Penyebab Presbycusis
Belum diketahui secara pasti, apa sebenarnya penyebab terjadinya gangguan
pendengaran ini, namun diduga terjadinya perubahan fisiologis yang terjadi di
dalam telinga karena proses menjadi tua, degradasi persarafan di telinga yang
berhubungan dengan otak, atau berkurangnya supply darah ke telinga. Proses ini
sebenarnya terjadi sepanjang waktu, namun semakin memberat karena adanya
paparan dengan suara keras, infeksi telinga kronis, "perlukaan" (injury) pada
organ telinga, atau bahkan genetik. Suara keras tersebut bisa terjadi di dalam
ruangan : seperti kalau bekerja di tempat bising, misalnya di bagian proses
produksi; atau di luar ruangan : karena bertempat tinggal di dekat bandara,
stasiun, terminal atau klub hiburan/disko bahkan berada pada saat terjadi
bom/letusan dll. Paparan suara keras/bising bisa terjadi kronis atau eksplosif.
Pengobatan Presbycusis
Pengobatan presbycusis yang umum adalah penggunaan alat bantu dengar. Alat
bantu dengar ini alat bantu dengar biasa yang seperti yang sering kita lihat atau
berupa seperti televisi infrared, atau senter/flashlight yang menyala sewaktu ada
rangsang suara. Namun ternyata, alat bantu dengar yang biasa pun, juga masih
mahal untuk lansia yang tentu saja kebanyakan sudah pensiun...sehingga
pengguanaan alat bantu dengar ini tidak sejajar dengan beratnya gangguan
pendengaran yang terjadi. Persentasi penggunaan alat bantu dengar sesuai dengan
tingkat sosial ekonomi dan tingkat "independensi" dari lansia itu sendiri. Maka
cara termudah terhindar dari presbycusis adalah deteksi dini dan mencegahnya.
Deteksi Dini Presbycusis
Sebenarnya ada cara mudah mengetahui terjadinya presbycusis adalah sewaktu
kita tidak bisa jelas mengikuti pembicaraan dalam telepon, lebih enak
berkomunikasi bila melihat "gerak bibirnya", atau kita sering ditegur karena
melihat TV dengan suara keras.
Pencegahan Presbycusis
Mencegah terjadinya presbycusis adalah melakukan pemeriksaan audiogram
berkala. Tentu saja kita belum dapat menuntut pemerintah memberikan pelayanan
pemeriksaan audiogram itu setiap 3 tahun atau bahkan setiap tahun seperti pada
negara berkembang. Tapi setidaknya kalau kita sudah mengalami gangguan
berkomunikasi seperti yang disebutkan diatas, maka secepatnya waspada dan
segera periksa ke dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT). Tentunya
juga dilakukan proteksi dari suara keras/bising (seperti memakai earplug, alat
pelindung diri kalau memang bekerja/tinggal di tempat berisiko), regulasi tekanan
darah, dan perilaku sehat (tidak merokok/minuman keras, gizi seimbang,
istirahat/tidur cukup dll)
Efek Presbycusis
Jangan dianggap remeh dampak presbycusis ini, karena kesulitan berkomunikasi
berarti meningkatkan terjadinya depressi (yang sebenarnya emosi lansia sudah
menjadi begitu mudah depresi), sehingga kualitas hidup lansia menjadi semakin
menurun, karena menjadi frustasi, meng"isolasi"kan diri, merasa kesepian dll.
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan efek presbycusis adalah gangguan
bicara (Insyaallah pada entri berikutnya akan dibahas), bahkan ada yang
menyebutkan presbycusis merupakan tanda awal kondisi kesehatan yang
memburuk.
TULI PADA ORANG TUA
1. PENDAHULUAN
Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi
pada orang tua ( geriatri ), menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis
ketulian yang terjadi pada kelompok geriatri umumnya adalah tuli saraf,
namun juga dapat berupa tuli konduktif atau tuli campur.1
Istilah presbikusis atau presbiakusis, atau tuli pada orang tua diartikan
informasi pada saraf auditorik. Selain itu, bentuk lain dari presbikusis pernah
dilaporkan. Hubungan antara usia yang lanjut dengan ketulian pada frekuensi
yang tinggi pertama sekali dipaparkan oleh Zwaardemarker pada 1899. Sejak
diketahui. 2
ini terjadi pada populasi lansia yang merupakan akibat dari penurunan fungsi
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.1
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dan tangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan
panjang 2,5 – 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen ( modifikasi kelenjar keringat ) dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Serumen memiliki sifat
antimikotik dan bakteriostatik dan juga repellant terhadap serangga.1
Serumen terdiri dari lemak ( 46-73 % ), protein, asam amino, ion-ion
mineral, dan juga mengandung lisozim, immunoglobulin, dan dan asam lemak
tak jenuh rantai ganda. Asam lemak ini menyebabkan kulit yang tak mudah
rapuh sehingga menginhibisi pertumbuhan bakteri. Oleh karena komposisi
hidrofobiknya, serumen dapat membuat permukaan kanal menjadi
impermeable, kemudian mencegah terjadinya maserasi dan kerusakan epitel.1
Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars flaksida ( membran sharpnell ), sedangkan bagian bawah pars
tensa ( membran propria ). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar
adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu
lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian
dalam. Tulang pendengaran didalam telinga saling berhubungan . Prosessus
longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat dengan inkus,
dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaring, dengan telinga tengah.1
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.1
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea,
tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan
skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan
perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang
terdapat pada perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut dengan membrane vestibule
( Reissner’s membrane ), sedangkan dasar skala media adalah membran
basalis. Pada membran ini terletak Organ of corti. Pada skala media terdapat
bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada
membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk Organ of Corti.1
4. ETIOLOGI
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses
degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-
faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising,
gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara
berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut
diatas.1,5
Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan
pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih
cepat dibandingkan dengan perempuan.1
5. PATOFISIOLOGI
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan Nervus
vestibulocochlearis ( VIII ). Pada koklea perubahan yang mencolok ialah
atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti. Proses atrofi
disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain
itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel
ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf.2
Banyak peneliti menyelidiki penyebab dari ketulian ini. Crowe dan
rekannya, Saxen, Gacek dan Schuknecht telah mempelajari perubahan
histologik dari koklea pada telinga seseorang dengan presbikusis. Gacek dan
Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan membagi
presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik
ini berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik.2
Adapun keempat tipe dari prebikusis adalah sebagai berikut :
5.1 Presbikusis sensorik
Tipe ini menunjukkan atrofi dari epitel disertai hilangnya sel-sel
rambut dan sel penyokong Organ Corti. Prosesnya berasal dari bagian
basal koklea dan perlahan-lahan menjalar ke daerah apeks. Perubahan ini
berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai
setelah usia pertengahan. Secara histology, atrofi dapat terbatas hanya
beberapa millimeter awal dari basal koklea. Proses berjalan dengan
lambat. Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi
dari granul pigmen lipofusin.2
5.2 Presbikusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi dari sel-sel saraf di koklea dan jalur
saraf pusat. Schuknecht memperkirakan adanya 2100 neuron yang hilang
setiap dekadenya ( dari totalnya sebanyak 35000 ). Hilangnya neuron ini
dimulai pada awal kehidupan dan mungkin diturunkan secara genetik.
Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak
akan timbul sampai 90 % neuron akhirnya hilang. Atrofi terjadi mulai dari
koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding
sisa dari bagian koklea lainnya. Tetapi, tidak didapati adanya penurunan
ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan
penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan
presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan
pendengaran.2
6. EPIDEMIOLOGI
Insidens presbikusis secara global bervariasi. Negara-negara barat
memiliki pola yang begitu berbeda pada tuli jenis ini. Penelitian yang
dilakukan pada Tahun 1962 oleh Rosen, dkk, pada Suku Mabaans di Sudan
menemukan hilangnya pendengaran lebih banyak terjadi pada usia lanjut pada
masyarakat urban. Mungkin hal tersebut berhubungan dengan paparan
terhadap kebisingan yang kronik juga keterlibatan penyakit sistemik yang
sering pada masayarakat daerah industri seperti Arterosklerosis, diabetes,
penyakit saluran nafas. Tidak didapati hubungan antara ras atau jenis kelamin
tertentu yang paling banyak terkena presbikusis ini. Insidensinya meningkat
seiring dengan bertambahnya usia.2,6
7. GEJALA KLINIK
Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan
dengan perubahan yang terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan
utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan dan
progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat dimulainya tidak disadari.1,2,7
Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging ( tinnitus ). Pasien
dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama
bila diucapkan secara cepat dengan latar belakang yang riuh ( cocktail party
deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti suara wanita. Bila intensitas
suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh
faktor kelelahan ( recruitment ).1,2,7
8. DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan dengan Anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
8.1 Anamnesa
Pada anamnesa akan didapati keluhan-keluhan seperti yang
diterangkan dalam gejala klinis yang tidak diketahui kapan dimulainya.
Gejala tersebut berkembang perlahan dan sangat lambat. Kesulitan
mengucapkan beberapa konsonan tertentu sepeti “f”, “ s”, atau “ th “ pada
orang Inggris misalnya. Kemudian adanya riwayat paparan berulang
terhadap kebisingan seperti latar belakang pekerjaan menjadi anggota
militer, pekerja industri dan sebagainya. Adanya riwayat penggunaan obat-
obatan yang bersifat ototoksik, dsb.2,8
8.2 Pemeriksaan Fisik
Tidak dijumpai keabnormalan pada pemeriksaan fisik. Tetapi
dengan pemeriksaan otoskopi tampak membran timpani suram, dan jika
dilakukan tes penala, maka akan menunjukkan suatu tuli sensorineural
yang bilateral.1
8.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya
pemeriksaan audiometric nada murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi,
bilateral dan simetris.Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam
( sloping ) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis
sensorik dan neural. Kedua jenis presbikusis ini sering ditemukan. Garis
ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih
mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi
penurunan. Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi
penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur
menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara ( speech
discrimination ). Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural
dan koklear.1
9. PENATALAKSANAAN.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Kartosoediro S. Odinofagi. Dalam : Soepardi E, Iskandar N (eds).
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung – Tenggorok Kepala Leher.
Jakarta : FK UI. 2001. h. 9-15,33-34.
2. Inner ear, Presbycusis, Available fromwww.emedicine.com, Last update on
July 9, 2008.
3. Ear Diagram, available from www.entusa.com
4. Presbycusis, available from www.wikipedia.com, last update on April 12, 2009.
5. Presbycusis, available from www.nidcd.com, last update on October, 1997.
6. Berke J, Presbycusis- Age Related Hearing Loss Caused by presbycusis,
available fromwww.about.com, last update on March 18, 2009.
7. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri,dkk. (2001).
Otomikosis.Kapita Selekta Kedokteran ,Jakarta: Media Aesculapius, 3 ( 1),89.
8. Presbycusis, available from www.uvahealth.com, last update on November 2,
2005.
9. George L Adams, Lawrence R Boies, Peter A Higler.(1997).Otomikosis.Buku
Ajar Penyakit THT.Jakarta: PT.EGC,h. 72,132.