2012
Didukung oleh :
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perairan Nusa Penida memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati laut yang tinggi. Berdasarkan
hasil survei secara cepat pada tahun 2008, di perairan Nusa Penida dijumpai 296 jenis karang keras
dan 576 jenis ikan (Allen G.R. dan Erdmann M.V. 2008 dan Turak E. dan De Vantier L. 2009). Nusa
Penida memiliki luas terumbu karang 1.419 hektar, hutan bakau seluas 230,07 hektar dan padang
lamun seluas 108 hektar (Darma N. dkk. 2011). Di kawasan ini juga dijumpai berbagai biota laut yang
unik dan langka seperti Ikan Pari Manta, Penyu, Hiu, Dugong, Paus dan Lumba-Lumba. Bahkan di
Nusa Penida terdapat salah satu ikan laut dalam yang sangat terkenal di dunia yaitu ikan Mola mola.
Ikan ini kerap muncul di perairan dangkal Nusa Penida antara bulan Juli – September setiap
tahunnya.
Potensi sumberdaya laut Nusa Penida tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat baik di Nusa
Penida maupun masyarakat di Klungkung dan Bali, sebagai pelindung alami pantai dari gempuran
ombak dan gelombang dan sebagai sumber perekonomian bagi masyarakat dari hasil perikanan
serta pariwisata bahari.
Aktifitas pemanfaatan oleh masyarakat terhadap sumberdaya laut Nusa Penida yang kurang
bijaksana menjadi ancaman bagi sumberdaya laut, diantaranya:
Mengacu pada data-data yang telah diperoleh dari para ahli, dan data lapangan, termasuk
keinginan yang berkembang di tengah masyarakat Nusa Penida yang menghendaki perlu dilakukan
pengawasan di wilayah KKP Nusa Penida, maka perlukan dilakukan tindakan nyata yang
dimaksudkan bagi pengamanan perairan KKP Nusa Penida yang dirancang secara sistematis,
terencana, terkoordinir, dan berkelanjutan untuk menangani pelaksanaan kegiatan pengawasan di
kawasan ini.
B. TUJUAN
C. PENGERTIAN
1. Perikanan : adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan.
4. Pengawasan : pengamatan dari dekat secara langsung dan atau dari jauh secara tidak
langsung yg dilakukan secara menyeluruh dengan membandingkan antara yang
dilaksanakan dengan yang seharusnya dilaksanakan.
6. Rencana Kerja : rencana yang memuat jadual pelaksanaan, tempat, jenis, sasaran dan
pelaksanaan dari suatu kegiatan untuk jangka waktu tertentu.
10. Konsultasi : kegiatan tukar pikiran seseorang dalam rangka pembahasan suatu masalah.
11. Pengamanan Polisionil : kegiatan pengamanan terumbu karang dalam bentuk pengamanan
preventif maupun represif.
12. Pengamanan Teknis : kegiatan pengamanan terumbu karang dalam bentuk kegiatan teknis
pengawetan dan teknis pemanfaatan sedemikian rupa sehingga tetap terjaga keberadaan
serta keutuhan terumbu karang.
13. Pengamanan Preemtif : salah satu tahapan dalam sistem pengamanan terumbu karang
yang bersifat pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat.
14. Pengamanan Preventif : salah satu tahapan dalam sistem pengamanan terumbu karang
yang bersifat pengawasan dan pencegahan.
15. Pengamanan Represif : salah satu tahapan dalam sistem pengamanan terumbu karang
yang bersifat penindakan secara hukum terhadap pelaku tindak pidana.
16. Penyidik: pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
17. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan (PPNS Perikanan) adalah: lingkup Pegawai Negeri
Sipil tertentu dalam lingkup DKP yang oleh dan kuasa Undang-Undang ditunjuk selaku
penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan atas tindak pidana di
bidang perikanan.
18. Barang Bukti : barang yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam suatu perkara tindak
pidana baik berupa temuan atau sitaan.
19. Intelijen : upaya menghimpun data, informasi secara rahasia untuk dipergunakan sebagai
bahan masukan bagi penyelidikan atau penyidikan lebih lanjut.
20. Evaluasi : kegiatan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai dibandingkan dengan
rencana, tugas, fungsi yang sebenarnya.
22. Laporan: pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak dan kewajiban
berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau telah atau
sedang tau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
23. Mengamankan barang bukti : upaya penyimpanan benda2 yang berkaitan dengan
pelangggaran/ kejahatan/tindak pidana tertentu.
25. Operasi : penertiban dan penegakan hukum yang dilaksanakan dalam rangka
mengamankan perairan yang meliputi operasi pengamanan fungsional, gabungan, khusus
dan penyelamatan.
26. Patroli : melakukan pemantauan dan pengawasan secara mobile atas wilayah kerjanya
sesuai dengan kepentingannya.
27. Pemeriksaan: pencarian/pengumpulan bhn2 keterangan dari semua pelaku dan saksi serta
barang bukti yang menjadi bahan utama dalam persidangan suatu kasus yang berkaitan
dengan terjadinya suatu gangguan hutan.
28. Penjagaan : melakukan pengawasan di tempat-tempat tertentu seperti pos jaga, menara
pengawas kebakaran, bandar udara, pelabuhan, terminal, pusat informasi wisata, alam dan
tempat barang bukti.
29. Pengawalan barang bukti : upaya pengamanan angkutan suatu benda yang berkaitan
dengan pelanggaran/kejahatan/tindak pidana tertentu.
30. Penyelidikan : serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
31. Penyidikan : serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti ini membuat jelas tindak pidana yang terjadi sehingga dapat menyimpulkan
pihak pelaku.
32. Penangkapan: suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasn
pelaku atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau
33. Penahanan : penempatan pelaku atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau
penuntut umum atau hakim dengan penetapannya dlm hal serta menurut cara yang ditur
dlam KUHAP.
34. Penyitaan : serangkaian tindakan penyidik untuk mengmbil alih dan atau menyimpan di
bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud
untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.
35. Serah terima barang bukti : kegiatan pengalihan tanggung jawab pengamanan suatu benda
yang berkaitan dengan pelangggaran/ kejahatan/tindak pidana tertentu.
36. Saksi : orang yang dapat memberikan keterangan yang dialami,dilihat dan didengar
langsung atas suatu pelangggaran/ kejahatan/ tindak pidana tertentu.
37. Tersangka : seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
38. Tempat Kejadian Perkara : tempat kejadian dimana ditemukan barang bukti dan saksi
pendukung.
39. Tindak Pidana : setiap perbuatan yang diancam hukum sebagai pelanggaran atau kejahatan
baik yang disebut dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya.
40. Terdakwa : seorang pelaku yang dituntut , diperiksa, dan diadili di sidang pengadilan.
41. Tertangkap Tangan : tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan tindak
pidana atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan atau sesaat
kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila
sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut
melakukan atau membantu melakukan tindak pidana itu.
43. Penangkapan ikan yang tidak sah : penangkapan ikan tanpa dokumen perikanan,
penggunaan alat tangkap dan alat bantu yang tidak sesuai dengan perijinan, penangkapan
ikan melampaui daerah penangkapan dari ijin yang diberikan dalam Surat Penangkapan
Ikan (SPI), transhipment ikan ditengah laut dari kapal ke kapal, pemalsuan dokumen kapal
ikan maupun dokumen penangkap ikan, praktek pencurian ikan oleh kapal asing yang
memasukki kawasan teritorial Indonesia.
45. Pos Pengendali Darat : Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai instansi yang diberikan
kewenangan dalam mengatur pengelolaan dan mengendalikan pemanfaatan Sumber Daya
Laut.
46. Instansi teknis : instansi yang sesuai dengan TUPOKSI memiliki wewenang untuk
menindaklanjuti pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
A. DASAR HUKUM
Dasar hukum pelaksanaan pengamanan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida adalah :
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
3. Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
5. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006 tentang Penataan Ruang
8. Undang-Undang Perikanan No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa Liar.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
14. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
15. Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
16. Undang-Undang No. 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan United Nation Convention on Law
of the Sea (UNCLOS).
17. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
18. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi
Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil.
19. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.2 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan
20. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.30 Tahun 2010 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan
21. PERDA Propinsi Bali No.16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
22. Peraturan Bupati Klungkung Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penunjukan Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida.
a. Penjagaan
Adalah kegiatan pengamanan yang dilaksanakan dengan menempatkan petugas
pengamanan dalam pos-pos penjagaan untuk melakukan pengawasan di kawasan dan
sekitarnya.
b. Patroli
Patroli adalah bentuk pengamanan bergerak yang dilakukan baik secara fungsional
maupun gabungan, antara lain melalui :
a. Operasi Intelejen
Dilaksanakan untuk mengumpulkan bahan, keterangan terjadinya pelanggaran/kejahatan
di bidang kelautan, antara lain tentang tokoh penggerak,pemodal, aktor intelektual,
rencana kegiatan pelanggaran/ kejahatan, lokasi, jenis pelanggaran dan lain-lain.
c. Operasi Rehabilitasi
Dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pembinaan masyarakat atau sosialisasi/ penyuluhan
terhadap masyarakat yang bertempat di sekitar kawasan yang dekat dengan sasaran
operasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat agar tidak
timbul keresahan dan isu-isu yang negatif dan tidak bertanggungjawab.
d. Operasi Khusus
Dilaksanakan dalam rangka penanggulangan terhadap ancaman/ gangguan/ pelanggaran/
kejahatan di bidang kelautan yang terjadi secara mendadak, kompleks dan beresiko
sangat tinggi serta sudah mengancam kelestarian kawasan, sehingga perlu dilakukan
lewat suatu tindakan penanganan khusus.
e. Operasi Kesejahteraan
Dilaksanakan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang meliputi
kehidupan sosial ekonomi, mata pencaharian alternatif, pendidikan dan spiritual dengan
maksud agar masyarakat tidak mengganggu kelestarian kawasan serta mengajak
masyarakat berpartisipasi dalam pengamanan kawasan.
Pengamanan partisipatif ini harus terus mendapatkan perhatian melalui bantuan BBM
bergulir, pendampingan dan pembinaan oleh PPNS khususnya yang berada di lapangan,
melalui kerjasama dengan unsur masyarakat setempat dan instansi terkait, sehingga
pelaksanaannya tetap berdasarkan peraturan perundang-undangan dan nilai kearifan lokal
setempat yang telah ada.
Selain itu, peluang petugas lapangan untuk membaurkan diri dan berinteraksi langsung
dengan masyarakat sangat terbuka dengan adanya pondok-pondok kerja yang tersebar di
beberapa lokasi dalam KKP Nusa Penida dapat dimanfaatkan untuk memberi pengertian
kepada masyarakat tentang arti penting KKP Nusa Penida.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang harus dipersiapkan dengan matang sebelum melaksanakan
pengamanan. Beberapa unsur perencanaan tersebut antara lain mencakup :
a. Persiapan
1). Peta
Petugas keamanan yang akan melakukan kegiatan pengamanan kawasan harus
mengetahui daerah-daerah rawan pelanggaran dalam KKP Nusa Penida, khususnya di
setiap zona di dalam KKP yang dituangkan dalam suatu bentuk peta kerawanan
gangguan yang akan menjadi lokasi sasaran kegiatan pengamanan.
3). Personil
Ketua tim pengamanan harus menentukan jumlah personil serta kompisisinya
termasuk kebutuhan bantuan personal dari TNI atau instansi terkait lainnya.
4). Logistik
Dukungan logistik harus terjamin, termasuk dukungan BBM yang memadai untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
6). Strategi
Strategi pengamanan kawasan disiapkan berdasarkan kebutuhan, target yang hendak
dicapai, informasi, cuaca serta mengakomodasi keadaan darurat yang mungkin saja
terjadi , taktik dan prediksi-prediksi kemungkinan serta langkah penanganannnya.
b. Observasi
Observasi adalah kegiatan untuk melihat, mengamati, mencatat hal-hal yang berkaitan
dengan pengamanan kawasan. Bahan-bahan dapat dihimpun secara langsung di lapangan
melalui patroli pengamanan, wawancara dengan masyarakat atau secara tidak langsung
dengan mengambil bahan dari perpustakaan berupa data hasil inventarisasi Sumber Daya
Alam. Bahan yang dihimpun berupa data dan informasi yang dilengkapi peta, antara lain
mencakup :
c. Analisis Situasi
Merupakan uraian kemungkinan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan serta penentuan teknis pengamanan di lapangan. Bahan yang dipergunakan
untuk menganalisis situasi adalah data dan informasi yang dihimpun dari hasil observasi.
2. Pelaksanaan Pengamanan
Setelah mendapatkan hasil analisis situasi, maka dilaksanakan kegiatan pengamanan dalam
bentuk pengamanan pre-emtif, pengamanan preventif, pengamanan represif, pengamanan
partisipatif masyarakat maupun proses penegakan hukum lainnya.
3. Pelaporan
Pelaporan dibuat setiap pelaksanaan kegiatan pengamanan telah selesai dilaksanakan. Salah
satu fungsi laporan adalah sebagai bahan evaluasi kegiatan pengamanan yang telah
dilakukan, selanjutnya hasil evaluasi tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk perencanaan
pengamanan selanjutnya.
A. ALAT TRANSPORTASI
1. Alat Komunikasi
Komunikasi di lapangan didukung oleh peralatan dan sumber manusia yang disediakan oleh
POLAIR,DPPK, dan CTC yang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan Radio SSB,
Radio VHF, HT yang tersedia dan jaringan Telepon Seluler.
2. Alat Navigasi meliputi : GPS, Kompas, Lampu Navigasi, Peta, Alarm, Echosounder.
A. Keanggotaan
Keanggotaan masyarakat adat (pecalang segara) dalam tim patroli diatur berdasarkan mekanisme
keterwakilan dari masing-masing wilayah yang akan di koordinir oleh salah satu koordinator yang
telah dipilih. Perwakilan masyarakat adat dari masing-masing wilayah disepakati untuk
mengkoordinir keanggotaan masyarakat adat dalam tim patroli dari masing-masing wilayah.
B. Jumlah anggota masyarakat adat yang akan terlibat dalam Tim Patroli
Jumlah anggota masyarakat adat yang akan terlibat dalam Tim Patroli Bersama adalah berjumlah 2-3
orang untuk setiap wilayah.
C. Penyeleksian anggota masyarakat adat yang akan terlibat dalam Tim Patroli
Penyeleksian anggota masyarakat adat yang akan terlibat dalam Tim Patroli Bersama, sepenuhnya
diserahkan kepada majelis alit untuk memilih/menyeleksi anggota masyarakatnya dengan dikoodinir
oleh koordinator wilayah yang telah dipilih. Dalam penyeleksian anggota masyarakat adat,
koordinator tidak bekerja sendiri, tetapi wajib bekerja bersama ketua Majelis Alit dan Kepala Desa
Adat dalam penyeleksian tersebut.
Anggota masyarakat adat yang terpilih untuk terlibat dalam Tim Patroli harus diketahui serta
mendapat persetujuan dari seluruh komponen masyarakat adat divwilayah tersebut serta diketahui
pula oleh Camat dan Kepala Desa.
Anggota masyarakat adat yang akan bertugas melakukan Patroli bersama Tim Patroli, diharuskan
memiliki Surat Tugas atau Rekomendasi dari Majelis Alit wilayah asalnya.
F. Tugas, Fungsi, wewenang dan tanggung jawab anggota masyarakat dalam Tim Patroli
Tugas:
Melakukan Patroli bersama Tim Patroli dengan menggunakan Kapal
Melaksanakan setiap prosedur patroli yang telah ditetapkan
Melaksanakan setiap prosedur keselamatan yang berlaku diatas kapal
Wewenang:
Melakukan teguran kepada pelaku pelanggaran dan memeriksa identitas pelaku (surat
pernyataan – untuk pelanggaran2 kecil - dari pelaku tentang tidak akan melakukan perbuatannya
lagi – perlu dibuatkan format dan dimasukan dalam lampiran)
Melakukan penyadaran kepada masyarakat
Tanggung jawab:
Mensosialisasikan kegiatan patroli, peraturan dan sangsi kepada masyarakat
Membuat laporan kegiatan sesuai formulir laporan yang tersedia
Membuat berita acara penanganan/penindakan sebuah kasus
Jadual giliran patroli masyarakat di akan diatur oleh koordinator patroli wilayah yang bersangkutan
bekerjasama dengan Ketua Majelis Alit.
H. Pelatihan bagi anggota masyarakat yang akan terlibat dalam Tim Patroli
Anggota masyarakat dari setiap wilayah yang telah terpilih sebagai calon Tim Patroli di wajibkan
untuk mengikuti pelatihan patroli sebelum mulai menjalankan tugas patroli serta dinyatakan lulus
dalam seleksi. Apabila calon yang bersangkutan tidak bersedia mengikuti pelatihan yang diwajibkan,
maka calon tersebut dinyatakan gugur dan tidak diperbolehkan menjadi anggota Tim Patroli
Bersama. Perlu dilakukan seleksi lagi untuk menggantikan calon yang telah dinyatakan gugur.
I. Persyaratan bagi anggota masyarakat yang akan terlibat dalam Tim Patroli Bersama
Benar-benar penduduk dari wilayah asalnya
Memiliki Tanda Pengenal atau Kartu Tanda Penduduk yang dikeluarkan oleh Pemerintah
dimana anggota tersebut berasal.
Tidak dalam keadaan sakit atau terganggu kondisi jasmani dan rohaninya saat melaksanakan
tugas Patroli
Mengenal dengan baik wilayah serta kondisi wilayahnya
Bisa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya
J. Asuransi
Masyarakat yang telah menjadi anggota Tim Patroli Bersama berhak atas Asuransi Keselamatan.