Anda di halaman 1dari 19

Storytelling: Bercerita

Harry Surjadi
Email: hsurjadi@yahoo.com
HP: 0811150232
Twitter: @hsurjadi
Facebook: http://www.facebook.com/harrysur

1 © 2016
Storytelling - Pemahaman
Storytelling = bercerita – bentuk tulisan bertutur atau naratif
Menulis naratif menggunakan pendekatan menulis fiksi sering
disebut creative nonfiction.
Creative nonfiction adalah narratif, selalu bertutur cerita yang
bagus (tells a good story), memanfaatkan kelebihan piranti fiksi
seperti character, plot, dan dialogue
Mengapa harus storytelling? – Berhubungan dengan tujuan menulis:
1. Memberi pembaca tahu (knowing)
2. Membuat pembaca percaya – berubah attitude
3. Menggerakka pembaca – berubah behavior (perilaku)
2 © 2016
Unsur Fiksi untuk Storytelling
1. Cerita
2. Struktur
3. Adegan dan plot
4. Karakter
5. Teknik bercerita
3 © 2016
Cerita
Cerita adalah penyampaian naratif serangkaian atau urutan adegan yang
kronologis.
Cerita disajikan menarik, menghibur, atau menginformasikan pembaca.
Cerita membangkitkan emosi pembaca, mendorong mereka peduli (bisa
berempati atau sekedar bersimpati) mengenai apa yang terjadi pada karakter
(subyek) dalam cerita itu.
Cerita ada karakter (subyek) yang berpindah dari sebuah konflik ke sebuah
penyelesaian
Cerita tidak pernah sama pada permulaan dan akhiran, harus ada perubahan
Perubahan yang menyusun cerita bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk
4 © 2016
Cerita
Kadang penulis pemula sulit membedakan sebuah cerita dan sebuah peristiwa. Cerita
adalah urut-urutan fragmen kejadian atau peristiwa itu.
Pikirkan ingin menulis cerita mengenai apa?
Kebanyakan cerita adalah mengenai konflik (berbagai jenis konflik). Ketika meliput
pekalah menangkap konflik. Jika melihat konflik berarti Anda mendapatkan cerita.
Aristotle melihat ada enam konflik yang mendasar yaitu: Man against Man, Man against
Nature, Man against himself, Man against society, Man against the God, Man against
machine.
Konflik bisa dilihat juga sebagai: karakter yang memiliki tujuan (atau kehendak) harus
menghadapi hambatan.
Cerita bisa dilihat sebagai model conflict-development-resolution, sebuah struktur tiga
langkah
5 © 2016
Struktur
Bagaimana menyusun (menstruktur) cerita
Kadang menentukan struktur sering di dalam penulisan nonfiksi
menggunakan pendekatan fiksi disebut framing atau memberi bingkai atau
membingkai cerita.
Setelah mendapatkan cerita dan sudah memutuskan apa ceritanya, tetap
penulis harus memutuskan bagaimana men-struktur atau mem-frame atau
cara menceritakan cerita itu.
Ada banyak cara menyusun bagian-bagian dari penulisan naratif (antar lain
adegan, karakter, plot, konteks) untuk menceritakan cerita. Pastikan (dengan
bertanya) cara yang mana lebih pas menceritakan cerita ini
6 © 2016
Contoh Struktur
Seven-element story structure (Scott Meridith): “Character in a context with a
conflict tries to solve it, but fails until the conflict reaches a climax when character
succeeds or fails which resolve the conflict.” (Karakter di dalam konteks sebuah konflik
mencoba mengatasinya tetapi gagal sampai konflik itu mencapai klimaks yaitu ketika si
karakter berhasil atau gagal mengatasi konflik itu). Jadi ada karakter, konteks, konflik,
usaha menyelesaikan konflik (bisa gagal atau berhasil), klimaks, dan konflik
terselesaikan
Kronologis. Bercerita secara kronologis, memulai di awal dan mengakhiri di belakang
(beginning at the beginning and ending at the end). Satu bentuk tradisional cara
bercerita. Triknya adalah “pastikan kerumitan atau konfliknya jelas sejak awal dan
cerita yang belum terungkap akan menimbulkan minat pembaca”

7 © 2016
Contoh Struktur
In medias res. Bercerita secara naratif dimulai dari tengah cerita. Biasanya dimulai pada
titik balik yang kritis dalam penyajian naratif, kemudian dilanjutkan ke bagian awal dan
akhirnya masuk bagaimana persoalan (yang diungkapkan di awal tulisan) diselesaikan.
Converging narrative. Struktur “converging narrative” (naratif yang konvergen atau
mengumpul) menyusun adegan-adegan dengan membangun karakter-karakter yang terlibat
dalam peristiwa.
Parallel construction. Struktur paralel menceritakan beberapa peristiwa yang saling
berkaitan secara paralel dengan satu tema tertentu. Kalau struktur “converging narrative”
karakter-karakternya berinteraksi satu dengan lainnya, dalam “parallel construction”
karakternya tidak saling berinteraksi. Cara framing seperti ini mensyaratkan cerita setiap
karakter kuat, tema yang jelas, penulis paham kapan dan bagaimana berpindah dari satu
narasi ke narasi lainnya, dan kapan ia harus kembali pada cerita pertama yang menjadi inti
cerita.
8 © 2016
Contoh Struktur

Pass-it-on construction. Contoh film botol CocaCola yang jatuh di


perkampungan bush-people di Afrika dan kemudian dinarasikan riwayat botol
CocaCola itu.
One-Damn-thing-After-Another structure. O-D-T-A-A diperkenalkan oleh
Dennis O’Neil, penulis “The DC Comics Guide to Writing Comics” untuk cerita
fiksi. Untuk penulisan cerita non-fiksi, penutur cerita menyusun sebuah
petualangan dan kejadian buruk satu setelah kejadian buruk lainnya. O-D-T-A-A
tidak mengarahkan akhir cerita yang dramatis, tetapi mengakumulasi kejadian-
kejadian buruk dan detail untuk menciptakan kesan yang lebih besar. Bagaimana
membangun kesan besar dari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa “hebat”
atau “menakutkan” atau “luar biasa” yang dialami karakter satu-per-satu.
Struktur ini baik digunakan untuk menuliskan cerita perjalan pertualangan
9 © 2016
Adegan
Adegan (scene) adalah potongan-potongan dari cerita naratif. Tulisan naratif yang baik
tersusun dari adegan-adegan yang tidak hanya untuk mengungkapkan cerita tetapi juga
memberikan konteks dan informasi
Elemen adegan:
1) Deskripsi: Untuk menceritakan adegan, penulis perlu men-set adegan secara fisik dan
emosi
2) Karakter: Adegan selalu melibatkan orang (karakter)
3) Dialog: orang berinteraksi satu dengan lainya dengan berbicara atau dengan diri sendiri
(percakapan dengan diri sendiri di dalam pikiran atau hati)
4) Aksi: Ada kejadian
5) Sudut pandang: Adegan dituturkan berdasarkan sudut pandang tertentu. Sudut pandang
dari karakter, misalnya.
6) Detail yang dipahami dengan baik
10 © 2016
Plot
Kalau cerita adalah urut-urutan adegan dari sebuah
peristiwa, plot adalah urut-urutan adegan yang dengan
sengaja disusun atau didramatisir oleh penulis (dengan teknik
narasi dan deskripsi)
Ketika urut-urutan adegan dituliskan dengan lebih efektif
(untuk membangun emosi pembaca) disebut plot.
Jadi untuk bisa membangun plot harus memiliki adegan-
adegan

11 © 2016
Teknik Bercerita
Mencicil cerita: Penulis membeberkan ceritanya, memberikan informasi
secukupnya (tidak terlalu banyak sehingga pembaca kehilangan
keingintahuannya) untuk membuat pembaca ingin tahu lebih lagi apa yang
terjadi selanjutnya, sehingga pembaca ingin terus membaca
Manaruh “uang emas”: Penting bagi penulis mencoba tidak memberikan
unsur cerita yang paling menarik dalam seketika, penulis memberikan unsur
cerita terbaik dengan membiarkan atau mendorong pembaca
mendapatkannya sendiri di dalam narasi cerita. Analoginya: penulis
“menjatuhkan uang emas” di sepanjang narasi dan membiarkan pembaca
mendapatkannya sendiri (tanpa harus ditunjukkan oleh penulis)

12 © 2016
Teknik Bercerita
Membangun ketegangan/menggunakan kejutan: Ada banyak cara
memanfaatkan ketegangan. Pembaca tahu sesuatu yang tidak diketahui
karakter, misalnya menciptakan ketegangan bagaimana karakter bereaksi ketika
menghadapi jebakan (yang tidak diketahui karakter tetapi pembaca tahu ada
jebakan). Ketegangan bisa diciptakan di sepanjang cerita. Kejutan biasanya
hanya sekali saja.
Pengalaman umum: Salah satu jalan pembaca menghubungkan dirinya
dengan cerita dan kepada karakter adalah dengan mencari hubungan dengan
kehidupan sehariannya. Mencari sesuatu yang biasa di dalam karakter atau
situasi yang luar biasa bisa membantu pembaca mengikatkan dirinya pada
cerita melalui pengalaman-pengalamannya sendiri
13 © 2016
Karakter
Penulis membutuhkan karakter-karakter untuk bercerita melalui mereka
Karakter harus dibangun (karakterisasi)
Karakter adalah sejumlah sifat dan ciri-ciri yang membentuk sosok khayalan yang alami
(dalam tulisan fiksi) atau sosok riil (dalam tulisan non-fiksi). Karakter yang diingat pembaca
adalah karakter yang mulai dengan realitas dasar
Dalam tulisan fiksi, penulis mengambil sifat, kebiasaan atau mungkin penampilan
seseorang yang dikenalnya untuk kemudian menambahkan dan membumbuinya dengan
imajinasinya. Kadang satu karakter sebuah gabungan. Sering karakter mencerminkan latar
belakang atau fantasi penulisnya
Dalam tulisan non-fiksi, penulis harus sungguh-sungguh menggali karakter subyeknya
(Jangan ngarang!)
Karakter harus dibangun terutama untuk menimbulkan simpati atau empati pembaca
atau sebaliknya menimbulkan rasa benci atau tidak suka
14 © 2016
Karakter
Rasa simpati (antara lain) itulah yang berusaha dibangkitkan dari pembaca oleh penulis
melalui kemampuannya membentuk karakter
Pembaca yang tidak peduli apa yang terjadi pada karakter dalam cerita bisa dipastikan
akan berhenti membacanya
Untuk memunculkan kemampuan pembaca mengidentifikasi dan bersimpati, seorang
penulis harus menciptakan karakter yang bisa diperhatikan pembaca
Ketika pembaca mengalami rasa sedih, peduli, kagum, rasa kasihan, merestui karakter
dalam tulisannya, berarti penulis berhasil menciptakan karakter yang menimbulkan simpati
Untuk menciptakan karakter yang menarik simpati, penulis harus merasa bersimpati dan
memahami juga karakter yang dibangunnya dan kondisi manusia secara umum
Karakter yang menimbulkan simpati tidak harus “orang baik” (protagonis), bisa juga
“orang jahat” (antagonis) – keduanya berseberangan

15 © 2016
Karakter
Penulis yang terampil menyajikan karakter simpatik yang secara moral pantas dicela
dengan mengilustrasikan faktor-faktor yang membentuk karakter berkembang ke satu arah
tertentu
Penulis harus memberikan karakter dalam tulisannya paling tidak satu sifat yang dapat
diubah
Dalam tulisan fiksi, karakterisasi atau membangun karakter adalah sebuah proses
menciptakan citra seseorang di dalam drama, fiksi atau puisi naratif sedemikian rupa
sehingga pembaca percaya karakter itu sungguh-sungguh ada
Dalam non-fiksi, karakterisasi adalah sebuah proses menggambarkan subyek tulisan
dengan menggali sifat-sifat menonjol sehingga membangun citra yang membangkitkan
emosi pembaca. Karakterisasi (evoluasi sebuah karakter yang konsisten) menimbulkan plot
maupun hasil dari proses itu (berbeda awal dan akhir)
Bagaimana membangun karakter?
16 © 2016
Membangun Karakter
Penulis menggunakan berbagai metoda pengembangan karakter
Ia bisa menyampaikan kepada pembaca gambaran seseorang dengan menguraikan
penampilannya, perilakunya, dan mood-nya
Atau penulis bisa membiarkan si karakter “bercerita mengenai dirinya sendiri” melalui
dialog-dialog
Penulis bisa menumbuhkan sifat dasar sebuah karakter dengan menunjukkan apa yang
dilakukan dan bagaimana ia bereaksi
Penulis bisa mengindikasikan pada pembaca bagaimana karakternya bereaksi pada orang
dan situasi di sekelilingnya
Terakhir, penulis bisa melukiskan dampak si karakter pada orang lain di dalam ceritanya
Go beyond the who. Kembangkan karakter Anda dengan detail, latar belakang,
hubungan-hubungan, dan motivasi. Bantu pembaca melihat, mendengar, dan peduli pada
karakter Anda

17 © 2016
QUESTIONS AND ANSWER
SESSION

18 © 2016
Referensi:

“Creative Nonfiction” oleh Philip Gerard tahun 1996

“What is Narrative, Anyway?” oleh Chip Scanlan (


http://www.poynter.org/column.asp?id=52&aid=49550)

19 © 2016

Anda mungkin juga menyukai