Skripsi
Oleh:
i
KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA CPC DENGAN PENYIMPAN
PANAS SENSIBEL UNTUK POMPA AIR ENERGI THERMAL
Skripsi
Oleh:
ii
CHARACTERISTIC OF CPC SOLAR COLLECTOR WITH SENSIBLE
HEAT STORAGE FOR THERMAL ENERGY WATER PUMP
FINAL ASSIGNMENT
Presented as a meaning
for gaining engineering holder
in Mechanical Engineering study programme
by
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Beri Fajar Wicaksono
Nomor Mahasiswa : 055214016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah ini saya yang berjudul :
KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA CPC DENGAN PENYIMPAN
PANAS SENSIBEL UNTUK POMPA AIR ENERGI THERMAL.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universiras Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Yang menyatakan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan anugrah-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya.. Tugas akhir ini adalah sebagian persyaratan untuk mencapai derajat
sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma.
Judul tugas akhir yang penulis ambil adalah Pompa Air Energi Surya
Dengan Fluida Kerja Air. Adapun alasan penulis memilih judul ini, adalah adanya
penggunaan pompa air listrik di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga penulis mencoba mencari solusi bagaimana cara
untuk mengatasi kebutuhan akan air dalam masyarakat tanpa menggunakan energi
listrik. Jika dibuat dalam skala ukuran yang besar, pompa air energi surya ini akan
menghasilkan debit air yang sangat besar. Pada kesempatan ini perkenankan
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Greg. Heliarko, S.J.,S.S.,B.S.T.,M.A.,M.S.C. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Budi Sugiharto S.T.,M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin dan
selaku. Dosen Pembimbing Akademik.
3. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
4. Serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu, yang
telah ikut membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang
perlu diperbaiki dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan
masukan dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya.
Semoga penelitian dan tugas akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun pembaca.Terima kasih.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
tertentu di dalam industri. Sumber air umumnya terletak lebih rendah dari
tempat air tersebut diperlukan sehingga diperlukan pompa air untuk mengalirkan
Kebutuhan sehari-hari masyarakat akan air (air tanah), dalam jumlah besar
untuk minum, memasak, mencuci dan lain-lain. Umumnya sumber air terletak
lebih rendah dari tempat air tersebut digunakan sehingga diperlukan pompa air
Pompa air dapat digerakkan dengan bahan bakar minyak (motor bakar) atau
energi listrik (motor listrik). Tetapi belum semua daerah di Indonesia dapat
menikmati jaringan listrik atau belum memiliki sarana transportasi yang baik
sehingga bahan bakar minyak tidak mudah didapat. Selain itu penggunaan bahan
bakar minyak atau energi listrik menyebabkan biaya penyediaan air menjadi
kebutuhan hidup yang lain. Untuk kondisi daerah seperti itu, umumnya
penyediaan air dilakukan dengan tenaga manusia, antara lain membawa air
dengan tampungan air (ember), menimba atau dengan pompa tangan. Jika
penyediaan air dilakukan dengan tenaga manusia maka bukan hanya tenaga
2
tetapi waktu untuk melakukan kegiatan lain yang lebih produktif akan
berkurang.
memompa air, tergantung potensi yang ada di daerah tersebut maka sumber-
sumber energi alam yang dapat dimanfaatkan untuk memompa air adalah energi
air, energi angin atau energi surya. Pemanfaatan energi surya untuk memompa
air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan sel surya atau
menggunakan kolektor surya. Sel surya masih merupakan teknologi yang mahal
tentang unjuk kerja kolektor surya untuk memompa air atau yang lebih sering
disebut pompa air energi surya di Indonesia belum banyak sehingga perlu
Pada penelitian ini adalah model pompa air dengan kolektor CPC untuk
mengetahui : debit (Q), efisiensi sensibel (η), faktor efisiensi kolektor (η),
efisiensi sistem (η) yang dihasilkan dari penelitian kolektor dan variasi
Pengujian kolektor :
3
Beberapa variabel yang diukur saat pengujian kolektor yaitu suhu fluida
Pengujian pompa :
Beberapa variabel yang diukur saat pengujian pompa yaitu suhu fluida
kolektor (T1, T2, T3, T4), besarnya tekanan, dan besarnya volume
industri lokal.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan waktu dan pada umumnya tidak seirama dengan kebutuhan (Aris
waktu pengembunan uap dipengaruhi oleh temperatur dan debit air pendingin
masuk kondensor (Sumathy et. al., 1995). Sebuah prototipe pompa air energi
surya yang bekerja dengan siklus Rankin diuji untuk mengetahui unjuk kerjanya
menggunakan fluida kerja refrijeran R 113 (Spindler et. al, 1996). Penelitian
unjuk kerja pompa air energi surya termal dengan kolektor pelat datar seluas 1
m2, variasi tinggi head 6, 8 dan 10 m memperlihatkan bahwa ukuran vesel uap
fluida kerja berpengaruh pada unjuk kerja pompa (Sumathy, 1999). Penelitian
secara teoritis pompa air energi surya termal dengan dua macam fluida kerja,
yaitu n-pentane dan ethyl ether memperlihatkan bahwa efisiensi pompa dengan
ethyl ether 17% lebih tinggi dibanding n-pentane untuk tinggi head 6 m (Wong,
2000). Analisa termodinamika untuk memprediksi unjuk kerja pompa air energi
siklus/ hari tergantung pada waktu pemanasan fluida kerja dan waktu yang
fluida awal dalam sistem. Waktu pengembunan tergantung pada luasan optimum
koil pendingin (Wong, 2001). Penelitian pompa air energi surya termal
6
menggunakan kolektor pelat datar sederhana seluas 1 m2, fluida kerja ethyl ether
head (6-10 m). Efisiensi sistem mencapai 0,42-0,34 % (Wong, 2001). Penelitian
memperlihatkan unjuk kerja pompa ditentukan oleh fraksi uap dari siklus. Daya
jumlah energi yang dipakai untuk menaikkan temperatur sejumlah massa fluida
kerja dalam kolektor dari temperatur awal sampai temperatur penguapan dengan
m f .C P . Δ T
ηS = t
(1)
Ac ∫ G . dt
0
dengan :
berdasarkan interval waktu yang tetap akan tetapi berdasar siklus pompa).
Debit pemompaan yaitu jumlah volume yang dihasilkan tiap satuan waktu
V
Q= (2)
t
dengan:
W = ρ . g .Q . H (3)
P
dengan:
m.c p .ΔT
W= (4)
t
8
dengan :
ΔT : kenaikan suhu (o C)
WP
η =
Sistem Wspritus
(5)
dengan :
dTs
m s .c s .
F'= dθ (6)
Ac.{(τ .α ).GT − U L .(Ts 2 − Ta )} − U s − As .(Ts − Ta )
dengan :
F’ : faktor efisiensi
9
Ac : luasan kolektor ( m2 )
As : luasan evaporator ( m2 )
penyimpan panas. Dalam penerapan yang pasif penyimpan panas dapat juga
(4.19 kJ/(kg.K) dan murah, adalah zat penyimpan panas yang sering digunakan,
Keterangan bagian :
didalam pipa evaporator yaitu oli. Kolektor menerima radiasi energi surya yang
datang dipantulkan oleh reflektor ke pipa pemanas dalam kolektor yang berisi
oli. Oli yang panas akan mengalir secara alami kedalam evaporator yang terletak
diatas kolektor. Panas dari oli diteruskan pada evaporator. Evaporator berfungsi
Kondenser yang digunakan dapat berbentuk tabung. Pada penelitian ini sebagai
dengan pipa. Tangki diletakkan lebih tinggi dari kondenser agar air pendingin
memantulkannya di titik fokus dimana pipa kolektor yang berisi oli ditempatkan.
Hasil panas dari oli diteruskan pada evaporator. Evaporator berfungsi untuk
bertekanan, pompa melakukan kerja mekanik mendorong air yang ada di pompa
vakum) sehingga air dari sumber masuk dalam pompa melalui katup satu arah,
12
dan proses langkah tekan pompa akan terjadi kembali, karena uap yang baru dari
evaporator masuk ke dalam pompa. Setiap satu langkah tekan pompa (karena
uap bertekanan masuk pompa) dan satu langkah hisap (karena uap mengembun
di kondenser) disebut satu siklus. Pompa dilengkapi dengan dua katup satu arah
masing-masing pada sisi hisap dan sisi tekan. Fungsi katup adalah agar pada
langkah tekan air mengalir ke tujuan dan tidak kembali ke sumber, dan pada
langkah hisap air yang dihisap adalah air dari sumber bukan air dari tangki atas.
Fluida kerja yang digunakan umumnya adalah fluida cair mempunyai titik didih
BAB III
METODE PENELITIAN
Pompa air energi surya pada penelitian ini terdiri dari 3 komponen utama:
a. Piranometer
Alat ini berfungsi untuk menerima radiasi surya yang datang per
detik.
b. Manometer
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan fluida kerja pada saat
c. Stopwatch
15
d. Gelas Ukur
Gelas ukur dipakai untuk mengukur banyaknya air yang keluar dari
pompa air setelah jangka waktu tertentu. Gelas ukur yang dipakai
e. Ember
didalam ember ini juga dijaga ketinggiannya agar sama dari waktu
f. Thermo Logger
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu pada kolektor, dan suhu air
g. Selang U
pompa membran.
Variabel yang diukur dalam pengujian pompa yaitu volume air hasil
variabel yang diukur pada pengujian kolektor yaitu suhu pada kolektor
1. Volume output air (V) dan waktu uap terbentuk (s) yang
2. Tinggi head (H) dan hasil perhitungan debit aliran (Q) untuk
Pengujian pompa :
maksimum)
minimum).
18
BAB IV
4.2 Perhitungan
3,15(volt )
Sehingga : I = = 0,315 Amp.
10(ohm)
I
Maka, G T = . 1000 (W/m2)
0,4
0,315
= .1000
0,4
= 787,5 W/m2
23
Berikut ini adalah contoh pada pengambilan data percobaan kolektor I Tabel 4.1
Dimana massa oli evaporator 0,329 kg, panas jenis oli 2300 J/kg0C, temperatur
oli pada evaporator 25 0C, waku pemanasan oli 600 detik, luasan kolektor 0.625
m2 , transfusifitas kaca 0,810, radiasi surya yang datang 915 W/m2, faktor
koefisien panas dikolektor 4 W/(m2K), temperatur rata-rata oli masuk dan keluar
59°C, suhu lingkungan 25°C, luasan kolektor 0,03429 m2, sehingga F’ yang
dihasilkan :
⎛ 1 ⎞
0,329 kg . 2300 J/kg 0 C .⎜
600 s
{ 2 o o
}
⎟ + 0,014W/K . 0,03429 m . ( 31 C - 25 C )
F’ = ⎝ ⎠
{ }
0.625 m 2 . (0,810) . 915 W/m 2 - 4W/(m 2 K).( 59 o C - 25o C )
F’ = 0,00387
Berikut ini adalah contoh pada pengambilan data percobaan kolektor I Tabel 4.1
Dimana massa oli evaporator 0.329 kg, panas jenis oli 2300 J/kg0C, waku
pemanasan oli 600 detik, radiasi surya yang datang 915 W/m2, luasan kolektor
⎛ 1 ⎞
0,329kg.2300 J / kg o C.⎜ ⎟
ηs = ⎝ 600 s ⎠ = 0,00 36
915W / m 2 .0,625m 2
= 0,36%
24
Berikut ini adalah contoh perhitungan pada pengambilan data pertama, variasi
head 1 meter :
40
Q= =1,11ml
36 dtk
= 0.067 l/mnt
spritus untuk pompa. Pada perhitungan ini digunakan air sebanyak 0,2 kg (mair),
harga panas jenis fluida kerja 4200 J/kg.K (Cp air), waktu yang diperlukan untuk
o
pemanasan 60 detik (Δ t), kenaikan temperatur air 2 (Δ T), sehingga
0,2.4200.2
didapatkan besarnya daya spritus : W = = 28Watt
60
perhitungan daya lampu spritus lainnya dengan cara yang sama dan Δ T yang
penjumlahan keduanya.
Pada perhitungan ini jumlah massa air 1000 kg/m3 (ρ), percepatan gravitasi
9,81 m/s2 (g), debit air hasil pemompaan 0,00000111 liter/dtk = 0,067 liter/menit
⎛ 0,00000111 ⎞
besarnya daya pompa : W = 1000.9,81.⎜ ⎟.1 = 0,01417 Watt
⎝ 10 6 ⎠
Berikut ini adalah contoh perhitungan pada pengambilan data pertama, variasi
head 1 meter :
Dimana daya pompa 0,142 watt, dan daya spritus 56 watt, sehingga didapatkan
0,0142
besarnya ηsistem : = 0,00337
56
=0,337%
Dengan data yang lain dapat dilakukan dengan cara yang sama
26
nilai ηs. Pada jam 12:30 hasl nya minus karena dipengaruhi oleh tingkat radiasi surya yang kian lama kian menurun dan nilai G
Pada tabel yang diberi warna biru hasil perhitungannya minus karena nilai hasil perhitungan dTs minus (Δ T) sedangkan dTs digunakan
Pada tabel yang diberi warna biru hasil perhitungannya minus karena nilai hasil perhitungan dTs minus (Δ T) sedangkan dTs digunakan
Untuk memudahkan analisa, maka hasil yang didapat dibuat grafik sebagai
berikut :
1400 0,045
0,04
1200
0,035
1000
0,03
GT (WATT/M2)
800 0,025
GT
F'
F'
600 0,02
0,015
400
0,01
200
0,005
0 0
11:00 11:20 11:30 11:40 11:50 12:00 12:10
JAM
Dari gambar 4.1 terlihat energi surya yang datang mengalami penurunan nilainya
kenaikan nilainya dari waktu ke waktu. Terlihat bahwa pada energi surya yang
32
datang mempunyai nilai yang kecil maka nilai dari faktor efisiensinya besar.
Padahal antara energi surya yang datang dengan faktor efisiensi memiliki
hubungan seperti yang ada pada persamaan 6. Dimana faktor yang sangat
mempengaruhi terhadap nilai F’ dalam perhitungan yaitu besar dTs yang dihitung
menurut nilai Ts karena variabel – variabel yang lain pada pembilang. Pada
pengujian didapatkan nilai dTs yang besar dengan nilai energi surya yang datang
yang semakin besar nilainya maka didapatkan besar faktor efisiensi yang semakin
900 0,06
800
0,05
700
600 0,04
GT (WATT/M2)
500
GT
F'
0,03
F'
400
300 0,02
200
0,01
100
0 0
10:00 10:30 10:40 11:10 11:20
JAM
Dari gambar 4.2 diatas terlihat bahwa energi surya yang datang dari waktu ke
data cuaca sangat mendukung, yaitu stabilnya energi surya yang terpancar. Hal
surya yang datang dengan faktor efisiensi ada pada persamaan 6. Pada persamaan
33
nilai yang signifikan antara dTs perhitungan pertama dengana dTs perhitungan
kedua. Pada gambar 4.2 nilai energi sinar yang datang mengalami kenaikan
nilainya. Maka faktor efisiensinya juga mengalami kenaikan nilainya seperti kita
1200 0,03
1000 0,025
800 0,02
GT (WATT/M2)
GT
F'
600 0,015
F'
400 0,01
200 0,005
0 0
9:55 10:15 10:35 10:45 11:05 11:15
JAM
Dari gambar 4.3 terlihat energi surya yang datang mengalami kenaikan nilainya
penurunan nilainya dari waktu ke waktu. Terlihat bahwa pada energi surya yang
datang mempunyai nilai yang kecil maka nilai dari faktor efisiensinya besar.
Padahal antara energi surya yang datang dengan faktor efisiensi memiliki
hubungan seperti yang ada pada persamaan 6. Dimana faktor yang sangat
mempengaruhi terhadap nilai F’ dalam perhitungan yaitu besar dTs yang dihitung
menurut nilai Ts karena variabel – variabel yang lain pada pembilang. Pada
pengujian didapatkan nilai dTs yang besar dengan nilai energi surya yang datang
34
yang semakin besar nilainya maka didapatkan besar faktor efisiensi yang semakin
18%
16%
14% data I
efisiensi sensibel
12% data II
10% data III
8%
6%
4%
2%
0%
-2% 0 20 40 60 80 100 120
menit ke
Dari gambar 4.4 dapat kita ketahui bahwa untuk data efisiensi sistem
hampir semua efisiensi sensibelnya semakin menurun dari waktu ke waktu, tetapi
pada efisiensi sensibel data yang kedua mengalami kenaikan yang stabil. Hal
tersebut terjadi karena efisiensi sensibel ini tergantung dengan besarnya kenaikan
1,00%
0,80%
Effisiensi sistem
0,60% head 1m
head 1,3m
0,40% head 1,6m
0,20%
0,00%
0 2 4 6 8 10 12
siklus
Gambar 4.5 Grafik hubungan efisiensi sistem vs tiap siklus dari head
Dari gambar 4.5 dapat kita ketahui bahwa untuk data efisiensi sistem semua
head efisiensi sistemnya semakin bertambah dari waktu ke waktu, tetapi pada
efisiensi sistem dengan head 1,6 m dan efsiensi sistem dengan head 1 m
selesainya pengambilan data. Hal tersebut terjadi karena efisiensi sistem ini
sistem dengan daya pemompaan seperti pada persamaan 3. Jadi kita dapatkan
bentuk grafik yang mirip dengan grafik daya pemompaan tetapi berbeda nilainya
0,9
0,8
0,7
debit pompa (l/menit)
0,6 head 1m
head 1,3m
0,5
head 1,6
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12
siklus
Dari gambar 4.6 dapat kita ketahui bahwa untuk semua data debit
ke waktu, tetapi pada data debit pemompaan 1,3 m mengalami kenaikan debit
yang berlebihan yang dapat menyebabkan unjuk kerja alat dapat berkurang dan
jumlah volume yang dikeluarkan oleh pompa (V keluaran) dan waktu yang
0,0450
0,0400
0,0350
daya pompa (watt)
0,0300
HEAD 1M
0,0250
HEAD 1.3M
0,0200
HEAD 1.6M
0,0150
0,0100
0,0050
0,0000
0 2 4 6 8 10 12
siklus
Dari gambar 4.7 dapat kita ketahui bahwa untuk data daya pemompaan
head 1 dan 1,6 m daya pemompaannya semakin menurun dari waktu ke waktu,
tetapi pada data daya pemompaan 1,3 m daya pemompaan mengalami kenaikan.
Hal tersebut dipengaruhi oleh pemanasan pada evaporator yang berlebihan yang
dapat menyebabkan unjuk kerja alat dapat berkurang, selain itu juga karena
volume keluaran yang sedikit dan waktu diperlukan saat proses keluaran cukup
kenaikan karena dipengaruhi oleh besarnya jumlah volume keluaran pada pompa
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
41
Lampiran 2. Alat
Foto alat