Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PREKLINIK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES PAYUNG NEGERI

NAMA MAHASISWA:ARIS KURNIAWAN


NIM:08.3.0.1.0041
TANGGAL:08 FEBRUARI 2011
RUANG PRAKTIK:MURAI II

A.Diagnosa medis : DHF (Dengue Haemoragic fever)

B.Pengertian

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn

virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES

ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )

C.Penyebab

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan

nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty ).

D.Tanda dan gejala

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :

- Meningkatnya suhu tubuh

- Nyeri pada otot seluruh tubuh

- Suara serak

- Batuk

1
- Epistaksis

- Disuria

- Nafsu makan menurun

- Muntah

- Ptekie

- Ekimosis

- Perdarahan gusi

- Muntah darah

- Hematuria masih

- Melena

E. Klasifikasi DHF menurut WHO

Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju

tourniquet positif )

Derajat II

Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

Derajat III

Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun

( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

Derajat IV

Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

2
Pemeriksaan Diagnostik

- Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau

lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )

- Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )

- Rontgen Thorac = Effusi Pleura

F.Patofisiologi
- Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk

3
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan.Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan
gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir
di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan
adrenal.

Pathways

Virus Dengue

Viremia

Hipertherm Hepatomegali Depresi Permebilitas


i Sum – sum tulang kapiler meningkat

Manifestasi
- Anoreksia perdarahan Permebilitas kapiler
- Muntah meningkat

Kehilangan plasma

Resti Gangguan Nutrisi


Hipovolemia
kurang dari kebutuhan Efusi pleura
Resiko tjd Ascites
perdarahan Hemokonsntrasi
Resiko syok
hipovolemia

Syok

Kematian

4
G. Gambaran klinis
DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
a.Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas
400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
b.Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif,
adanya leukopenia, limfositosis relatif.
c.Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam
timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan
pansitopenia.
d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang,
tidak terjadi hemokonsentrasi.

H.Penatalaksanaan

 Medik

A. DHF tanpa Renjatan

- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )

- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan

kompres

- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak

<1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit

kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB (

anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.

- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

B. DHF dengan Renjatan

- Pasang infus RL

5
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander

( 20 – 30 ml/ kg BB )

- Tranfusi jika Hb dan Ht turun

 Keperawatan

1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam

- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

- Observasi intik output

- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda

vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri

minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres

- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan

Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil

dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri

infus.

- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri

o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,

obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

2. Resiko Perdarahan

- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan

melena

- Catat banyak, warna dari perdarahan

- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro

Intestinal

6
3. Peningkatan suhu tubuh

- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik

- Beri minum banyak

- Berikan kompres

I. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF

Pengkajian

- Kaji riwayat Keperawatan

- Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual

muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda –

tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit

dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah,

penurunan kesadaran )

J.Diagnose Keperawatan

1. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam

Tujuan :
Volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
1)Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui
penyimpangan dari keadaan normalnya.
2)Observasi tanda-tanda syock.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

7
3)Berikan cairan intravena sesuai program dokter
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan
langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
4)Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume
cairan tubuh.
5)Catat intake dan output.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.

2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, tidak ada nafsu makan

Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.
Intervensi :
1)Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2)Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu
makan pasien.
3)Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan
asupan makanan .
4)Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
Rasional : Untuk menghindari mual.
5)Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
6)Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan
muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat.

8
7)Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

3.Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya


volume cairan tubuh
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Keadaan umum baik.
Intervensi :
1)Monitor keadaan umum pasien
Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama
pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan
dapat segera ditangani.
2)Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.
Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
3)Monitor tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien
tidak sampai syok hipovolemik.
4)Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
5)Berikan transfusi sesuai program dokter.
Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah
yang hilang.
6)Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.
Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera
mungkin.

4.Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan


trombositopenia.

9
Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi :
1)Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh
darah.
2)Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
perdarahan.
3)Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut.
Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
4)Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya.
Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

10
: Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI Buku

ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor jkt 2002.

Christantie, Effendy. SKp, Pasien DHF Perawatan. Jakarta, EGC, 1995

Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267

Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai