeda, FIKA sebagai pengamat dan peneliti
tama berasal dari aliansi akademikus yang me- agraria dan FKMA sebagai pelaku dalam pusaran
namakan diri Forum Indonesia untuk Keadilan perubahan-perubahan agraria di pedesaan.
Agraria (FIKA)1 dan seruan kedua berasal dari Kedua seruan tersebut berangkat dari kegeli-
sahan yang sama, yaitu konflik agraria tak kun-
jung selesai, meskipun payung hukum bagi kebi-
*Petani-peneliti dan Relawan di Forum Komunikasi
Masyarakat Agraris (FKMA).
1
FIKA adalah perhimpunan 153 akademikus yang mem- 2
FKMA adalah wadah perjuangan organisasi-
perhatikan masalah agraria atau menggeluti studi agraria, selan- organisasi akar rumput (terutama petani) yang mandiri dan
jutnya simak http://www.change.org/petitions/surat-terbu- independen, dideklarasikan pada 22 Desember 2012 di
ka-forum-indonesia-untuk-keadilan-agraria-kepada-presi- Jogjakarta, saat ini mewadahi 15 organisasi di Jawa dan luar
den-republik-indonesia-untuk-penyelesaian-konflik-agraria. Jawa, selanjutnya simak www.selamatkanbumi.com
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 29

jakan penyelesaian konflik telah ada. Hingga yang dirujuk adalah MP3EI) dengan peraturan
kini, kedua seruan tersebut belum bersambut perundangan yang mengatur sumberdaya alam
meskipun seruan keduanya telah sampai kepada dan lingkungan hidup; 4) peraturan daerah di-
yang dituju. Menurut Saleh et al. (2012) 3, seruan dominasi oleh peraturan dengan semangat yang
ini menunjukkan dua fakta, 1) alternatif kebi- eksploitatif dan bermotif jangka pendek; 5)
jakan yang dipakai pemerintah tidak mencapai kebijakan perijinan bagi usaha skala besar belum
tujuan, 2) terdapat hal-hal di luar perhitungan memperhatikan tata kelola yang baik; 6) konsen-
pemerintah dalam implementasi kebijakan trasi penguasaan tanah pada segelintir orang/
penyelesaian konflik agraria. badan hukum yang menimbulkan kesenjangan
Tercatat di dalam surat terbuka kepada Presi- sosial di sektor agraria; dan 7) perjanjian-perjan-
den RI bertanggal 7 Februari 20134, FIKA menun- jian bilateral/multilateral yang bertentangan
tut penyelesaian konflik agraria secara kelemba- dengan semangat keberlanjutan sosial/ling-
gaan yang difasilitasi sebagai kebijakan. Dengan kungan hidup. Keenam butir inilah yang menjadi
mempertimbangkan kepentingan pembangunan akar konflik agraria yang tak berkesudahan,
ekonomi, sebagaimana butir ke-3 surat tersebut: demikian menurut FIKA.
Berbeda dengan FIKA yang berangkat dari
“Pembangunan ekonomi yang sehat memerlukan
penataan penguasaan dan pemanfaatan tanah dan perspektif kebijakan, yaitu menempatkan
sumberdaya alam yang adil dan berkelanjutan sebagai ketiadaan reformasi hukum sebagai akar konflik
basis penguatan ekonomi rakyat. Demikian pula agraria dan pelaksanaan reformasi hukum
diperlukan partisipasi masyarakat secara hakiki. sebagai penyelesaian konflik agraria, melalui
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kemauan
pernyataan sikap bertanggal 10 Februari 20135,
politik yang sungguh- sungguh dan konsisten serta
FKMA bertolak dari perspektif bahwa pem-
jaminan perlindungan hukum yang nyata terhadap
kelompok masyarakat rentan, utamanya masyarakat bangunan ekonomi (dalam persepsi pemerintah
tak bertanah (tunakisma) dan tidak memiliki akses dan swasta) dan kebijakan terkait sumberdaya
terhadap tanah dan sumberdaya alam” agraria justru merupakan pintu masuk bagi kon-
aliansi akademikus ini menengarai bahwa pem- flik agraria. Hal ini tampak dari butir pembuka
baruan agraria belum dilaksanakan, terbukti bah- pernyataan sikap mereka:
wa: 1) peraturan perundangan terkait agraria “Membayangkan dunia tanpa petani/pertanian sama
banyak yang bertentangan secara substansi seperti membayangkan hidup tanpa pangan.
dengan UUD 1945; 2) sinkronisasi dan harmo- Demikian pula, membayangkan negara yang abai
nisasi peraturan perundangan yang mengatur pada rakyat sama seperti membayangkan negara
tanpa kedaulatan… Atas nama pembangunan,
sumberdaya alam dan lingkungan hidup belum
negara dan perusahaan semakin gencar mengambil
terjadi; 3) ketidaksinkronan antara peraturan alih lahan petani. Atas nama kesejahteraan, petani
percepatan pertumbuhan ekonomi (umumnya secara perlahan dan teratur diubah menjadi buruh
cadangan. Atas nama kepentingan umum, ruang
3
Deden Dani Saleh, Widhiana H.P., Siti Fikriyah K., hidup petani dipersempit bahkan dihilangkan untuk
Kus Sri Antoro. 2012. Kebijakan Penyelesaian Konflik memperkaya segelintir konglomerat. Atas nama
Agraria Kontemporer Dalam Kebijakan, Konflik, dan kemajuan, petani dikelabui untuk melepas hak
Perjuangan Agraria Indonesia Awal Abad 21 (Hasil hidupnya, melepas tanahnya, melepas pekerjaannya,
Penelitian Sistematis STPN 2012), AN. Luthfi (editor).
Yogyakarta: PPPM. hlm109.
5
4
Dapat disimak pada http://www.kpa.or.id/ Dapat disimak di http://selamatkanbumi.com/
?p=1158&lang=en kongres-kedua-forum-komunikasi-masyarakat-agraris/
30 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

melepas jati dirinya, melepas kehormatannya sebagai kembali hak-haknya bukanlah kekerasan, me-
rakyat, sebagai manusia… Hukum bukan lagi ruang lainkan perjuangan sebagaimana perjuangan
di mana rakyat dapat menemukan keadilan, tetapi
bersenjata para pejuang kemerdekaan di jaman
hukum menjadi pembenaran atas pelanggaran asas-
kolonial. Akar konflik agraria bukan terletak
asas keadilan. Saat ini, pemerintah mencanangkan
pengurasan kekayaan alam Indonesia dan pengusiran pada hukum yang tidak tegak, melainkan pada
terhadap penduduk yang dianggap menghambat penindasan dan ketidakadilan akibat kejahatan
perluasan modal, dengan produk hukum/kebijakan korporasi, negara dan persekongkolan keduanya
yang membenarkan tindakan tersebut, antara lain : dalam pengurusan sumberdaya alam/agraria,
(1). UU No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Ta-
demikian menurut FKMA.
nah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum,
Jika perspektif akademikus dan akar rumput
(2) UU No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan
Konflik Sosial, (3) UU No 4 Tahun 2009 tentang ini bertemu di satu titik, maka keduanya mung-
Pertambangan Mineral dan Batubara (4) PP No kin menyiratkan pesan bahwa konflik agaria
32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan merupakan tanda bahwa kemerdekaan bangsa
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011- belum tercapai; bukan hanya itu, bahkan meru-
2015”
pakan tanda bahwa negara telah kehilangan
Dengan mempertimbangkan bahwa 1) sejarah kedaulatannya.
konflik agraria (struktural) turut membangun Kemudian, apa yang diharapkan oleh kedua
sejarah Indonesia, dan 2) konflik agraria akibat aliansi tersebut terkait penyelesaian konf lik
ketimpangan struktur penguasaan sumberdaya agraria? Beberapa rekomendasi FIKA antara lain
agraria hendak diselesaikan seturut cita-cita ialah mengusulkan kepada presiden RI untuk
proklamasi kemerdekaan, FKMA menengarai melakukan : 1) pelaksanaan mandat TAP MPR
bahwa konflik agraria yang tak kunjung usai RI No. 9 Tahun 2001 secara konsisten dan me-
boleh jadi bukan hanya karena berputar dalam mantau pelaksanaannya secara transparan; 2)
lingkaran setan logika pemerintah, tetapi juga mengupayakan penyelesaian konflik agraria
sengaja dirawat untuk mengukuhkan tatanan secara berkesinambungan intensif, dan terko-
yang menguntungkan penguasa dan pengusaha. ordinasi dengan langkah-langkah tertentu; 3)
Sementara instrumen kelembagaan dan kebi- menugaskan menteri Hukum dan HAM untuk
jakan sedang didorong agar dapat mewadahi ke- memimpin pengkajian ulang terhadap seluruh
pentingan pasar dan sosial, praktik-praktik peraturan perundang-undangan di bidang agra-
kerakusan terus menimbulkan kerusakan-keru- ria dan pengelolaan sumberdaya alam yang tum-
sakan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan pang tindih dan bertentangan satu sama lain,
masyarakat. Dan, di dalam dinamika konflik dengan melibatkan akademisi dan masyarakat
agraria itulah, lembaga-lembaga negara justru madani; 4) menugaskan pimpinan kementrian
bertindak sebagai aktor kekerasan terhadap terkait dengan sumberdaya agraria dengan BPN
rakyat melalui aksi-aksi yang diatas namakan untuk melakukan beberapa langkah, antara lain
penegakan undang-undang, berupa kriminali- moratorium pemberian ijin pemanfaatan sum-
sasi, teror, intimidasi, penculikan, dan penem- berdaya alam/hak atas tanah selama audit dila-
bakan terhadap petani/pejuang hak-hak rakyat. kukan oleh lembaga independen; mengemban
Sementara itu, ketika rakyat mempertahankan kebijakan pencegahan dampak negatif dari
haknya atas ruang hidup, kepada rakyatlah la- konflik agraria dan terhadap lingkungan hidup;
bel kekerasan disematkan. Menurut FKMA, tin- melaksanakan UU 14 Tahun 2008; 5) mendorong
dakan rakyat dalam mempertahankan/merebut kementrian terkait BPN untuk mendukung
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 31

percepatan pembentukan UU yang mengatur Tentu saja, untuk membedah relasi dunia akade-
pengakuan dan perlindungan masyarakat mik dengan dunia gerakan akar rumput diperlu-
hukum adat, mendukung pemerintah daerah kan studi lebih lanjut di luar konteks tulisan ini.
melakukan proses identif ikasi dan verif ikasi Akan tetapi, pertanyaan- pertanyaan awal perlu
keberadaan masyarakat hukum adat; 6) menu- diajukan: ketika secara nyata hukum adalah pro-
gaskan kepada menteri kehutanan untuk segera duk politik, sejauhmana hukum menjadi instru-
menyelesaikan konflik pada masyarakat yang men bagi penyelesaian konflik agraria yang adil
berbatasan dengan kawasan hutan; dan 7) bagi rakyat sebagai elemen terpenting dalam
membentuk kementrian yang bertanggung- NKRI? Dan, seturut rekam jejak konflik agraria
jawab mengkoordinasikan kebijakan dan di nusantara (terutama untuk kawasan-kawasan
implementasi di bidang pertanahan, sumberda- hutan dan perkebunan), sejauhmana persoalan
ya alam, dan lingkungan hidup. agraria dipandang sebagai akibat dari keberlan-
Sedikit berbeda dengan rekomendasi FIKA jutan model ‘pembangunan’ yang dipertahankan
yang bersifat mengusulkan dan menghimbau, sejak jaman kolonial? Dan, dalam perspektif serta
beberapa rekomendasi FKMA yang dirumuskan kepentingan siapakah penyelesaian konflik ag-
dalam pernyataan sikap mereka lebih kuat nuan- raria didef inisikan, dirumuskan, dan diimple-
sa politiknya, antara lain: 1) memaksa pemerin- mentasikan?
tah untuk menghentikan kriminalisasi serta Ilustrasi sikap politik FIKA dan FKMA me-
membebaskan petani dan pejuang hak-hak nunjukkan bahwa pemahaman keagrariaan
rakyat dari tahanan akibat konflik agraria; 2) suatu pihak memengaruhi pemahaman pihak
memerintahkan kepada Presiden RI dan jajaran tersebut atas konflik agraria. Bagaimana konflik
penyelenggara negara untuk mewujudkan hak- agraria ditakrifkan dan dipahami oleh suatu
hak rakyat atas sumberdaya agraria/ruang hidup; pihak akan bergantung pada bagaimana Reforma
3) memerintahkan kepada segenap penyeleng- Agraria ditakrifkan dan dipahami oleh pihak
gara negara untuk tidak membuat atau menca- tersebut6. Dengan demikian, Reforma Agraria
but kebijakan yang menjadi legitimasi bagi (bukan Reformasi Agraria) menjadi kunci pen-
perampasan hak rakyat, terutama hak atas sum- ting dalam studi tentang konflik agraria dan
berdaya agraria; dan 4) menyerukan korporasi
penyelesaian konflik agraria.
untuk menghentikan segala upaya perampasan/
pengambilalihan lahan yang menjadi ruang B. Studi Perbandingan
hidup rakyat. Butir-butir rekomendasi tersebut Seturut dengan tradisi akademik yang
dibangun atas kesadaran bahwa rakyat adalah menjadi nafas FIKA, pada tahun 2012 STPN
pemegang kekuasaan tertinggi dalam NKRI dan menyelenggarakan riset sistematis bertema
negara sebagai alat untuk mencapai kesejahtera- Kebijakan, Konflik, dan Perjuangan Agraria In-
an, mereka meletakkan kembali posisi rakyat di donesia Awal Abad 21. Salah satu topik penelitian
atas negara, dan meletakkan korporasi di bawah yang dipilih dalam tulisan ini sebagai bahan
kendali negara. perbandingan adalah yang berjudul Kebijakan
Perbandingan sikap politik antara FIKA dan Penyelesaian Konf lik Agraria Kontemporer,
FKMA dalam merumuskan akar konflik agraria untuk selanjutnya disebut riset Kebijakan STPN
dan cara menyikapinya cukup menggambarkan
bahwa: posisi politik suatu aktor memengaruhi
kerangka pemikiran dan metode yang dipilihnya. 6
Saleh et al. 2012. hlm 123
32 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

2012. Penelitian ini mencoba untuk mengiden- Di sisi lain, konflik-konflik agraria di la-
tifikasi akar konflik agraria, pola-pola kebijakan pangan masih berlangsung hingga kini, tidak
penyelesaian konflik agraria, menilai efektif itas hanya mengakibatkan kerusakan-kerusakan
kebijakan tersebut di era reformasi, dan meru- tetapi juga melahirkan wacana-wacana akar
muskan rekomendasi untuk kebijakan penyele- rumput tentang apa yang seharusnya dilakukan.
saian konflik agraria. Dan, sebagaimana dengan Sebagai kasus uji terhadap hasil riset Kebijakan
perspektif FKMA, riset Kebijakan STPN 2012 STPN 2012 tersebut, argumentasi dalam catatan
melihat bahwa aktor ekonomi politik dalam konflik-konflik agraria yang terjadi di Banten,
dinamika konflik agraria tidak dapat dilepaskan Jawa Barat (penambangan air)8; di Kulon Progo,
dari posisi dan peran negara, pasar, dan masya- DIY (penambangan pasir besi)9; di Sidoarjo, Jawa
rakat. Timur (lumpur PT LAPINDO Brantas)10, dan di
Riset Kebijakan STPN 2012 dilandasi oleh Ogan Ilir, Sumatera Selatan (perkebunan PTPN
argumentasi awal sebagai berikut: 1) kebijakan VII)11 dipilih sebagai wacana pembanding. Ke-
dan konf lik agraria telah berlangsung jauh empat komunitas tersebut diwadahi oleh FKMA.
sebelum proklamasi kemerdekaan, setidaknya Identifikasi permasalahan disajikan dalam Tabel
bersamaan dengan kolonialisme7. Bermula dari 4 dan diuraikan lebih mendalam pada penje-
pemutusan hubungan-hubungan agraria secara lasannya.
paksa oleh pemerintah kolonial kepada pribumi Perbandingan antara temuan-temuan pene-
melalui kebijakan-kebijakan agraria yang litian riset Kebijakan STPN 2012 dan temuan-
menguntungkan perusahaan baik negara/swas- temuan pencermatan akar rumput atas konflik-
ta, konflik agraria hadir sebagai respons rakyat konflik agraria di daerah-daerah tersebut di atas,
atas kebijakan agraria negara dari jaman ke disajikan dalam Tabel 5 dan diuraikan lebih men-
jaman. 2) ketika konflik agraria adalah bentuk dalam pada penjelasannya. Agar memperoleh
respons (antitesis) dari kebijakan agraria (tesis), pengetahuan yang lebih komprehensif dan dapat
maka penyelesaian konflik agraria dihadirkan menyumbang kritik akademis atas artikel ini,
oleh negara sebagai sintesis, namun, dalam situ- pembaca disarankan untuk membaca terlebih
asi tertentu, apa yang dimaksudkan sebagai dahulu tulisan-tulisan yang menjadi sumber
sintesis ini belum beranjak dari tesis pendahu- studi perbandingan dalam artikel ini dan/atau
lunya sehingga kembali menarik kehadiran
antitesis. Riset lapang penelitian ini berlangsung
8
Berdasarkan artikel berjudul Kronologi Perlawanan
antara 28 Mei-2 Juni 2012 dan dilakukan dengan
Warga Padarincang versus Aqua Danone, ditulis oleh
pendekatan konstruksi sejarah kebijakan agraria, GRAPPAD (Gerakan Rakyat Anti Pembangunan Pabrik
penelusuran informasi (studi literatur, studi Aqua Danone), dapat disimak di http://
arsip, wawancara kepada beberapa pengambil selamatkanbumi.com/kronologi-perlawanan-warga-
padarincang-vs-aqua-danone/
kebijakan di lembaga-lembaga terpilih, dan studi 9
Berdasarkan artikel berjudul Bertani atau Mati,
kasus), dan triangulasi data yang bersumber pada ditulis oleh Kus Antoro, dapat disimak di http://
keduanya. Identifikasi permasalahan yang dite- selamatkanbumi.com/bertani-atau-mati/
10
mukan melalui riset Kebijakan STPN 2012 disa- Berdasarkan artikel berjudul Refleksi Perlawanan
Porong, ditulis oleh Rere, dapat disimak di http://
jikan dalam Tabel 3 dan diuraikan lebih menda- selamatkanbumi.com/refleksi-perlawanan-porong/
lam pada penjelasannya. 11
Berdasarkan artikel Risalah Kasus dan Riwayat
Tanah Warga Rengas (dipublikasikan dalam cetak), ditulis
7
Saleh et al. , 2012. hlm 110-111 oleh Mukhlis.
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 33

tulisan lain yang dirujuk dalam artikel ini12. siasi oleh kaum intelektual di tingkat akar rum-
Artikel ini memberikan penjelasan yang sangat put, maupun tidak terorganisasi secara modern
terbatas karena pembatasan ruang. seperti ditunjukkan oleh James C. Scott dalam
Di Indonesia, kapitalisme bermula hampir perlawanan keseharian. Corak-corak perlawanan
bersamaan dengan kolonialisme, dan secara bervariasi tergantung dari bentuk kapitalisme
nyata mengemuka sebagai sejarah agraria. yang dihadapi; aktor yang dihadapi; struktur so-
Sejarah agraria tidak lain merupakan sejarah sial (masyarakat) di mana konflik struktural itu
konflik struktural, yaitu konflik yang melibatkan berlangsung; dan kesempatan politik yang di-
rakyat berhadapan dengan kekuatan modal dan/ punyai oleh rakyat. Dan, dalam berbagai ben-
atau instrumen negara (dalam tulisan ini diisti- tuknya, negara dan/atau korporasi melakukan
lahkan sebagai negara-korporasi) memperebut- penghentian perlawanan sosial itu, baik secara
kan alat produksi berupa tanah/sumberdaya fisik; regulasi; politik identitas; pengorganisasian
alam. Studi Kartodirjo dan Suryo (1991) tentang kekerasan; atau pelabelan dan pewacanaan bagi
perkebunan menunjukkan bahwa di Indonesia, mereka yang menolak patuh sebagai: musuh ber-
relasi kekuasaan antara modal dan negara untuk sama.
mengukuhkan ekonomi politik kapitalisme Pertarungan kekuasaan antara kapitalisme
sudah dimulai sejak jaman kolonial, sebagai dengan rakyat tak jarang juga diramaikan
bukti: negara merupakan instrumen dalam pe- dengan perang wacana yang akan menentukan
netrasi, akumulasi, dan ekspansi modal berbasis legitimasi (pembenaran): siapa yang dibenarkan
sumberdaya alam. Akibatnya, terbentuk dua secara sosial untuk menentukan perubahan ling-
kutub kekuatan, 1) korporasi dan negara yang kungan dan sosial, lalu mereproduksi wacana
hendak menempatkan kapitalisme sebagai satu- itu untuk kepentingannya.
satunya kekuatan ekonomi politik dan 2) ke- Tulisan ini akan mengangkat tiga pendeka-
kuatan sosial yang dirugikan oleh kapitalisme. tan, yaitu Pendekatan Hak; Pendekatan Akses;
Kedua kekuatan itu bertemu dalam perebutan dan Pendekatan Ekososiologi, dalam memban-
1) ruang dan alat produksi secara material; 2) dingkan hasil Riset Kebijakan STPN 2012 dengan
arena kekuasaan di ranah kebijakan; dan 3) waca- kertas-kertas kerja akar rumput sebagai kasus uji.
na untuk legitimasi sosial. Di dalam kontestasi Dengan harapan, dapat tergambarkan secara
kekuasaan antara kekuatan ekonomi politik teoritis: sejauhmana penyelesaian konflik yang
kapitalisme dan kekuatan sosial inilah, konflik diusulkan kepada pemerintah atau dirumuskan
struktural lahir dan mengemuka.
oleh pemerintah telah menjadi bagian dari solusi.
Pemodal, baik pada masa kolonial maupun
pascakolonial, berkemampuan untuk mengubah 12
Antara lain: 1) Membangun Gerakan Petani Mandiri,
relasi-relasi agraria dalam masyarakat, yang ditulis oleh Guruh Dwi Riyanto, http://www.portalkbr.-
membawa konsekuensi bahwa tanah/ruang com/berita/saga/2526669_4216.html; 2) Akar Rumput
hidup/sumberdaya alam harus berelasi dengan Menuju Kemandirian, ditulis oleh Sita Magfira dan Suluh
Pamuji, http://indoprogress.com/akar-rumput-menuju-
pasar, sehingga modal dan tenaga kerja sebagai
kemandirian/; 3) Merawat Nafas Panjang Perjuangan
penggerak moda produksi adalah kebutuhan Agraria, ditulis oleh Udin Choirudin, http://selamatkan-
agar kapitalisme berlangsung. bumi.com/merawat-nafas-panjang-perjuangan-agraria-
Kekuatan sosial yang dirugikan oleh kapitalis- risalah-kongres-ii-forum-komunikasi-masyarakat-agraris-
fkma/; 4) Dari Gunawan Wiradi untuk Kawan-kawan
me melakukan perlawanan, baik terorganisasi FKMA, ditulis oleh Gunawan Wiradi, http://selamatkan-
(well organized) seperti serikat-serikat yang diini- bumi.com/surat-dari-gunawan-wiradi-untuk-fkma/.
34 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

C. Kerangka Teori hak untuk mengambil manfaat atas sesuatu


1. Pendekatan Hak Milik dari suatu tempat, berlaku bagi pemakai dan
Locke memandang kepemilikan sebagai penyewa, kepunyaan, dan pemilik.
klaim moral atas hak-hak yang muncul dari pen- 3. Hak pengelolaan (rights of management),
campuran tenaga kerja dan tanah13, sedangkan yaitu hak untuk mengatur pola pemanfaatan
pendapat oposannya, Marx 14, memandang dan mengubah sumberdaya yang ada untuk
bahwa kepemilikan adalah pencurian (theft). tujuan tertentu, berlaku bagi pemakai atau
Berbeda dengan Locke dan Marx, Proudhon15 penyewa, kepunyaan, dan pemilik.
dan MacPherson16 memandang kepemilikan 4. Hak pembatasan (rights of exclusion), yaitu
bukan sesuatu yang alami (natural), melainkan hak untuk membatasi akses pihak lain terha-
klaim yang memperoleh legitimasi sosial. Peluso dap sesuatu dan membuat aturan pemin-
dan Ribot17 mengemukakan bahwa hak kepemi- dahan hak ini, berlaku bagi kepunyaan dan
likan dikendalikan oleh sekelompok hak (a pemilik.
bundle of rights), yang dicirikan dengan pengu- Hak milik merupakan hak tertinggi karena
asaan si pemilik hak untuk memiliki, meng- hanya pemilik yang mempunyai hak untuk
gunakan, mewariskan, dan memindahkan melepaskan penguasaannya kepada pihak lain.
penguasaannya kepada pihak lain.
2. Pendekatan Akses
Lebih lanjut, Schlager dan Ostrom (1992)
membuat uraian atas a bundle of rights itu sebagai Menurut Peluso dan Ribot (2003), jika hak
berikut: kepemilikan dikendalikan oleh sekelompok hak
1. Hak atas akses (rights of access), yaitu hak (a bundle of rights), maka akses dikendalikan
untuk memasuki wilayah tertentu, berlaku oleh sekelompok kekuasaan (a bundle of pow-
bagi pemanfaat yang diijinkan (authorized ers). Kekuasaan lebih berperan daripada klaim
users), pemakai atau penyewa (claimant), dalam pengambilan manfaat atas suatu
kepunyaan (propeitors), dan pemilik sumberdaya. Sekelompok orang mungkin tidak
(owners). mempunyai hak menurut hukum yang berlaku,
2. Hak pemanfaatan (rights of withdrawal), yaitu namun kekuasaan yang melekat padanya me-
mungkinkannya untuk mengakses sumberdaya,
13
…property as the moral claim to rights arising from bahkan membuat klaim kepemilikan atau me-
mixing of labor with land (Peluso dan Ribot, 2003:156). nentukan struktur penguasaan atas sumberdaya.
14
Property is appropriation, thus the rights that de- Kekuasaan kemudian menjadi konsep penting
rived from combining labor and land or resource use were
superceded by state backed institutions of property, causing
untuk menelaah struktur penguasaan sumber-
him (Marx) to regard property as theft (Ibid: 156-157) daya dalam perspektif kelas, ranah di mana
15
One author teaches that property is a civil rights, based konflik penguasaan sumberdaya sering berlang-
on occupation and sanctioned by law; another holds that it is
sung. Perbedaan perspektif kekuasaan dalam
a natural rights, arising from labor, and these doctrines, though
they seem opposed, are both encouraged and applauded. I akses SDA antara Teori Hak Kepemilikan (Theory
(Proudhon) contende that neither occupation nor labor nor of Property Rights) dan Teori Akses (Theory of
law can create property, which is rather an effect without Access) disajikan dalam Tabel 1.
cause (Ibid:155).
16
…a right in the sense of an enforceable and supported
by society through law, custom, or convention (Ibid).
17
Peluso, N.L. and J.C. Ribot. 2003. A Theory of
Access. Rural Sociology 68 (2) , pp 153-181.
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 35

Tabel 1. Perbedaan Theory of Property Rights agraria: rakyat atau korporat?20 Apa yang menjadi
dan Theory of Access prioritas utama dalam pembangunan dan peru-
Sumber Konsep kunci Konsekuensi bahan-perubahan agraria: keberlanjutan atau per-
Hak adalah faktor yang menentukan
akses SDA seseorang atau sekelompok tumbuhan sesaat? Bagaimana pembangunan
Schlager dan orang. Hak tertinggi terdapat pada
Ostrom (1992) A bundle of aktor yang berkuasa melepaskan dan perubahan-perubahan agraria yang berman-
Theory of rights penguasaannya atas SDA.
Property Rights Kepastian hukum diperoleh dari faat luas akan dimulai: mengutamakan do-
kemelekatan hak pada seseorang atau
sekelompok orang atas SDA. rongan modal sosial atau mengutamakan tari-
Kekuasaan adalah faktor yang
menentukan akses SDA seseorang kan kapital?
atau sekelompok orang.
Ribot dan
Peluso (2003)
A bundle of
power
Hak adalah klaim yang memperoleh
legitimasi sosial.
Meskipun belum diangkat sebagai sebuah
Theory of Access Kepastian hukum merupakan arena
kekuasaan, pihak yang tidak dilekati
teori, Ekososiologi yang dirintis oleh Sajogyo
hak tetap dapat melakukan akses
melalui kekuasaannya.
dalam beberapa hal sejalan dengan pendekatan
Sumber: Peluso dan Ribot (2003) dan Schlager dan Political Ecology, seperti halnya ditunjukkan oleh
Ostrom (1992) Watts dalam Robbins, bahwa ekologi politik ada-
lah21:
3. Pendekatan Ekososiologi An approach to understand the complex relations
Istilah Ekososiologi muncul dalam kumpulan between nature and society through a careful analy-
karya terpilih Sajogyo yang menyoroti peru- sis of what one might call the forms of access and
control over resources and their implications for
bahan-perubahan agraria, terutama di pedesaan,
environmental health and sustainable livelihoods.
yang berangkat dari suatu upaya untuk mengu-
Tentu saja, pendekatan Ekososiologi kental
rai benang kusut pembangunan18. Beberapa
dengan nuansa ekonomi politik.
karya Sajogyo sebelumnya, seperti Moderniza-
Konf lik dan penyelesaian konflik, dalam
tion Without Development dan Pertanian, Lan-
pendekatan ekososiologi, perlu dipikirkan kem-
dasan Tolak bagi Pengembangan Bangsa berang-
bali. Konflik hadir bukan sebagai sebab, melain-
kat dari argumentasi bahwa ketimpangan struk-
kan sebagai akibat pertemuan dua subyek leng-
tur penguasaan sumberdaya agraria tidak selesai
kap dengan kepentingan dan posisinya dalam
semata-mata dengan kepastian hak yang dimo-
relasi lingkungan-sosial, mengarah aksi-reaksi
tori dengan modernisasi19. Mengkritisi revolusi
yang cenderung menegasikan. Dalam konflik
hijau, Sajogyo berpendapat bahwa modernisasi
struktural, subyek itu adalah rakyat berhadapan
justru tidak berdampak pembangunan, padahal
dengan negara dan/atau korporasi.
dalam tradisi wacana fungsionalisme/modernis-
Menggunakan pendekatan ekososiologi,
me keduanya selalu identik. Studi Sajogyo dike-
klaim atas suatu sumberdaya harus diletakkan
nal berusaha memosisikan kelas terbawah dalam
kembali dalam sejarah kemunculan klaim itu.
struktur penguasaan sumberdaya agraria sebagai
Sebagai misal, menjawab siapa yang berhak atas
aktor yang penting, memunculkannya dalam dis-
sumberdaya agraria di masa kolonial di nusan-
kursus: siapa yang paling berhak menikmati hasil
tara; pendekatan hak akan memunculkan ja-
atas pembangunan dan perubahan-perubahan
waban tegas: mereka yang diakui oleh pemerin-

18 20
Sajogyo. 2006. Ekososiologi. Sains, Sekretariat Bina Sajogjo. 1982. Modernzation without Development.
Desa, Cindelaras Pustaka Cerdas. Yogyakarta. The Journal of Social Studies, Dacca (Bangladesh).
19 21
Tulisan ini hadir sebagai Kata Pengantar dalam Invo- Robbins, Paul. 2004. Political Ecology A Critical
lusi Pertanian (Geertz, 1983). Introduction. Blacwell, Malden.
36 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

tah kolonial dan dikuatkan dengan tanda bukti Riset Kebijakan STPN 2012 menemukan per-
‘kepemilikan’ hak adalah pihak yang berhak. masalahan seputar kebijakan penyelesaian kon-
Namun, pendekatan ekososiologi akan memun- flik agraria. Secara umum, konflik berlangsung
culkan jawaban jelas: mereka yang telah menem- di dalam persaingan kepentingan Negara; Pasar;
pati dan memanfaatkan sumberdaya agraria dan Masyarakat.
sebelum kolonial tiba adalah pihak yang berhak. Negara memandang agraria sebagai ruang
Demikian pula dalam penyelesaian konflik, pen- dan isinya yang merupakan entitas tak terpisah-
dekatan hak akan mengutamakan penegakan kan dari kekuasaan sistem politik bernama na-
hukum positif di atas semua cara penyelesaian tion- state. Sebagai kesatuan kekuasaan, hukum
yang ada, artinya dalam kasus tersebut di atas, dan kebijakan merupakan alat kontrol atas peru-
pemerintah kolonial selalu benar. Pendekatan bahan-perubahan agraria, dengan demikian
ekososiologi akan mendahulukan keadilan kepastian hukum adalah syarat mutlak agar kebi-
sebelum hukum, artinya kepentingan sosial dan jakan dapat dijalankan. Konflik hadir sebagai
pengolah sumberdaya agraria merupakan subjek akibat dari hukum yang tidak berjalan sebagai-
yang harus difasilitasi sekalipun fasilitas itu nanti mana mestinya, pemerintah sebagai wakil insti-
akan muncul sebagai hukum positif. Di masa ko- tusi negara mempunyai wewenang untuk
lonial, kolonialisme adalah sebab, konflik agraria mengatur bagaimana konflik akan diselesaikan,
adalah akibat. Penyelesaiannya kolonialisme ha- salah satu bentuknya adalah penertiban admi-
rus diakhiri, dan ditata kembali pembaruan nistrasi pertanahan (sertif ikasi).
struktur penguasaan sumberdaya agraria (dike- Pasar memandang agraria sebagai komoditas
nal sebagai reforma agraria yang diperjuangkan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
melalui UUPA). Di masa pascakolonial, terlebih mesin pertumbuhan ekonomi. Sebagai pondasi
di era reformasi, kapitalisasi sumberdaya agraria kekuatan ekonomi, pengubahan sumberdaya
adalah sebab, konflik agraria adalah akibat. agraria menjadi nilai lebih akan ef isien ketika
Penyelesaiannya adalah mengganti model-mod- hak telah pasti. Kepastian hak akan menjadi ja-
el penyelesaian yang mendukung kapitalisasi sum- minan bagi iklim investasi yang baik. Logika pasar
berdaya agraria, meskipun bentuk penyelesaian dan negara bertemu pada gagasan pembangunan
itu belum terpikir oleh pengambil kebijakan. dan/atau pertumbuhan modal yang difasilitasi
dengan kepastian hak; perbedaannya, pasar per-
Tabel 2. Perbandingan Teoritis atas diskursus caya bahwa tanpa kebijakan negara pun moda
tentang Konflik Agraria dan Penyelesaiannya22 produksi tetap menggeliat, menumbuh-kem-
Parameter PENDEKATAN TEORITIS
Hak Akses Ekososiologi bangkan modal. Penertiban administrasi penting
(a bundle of rights) ( a bundle of
powers) sebagai mekanisme pengalihan hak dari publik
Sumber Ketidakpastian Hak Ketimpangan Ketimpangan
konflik akses penguasaan ke privat melalui pasar tanah.
Tujuan Tercipta kepastian Tercipta peluang Demokratisasi
penyelesaian hukum yang seimbang struktur agraria Masyarakat memandang agraria sebagai
Instrumen Hukum positif Kontrak Kelembagaan sosial
Bentuk Sertifikasi Pembukaan Keputusan yang ruang di mana relasi-relasi kekuasaan bertemu
penyelesaian Akses mengedepankan
kepentingan sosial dalam berbagai kepentingan. Agraria bukan
dan ekosistem
Konsekuensi Terbuka pada pasar Berbagi otoritas Terbuka pada hak hanya berfungsi privat, misalnya tanah warisan;
tanah milik komunal
Exclussion tetapi juga berfungsi sosial; misalnya sumber
Sumber: Sajogjo (2006); Peluso dan Ribot (2003) mata pencaharian/penghidupan. Dalam perspek-
dan Schlager dan Ostrom (1992) tif masyarakat, ada struktur penguasaan agraria
22
Data diolah dari buku Peluso dan Sajogyo. yang timpang, hak masyarakat atas sumberdaya
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 37

agraria tidak diakui dan akses masyarakat ter- kum dan kebijakan, baik berupa Ijin Bupati (Ban-
hadapnya ditutup. Struktur penguasaan inilah ten), Kontrak Karya dan UU No 13 Tahun 2012
yang harus dirombak, dan bukan pada siapa (Kulon Progo), Peraturan Presiden (Sidoarjo),
aktor yang kepadanya akan dilekatkan hak. Upa- maupun Hak Guna Usaha (Ogan Ilir). Hukum
ya penertiban administrasi hanya akan meles- dan kebijakan tersebut bekerja dalam logika yang
tarikan konflik sejauh upaya itu memelihara ke- sama: negara adalah penentu hubungan agraria
timpangan struktur penguasaan agraria. semua pihak, dan kepastian hak dibutuhkan un-
tuk mengamankan investasi atas sumberdaya
Tabel 3 Identifikasi permasalahan yang
ditemukan riset sistematis STPN 2012 tentang agraria. Tidak berbeda dengan temuan Saleh et
Kebijakan Penyelesaian Konflik Agraria al. (2012), akar rumput menempatkan agraria
Kontemporer23 sebagai ruang hidup dan sumber penghidupan,
Unsur-unsur Kelompok karenanya agraria tidak tergantikan. Pembe-
Negara Pasar
agraria Masyarakat
Ruang (tanah, basan lahan, baik itu melalui mekanisme tran-
Subyek dalam Komoditas Relasi-relasi
air, udara) dan
konflik agraria
isinya
berbasis ruang kekuasaan saksi maupun perampasan, bukan sebuah
Hal yang di- Hukum dan Ketidakpastian Struktur
reform Kebijakan Hak dan Akses penguasaan pilihan bagi masyarakat yang ruang hidupnya
Landreform
Landreform Dipandu telah/akan hilang karena suatu moda produksi/
Landreform
Pendekatan Dipandu Organisasi
negara
Dipandu pasar
Masyarakat (by agenda pembangunan. Berbagai upaya legal for-
leverage)
Pemerataan
mal dan intraparlementer untuk menyelesaikan
Kepastian
Jaminan distribusi ruang,
Tujuan
hukum melalui
keamanan pengakuan
konflik agraria structural telah dilakukan masya-
tertib
investasi kelembagaan atas
administrasi
wilayah adat
rakat, tetapi kandas oleh narasi hukum dan
Badan usaha
Lembaga didorong Badan Lembaga
ketidakmauan politik pemerintah untuk menye-
Pelaku utama
negara Finansial masyarakat
Internasional
lesaikan konflik. Karena konflik antara masya-
Sertifikasi,
Sertifikasi Pluralisme hukum
rakat dan negara-korporasi bersifat saling mene-
Realisasi Sertifikasi
Pasar tanah (dalam beberapa
hal)
gasikan, win win solution tidak dipandang sebagai
Sumber: Saleh et al. (2012) solusi bagi kelompok masyarakat ini. Konflik usai
jika akar konflik dihilangkan, yaitu hubungan
Kertas kerja akar rumput yang dihimpun oleh mutualistik negara dan korporasi, bentuk penye-
FKMA menemukan permasalahan-permas- lesaian konfliknya ialah pembatalan legitmasi
alahan yang sedikit berbeda dengan Riset Kebi- dan praktik-praktik kelanjutannya. Istilah “mem-
jakan STPN 2012. Secara umum, kertas kerja ini perpanjang nafas perjuangan” dan “mengutama-
menemukan hubungan mutualistik antara nega- kan kemandirian pemikiran dan gerak” muncul
ra dan korporasi dalam menafsirkan, mengatur, sebagai strategi sekaligus konsep tanding bagi
dan mengelola agraria. Hubungan mutualistik penyelesaian konflik agraria a la negara-koporasi,
ini dengan sendirinya menyingkirkan masya- sebagaimana diungkapkan oleh Magf ira dan
rakat yang secara normatif merupakan peme- Pamuji (2013), Riyanto (2013), Choirudin (2013)
gang kedaulatan tertinggi NKRI dan merusak dan Wiradi (2013).
lingkungan/ruang hidup masyarakat; sehingga,
diistilahkan oleh FKMA sebagai kejahatan nega-
ra-korporasi. Hubungan ini dilegitimasi oleh hu-

23
Deden dkk., op.cit.
38 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

Tabel 4 Identifikasi permasalahan yang ditemukan oleh akar rumput (FKMA)

Unsur-unsur
Banten Kulon Progo Sidoarjo Ogan Ilir
agraria
Akar konflik Kejahatan negara-koporasi terhadap sumberdaya agraria
Aktor Pemerintah Kasultanan dan PT Lapindo PTPN VII
penyebab Daerah Pakualaman Brantas
konflik PT Aqua Golden Pemerintah Daerah I
Missisipi dan II
PT Indomines Ltd.
Basis material Okupasi lahan Perubahan fungsi Semburan Tanah ulayat yang
yang menjadi oleh korporasi kawasan dari lumpur akibat diubah statusnya
sumber konflik untuk industri air pertanian dan pengeboran PT menjadi HGU,
mineral pemukiman menjadi Lapindo total areal tebu
pertambangan, Brantas (29 2.354 ha, lahan
dilegalisasi dengan Mei 2006) sengketa 1.529 ha.
Kontrak Karya
Pertambangan
(4 November 2008)
Kebijakan Surat Izin Bupati Perda DIY No 2 Perpres HGU atas tanah
yang menjadi dengan nomor Tahun 2010, tentang 14/2007 ulayat
sumber konflik 593/Kep.50- RTRW Perpres Surat Gubernur No
Huk/2007 UU No 13 Tahun 2012 48/2008 593.83/6623/I/200
Melegalkan Melegalkan akuisisi 0 kepada
akuisisi lahan lahan untuk Warga harus Kementrian
untuk tambang tambang pasir besi. menjual tanah BUMN, agar
air. ke PT. mengembalikan
LAPINDO lahan dan
memberi
kompensasi pada
warga.
Upaya Pembebasan Jual beli tanah Warga Upaya penyadaran
penyelesaian lahan Pendaftaran tanah diharuskan hukum dan
konflik agraria Kasultanan/Pakuala menjual tanah perbaikan
pemerintah/pe man kepada PT manajemen PTPN
rusahaan Penerbitan UU No 13 Lapindo VII, unit usaha PG
Tahun 2013, Perda Cinta Manis
DIY No 2 Tahun 2010 Pembayaran
tanah dan
bangunan
melalui APBN
Penyikapan Menuntut Upaya legal formal Penuntutan Okupasi dan
Masyarakat pencabutan surat (2007-2012) dan ganti rugi Penyelidikan
izin No selalu kandas kepada PT status tanah oleh
593/Kep.50- Tetap bertani di Lapindo (2006- masyarakat
Huk/2007 tentang lahan yang 2011) Mendesak
izin lokasi ditetapkan sebagai Penuntutan penyelesaian lewat
pembangunan konsesi bedhol desa jalur hukum dan
Pabrik Danone pertambangan, agar kepada tidak ditanggapi.
oleh PT. Tirta investor pemerintah
Investama. mempertimbangkan (2013)
Demonstrasi dan untuk tidak
mempertahankan mengambil risiko
lahan kerugian.

Sumber: GRAPPAD (2013); Antoro (2012); Mukhlis (2013) dan Rere (2013)
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 39

Apa yang dibayangkan sebagai penyelesaian Tabel 5 Perbandingan argumentasi tentang


konflik agraria oleh pemerintah di ranah kebi- konflik agraria dan penyelesaian konflik agraria
jakan ternyata tidak bekerja sebagai solusi di Parameter Hasil penelitian Riset Kertas kerja FKMA
Kebijakan STPN 2012
lapangan. Permasalahannya bukan terletak pada Dimensi material
akar konflik agraria
Komoditas berbasis
sumberdaya:
Ruang hidup
Sarana penghidupan
sejauhmana kebijakan penyelesaian konflik itu Pasir besi, air, tanaman,
gas bumi
(air , tanah, dan alat
produksi)
Dimensi Immaterial Ketidakpastian hukum Kesehatan lingkungan
efektif dan efisien, melainkan pada sejauhmana akar konflik agraria Ketimpangan akses Keberlanjutan ekonomi
Relasi sosial
kebijakan penyelesaian konflik itu benar-benar Identitas lokal
Pendekatan Pendekatan Hak Akses
menjadi solusi sejak dalam ranah arena kebijakan penyelesaian konflik Pendekatan Akses Ekososiologi
agraria
(bukan pada narasi/implementasi kebijakan). Strategi penyelesaian Kebijakan Okupasi dan
konflik Memperpanjang nafas
Ranah arena kebijakan berbeda dengan ranah perjuangan

narasi/implementasi kebijakan, ranah pertama Sumber: Rere (2013), Mukhlis (2013), GRAPPAD
dapat diterjemahkan sebagai arsitektur konsep (2013), Antoro (2012), dan Saleh et al.
(2012)
dan arah kebijakan; sedangkan ranah kedua
adalah strukturisasi konsep dan arah kebijakan Dengan membandingkan argumentasi yang
tersebut. muncul dalam Riset Kebijakan STPN 2012 dan
Mayoritas kebijakan penyelesaian konflik kertas kerja FKMA, artikel ini hendak menyasar
agraria di Indonesia belum menyentuh akar pada isu penyelesaian konflik agraria dengan
konflik agraria; sekalipun hal ini dibantah oleh pertanyaan-pertanyaan panduan sebagai berikut:
pemerintah, bukti di lapangan justru berbicara 1. Apa makna agraria bagi negara, pasar, atau
sebaliknya: kebijakan penyelesaian konf lik masyarakat; dan mengapa demikian?
menjadi bagian dari pemeliharaan konf lik. 2. Apa akar konflik agraria menurut negara;
Kertas kerja akar rumput di FKMA maupun pasar; dan masyarakat?
Riset Kebijakan STPN 2012 menunjukkan hal itu, 3. Apakah upaya-upaya ‘penyelesaian konflik’
terutama ketika menjawab: apa akar konflik agra- yang dirumuskan dan/atau dijalankan oleh
ria? negara, pasar, atau masyarakat sudah menjadi
Pendekatan Hak tampaknya ditinggalkan bagian dari penyelesaian, atau justru menjadi
oleh akar rumput dalam pembangunan wacana bagian dari persoalan baru yang harus disele-
untuk memperjuangkan hak atas agraria, baik saikan; dan mengapa demikian?
itu diwujudkan sebagai penutupan paksa alat
produksi korporasi; tuntutan pencabutan ijin D. Analisis
pemerintah pada korporasi; penolakan bentuk- Gillian Hart24 dalam Development Debates in
bentuk legitimasi untuk perampasan ruang the 1990s: Culs de Sac and Promising Paths,
hidup; dan okupasi lahan untuk meneruskan mengembangkan kerangka analisis pembangun-
penghidupan. Pendekatan akses, yang dipromo- an dengan ‘memisahkan sejenak’ dan ‘mema-
sikan oleh Peluso dan Ribot sebagai Teori Akses, dukan kembali’ antara kebijakan pembangunan
tampaknya menjadi landasan bagi akar rumput (pembangunan dalam huruf “P” besar) dan pro-
untuk menyelesaikan konflik agraria struktural ses operasi pembangunan kapitalisme (pem-
dengan caranya sendiri. Sedangkan Pendekatan bangunan dalam huruf “p” kecil). Pembangun-
Ekososiologi tampaknya menjadi landasan teo-
ritik untuk melegitimasikan posisi akar rumput 24
Hart, G. Development Debates in the 1990s: Culs de
dan ruang hidupnya dalam pusaran konflik Sac and Promising Paths,Progress in Human Geography
agraria struktural. 25,4 , pp. 649–658, 2001
40 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

an—dalam pemahaman pengambil kebijakan, kemacetan25. Lebih lanjut, Harvey menegaskan


sesungguhnya suatu proyek intervensi negara- bahwa perubahan besar di dalam sejarah sosial,
negara ‘dunia pertama’ pascaperang dunia II yang dikaitkan dengan diskursus (P)embangunan
diterjemahkan sebagai suatu perencanaan dan (p)embangunan di Indonesia, dapat dilacak
(p)embangunan investasi dengan akuisisi ruang- dari enam hal pokok yang saling terhubung dan
ruang baru di negara-negara bersumber daya memengaruhi, yakni perubahan teknologi, relasi
alam dan manusia yang melimpah, untuk meli- dengan alam, modus produksi, konsumsi sehari-
patgandakan keuntungan skala besar bagi kepen- hari, mental conception, dan relasi sosial.
tingan investasi tersebut (produksi ruang). Akui- Levebre (2000) dalam Harvey26 mengungkap-
sisi dan produksi ruang ini tidak lagi menggu- kan bahwa daya hidup kapitalisme terjaga
nakan cara-cara imperialisme kuno, yaitu invansi melalui penciptaan perluasan ruang (production
militer, melainkan memanfaatkan kekuatan dari of space), sebagaimana pendapatnya di sumber
dalam negara-negara ‘dunia ketiga’, yaitu penye- lain:
lenggara negara (acquisition through state inter-
According to Marx’s early works, production is not
vention), dengan menggunakan logika (P)em- merely the making of products. ..it also signifies
bangunan dan Peningkatan Kesejahteraan. Mo- the self-production of the “human being” in the
del lain dari intervensi ini adalah dengan process of historical selfdevelopment, which involves
dukungan Badan-badan Internasional yang the production of social relations. Finally, in its full-
est sense, the term embraces re-production . . .
menitikberatkan pada program-program pener-
[this] being the outcome of a complex impulse
tiban administrasi pertanahan untuk kebutuhan rather than of inertia or passivity; this impulse . . .
pasar tanah (acquisition through market inter- this praxis and poiesis does not take place in the
vention). higher spheres of a society (state, scholarship, “cul-
Kebijakan pembangunan di Indonesia, teruta- ture”) but in everyday life (2000 [1971]:30" 27
ma menjelang abad ke-21, ditandai oleh opera- Selanjutnya, Levebre mengungkapkan:
sionalisasi kekuatan-kekuatan struktural dari
“capitalism has found itself able to attenuate (if not
agen-agen pasar baik transnasional maupun resolve) its internal contradictions . . . by occupy-
nasional, yang bekerja melalui Badan-badan ing space, by producing a space”.
Internasional, untuk meneruskan akumulasi
Levebre menganjurkan untuk waspada terha-
modal, sebagai contoh adalah keharusan mene-
dap cara-cara kerja kapitalisme dalam hidup kese-
rapkan SAPs dalam LoI IMF 1998. Logika kapi- harian, kapitalisme mampu menemukan celah
talisme mengharuskan modal harus berputar untuk mengambil-alih ruang (hidup) dan mem-
(dijalankan dalam moda produksi) agar meng- produksi ruang (kapital). Hal itu tampak jika
hasilkan surplus dan modal kembali. Jika sur-
plus yang terakumulasi tidak berputar kembali
25
dalam siklus produksi; sirkulasi; dan pertukaran Levebre H. 2010. “The Survival of Capitalism: Re-
yang sudah ada; maka krisis akibat akumulasi production of the Relation of Production”. Dalam David
Harvey. Imperialisme Baru, Genealogi dan Logika Kapi-
yang berlebihan akan terjadi. Sehingga, untuk talisme Kontemporer. Terj. Eko PD. Jakarta: Resist Book
mencegah krisis itu, dibutuhkan ruang baru dan Institute of Global Justice.hlm, 97
26
untuk reproduksi kapital terus menerus. Harvey Levebre.H. op.cit
27
Greig Charnoks. Challenging New State Spatiali-
dalam The Limit of Capital mengemukakan
ties: The Open Marxism of Henry Levebre. Antipode Vol.
bahwa produksi ruang baru merupakan solusi 42 No. 5 2010 ISSN 0066-4812, pp 1279–1303, 2010.
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 41

mengamati bagaimana ruang diatur, diproduksi, pengelolaan; dan pemanfaatan sumberdaya


bahkan direbut. Dengan demikian, diskursus alam/agraria antara negara dan masyarakat adat
(P)embangunan dalam skema (p)embangunan tidak terhindarkan. Agraria terkadang meru-
merupakan bagian dari produksi-reproduksi ru- pakan ruang hidup yang tidak tergantikan. Se-
ang-ruang baru bagi akumulasi modal dengan hingga, bagi pemaknanya, agraria akan diper-
menggunakan instrumen-instrumen struktural, tahankan hingga usai usia. Pemaknaan ini ba-
baik negara maupun swasta. rangkali berbeda bagi negara atau swasta yang
menilai sumberdaya agraria adalah aset ekonomi,
1. Makna agraria baik untuk tujuan pertumbuhan ekonomi mau-
Menurut UU No 5 Tahun 1960, agraria dide- pun akumulasi kapital dan laba. Bagi negara dan
f inisikan sebagai bumi, air, dan udara. Penger- swasta, karena agraria sebagai aset, pemberian
tian ini mengacu pada makna agraria sebagai kompensasi menjadi alternatif resolusi ketika
ruang (space) dan isinya. Ruang dapat berdi- konflik agraria struktural terjadi.
mensi fisik, seperti garis pantai, tepi sungai, te-
bing, tanggul, vegetasi; dan berdimensi imajiner 2. Akar-akar konflik agraria
batas administrasi dalam peta. Sedangkan isi dari Akar-akar konflik agraria dapat dipetakan
ruang mengacu pada materi yang menempati dalam 5 hal, yaitu:29
ruang tersebut, lebih dikenal dengan istilah sum- a. Proyek ideologi dan politik neoliberalisme
berdaya alam, termasuk manusia. Dengan demi- Sebagai sebuah teori, Neoliberalisme adalah
kian, istilah agraria, ruang, dan/atau sumberdaya suatu aliran pemikiran yang mengutamakan
alam dapat digunakan secara bergantian untuk prinsip-prinsip kepemilikan pribadi secara
menunjuk maksud yang sama. mutlak, pasar dan perdagangan bebas, dan
Batas wilayah dapat menandakan identitas kebebasan dalam berusaha dan bersaing. Teori
ekologis, misalnya ekosistem hutan dan ekosis- ini segera menjadi kritik bagi tata pemerin-
tem DAS; dapat pula bermakna politis, misalnya tahan yang absolut. Neoliberalisme kemudian
batas negara; dapat bermakna sosiologis, misal- dilembagakan dalam kebijakan pembangun-
nya batas pemangku adat; dapat pula bermakna an melalui SAPs (Structural Adjustment Pro-
ekonomis, misalnya batas tanah yang dimiliki/ grams), dipelopori oleh IMF dan Bank Dunia.
dikuasai oleh suatu pihak.28 Sehingga, agraria Harvey dalam A Brief History of Neoliberalism
bermakna material sekaligus immaterial, terkait memahami Neoliberlaisme sebagai agenda
dengan kewenangan suatu pihak untuk mengak- konsolidasi kelas yang berkuasa untuk
ses; mengelola; memanfaatkan, dan mengklaim mengatasi krisis-krisis akibat kejenuhan aku-
suatu lingkup yang menjadi wilayahnya (do- mulasi modal melalui accumulation by dis-
mein), dan kewenangan ini biasanya mengarah possession, yakni akumulasi modal dengan
pada bentuk penguasaan tunggal. Batas wilayah cara perampasan disertai produksi ruang yang
dengan sendirinya menandakan pula klaim baru; pembagian kerja yang baru; sumberda-
kekuasaan suatu pihak atas materi yang berada ya yang baru dan lebih murah; dan kelem-
pada suatu wilayah, dan tak jarang klaim itu bagaan modal yang baru, yang dibedakan
bertubrukan dengan klaim pihak lain. Akibatnya, dengan accumulation by exploitation, yakni
konf lik yang memperebutkan klaim; akses; akumulasi modal secara meluas melalui

28
Deden dkk., op.cit. 29
Deden dkk., op.cit.
42 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

eksploitasi tenaga kerja dalam proses produksi komunal atau yang berbasis semangat so-
dan sirkulasi barang dagangan30. Sehubungan sialisme Indonesia33. Sesungguhnya, Domein
dengan hal itu, sumberdaya agraria merupa- Verklaring lahir sebagai alat legitimasi peme-
kan ruang pertemuan antara (P)embangunan rintah kolonial untuk mengukuhkan mono-
dan (p)embangunan, dan dimaknai sebagai poli atas ruang dan pengelolaannya. Monopoli
komoditas. itulah yang menjadi akar konflik karena akan
Jauh sebelum kritik Harvey terhadap perilaku meniadakan pihak yang tidak dominan. Mes-
agen kapitalisme dalam memperlakukan kipun asas domein verklaring dihapuskan da-
lahan, Polanyi, dalam The Great Transforma- lam narasi kebijakan agraria, bukan berarti
tion, menilai sumberdaya agraria bukan semangat dan upaya-upaya untuk mencipta-
sebagai komoditas, melainkan sebagai ruang kan monopoli atas ruang turut pula hilang.
di mana relasi-relasi sosial terjadi dan be- c. Konstruksi kebijakan agraria
kerja31. Menurut Polanyi, ketika sumberdaya Kebijakan yang mengatur pengelolaan agraria
agraria diperlakukan sebagai barang da- di Indonesia bersifat tumpang tindih kepen-
gangan (komoditas) maka hubungan-hu- tingan, bahkan bertentangan dengan asas
bungan sosial yang melekat padanya akan hukum agraria yang berlaku. Hal ini tampak,
terlepas dan menghasilkan guncangan-gun- jika UU No 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
cangan sosial berupa gerakan-gerakan tan- pokok Agraria (UUPA) dibadingkan dengan
dingan untuk melindungi masyarakat dari UU Pertambangan, UU Kehutanan, UU
kerusakan yang lebih parah. Sumberdaya Pengadaaan Tanah untuk Kepentingan
agraria beserta tenaga kerja merupakan syarat Umum dan Pembangunan, dan MP3EI.
hidup masyarakat, sehingga ketika keduanya d. Moda Produksi atas agraria
diintegrasikan ke dalam mekanisme pasar Moda produksi atas agraria mengemuka
sama saja dengan menyerahkan pengaturan sebagai sumber konflik di beberapa tempat.
kehidupan sosial kepada pasar. Kehutanan dan perkebunan merupakan
b. Sistem tenurial yang monopolistis moda produksi penyumbang konflik agraria
Domein Verklaring yang diperkenalkan oleh struktural paling banyak dan paling lama da-
Rafless menjadi landasan yang kuat bagi lam sejarah konflik agraria Indonesia, karena
klaim penguasaan atas ruang hingga saat ini. sisa-sisa penerapan hukum kolonial pada
Asas ini diadopsi oleh hukum nasional; kedua sektor tersebut masih terjadi.
misalnya Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dan oleh Reformasi hukum di bidang kehutanan, baik
hukum feodal; misalnya Rijksblad 1918 di UU No 5 tahun 1967 maupun UU No 41 tahun
Lembaga Swapraja Yogyakarta32. Menurut 1999 yang menggantikan Ordonansi 1927/
UUPA, Domein Verklaring dianggap menga- 1932, tidak berarti menuntaskan konflik agra-
baikan hubungan-hubungan agraria berbasis ria di sektor ini. Pembaruan hukum tanah
Agrarische Wet 1870 menjadi UU No 5 Tahun
30
Harvey, David. 2005. A Brief History of Neoli-
beralism. Oxford:Oxford University Press.
31 33
Polanyi, K. The great transformation. New York: Antoro, Kus Sri. 2010. Konflik-konflik Sumbedaya
Rinehart. 1944 Alam di Kawasan Pertambangan Pasir Besi: Studi Implikasi
32
Kasus uji: Pertambangan Pasir Besi di DIY, klaim Otonomi Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Kulon Progo
tanah oleh Swapraja menggunakan produk kolonial Rijksblad Daerah Istimewa Yogyakarta). Tesis. Sekolah Pascasarjana
1918. IPB, tidak diterbitkan.
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 43

1960, dalam beberapa hal, juga demikian. facto, menurut Burns hukum barat yang
Dalam UU No 5 Tahun 1960, hak-hak yang dianut oleh pemerintah kolonial berlandas-
diturunkan langsung dari hukum kolonial, kan pada teori ipso jure—teori ini didukung
terutama Hak Guna Usaha (HGU) yang ditu- oleh mazhab Utrecht yang melahirkan dok-
runkan langsung dari hak erpacht, meru- trin Domein Verklaring, yang berprinsip bah-
pakan model yang paling sering menimbul- wa kepemilikan hak atas sumberdaya agraria
kan konflik agraria struktural. Penerapan harus dinyatakan dengan alat bukti formal
HGU pada suatu wilayah dengan serta merta berdasarkan prinsip rasionalisme35.
akan menghilangkan hubungan hukum yang
ada sebelumnya pada kawasan tersebut, kare- 3. Penyelesaian Konflik agraria
na dikembalikan kepada asas muasal bahwa Peraturan Kepala BPN No 3 Tahun 2011 Ten-
HGU berasal dari tanah negara (bukan tanah tang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan
yang terlekati hak eigendom atau tanah Kasus Pertanahan membedakan dengan tegas
ulayat). Sehingga, HGU merupakan salah satu batasan Kasus, Sengketa, Perkara dan Konflik
cara penghilangan status hukum atas lahan pertanahan (tidak meliputi kawasan perairan;
dan mekanisme peralihan penguasaan men- udara; dan hutan). Kasus dibatasi sebagai seng-
jadi di tangan negara. Kasus di Ogan Ilir me- keta, konflik, atau perkara pertanahan yang
nunjukkan demikian. disampaikan kepada BPN RI untuk mendapat-
e. Politik hukum agraria kan penanganan penyelesaian sesuai ketentuan
Kelsen berpendapat “the state is the commu- perundang-undangan dan/atau kebijakan
nity created by a national (as opposed to an pertanahan nasional. Dalam hal ini jelas, bahwa
international) legal order34. The state as juris- BPN tidak akan menangani kasus yang 1) tidak
tic person is a personif ication of this commu- dilaporkan, 2) di luar terminologi pertanahan,
nity on the national legal order constituting dan 3) tidak berpayung hukum.
this community. From a juristic point of view, Sengketa dibatasi sebagai perselisihan perta-
the problem of the state therefore appears as nahan antara orang perseorangan, badan hu-
the problem of the national legal order”, kum, atau lembaga yang tidak berdampak luas
dengan demikian, persoalan negara, dalam secara sosio politik (berdimensi horizontal). Per-
sudut pandang hukum, diartikulasikan seba- kara adalah perselisihan pertanahan yang penye-
gai persoalan tata hukum nasional. lesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan
Politik hukum agraria yang menempatkan atau putusan lembaga peradilan yang masih
asas hukum positif sebagai satu-satunya asas dimintakan penanganan perselisihannya di BPN
yang diijinkan hidup dalam masyarakat, RI. Konflik adalah perselisihan pertanahan antara
dengan kata lain meniadakan sistem hukum orang perseorangan, kelompok, golongan, orga-
yang lain. Dominansi hukum positif melahir- nisasi, badan hukum, atau lembaga yang mem-
kan konflik yang tiada habis, karena hukum punyai kecenderungan atau sudah berdampak
positif mengabaikan kearifan sistem yang lain. luas secara sosio-politik (berdimensi struktural/
Konsep kepemilikan yang diatur oleh bukan vertikal). Konflik agraria struktural lebih sering
hukum positif berlandaskan pada teori ipso
35
Burns, Peter. 1999. The Leiden Legacy Concepts of
34
Kelsen, Hans. 1961. General Theory of Law and State, Law Indonesia. Jakarta:P.T. Pradnya Paramita, Jakarta.hlm
New York, Russell and Russell. hlm 181 95.
44 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

merupakan kasus yang kronik, komprehensif, Reforma Agraria (pemerintah dan pasar
dan sensitif pada isu-isu kemanusiaan yang adil menyebutnya Reformasi Agraria) mempunyai
dan beradab dan/atau keadilan sosial bagi selu- dua fungsi, pertama sebagai tujuan yang mema-
ruh rakyat Indonesia. yungi kebijakan agraria dan kedua sebagai cara
Ketetapan MPR RI No 9 Tahun 2001memberi untuk penyelesaian konflik agraria36.
mandat kepada DPR dan Presiden untuk : Menurut Bank Dunia, reformasi agraria
Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan mempunyai lima dimensi, yaitu: 1) liberalisasi har-
dengan sumber daya agraria yang timbul selama ga dan pasar; 2) landreform (termasuk pengem-
ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik bangan pasar tanah); 3) pengolahan hasil perta-
di masa mendatang guna menjamin terlaksana- nian dan saluran pasokan pendapatan; 4) ke-
nya penegakan hukum dengan didasarkan atas uangan pedesaan; dan 5) lembaga-lembaga
prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 4 pasar37. Konsekuensinya adalah konsolidasi
dari Ketetapan ini. tanah oleh pelaku pasar demi tujuan-tujuan
Konsekuensinya, pemerintah harus melaku- investasi yang efisien. Logikanya, ef isiensi hanya
kan 1) sinkronisasi kebijakan, untuk mengakhiri dapat dicapai apabila proses konsolidasi tanah
dualisme hukum atau tumpang tindih kewe- diserahkan kepada mekanisme pasar karena pa-
nangan; 2) landreform dengan mengedepankan sar diyakini mempunyai kemampuan untuk
kepemilikan tanah untuk rakyat; 3) inventarisasi mengatur sendiri dalam mencapai keseimbangan
dan pendaftaran tanah untuk landreform; 4) antara permintaan dan penawaran. Tidak meng-
pencegahan dan penyelesaian konflik agraria; 5) herankan apabila pasar tanah dipromosikan
penguatan kelembagaan dan kewenangan lem- sebagai bagian dari kebijakan transformasi
baga yang berkompeten; 6) pembiayaan dalam penguasaan lahan. Sejalan dengan gagasan Bank
Reforma Agraria dan penyelesaian konflik agra- Dunia, ADB mempromosikan Land Administra-
ria. Sedangkan Peraturan Presiden No 10 Tahun tion Projects (LAP) sebagai bagian dari land-
2006 Tentang BPN mengatur kewenangan BPN reform, yang akan memenuhi dua fungsi yaitu 1)
untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bi- kepastian hukum dan 2) kemudahan transaksi.
dang pertanahan secara nasional, regional dan Merujuk pada Tuma dalam Twenty-Six Cen-
sektoral (Pasal 2), dalam kaitannya dengan ama- turies of Agrarian Reform, a Comparative Analy-
nah TAP MPR RI No 9 Tahun 2001, fungsi terse- sis, Reforma Agraria didefinisikan oleh kelompok
but dijabarkan dalam kewenangan untuk, antara yang mewakili kepentingan masyarakat sebagai
lain: suatu upaya sistematik, terencana, dan dilakukan
a. koordinasi kebijakan, perencanaan dan pro- secara relatif cepat, dalam jangka waktu tertentu
gram di bidang pertanahan; dan terbatas, untuk menciptakan kesejahteraan
b. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka dan keadilan sosial serta menjadi pembuka jalan
menjamin kepastian hukum; bagi pembentukan masyarakat ‘baru’ yang de-
c. pengaturan dan penetapan hak-hak atas ta- mokratis dan berkeadilan; yang dimulai dengan
nah; langkah menata ulang penguasaan, pengguna-
d. pengawasan dan pengendalian penguasaan an, dan pemanfaatan tanah dan kekayaan alam
pemilikan tanah; lainnya, kemudian disusul dengan sejumlah pro-
e. pengkajian dan penanganan masalah, seng-
keta, perkara dan konflik di bidang perta-
nahan 36
Deden dkk., op.cit.
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 45

gram pendukung lain untuk meningkatkan pro- sumber-sumber agraria lainnya yang dirampas
duktivitas petani khususnya dan perekonomian dari rakyat sebagai penguasa sebelumnya.
rakyat pada umumnya38. Konsekuensinya, seba- Dengan demikian, keberpihakan; kemauan
gaimana yang di simpulkan oleh Lindquist39 politik; dan posisi negara dalam penyelesaian
dalam Land and Power in South America, antara konflik agraria dapat dilihat dari praktik-prak-
lain adalah (1) Bermakna sebagai suatu transfer tiknya, antara lain: bagaimana skema penyele-
kekuasaan; (2) Pengembalian tanah-tanah saian konflik agraria dirumuskan dan ditempuh:
(property) rakyat yang dirampas; (3) Pembagian memenuhi amanat rakyat atau amanat pasar?
tanah secara merata (4) Mengarah kepada
Tabel 6. Konflik Agraria menurut berbagai
pengelolaan tanah yang lebih baik; (5) Mening-
pihak41
katkan standar kehidupan dari petani-petani
Kelompok
Unsur-unsur Pemerintah Pasar
yang menerima manfaat dari reform; (6) Me- Masyarakat
Ketidakpastian Ketimpangan
Akar masalah Kegagalan pasar
ningkatkan produksi pertanian; (7) Menciptakan hukum penguasaan
Penegakan
lapangan kerja; (8) Mempercepat pembentukan Sumber
masalah
hukum yang
Hambatan
structural
Dominansi
ekonomi pasar
lemah
modal (capital formation), investasi dan tekno- Konflik sebagai
Konflik sebagai Konflik sebagai
Paradigma penghambat
logi inovasi di bidang pertanian; (9) Mencipta- kebijakan
eksternalitas akibat (respons)
Perombakan
kan dukungan politik untuk partai atai kelompok- Solusi
Penertiban
Mekanisme pasar struktur
administrasi
penguasaan
kelompok politik yang pro reform; (10) Memung- Lembaga negara Kelembagaan
Eksekutor melalui Pasar tanah negara dan
kinkan untuk dilakukan/diterapkan dalam kon- pengadilan sosial

disi yang ada di tengah masyarakat, khususnya Sumber: Saleh et al. (2012)
dalam hal kapasitas personal/orang-orang yang
ada/tersedia; dan (11) Menjungkirbalikan Pada 24 September 2012, dalam peringatan
(mengubah) masyarakat kapitalis. Lebih lanjut, Hari Tani ke 52, Kepala BPN RI menuangkan visi
Bachriadi40 menegaskan bahwa Reforma Agraria lembaga negara yang dipimpinnya dalam soal
merupakan bagian dari program pembangunan agraria nasional, melalui 7 tertib (Sapta Tertib),
ekonomi sekaligus program politik untuk yaitu Tertib Administrasi, Tertib Anggaran, Tertib
mengubah struktur penguasaan dan penggu- Perlengkapan, Tertib Perkantoran, Tertib Kepe-
naan sumber-sumber agraria, yang meliputi 1) gawaian, Tertib Disiplin Kerja, dan Tertib Moral.
redistribusi tanah dan sumber-sumber agraria Dan dalam rangka melaksanakan Sapta Tertib
lainnya yang dikuasai secara berlebihan atau itu, BPN telah mencanangkan dan melaksanakan
skala besar dan 2) pengembalian tanah-tanah dan 5 program strategis yaitu 1) Reforma Agraria, 2)
Penertiban Tanah Terlantar,3) Legalisasi Aset, 4)
Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pertanahan,
37
Limbong, Benhard. 2012. Konflik Pertanahan. dan 5) LARASITA.
Jakarta:Margaretha Pustaka. hlm 168. Reforma agraria dilaksanakan melalui pena-
38
Tuma, Elias H. 1965. Twenty-Six Centuries of Agrar-
taan sistem politik dan hukum pertanahan dan
ian Reform, a Comparative Analysis . Berkeley: Universi-
ty of California Press melalui landreform plus, yaitu penataan hukum
39
Lindquist. 1979. Land and Power in South America. pertanahan yang didasarkan pada nilai-nilai dan
40
Bachriadi, Dianto. 2007. Reforma Agraria untuk prinsip-prinsip ideologi negara dan UUD 1945,
Indonesia: Pandangan Kritis tentang Program Pembaruan
dan bukan didasarkan pada nilai-nilai individu-
Agraria Nasional (PPAN) atau Redistribusi Tanah ala
Pemerintahan SBY. Makalah Pertemuan Organisasi-orga-
41
nisasi Rakyat se-Jawa di Magelang, 6-7 Juni 2007. Deden dkk., op.cit.
46 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

alis dan yang menempatkan tanah sebagai komo- 3) Sistem Tenurial yang tidak monopolistik
ditas. Berbagai peraturan baru telah dibuat antara 4) Penataan Ruang yang mengacu asas-asas
lain: 1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 keadilan agraria
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Dalam skema TAP MPR No 9/2001, reforma
Untuk Kepentingan Umum, 2) Peraturan Peme- agraria menjadi mekanisme yang harus ditem-
rintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban puh agar konflik agraria struktural terselesaikan.
dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, 3) Pera- Tetapi, setidaknya, saat ini negara dihadapkan
turan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2012 tentang pada tiga pilihan bentuk reforma agraria: 1)
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pem- Reforma agraria yang dipandu oleh negara; 2)
bangunan Untuk Kepentingan Umum, 4) Pera- Reforma agraria yang dipandu oleh pasar; dan
turan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No- 3) Reforma agraria yang digerakkan oleh masya-
mor 2 Tahun 2010 tentang Penanganan Penga- rakat.
duan Masyarakat, 5) Peraturan Kepala Badan Meskipun sama-sama dianggap sebagai
Pertanahan Nasional RI Nomor 4 Tahun 2010 ten- masalah yang harus dipecahkan, konflik agraria
tang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar dan dipandang secara berbeda-beda oleh negara,
6) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional pasar, atau kelompok sosial (masyarakat), menu-
RI Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas rut pemahaman masing-masing pihak terhadap
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Reforma Agraria. Pasar melihat konflik agraria
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pelimpahan Kewe- sebagai akibat dari kegagalan pasar bebas, dian-
nangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan taranya karena keberadaan barang publik dan
Pendaftaran Tanah Tertentu. Sengketa, perkara eksternalitas yang tidak terselesaikan oleh pihak
dan konflik pertanahan ditangani dengan mem- yang berwenang (negara). Negara melihat kon-
bentuk Tim 11 (sebelas) dan Ad-hoc, yang juga flik agraria sebagai akibat dari ketidakpastian hu-
akan dibentuk pada tingkat Kantor Wilayah dan kum. Masyarakat melihat konflik agraria sebagai
Kantor Pertanahan untuk menyelesaikan kasus- akibat dari ketimpangan struktur penguasaan
kasus di daerah dengan pola penyelesaian yang sumberdaya agraria karena dominansi dua pihak
sama, menggunakan prinsip. Win-Win Solution. lainnya. Karenanya, pemaknaan Reforma Agraria
Tidak hanya berdasarkan hukum tertulis, tapi turut menentukan pendefinisian dan pemakna-
lebih pada prinsip keadilan dan prinsip tanah an konflik agraria, berikut tawaran resolusinya.
untuk kepentingan umum. Kontraproduktif Upaya resolusi konflik agraria tidak akan
terhadap atas visi landreform plus di atas, BPN menjadi bagian dari penyelesaian konflik ketika
RI merespons pengesahan UU No. 2 Tahun 2012 dirumuskan dalam paradigma, pemahaman,
dengan penataan struktur organisasi agar dapat dan pendekatan yang melahirkan konflik agraria.
melaksanakan “pengadaan tanah bagi pem- Tidak ada rumusan tunggal mengenai resolusi
bangunan untuk kepentingan umum”. konflik agraria, tergantung karakteristik mas-
Menurut analisis Riset Kebijakan STPN 2012, alahnya. Sebagai contoh, untuk konflik akses,
kebijakan BPN tersebut hanya merupakan salah penertiban administrasi dan penegakan hukum
satu cara penyelesaian, tetapi tidak menyelesai- justru tidak solutif, dibandingkan pendekatan
kan persoalan ketika karakter konflik saling program-program pembukaan akses.
menegasikan. Rekomendasi Riset ini antara lain: Apakah konflik harus diselesaikan? Baik
1) Konstruksi Kebijakan negara, pasar, dan kelompok masyarakat (dalam
2) Dibentuk peradilan khusus agraria hal ini adalah komunitas akar rumput di titik-
Kus Sri Antoro: Anatomi Konsep Penyelesaian Konflik .....: 28-48 47

titik konflik) mempunyai jawaban seragam: Ya. Daftar Pustaka


Tetapi, bagaimana dalam rumusan dan dalam Antoro, Kus Sri. 2010. Konflik-konflik Sumber-
cara siapakah konflik agraria akan diselesaikan? daya Alam di Kawasan Pertambangan Pasir
Jawabannya tidak sama. Bagi negara, mengakui Besi: Studi Implikasi Otonomi Daerah
hak ulayat mungkin bukan solusi, demikian pula (Studi Kasus di Kabupaten Kulon Progo
bagi pasar, reforma agraria a la UUPA mungkin Daerah Istimewa Yogyakarta). Tesis. Seko-
lah Pascasarjana IPB, tidak diterbitkan.
juga bukan solusi. Bagi rakyat, win win solution
____. 2012. Bertani atau Mati, http://selamatkan-
pun bukan penyelesaian konflik, karena rakyat
bumi.com/bertani-atau-mati/, diakses 10
tetap kehilangan ruang hidup di dalam moda
Maret 2013.
produksi yang baru sekalipun. Memperpanjang Bachriadi, Dianto. 2007. Reforma Agraria untuk
nafas perjuangan menjadi cara yang efektif Indonesia: Pandangan Kritis tentang Pro-
ketika rekomendasi kebijakan, jalur legal, dan gram Pembaruan Agraria Nasional (PPAN)
jalur parlementer selalu menemui jalan buntu. atau Redistribusi Tanah ala Pemerintahan
SBY. Makalah Pertemuan Organisasi-orga-
E. Kesimpulan nisasi Rakyat se-Jawa di Magelang, 6-7 Juni
Studi perbandingan atas hasil penelitian 2007
sistematis STPN 2012 dan kertas kerja FKMA Burns, Peter. 1999. The Leiden Legacy Concepts
(sebagai kasus uji) menunjukkan bahwa penye- of Law Indonesia. Jakarta: P.T. Pradnya
Paramita, Jakarta.
lesaian konflik agraria bukanlah terminologi
Choirudin, Udin. 2013. Merawat Nafas Panjang
yang bebas nilai, istilah itu memuat perspektif
Perjuangan Agraria, http://
dan kepentingan aktor yang terlibat dalam
selamatkanbumi.com/merawat-nafas-
konflik agraria struktural. Perspektif, rumusan, panjang-perjuangan-agraria-risalah-
dan metode penyelesaian konflik berbeda-beda kongres-ii-forum-komunikasi-masyarakat-
antara aktor yang mewakili negara, pasar, atau agraris-fkma/, diakses 10 Maret 2013.
masyarakat sipil (terlebih akar rumput yang FIKA. 2013. Surat Terbuka Kepada Presiden RI.
terampas ruang hidupnya). Negara cenderung http://www.change.org/petitions/surat-
mendorong pada penertiban administrasi terbuka-forum-indonesia-untuk-keadilan-
dengan dalih penegakan hukum positif. Pasar a g ra r i a- ke p ad a-p res i d e n - re p u b l i k-
indonesia-untuk-penyelesaian-konf lik-
cenderung mendorong pembebasan lahan
agraria, dan http://www.kpa.or.id/
melalui mekanisme pasar dengan dalih efisiensi.
?p=1158&lang=en, diakses 10 Maret 2013.
Dan, masyarakat sipil yang menemui kegagalan
Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses
setelah menempuh upaya legal dan parlementer Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta:
ada yang cenderung mempertahankan sumber- Yayasan Obor.
daya agraria untuk memperpanjang nafas per- GRAPPAD. 2013. Kronologi Perlawanan Warga
juangan hingga investasi akan dihentikan. Padarincang versus Aqua Danone, ditulis
oleh GRAPPAD (Gerakan Rakyat Anti
Pembangunan Pabrik Aqua Danone), http:/
/selamatkanbumi.com/kronologi-
perlawanan-warga-padarincang-vs-aqua-
danone/, diakses 10 Maret 2013.
Hart, Gillian. 2001. Development Debates in the
1990s: Culs de Sac and Promising Paths,
48 Bhumi No. 37 Tahun 12, April 2013

Progress in Human Geography 25,4, pp. Rere. 2013. Refleksi Perlawanan Porong, http://
649–658. selamatkanbumi.com/refleksi-perlawanan-
Hart, Gillian. 2001. Development Debates in the porong/, diakses 10 Maret 2013.
1990s: Culs de Sac and Promising Paths, Riyanto, Guruh Dwi. 2013. Membangun Gerakan
Progress in Human Geography 25,4, pp. Petani Mandiri, ditulis oleh, http://
649–658. w w w. p o r t a l k b r. c o m / b e r i t a / s a g a /
Harvey, David. 2005. A Brief History of Neoli- 2526669_4216.html, diakses 10 Maret 2013.
beralism. Oxford: Oxford University Press. Robbins, Paul. 2004. Political Ecology A Critical
Harvey, David. 2010. Imperialisme Baru, Genea- Introduction. Malden:Blacwell.
logi dan Logika Kapitalisme Kontemporer. Sajogyo. 1982. Modernization without Develop-
Terj. Eko PD. Jakarta: Resist Book dan Insti- ment. Dacca (Bangladesh):The Journal of
tute of Global Justice. Social Studies.
Kartodirdjo, Sartono dan Djoko Suryo. 1991. Sajogyo. 2006. Ekososiologi. Sains, Sekretariat
Sejarah Perkebunan Indonesia: Kajian Bina Desa. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka
Sosial–Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media. Cerdas.
Kelsen, Hans. 1961. General Theory of Law and Saleh, Deden D., Widhiana H.P., Siti Fikriyah K.,
State. New York: Russell and Russell. Kus Sri Antoro. 2012. Kebijakan Penyelesaian
Levebre, Henry. 2010.”The Survival of Capitalism: Konf lik Agraria Kontemporer Dalam
Reproduction of the Relation of Production”. Kebijakan, Konflik, dan Perjuangan Agraria
Dalam David Harvey. Imperialisme Baru, Indonesia Awal Abad 21 (Hasil Penelitian
Genealogi dan Logika Kapitalisme Kontem- Sistematis STPN 2012), AN. Luthf i (editor).
porer. Terj. Eko PD. Jakarta: Resist Book dan Yogyakarta: PPPM STPN.
Institute of Global Justice. Schlager, E. and E. Ostrom. 1992. Property Rights
Limbong, Benhard. 2012. Konflik Pertanahan. Regimes and Natural Resources: A Consep-
Jakarta: Margaretha Pustaka. tual Analysis, Land Economics 68(3), p 249-
Magf ira, Sita dan Suluh Pamuji. 2013. Akar 262.
Rumput Menuju Kemandirian, http:// Scot, James C. 1985. Weapons of the Weak: Ev-
indoprogress.com/akar-rumput-menuju- eryday Forms of Resistance. Oxford: Oxford
kemandirian/, diakses 18 Maret 2013. University Press.
Mukhlis. 2013. Risalah Kasus dan Riwayat Tanah Tuma, Elias H. 1965. Twenty-Six Centuries of
Warga Rengas (dipublikasikan dalam Agrarian Reform, a Comparative Analysis .
cetak). Berkeley: University of California Press.
Peluso, N.L. and J.C. Ribot. 2003. A Theory of Wiradi, Gunawan. 2013. Dari Gunawan Wiradi
Access. Rural Sociology 68 (2), pp 153-181. untuk Kawan-kawan FKMA, http://
Polanyi, Karl. 1944. The great transformation. selamatkanbumi.com/surat-dari-gunawan-
New York: Rinehart. wiradi-untuk-fkma/, diakses 10 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai