Anda di halaman 1dari 2

Mengenal 3 Fase Penyakit Demam Berdarah

CNN Indonesia | Kamis, 31/01/2019 13:16 WIB


Bagikan :

ilustrasi (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah ramai hepatitis A di Depok, Jawa Barat, kini muncul kekhawatiran
yang lebih luas. Kasus demam berdarah dengue makin meluas ke sebagian besar provinsi di
Indonesia.

Memasuki musim hujan di Indonesia, Anda harus lebih waspada agar tak terjangkit penyakit
tersebut. Berbagai upaya pencegahan pun dilakukan misalnya dengan melakukan fogging, istirahat
cukup, 3M plus, dan lainnya.

Hanya saja kadangkala serangan demam berdarah dengue (DBD) tak dapat terhindarkan. Selain
cara pencegahannya, Anda juga wajib paham tentang penyakit ini termasuk dengan fase-fase
berbahayanya DBD.

Lihat juga:
Fogging Tak 100 Persen Efektif Berantas Nyamuk DBD

1. Fase demam

Dokter Mulya Rahma Karyanti, Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan
Anak RSCM-FKUI mengatakan pascagigitan nyamuk demam berdarah, orang tak akan langsung
mengalami gejala DBD.
Biasanya masa inkubasi kurang lebih tujuh hari hingga muncul gejala.

"Muncul panas tinggi mendadak, ini terjadi terus-menerus selama dua sampai tujuh hari," kata dia
saat temu media di press room gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (30/1).

Panas tinggi atau demam biasanya disertai dengan penurunan nafsu makan, mual, muntah, sakit
kepala, sakit perut dan nyeri pada ulu hati.

2. Fase kritis

Setelah melalui fase demam, suhu tubuh pasien akan berangsur menurun dan kondisi tubuh mulai
membaik. Kondisi ini bukan berarti pasien sudah sembuh. Justru pasien memasuki masa kritis.

Caregiver atau perawat tak boleh abai dan membiarkan pasien beraktivitas seperti biasa. Pasien
perlu dipantau dan bila perlu dibawa ke rumah sakit terdekat.

Jika dibiarkan bisa terjadi manifestasi pendarahan seperti pendarahan pada hidung dan gusi, berak
darah, muntah darah. Karyanti menjelaskan kondisi sedikit berbeda akan dialami anak. Pada anak,
fase kritis bisa disertai dengan dehidrasi.

Lihat juga:
Tips Mencegah DBD yang Sedang Marak

"Orang tua harus memperhatikan asupan cairan buat anak. Cairan ini bisa susu, jus buah, apapun.
Dan jangan lupa perhatikan keluaran cairan atau urine. Kalau anak pipis tidak teratur padahal
asupan cairan banyak, harus segera dibawa ke rumah sakit," ujarnya.

Karyanti tidak menekankan pada konsumsi jus jambu biji. Menurutnya sebaiknya pasien tercukupi
kebutuhan asupan cairannya. Dia berkata pernah ada penelitian tentang manfaat jus daun jambu biji
terhadap penyakit DBD tetapi belum terbukti.

Anda mungkin juga menyukai