Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh


semua komponen bangsa yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga
diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2015). Salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui program
nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, bahwa dalam rangka
memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran
penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar perlu menyelenggarakan
STBM.
Program STBM merupakan upaya dalam pencapaian Millenium
Development Goals (MDG’s) tahun 2015 poin 7c, yaitu meningkatkan akses air
minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari
proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses. Data dari BPS dan Kemen
PU tahun 2012 menyebutkan bahwa capaian akses sanitasi layak masyarakat
Indonesia pada tahun 2016 sebesar 57,35% dengan target MDG’s
2017 sebesar 62,41% , yang artinya ada 5,06% akses sanitasi masyarakat kita
yang masih menjadi perhatian pemerintah sampai tahun 2017.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima
pilar (Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun,
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah
Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan
sehat. Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop Buang
Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop
BABS karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total
serta merupakan upaya untuk memutus rantai kontaminasi kotoran manusia
terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya (Ditjen PP dan PL, 2016).
Menurut Chandra (2015), Buang air besar sembarangan dapat
mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara, makanan, dan
perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model ekologi, ketika lingkungan buruk
akan menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi
tersebut antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing,
hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi
parasit lain. Upaya untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat
dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan.
Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar
dan dapat memutus rantai penularan penyakit (Suparmin dan Soeparman, 2015)
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai
tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang
mencegah kontaminasi ke badan air, kontak antara manusia dan tinja, bau yang
tidak sedap, membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang
lainnya, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah
dibersihkan (WSP-EAP, 2009).
Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku
kelompok masyarakat dengan pemicuan menggunakan metode Metodology
Participatory Assesmant Participatory Hygiene And Sanitation Transformasi
(MPAPHAST). Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada
masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka
hingga mencapai kondisi Open Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai
dengan 100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di jamban sendiri, tidak
adanya kotoran di lingkungan mereka, serta mereka mampu menjaga kebersihan
jamban (Permenkes No.3 Tahun 2014).
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/Menkes/SK/IX/2008
Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa indikator
outcome dari program STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan
perilaku, maka pada pilar pertama ini lebih menekankan pada
penurunan penyakit diare, karena penyakit diare merupakan penyakit umum
yang tidak hanya diderita oleh orang dewasa namun juga balita.
Sebagai program nasional, dalam pelaksanaan STBM sangat dibutuhkan
pemantauan dan evaluasi melalui kegiatan surveilans untuk dapat melihat
pencapaian dan pembelajarannya. Monitoring dan evaluasi program STBM
melalui Sistem Informasi Monitoring dilaksanakan secara umum melalui
tahapan yaitu pengumpulan data dan informasi, pengolahan, analisis data dan
informasi, pelaporan dan pemberian umpan balik. Sedangkan dalam melakukan
pemantauan, hal yang paling substansi dan mempengaruhi sistem secara
menyeluruh adalah data.
Pelaporan merupakan bagian penting dari pemantauan dan evaluasi
sebuah program yang memuat hasil kemajuan pelaksanaan program secara
berjenjang mulai dari tingkat desa sampai tingkat pusat. Alat bantu pelaporan
dalam pemantauan dan evaluasi STBM adalah dengan SMS gateway dan
website. Data yang dikirim melalui sanitarian ke server pusat dan telah
terverifikasi, akan diteruskan ke penyimpanan data virtual di website STBM.
Kabupaten dan propinsi dapat melihat dan mengakses data monitoring tersebut
melalui aplikasi berbasis web pada website STBM. Monitoring berbasis website
STBM juga merupakan sub-sistem dari sistem monitoring dan evaluasi nasional
yang akan terintegrasi dengan pelaku/sistem monitoring Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL–BM) lainnya ditingkat
pusat (Ditjen PP dan PL, 2011).
Penerapan sistem pemantauan melalui SMS gateway dan website diharapkan
adanya perbaikan kualitas hasil, lebih efisien, dan terjadi efektivitas biaya yang
berdampak kepada program lebih keberlanjutan dan perluasan program.
Berdasarkan pelatihan monev Dinkes Provinsi Jawa Tengah tahun 2016
disebutkan bahwa penerapan sistem ini belum berjalan dengan baik karena
masih ditemukannya masalah dalam aliran data yaitu adanya pelaporan yang
masih manual. Sanitarian/puskesmas akan melaporkan ke kabupaten setelah
semua data terkumpul dari lapangan, untuk menyampaikan laporan tersebut
sanitarian harus datang ke kantor Dinas Kesehatan Kabupaten setiap bulannya,
hal ini memberatkan bila komunitas yang dipicu semakin banyak. Kemudian
data yang telah terkumpul di Dinas Kesehatan akan dilakukan entry oleh
petugas pemegang program, hal ini menyebabkan lamanya proses verifikasi data
ke lapangan serta cenderung akan terjadi banyak kesalahan dalam entry karena
banyaknya data sedangkan sumber daya manusia di Dinas Kesehatan terbatas.
Akibat lain yang
ditimbulkan oleh karena masih adanya pelaporan yang dilakukan secara manual.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti
sistem informasi manjemen yang berjalan pada pemantauan program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya pilar pertama di puskesmas
tanjung sakti pumi.
B. Masalah Peneliti
Bagaimanakah pelaksanaan sistem informasi manajemen pemantauan
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar pertama di
PUSKESMAS TANJUNG SAKTI PUMI ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan sistem informasi manajemen pemantauan program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Puskesmas Tanjung skti pumi.
2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan alur pemantauan STBM

b. Mendeskripsikan proses pemantauan STBM

c. Mendeskripsikan penggunaan informasi pemantauan STBM

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem informasi manajemen.
2. Bagi Puskesmas Tanjung sakti PUMU
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya penerapan pelaksanaan
sistem informasi manajemen khususnya dalam hal pemantauan program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) .
3. Bagi Akademi
Sebagai bahan referensi kepustakaan yang dapat digunakan untuk penelitian
yang lebih lanjut.
BAB II
METODE KEGIATAN

Hasil laporan Puskesmas Tanjung sakti PUMI tahun 2017 menunjukkan


bahwa, jumlah penduduk kecamatan tanjung sakti Pumu 17.395, jumlah desa
= 18, desa yang ODF ada 1, jumlah Kepala Keluarga (KK) = 5.185, jumlah
rumah = 4.243, jumlah jamban 1,925, desa yang sudah ODF = 1 desa, yang
masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS) = 17 DESA. Hal tersebut belum
sesui dengan target. Hasil observasi di Kecamatan tanjung sakti pumi
menunjukkan bahwa masyarakat masih membudayakan perilaku buang sampah
secara sembarangan seperti buang sampah di sungai, selokan, dan tempat
terbuka (lahan rumah). Pengelolaan limbah cair rumah tangga di wilayah Tirto
belum tepat karena masyarakat pada umumnya mengalirkan limbah cair rumah
tangga (limbah deterjen dan air bekas mandi/cuci pakaian) ke selokan maupun
secara langsung menuju sungai. Pembuangan yang tidak aman tersebut dapat
menimbulkan penyakit akibat sanitasi yang buruk.
Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis bermaksud mengkaji
secara mendalam strategi promosi kesehatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Kecamatan tanjung sakti PUMI. Secara lebih khusus tujuan
peneltian ini antara lain adalah:
a. Mengkaji secara mendalam meliputi kebijakan, komitmen, dana,
disposisi publik, dan sarana prasarana Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di wilayah kerja puskesmas tanjung sakti pumi .
b. Mengkaji secara mendalam bina suasana meliputi koordinasi,
sosialisasi program, dan pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
di wilayah kerja puskesmas tanjung sakti pumi
c. Mengkaji secara mendalam pemberdayaan masyarakat meliputi
pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di wilayah kerja
puskesmas tanjung sakti pumi
d. Menyusun strategi baru pada strategi promosi kesehatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat di wilayah puskesmas Tanjung Sakti Pumi.
METODE PENGUMPULAN DATA
Lokasi penelitian ini adalah dipuskesmas Tanjung Sakti Pumu.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan november sampai dengan Desember
2018 Output penelitian ini adalah strategi baru pada strategi promosi
kesehatan STBM di wilayah kerja puskesmas tanjung sakti PUMI. Penelitian
ini difokuskan pada pendekatan strategi promosi kesehatan. Pendekatan
tersebut meliputi, bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat. Peneliti
mengklasifikasikan masing-masing variabel di atas dengan modifikasi teori
implementasi menurut Anderson (1979) yaitu keterlibatan, kepatuhan,
administratif, dan dampak. Variabel advokasi meliputi kebijakan, komitmen,
dana, disposisi publik, dan sarana prasarana. Variabel bina suasana meliputi
koordinasi, sosialisasi program, dan pelatihan. Variabel pemberdayaan
masyarakat meliputi pemicuan. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan desain eksploratoris kualitatif. Penelitian
eksploratoris yaitu penelitian yang berusaha menggali atau mengeksplor lebih
dalam elemen/variabel yang diteliti. Rancangan penelitian ini menggunakan
metode studi kasus. Riset dengan metode studi kasus menghendaki suatu
kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas objek tertentu (Susila, dkk,
2013:229).
Informan penelitian ini terdiri dari Informan Utama (Pelaksana BKM,
Seksi Kesmas & Tokoh Masyarakat, Natural Leader, dan Kader STBM) dan
Informan Triangulasi (warga dan Sanitarian Puskesmas Tanjung sakti PUMI).
Metode pengumpulan data penelitin ini meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi. Data sekunder
diperoleh dari dokumentasi dan studi kepustakaan. Adapun alat pengumpulan
data berupa pedoman wawancara, dan catatan lapangan.
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. GEOGRAFI
UPT Puskesmas Tanjung Sakti merupakan Puskesmas Rawat Inap
membawahi 18 desa dan mempunyai 2 Puskesmas pembantu dan 11
Polindes/Puskesdes. Terletak didalam wilayah Kec.Tanjung Sakti PUMI dengan
ketinggian dari permukaan laut ± 590m.

Dengan Batas Wilayah


Utara : berbatasan Kec. Dempo utara
Barat : Berbatasan dengan Kec.Tanjung Sakti PUMI
Timur : Berbatasan dengan Kota Agung
Selatan : Berbatasan dengan provensi Bengkulu selatan
UPT Puskesmas Tanjung Sakti dibangun pada tahun 1976,dan mulai
beroperasi pada tahun 1977, dengan luas wilayah 271 km2 yang terdiri dari 18
desa, dengan jarak tempuh terjauh dari desa ke puskesmas yaitu Dusun Pulau
Timun dan Desa Pulau Panas dengan jarak tempuh 12 km dan terdekat Desa
Pajar Bulan.0 km (Puskesmas UPT Tanjung Sakti Terletak di Desa Pajar
Bulan).
Wilayah kerja merupakan daerah perbukitan dengan curah hujan rendah
tiap tahunnya.Tiap desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 atau atau roda
4, jalan beraspal tetapi masih ada satu Desa yang medannya sulit untuk
dijangkau yaitu Dusun Pulau Timun. Mata pencaharian penduduk sebagian
besar bertani,dan dagang.
Jarak tempuh dari Puskesmas ke Kabupaten ± 150 menit. Kondisi fisik
UPT Puskesmas Tanjung Sakti saat ini membutuhkan penambahan ruangan
seperti ruangan emergensi masih memakai ruangan perawatan dan juga ruangan
pertemuan di puskesmas belum ada ruangan khusus.
B. ESTAFET KEPEMIMPINAN
Sejak berdiri tahun tahun 1976, Puskesmas UPT Tanjung Sakti sudah
beberapa kali mengalami pergantian Pimpinan, yaitu :
1. Dr. Buswardi
2. Dr. Ismet Sopian
3. Dr. Zulkarnain
4. Dr. Uli Prapanca
5. Dr. Linda
6. Dr. Jamar Hasan
7. Dr. Abdul Latif
8. Dr. Nita Hertati
9. Dr. H.M. Qomaruddin Imron, M.Kes
10. Disaliana, SKM
11. Elva Desita, S.ST
C. VISI DAN MISI PUSKESMAS UPT TANJUNG SAKTI
Sesuai dengan strategi Indonesia sehat dan kebutuhan pengembang
sektor kesehatan di era desentralisasi ini Puskesmas Tanjung Sakti sudah
menetapkan Visi dan Misi untuk mewujudkan Indonesia Sehat. UPT Puskesmas
Tanjung Sakti memanfaatkan kapasitas dan potensi Puskesmas secara optimal,
sehingga secara bertahap Visi Puskesmas UPT Tanjung Sakti dapat
dikembangkan dan terwujud.

Visi Puskesmas :

Tercpainya derajad Kesehatan masyarakat Tanjung Sakti PUMI yang


optimal yang bertumpu dengan pelayanan prima dan pemberdayaan
masyarakat yang menuju LAHAT Bangkit 2018

Misi Puskesmas :
1.Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
2 .Meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanaankesehatan sarana dan
prasarana kesehatan yang bermutu prima
4.Menurunkan resiko kesakitan dan kematian
D. JARAK ANTAR WILAYAH KERJA DENGAN PUSKESMAS UPT
TANJUNG SAKTI
Dengan Wilayah kerja yang terdiri dari 18 desa, luas wilayah kerja UPT
Puskesmas Tanjung Sakti adalah ± 271,00 km persegi. Pembagian luas wilayah
dalam tiap desa / kelurahan dan jarak tempuh dari tiap desa ke UPT Puskesmas
Tanjung Sakti adalah sebagai berikut :

NO Nama Desa / Kelurahan Luas Wilayah (km²)

1 Pulau Panas 20,77 (km)


2 Sindang Panjang 25,96 (km)
3 Gunung Kembang 8,31 (km)
4 Pagar Agung 5,15 (km)
5 Ulak Lebar 4,15 (km)
6 Benteng 6,23 (km)
7 Gunung Agung 10,38 (km)
8 Masam Bulau 23,88 (km)
9 Pajar Bulan 4,15 (km)
10 Tanjung Bulan 23,88 (km)
11 Penandingan 19,73 (km)
12 Tanjung Sakti 29,07 (km)
13 Negri Kaya 10,38 (km)
14 Pulau Panggung 19,73 (km)
15 Gunung Karto 15,57 (km)
16 Lubuk Tabun 19,73 (km)
17 Pagar Jati 16,61 (km)
18 Lubuk Dalam 7,27 (km)

E. DATA KEADAAN DAN SARANA PUSKESMAS


 Tahun Terakhir direhabilitas : 2005
 Keadaan Bangunan Puskesmas : Baik
 Keadaan Rumah Dinas

- Rumah Dinas Dokter : Baik

-Rumah Dinas Dokter Gigi : Rusak Berat

-Rumah Dinas Paramedis : 2 Rusak Berat, 1 Rusak


Ringan

 Ketersediaan Kendaraan Dinas


1. Jumlah Kendaraan Roda 4: 2 Buah
1 Buah, Keadan : Baik
1 Buah, Keadaan : Rusak Berat

2. Jumlah Sepeda Motor : 16 Buah


F. DATA DASAR UKS
 Jumlah Taman Kanak-Kanak (TK)
1. Negeri :2
2. Swasta :2
 Jumlah Sekolah Dasar dan Madrsah Ibtidaiyah (MI)
1. Negeri : 16
2. Swasta :4
 Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTS)
1. Negeri :3
2. Swasta :2
 Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Madrasah
Aliyah (MA)
1. Negeri :1
2. Swasta :1
 Jumlah Pondok Pesantren :1

JENIS-JENIS PELAYANAN DI UPT PUSKESMAS TANJUNG SAKTI

A. Upaya Kesehatan Perorangan


1. Pelayanan di dalam gedung
a. Poli Pemeriksaan umum
b. Poli kesehatan gigi dan mulut
c. Poli KIA / KB, / Persalinan
d. Poli Laboraturium
e. Poli Gizi
f. Poli MTBS
g. Poli Sanitasi
h. Poli Keswa
i. Poli Lansia
j. Poli PTM
k. Poli Imunisasi
l. Poli kefarmasian
m. Pelayanan Rawat Inap ( 9 tempat tidur )
n. UGD 24 Jam
o. Pelayanan Ambulance
B. Upaya Kesehatan Masyarakat
1. Upaya Kesehatan Wajib
a. Upaya Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat
 Pembinaan PHBS
 Pembinaan Desa Siaga dan Poskesdes
 Posyandu
 Pembinaan UKBM
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehata Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Upaya Kesehatan Jiwa
b. Upaya kesehatan gigi masyarakat
c. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan tradisional komplementer
e. Upaya Kesehatan Olah Raga
f. Upaya Kesehatan Sekolah
g. Upaya Kesehatan Indera (Mata dan Telinga)
h. Upaya Usia Lanjut
i. Upaya Kesehatan Lainnya
3. Upaya Kesehatan Program di Unggulkan
a. Pelayanan Lansia
C. Jadwal Pelayanan

 Poli Umum : setiap hari kerja


 Poli Gigi : setiap hari kerja
 Poli KIA-KB
a. Pemeriksaan Kehamilan & persalinan : Setiap hari kerja
b. Pelayan KB : setiap hari kerja
c. Pasang –buka implant (IUD) : setiap hari kerja
d. Kelas ibu hamil : setiap hari kerja
 Pemeriksaan TB : setiap hari kerja
 Poli gizi dan Laktasi : setiap hari kerja
 Poli Sanitasi : setiap hari kerja
 Pelayanan Imunisasi : setiap hari kerja
 Pelayanan Kefarmasian : setiap hari kerja
 Pelayanan Laboratorium : setiap hari kerja
 Pelayanan Rawat Inap : setiap hari (Senin-
Minggu)
 UGD 24 Jam : setiap hari (Senin-
Minggu)
 Pelayanan Ambulance : setiap hari (Senin-
Minggu)
D. Jam Pelayanan
 Pelayanan loket pendaftaran dan rawat jalan :
 Senin : 07.30 – 13.00 Wib
 Jum’at : 07.30 –11.00 Wib
 Sabtu : 07.30 –12.00 Wib
 Minggu : tutup
 Pelayanan UGD, Rawat Inap, persalinan dan ambulance
 Senin – minggu : 24 jam
E. Persyaratan pelayanan
1. Persyaratan rawat jalan
a. Membawa Kartu Berobat
b. Membawa kartu ASKES bagi pengguna layanan ASKES.
c. Membawa kartu JAMKESMAS,KIS,BPJS. bagi pengguna Kartu -
tersebut.
d. Membawa kartu JAMSOSKES.(KTP, KK, Askeskin)
e. Membawa kartu jaminan kesehatan perusahaan bagi pengguna
layanan perusahaan.
f. Membawa kartu pengenal lain, misalnya Kartu Tanda Penduduk
(KTP). (Foto copi 1 lembar a-f )
 Persyaratan Rawat Inap
1. Pengguna layanan ASKES, BPJS, KIS, JAMKESMAS.
a. Foto copy kartu ASKES, BPJS, KIS,JAMKESMAS 3 lembar.
b. Jika nama kartu di ASKES, BPJS, KIS, JAMKESMAS tidak sama
dengan nama di KTP, maka menyertakan surat keterangan beda
nama dari kepala desa.
c. No HP keluarga pasien yang bertanggung jawab.
2. Pengguna layanan JAMSOSKES
a. Foto copy kartu KTP 3 lembar.
b. Foto copy kartu keluarga (KK) 3 lembar.
c. Surat keteranagan domisili dari kepala desa.
d. Surat keterangan tidak di jamin kartu lain kecuali KK / KTP.

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN

Selama tahun 2017 terjadi peningkatan kunjungan pasien ke UPT


puskesmas Tanjung Sakti. Berdasarkan data tahun 2016 jumlah kunjungan
pasien adalah 4.121 orang. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah kunjungan
pasien adalah 5.358 orang.
Berikut adalah data kunjungan pasien baru dan pasien lama selama tahun 2016.
Pasien Baru Pasien Lama Total Jumlah
Bulan
(Orang) (Orang) Kunjungan
Januari 65 520 585
Februari 73 414 487
Maret 59 535 594
April 43 417 460
Mei 39 397 436
Juni 25 250 275
Juli 19 335 354
Agustus 48 328 376
September 31 350 381
Oktober 41 507 548
November 36 463 499
Desember 29 334 363
508 4.850 5.358

Berikut adalah data jumlah kunjungan pasien selama tahun 2017


berdsarkan kartu jaminan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbagi
2 yaitu Jamsoskes dan BPJS.

Jumlah Pasien Jumlah Pasien


Bulan
Jamsoskes (Orang) BPJS (Orang)
Januari 320 265
Februari 260 227
Maret 285 309
April 250 210
Mei 276 187
Juni 143 130
Juli 199 155
Agustus 176 202
September 176 205
Oktober 267 281
November 264 235
Desember 197 166
2.813 2.572
Gambaran perkembangan derajat Kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya.
B. Angka Kematian Ibu
Keberadaan bidan didesa tampak memberikan kontribusi nyata terhadap
cakupan kebidanan yang besar, misalnya akses Pelayanan antenatal (K1) pada
tahun 2017 sebanyak 180 orang. Jumlah persalinan sebanyak 350 orang.
Namun masalah kematian ibu merupakan masalah yang komplek, yang diwarnai
oleh derajat kesehatan , termasuk status kesehatan reproduksi dan status gizi
sebelum dan selama kehamilan, anemia pada ibu hamil, terlalu muda, usia lebih
dari 35 tahun, jarak antar anak kurang dari 2 tahun.
C. Penyebab kematian ibu akibat melahirkan

Penyebab Utama kematian ibu masih tetap pendarahan, sepsi dan


eklamsia disamping partus lama dan abortus terkomplikasi. Perdarahan post
partum adalah penyebab kematian terbesar.

Kejadian kematian ibu juga berkaitan erat dengan masalah sosial budaya,
ekonomi, tradisi dan kepercayaan masyarakat. Hal ini melatar belakangi
kematian ibu yang mengalami komplikasi obstetric, yaitu dalam bentuk “ 3
terlambat “.

1. Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan


2. Terlambat mencapai tempat pelayanan kesehatan
3. Terlambat mendapat penanganan Medis yang memadai ditempat
pelayanan kesehatan.

C. Angka kematian Bayi

Angka kematian Bayi di Tanjung Sakti Pumi pada Tahun 2017 ini
sebanyak 3 orang dari 350 kelahiran yang ditolong oleh petugas kesehatan. Ada
banyak faktor yang menyebabkan kematian pada bayi tersebut dan bukan begitu
mudah untuk menemukan penyebab kematian pada bayi. Tersedianya berbagai
fasilitas atau faktor aksebilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis
yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional
ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB memberikan gambaran
adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan Kesehatan mayarakat.
D. Angka Kesakitan

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari


masyarakat (community based data) melalui Study morbiditas dan hasil
pengumpulan data baik dari Puskesmas maupun dari sarana pelayanan
Kesehatan (facility based data). yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan
pelaporan.

Data kunjungan pasien ke Puskemas Tanjung Sakti PUMI pada Tahun


2017 yaitu : Jumlah kunjungan Jamsoskes 2.813 orang. Jumlah Kunjungan
BPJS 2.572orang dan jumlah kunjungan Umum 0 Jumlah Total kunjungan
pasien ke Puskesmas Tahun 2017 adalah 5.358 orang.

A. JUMLAH 10 PENYAKIT TERBANYAK


Selama tahun 2017, dari 5.358 kunjungan pasien, sebanyak 1626 kasus
adalah kasus ISPA. Selanjutnya berturut-turut adalah kasus Dermatitis, GE, dan
Hipertensi.
Berikut data 10 penyakit terbesar selama tahun 2017 :
No Nama Penyakit Jumlah Kasus
1 ISPA 1626
2 Gastritis 758
3 Diare 327
4 Reumatik 246
5 Hipertensi 288
6 Asma 229
7 Alergi 179
8 Malaria 12
9 Infeksi 27
10 Konjungtivitis 24
3.704

B. Angka Status Gizi Masyarakat Tanjung Sakti Pumi


Status gizi masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, antara
lain bayi dengan berat badan rendah (BBLR), Statur gizi balita , status gizi
wanita usia subur kurang energy protein (KEK).
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (Kurang dari 2500 gram) Merupakan
salah satu Faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
Perinatal dan Neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu :
BBLR karena premature atau BBLR karena intrauterine growt
retardation (IUGR), bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat
badannya kurang.
Jumlah BBLR yang di laporkan di Wilayah Puskesmas Tanjung
Sakti sebanyak (0 %) dari 347 bayi lahir hidup.
2. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara
penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antropometri
yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BBLR).
Jumlah balita gizi buruk di Kecamatan Tanjung Sakti PUMI Tahun
2017 adalah 0 balita dari 304.1 Balita yang ada, dan telah
ditangani.
Salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian adalah
gangguan akibat kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat
mengakibat gangguan pertumbuhan fisik dan keterbelakangan
mental. gangguan pertumbuhan fisik meliputi pembesaran kelenjar
tiroid (gondok).bisu,tuli,kretin,gangguan motorik dan lain-
lain.pemberian kapsul yudium dimaksudkan untuk mencegah
lahirnya bayi kretin, Karena itu sasaran pemberian kapsul yudium
adalah wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil dan ibu nifas.
A. UPAYA KESEHATAN
UPT Puskesmas Tanjung Sakti dalam menyelenggarakan kegiatan upaya
pokok kesehatan tetap mengacu kepada Basic Six (Enam Dasar ) yaitu:
1. Promosi kesehatan
2. KIA/ KB
3. Gizi
4. P2M
5. Kesehatan lingkungan
6. Upaya pengobatan
Sementara upaya program yang lain, misalnya laboratorium dan
kesehatan jiwa juga dikembangkan sesuai dengan tuntutan masalah masyarakat.
Dalam mengembangkkan upaya program kesehatan, puskesmas Tanjung
Sakti memaparkan hasil cakupan upaya program mulai Januari sampai
Desember 2017 sebagai berikut :
B. Hasil Cakupan KIA
Kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integratif, kegiatan
integratif adalah kegiatan program lain (misalnya kegiatan imunisasi merupakan
kegiatan P2M) yang dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk
program P2M (ibu hamil dan anak-anak ) juga menjadi sasaran program KIA.
Ruang lingkup kegiatan :
1. Pemeriksaan Kegiatan Bumil (ANC). Pemeriksaan kehamilan
diukur berdasarkan jumlah pemeriksaan kehamilan ibu ditempat
pelayanan kesehatan. Untuk pertama (kotak pertama) disingkat
KI sedangkan yang lemgkap K4, Berdasarkan data tahun 2017
dari KIA diperoleh KI dengan persentase cakupan 90% dan K4
persentase cakupan 90 %. Kondisi ini memberikan gambaran
percapaian meningkat dibandingkan tahun 2016.
2. Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita,
integrasi dengan program gizi.
3. Memberikan nasehat tentang makanan, mencegah timbulnya
masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan
memperkenalkan jenis makanan tambahan (vitamin garam
beryodium). Integrasi program PKM (konseling) dan gizi.
4. Memberikan pelayanan KB kepada pasangan usia subur
(integrasi program KB).
5. Merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan.
Integrasi program pengobatan.
6. Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa
nifas. Integrasi dengan program perawatan kesehatan masyarakat.
Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu masyarakat sedikit
lebih mengertikan pentingnya pertolongan oleh tenaga kesehatan.

C. Hasil Cakupan KB
Tujuan jangka panjang program KB adalah menurunkan angka kelahiran
dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga didalam keluarganya akan
berkembang Norma Keluarga Keluarga Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Ruang lingkup kegiatan :
1. Mengadakan penyuluhan KB, baik dipuskesmas maupun di
masyarakat pada saat kunjungan rumah, posyandu pertemuan
dengan kelompok PKK, dasa wisma untuk PUS.
2. Penyediaan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi. Memberikan
pelayanan pengobatan efek samping KB. Dari hasil pendataan
yang dilakukan akhir Desember 2016 menunjukan bahwa jumlah
pus, cakupan pelayanan Akseptor KB berdasarkan jenis alat
kontrasepsi (dapat dilihat pada tabel) pelayanan KB masih perlu
ditingkatkan.
Oleh karena itu perlu kerjasama dengan lintas program dan lintas
sektoral dengan cara mengadakan kursus keluarga berencana untuk
para dukun bersalin. Dukun diharapkan dapat bekerja sama dengan
Puskesmas dan bersedia menjadi motivator KB untuk ibu-ibu yang
mencari pertolongan pelayanan dukun. (Kegiatan puskesmas
diintegrasikan kedalam program KIA).
D. Hasil Cakupan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
Tujuan P2M adalah menemukan kasus penyakit menular sedini
munkin,dan mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang
memudahkan terjadi penyebaran penyakit menular disuatu wilayah, memberikan
proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu agar terhindar dari
penularan penyakit. Secara umum penyakit menular yang masih endemis
diindonesia adalah TBC, kolera, thypus abdominalis, demam berdarah, malaria,
frambusia,filariasis,poliomuelitis,batuk,rejan dan cacingan. Lebih khusus untuk
Puskesmas UPT Tanjung Sakti,penyakit yang masih endemis adalah :
- ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Infeksi Saluran Pernafasan Akut
atau yang lebih dikenal dengan ISPA lebih banyak mengenai kelompok usia
muda yang rawan khususnya Bayi atau Anak Balita. Dalam program ISPA
penyakit ini digolongkan menjadi tiga, bukan pneomonia berat. Didunia,
Infeksi Paluran Pernafasan Akut (ISPA) jadi penyebab kematian dari 2 juta
anak balita pada tahun 2000. Di indonesia ISPA merupakan penyebab 36,4 %
kematian bayi tahun 1992 dan 32,1 % kematian bayi pada tahun 1995, serta
penyebab 18,2 % kematian pada balita tahun 1992 dan 38,8 % tahun 1995.
Berdasarkan data dari P2M program ISPA tahun 2017 Puskesmas
Tanjung Sakti cakupan penderita ISPA bukan pneumoni 1.626 kasus,
pneumoni 60. Penyakit penyakit ini ditimbulkan terutama rumah yang tidak
layak, populasi udara sehingga memungkinkan penularan penyakit ini. Dan
faktor resiko lainnya seperti : Gizi kurang, Status Imunisasi yang tidak
lengkap, Menbedung anak, Pemberian ASI tidak / kurang memadai, Riwayat
penyakit kronis, dan orang tua perokok.
- Diare, penyakit diare adalah penyakit yang disebabkan antara lain vibrio,
klostridia dan intoksikasi / keracunan makanan. Merupakan penyakit yang
mudah menular dan sering menimbulkan wabah penyakit terutama pada
awal musim penghujan. Lingkungan yang terkendali, akibat sikap hidup
dan perilaku masyarakat yang baik akan dapat menekan berkembang
masalah kesehatan.
- Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas
bagian bawah yang menyerang jaringan paru atau parenkim paru oleh
basil mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari orang ke
orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi melalui
berbicara, batuk, bersin. Berdasarkan data bahwa jumlah penderita
Tuberculosis Paru di Puskesmas Tanjung Sakti tahun 2017 sebanyak 5
penderita.
E. Cakupan Program Imunisasi

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Ada Tujuh penyakit


infeksi pada anak-anak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat, walaupun
sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit tersebut
adalah Poliomyelitis (Kelumpuhan), Campak (Measles), Difentri (Indrak),
Pertusis (batuk rejan ; batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBH),
Hepatitis (B1).

 Poliomyelitis Penyakit ini adalah merupakan suatu infeksi menular yang


terutama mengenai dan merusak sel-sel mutorik dikurno anterior
medulla spinalis dan inti motorik batang otak sehingga menimbulkan
kelumpuhan dan atrofi otot. Dan sepanjang tahun 2017 tidak ditemukan
adanya kasus Poliomyelitis di wilayah Puskesmas Tanjung Sakti.
 Campak ialah infeksi akut menular yang di sebabkan oleh virus. Terutama
mengenai anak umur 6 bulan – 5 tahun dan tidak ditemukan kasus
penyakit campak di wilayah Puskesmas Tanjung Sakti.
 Defhteri ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh
Bordetellah Pertusis. Nama lain penyakit ini adalah tussi quinta,
whooping cough, batuk rejan, batuk seratus hari.
 Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium
Tetani yang mengeluarkan eksotoksin. Seperti halnya penyakit Rabies,
penyakit tetanus juga memiliki kasus yang jarang namun mempunyai
CFR yang tinggi.
 TBC Tuberkulosis anak masih merupakan problema yang kompleks
terutama di Negara yang sedang berkembang. Morbiditas tuberculosis
anak merupakan parameter daripada berhasil atau tidaknya
pemberantasan tuberculosis disuatu daerah atau Negara.
 Hepatitis B ialah penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan
erat dengan adanya nekrosis pada hati.
Berdasarkan laporan P2 (Surveylans) Puskesmas Tanjung Sakti, sampai
akhir Desember 2017 belum pernah dilaporkan adanya ketujuh macam penyakit
tersebut diatas.

F. hasil kupan Program Gizi

Masalah gizi masih cukup rawan di beberapa wilayah Indonesia, tidak


terkecuali di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sakti. Penyebab langsung adalah
konsumsi zat gizi kurang dan infeksi penyakit. Sedangkan penyebab tidak
langsung yaitu ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, asuhan ibu dan
anak serta pelayanan Kesehatan. Disisi lain yang menjadi penyebab utama
yakni, kemiskinan, pendidikan, ketersediaan pangan, kesempatan kerja.
Puskesmas harus mengatasi masalah gizi, Khususnya pada kelompok ibu hamil
dan balita, terutama setelah paksa krisis multi dimensi tahun 1998.

Tujuan upaya peningkatan gizi di Puskesmas yaitu meningkatkan status


gizi masyarakat melalui usaha pemantauan status gizi kelompok-kelompok
masyarakat yang mempunyai resiko tinggi (ibu hamil dan balita), Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Menimbang barat badan Balita untuk memantau pertumbuhan anak.


Dilakukan secara rutin setiap bulan, baik di Puskesmas maupun di Pos
timbang / Posyandu.
2. Pemeriksaan HB (dan BB) pada ibu hamil secara rutin. Kunjungan ibu
hamil ke Puskesmas untuk ANC dilakukan minimal 4 kali sepanjang
kehamilannya.
3. Pemberian Makan Tambahan (PMT) untuk balita yang kurang gizi. PMT
Penyuluhan (Pemberian Makanan Tambahan) dilakukan melalui
demonstrasi pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara
memasaknya. PMT pemulihan dilakukan melalui pemberian makanan
sifatnya suplementasi (Vitamin A, Sulfas Ferrosus, Susu dan
sebagainya).
4. Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat. Kegiatan gizi
diintegrasikan ke dalam program KIA baik di gedung Puskesmas
maupun Posyandu.
5. Pembagian Vitamin A untuk balita 2 X setahun, suplemen tablet besi
(sulfas Ferrosus) untuk ibu hamil yang datang ke Puskesmas untuk ANC
dan pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi garena
gangguan parasit cacing.
Target program perbaikan gizi telah ditetapkan meliputi, Cakupan
distribusi Vitamin A, Cakupan Fe, Kapsul Yodium. Indikator status
kesehatan juga di ukur berdasarkan gizi penduduk menurut : Status Gizi,
Anemia, KEK, BBLR, GAKI.

1. Status gizi berdasarkan hasil pendataan akhir Desember 2017 status gizi
balita paling banyak adalah baik dengan persentase 90,00 %
2. Anemia salah satu penyebab kematian pada ibu melahirkan adalah
anemia yang disebabkan zat besi (Fe). Dari data KIA diperoleh
informasi bahwa tahun 2017 angka kematian ibu menurun. Upaya
penanggulangan tersebut dilakukan dengan pemberian tablet Fe selama
hamil sebanyak 90 tablet.
3. Bumil KEK dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) bayi yang di
lahirkan di bawah 2500 gram disebut dengan BBLR. Berbagai factor
penyebab terjadinya BBLR, namun factor utama adalah gizi ibu selama
hamil kurang (Bumil KEK). Pada masa kehamilan ibu perlu mendapat
perhatian khusus oleh karna dampak yang ditimbulkan bukan saja pada
berat yang cukup, tetapi dengan bayi BBLR memiliki kemungkinan kecil
untuk tumbuh dengan baik, dan akan lebih mudah terserang penyakit.
Laporan KIA tahun 2017 0% BBLR umum disebabkan karena KEK
pada ibu hamil.
4. GAKI berdasarkan hasil pemetaan GAKI pada tahun 2017 dilaporkan
bahwa TGR (Total Goiter Rate)

G. Hasil Cakupan Kesehatan Lingkungan

Environment atau Lingkungan adalah situasi atau kondisi diluar host dan
agent yang memudahkan interaksi antara keduanya. Faktor ini juga dapat
menjadi resiko timbulnya gangguan penyakit pada host karena lingkungan
memberikan peluang agent untuk berkembang (breeding).

Tujuan Upaya Kesehatan Lingkungan adalah menanggulangi dan


menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga factor lingkungan
yang kurang sehat tidak menjadi factor resiko timbulnya penyakit menular di
masyarakat.

Ruang lingkup kegiatan :

a. Memperbaiki system pembangunan kotoran manusia.


b. Menyediakan air bersih.
c. Pembuangan sampah yang baik.
d. Pengawasan terhadap tempat-tempat umum.

H. Pengobatan

Program Pengobatan di Puskesmas Tanjung Sakti merupakan bentuk


pelayanan kesehatan dasar yang bersifat kuratif. Masyarakat cendrung
memanfaatkan pelayanan Puskesmas hanya untuk mendapatkan pelayanan
pengobatan

Ruang lingkup kegiatan :

a. Menegakkan diagnosis, memberikan pengobatan untuk


penderita yang berobat jalan.
b. Mengirim (Merujuk) penderita ke pusat-pusat rujukan medis
sesuai dengan jenis penyakit yang tidak mampu ditangani
oleh Puskesmas.

I. Penyuluhan Kesehatan / Promosi Kesehatan

Tujuan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah untuk meningkatkan


kesadaran, melalui upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar
mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat. Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program
Puskesmas. Kegiatan penyulahan kesehatan dilakukan pada setiap kesempatan
oleh petugas, apakah di klinik, rumah atau kelompok-kelompok masyarakat. Di
tingkat Puskesmas UPT Tanjung Sakti ada koordinator petugas penyuluhan
kesehatan. Koordinator membantu para petugas puskesmas dalam
mengembangkan teknik dan materi penyuluhan.

1. Usaha Kesehatan Sekolah


Tujuan UKS adalah meningkatkan derajat kesahatan anak dan
lingkungan sekolah. Ruang lingkup kegiatan :
1. Membina sarana keteladanan di sekolah, berupa sarana dan
lingkungan sekolah kantin dan sarana keteladanan kebersihan
lingkungan.
2. Membina kebersihan perseorangan peserta didik.
3. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan
secara aktif dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan
dokter kecil.
4. Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I.
5. Pemeriksaan kesehatan periodic sekali setahun untuk kelas II
samapai VI dan guru berupa pemeriksaan kesehatan
sederhana.
6. Imunisasi peserta didik kelas I dan VI.
7. Pengawasan terhadap keadaan air.
8. Pengobatan ringan pertolongan pertama.
9. Rujukan medik.
10. Penanganan kasus anemia gizi.
11. Pembinaan teksnis dan pengawasan di sekolah.
2. Usaha Kesehatan Gigi
Tujuan Usaha Kesehatan Gigi adalah untuk menghilangkan dan
mengurangi gangguan kesehatan gigi dan mempertinggi kesadaran
kelompok-kelompok masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan gigi. Ruang lingkup kesehatan :
a. Melakukan kesehatan gigi di sekolah
b. Penyuluhan kesehatan gigi dasar meliputi :
1) Pengobatan gigi pada penderita yang berobat maupun yang di
rujuk.
2) Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi ke
sasaran yang lebih mampu.
3) Memberikan penyuluhan secara individu dan kelompok.
4) Memelihara kebersihan (hygene klinik).
5) Memelihara atau merawat peralatan atau obat-obatan.

Jumlah pelayanan poliklinik gigi tahun 2017 sebanyak 58


kunjungan.

J. Pencatatan Dan Pelaporan

Pencatatan pelaporan puskesmas dimaksudkan tersedianya data dan


informasi yang akurat, tepat waktu secara periodic dan teratur untuk
pengelolahan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas di berbagai
tingkat administrasi mencakup :

1. Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas.


2. Data ketenagaan di puskesmas.
3. Data sarana.
4. Data kegiatan pokok puskesmas baik dalam dan luar gedung.
BAB IV
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. SARANA KESEHATAN

Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sakti membawahi 2


puskesmas pembantu dan dan 11 polindes, yaitu :

Puskesmas Pembantu

No Nama Kondisi Tahun terakhir Nama petugas


Puskesmas Di bangun /
Pembantu Rehab
1 Puskesmas Pembantu Rusak
2001 David Alan bean
Sindang Panjang ringan
2 Puskesmas Pembantu
Bagus 2009 Deprianah, S.Kep
Pulau Timun

Polindes / Poskesdes

No Nama Kondisi Tahun terakhir Nama petugas


Polindes Di bangun /
Rehab
1 Polindes Gunung
Rusak Ispianti
Agung
2 Polindes Lubuk Dalam Rusak Asmiati,Am.Keb
3 Polindes Lubuk Tabun Rusak Herlianah,Am.Keb
4 Polindes Masam Rusak
Elva Desita,S.St
Bulau Ringan
5 Polindes Pagar Jati Baik 2010 Asmiati, Am.Keb
6 Polindes Pulau Panas Rusak Holini, Am.Keb
7 Polindes Pulau
Rusak Yuniana
Panggung
8 Polindes Tanjung
Rusak Winda R
Sakti
9 Polindes Ulak Lebar Rusak
2009 Herlianah, Am.Keb
Ringan
10 Polindes Pagar Agung Rusak Ispianti
11 Polindes Gunung Rusak
Yuniana
Karto Berat
12 Polindes Negri Kaya Rusak
Holini
Berat
13 Polindes Gunung
Baik 2013 Holini
Kembang

Rumah Dinas
No Nama Bangunan Kondisi Tahun Nama Petugas
Terakhir di
Bangun / Rehab
1 Rumah Dinas Dokter Baik Dr. Selva Yanti
2 Rumah Dinas Paramedis Rusak
Sedang
3 Rumah Dinas Paramedis Rusak Berat Petugas
Pembersih
4 Rumah Dinas Paramedis Rusak Berat Belum Pernah di
rehab
5 Rumah Dinas Dokter Rusak Berat Belum Pernah di
Gigi rehab

B. TENAGA KESEHATAN

DOKTER
No Tenaga Kesehatan Jumlah Pendidikan
1 Dokter 1 Dokter
Umum

BIDAN
No Tenaga Kesehatan Pendidikan Jumlah
DI DIII DIV
1 Bidan 3 11 1 16 Orang
PERAWAT
No Tenaga Kesehatan Pendidikan Jumlah
SPK DIII SI
1 Perawat 10 12 1 23 Orang

TENAGA FARMASI, AHLI GIZI, KESEHATAN MASYARAKAT,


SANITARIAN, ANALIS DAN FISIOTERAPI
No Tenaga Kesehatan Pendidikan Jumlah
SMF DI DIII SI
1 Tenaga Farmasi 2 3 Orang
2 Ahli Gizi -
3 Kesehatan 3 3 Orang
Masyarakat
4 Sanitarian 2 2 Orang
5 Analis -
6 Am.f

C. TENAGA NON KESEHATAN

No Pendidikan Jumlah
1 Sarjana Ekonomi 1 Orang
2 SMA 5 Orang
3 Sarjana Magister 1 Orang

Kegiatan Puskesmas
• Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan Kesehatan (Kuratif dan
Rehabilitatif) di puskesmas induk
© Mengoptimalkan bentuk Pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas
dan kemampuan yang tersedia.
1. Pelayanan registrasi
2. Pelayanan umum
3. Pelayanan KIA/KB
4. Pelayanan Gigi
5. Pelayanan Imunisasi
6. Pelayanan laboratorium
7. Pelayanan farmasi
 Mengoptimalkan peran SDM sesuai dengan tupoksi pelayanan yang
ada
 Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara bertahap
 Mengoptimalkan pelayanan secara tepat waktu, standar mutu,
efisien, dengan keramah tamahan
 Mengoptimlkan pelayanan rujukan terutama rujukan horizontal
(antar pelayanan di puskesmas) dalam rangka mendorong
optimaliasi pelayanan dengan tetap mengoptimalkan pelayanan
rujukan medical
 Mengoptimalkan koordinasi pada lintas program pelayanan puskesmas
 Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif
 Mengoptimalkan petugas jaga layanan klinik sehat meliputi :
1. Konsultasi gizi
2. Konsultasi sanitasi
3. Konsultasi PHBS
4. Konsultasi medis
5. Konsultasi gigi
6. Konsultasi KIA dan KB
 Meningkatkan pelayanan kesehatan (Kuratif dan Rehabilitative) di
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling
1. Mengoptimalkan pelayanan SDM sesuai dengan pelayanan
tupoksi pelayanan yang ada.
2. Mengoptimalkan pelayanan puskesmas keliling terutama pada
dusun yang kesulitan mengakses pelayanan ke Puskesmas
induk/posko.
 Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi
1. Mengoptimalkan koordinasi lintas sektoral tingkat kecamatan
secara aktif atau pun pasif.
2. Membangun komunikasi dengan aparat dan lembaga tingkat desa
dalam rangka memperoleh dukungan untuk implementasi
program kesehatan ditingkat desa
3. Membangun dan meningkatkan tingkat kepercayaan pelayanan
puskesmas melalui tokoh masyarakat
 Memperkuat jaringan dan peran serta masyarakat dibidang
kesehatan
1. Membangun komunikasi dan koordinasi dengan kader sebagai
jaringan program dan layanan kesehatan pada masyarakat
2. Mengoptimalkan pembinaan petugas puskesmas ke posyandu
3. Mengoptimalkan peran petugas penanggung jawa wilayah desa
4. Mengoptimalkan kerja sama lintas program dalam
memberdayakan masyarakat
5. Mengoptimalkan jaringan komunikasi dan koordinasi serta
pelayanan pada institusi program.
D. Pembiayaan Puskesmas

Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah. Anggaran pemerintah


bersumber dari APBN, dan APBD. Total Dana BOK yang terealisasi ke
Puskesmas Tanjung Sakti pada Tahun 2016 adalah sebesar Rp.262.128.000.,
Dana Operasional Puskesmas (APBD Kab Lahat) Rp, Dana
BAB V
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk


merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuam, STBM terdiri dari 5 pilar

1.Stopbuangairbesar]sembarangan;
2.Cucitanganpakaisabun;
3.Pengelolaanairminum/makananrumahtangga;
4.Pengelolaansampahrumahtangga;
5.Pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Kegiatan yang diselenggarkan oleh Puskesmas Kecamatan tanjung sakti


PIMI yang bertempat di depan rumah kepala Desa di ikuti oleh perwakilan
kader dari setiap Desa. Prograam Penyehatan Lingkungan Puskesmas tanjung
sakti PUMI ini diharapkan menjadikan lingkungan lebih baik. Melalui kegiatan
ini khususnya para kader lebih memahami arti dan makan serta aplikasi
pelaksanaan di lapangan/lingkungannya tentang kesehatan lingkungan.

Melalui sosialisasi ini agar diteruskan ke masyarakat disekitarnya.


Pemerintah desa pro aktif pada peningkatan kesehatan lingkungan ini. Pada
tahapan kegiatan ini sebagai salah satu penggalian masalah dan situasi yang
diberikan oleh perwakilan masyarakat yang hadir. Perlunya dukungan
pemerintah dalam upaya sarana penunjang program ini, disamping adanya
aturan seperti perdes lingkungan, mengangkat kearifan local, dan juga tokoh
bergerak bersama selaras kebijakan. Biasanya melalui pendekatan dari para
tokoh masyarakat akan berdampak positif, seperti melalui sentuhan keagamaan.
Melalui pendidikan di sekolah adanya cinta lingkungan dan budaya bersih.
Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan
penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan
perilaku.

Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut :

1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana


sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari
buang air di sembarang tempat.
2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan
makanan yang aman di rumah tangga.
3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu
komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar,
terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan),
sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

Kata kunci untuk STBM:


• Sanitasi total
• Berbasis masyarakat
• Skala rumah tangga
• Metode pemicuan
• Monitoring partisipatif
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Dari permasalahan yang ada maka alternatif pemecahan masalah yang


dilaksanakan sebagai berikut.
1. Pemberdayaan Masyarakat STBM di wilayah kerja puskesmas
diantaranya melalui metode pemicuan. Metode tersebut
digunakan untukn menyadarkan masyarakat merubah perilaku
BAB sembarangan.Pemicuan yang dilakukan dengan
mencontohkan segelas air minum kemudian diberi rambut yang
terkontaminasi dengan feses. Cara ini merangsang jijik
masyarakat untuk stop BAB sembarangan. Kondisi pilar 1
STBM tentang stop buang air besar di wilayah kerja puskesmas
tanjung sakti pumi belum 100% ODF karena masih ada warga
yang BAB sembarangan. Pasca pemicuan dilakukan survei
rumah untuk memantau perkembangan perubahan perilaku BAB
sembarangan.
2. Selain hal tersebut, masyarakat di Kecamatan tanjung sakti pumi
sudah secara mandiri melaksanakan perilaku cuci tangan pakai
sabun, mengelola makanan dan minuman secara aman, dan
mengelola sampah secara aman. Namun, pembuangan limbah
cair khususnya rumah tangga belum maksimal dikarenakan
masih banyak masyarakat sekitar membuang limbah tersebut ke
sungai. Bina Suasana STBM (koordinasi, sosialisasi program,
dan pelatihan) diantaranya melalui koordinasi dengan berbagai
pihak seperti puskesmas, kelurahan sendiri, BAPPEDA,
kerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader.
3. Sosialisasi STBM di Kecamatan tanjung sakti pumi melibatkan
tokoh masyarakat. Adapun pelatihan STBM baik secara
administrasi maupun teknis pernah dilakukan di Kecamatan
tanjung sakti pumi. Sasaran pelatihan tersebut adalah satuan
pelaksana PAMSIMAS. Narasumber berasal dari fasilitator
STBM pusat, Dinas Kesehatan, dan BAPPERMAS.

4. Advokasi STBM (kebijakan, komitmen,


dana, disposisi publik, dan sarana prasarana) di Kecamatan tanjung sakti pumi
diantaranya melalui upaya dukungan kebijakan baik tertulis maupun non
tertulis. Secara tertulis, pihak kelurahan memprioritaskan sanitasi dalam
dokumen perencanaan. Selain itu, kader mewujudkan kelurahan ODF. Hal
tersebut senada dengan komitmen yang diupayakan oleh puskesmas tanjung
sakti pumi yaitu diwujudkan dalam bentuk tertulis dan non tertulis atau
tindakan seperti penyuluhan CLTS (Community-Led Total Sanitation).
Adapun dana untuk menyelenggarakan STBM berasal dari BOK (Bantuan
Operasional Kesehatan) serta Respon masyarakat terhadap STBM sudah baik.
Pada mulanya masyarakat memiliki budaya BAB di sungai, kemudian
dilakukan berbagai upaya kesehatan seperti pemicuan STBM sehingga
masyarakat tahu akan dampak BAB sembarangan. ,Hal tersebut memicu
masyarakat untuk mau melakukan perubahan perilaku stop BABS melalui
upaya pendampingan. Akhirnya sebagian masyarakat mampu melakukan
praktik stop BABS meskipun belum mencapai target 100%. Sarana prasarana
pilar 1 STBM .
BAB VII
RENCANA INTERVENSI PLANOF ACTION ( POA)

POA KESLING

KemungkinanPenyebabMasalah
Masalah
Waktu Pelaksanaan kegiatan MetodePelaksanaanKegiatan
Pemantau 4 x dalamsetahun Turunlangsungkepemukimanwargadenganmemantaufisik
an air sumber air bersih.
bersih

RujukanP 2 x dalamsetahun Pemeriksaankandunganbiologidankimia air.


emeriksaa
n Air
Bersih

Penyehata Kunjunganlangsungkerumahwargadanpemantaunkondisi
nLingkun 3 x dalamsetahun rumahsesuiaaturanstandarkesehatanserta instrument
ganPemuk ceklisdankuisioner.
iman
STBM 1.Masyarakat 1. Saranauntukmela 1. Tingkat
belumsadartentangpen Petugaspkmbelumm kukanpemicuand kesadarandanpengetahuanm
tingnya STBM elakukansosialisasi ansosialisasi asyarakatrendah
1. Kerjasamaperangk STBM STBM kurang
atdesabelumberjalanr kepadamasyarakat
utin 2. Kegiatan survey
2. Peranlintas sector rumahsehatbelumbe
danlintas program rjalanrutin
kurang 3.Belum
adakegiatanpemicua
n STBM
Penyehat 4 x setahun Pemantauankesehatanlangsungke TTU.
anTempat
-
TempatU
mum
(TTU)
Penyehat 4 x setahun
anPengol
ahanTem
patMakan
an
PSN Pemberantasansarangnyamuk di
danAbate pemukimanmasyarakatsertapemantaunjentik di
4 x setahun
siasi penampungan air warga. Dan pembagian abate
setiaprumahwarga.

Pemantau 4 x setahun Pengawasanpengelolaansampah di TPS


n
TPS/TPA

Pelatihan 1x setahun Pembentukankaderkesling.


Kader
Kesling

Masyarak 2 x dalamsetahun Pembagian leaflet


atSadarSa kemasyarakatdanpenyuluhantentangpengelooansampahs
mpahdan ecaramandiridanmelakukan 3M.
Sadar 3M
Pembentu 1 x dalamsetahun PembentukanJumantik di sekolah.
kanJuma
ntik Di
Sekolah
BAB VIII

PENUTUP

KESIMPULAN
STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ) adalah Upaya menumbuhkan
kemandirian masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan
sehat.. STBM yang diterapkan meliputi lima Pilar yaitu :

1. Stop buang air besar di sembarangan tempat ( stop BABS )


2. Cuci Tangan Pakai Sabun ( CTPS )
3. Pengelolaan air minum dan makanan dirumah tangga
4. Pengelolan sampah rumah tangga dengan benar
5. Pengelolaan limbah rumah tangga

Dalam PERMENKES Nomor 3 Tahun 2014, strategi


penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) meliputi 3
(tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain yaitu:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment);
2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation);
3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement);
Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses
pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal. Tiga strategi ini disebut
Komponen Sanitasi Total.
SARAN.

Bagi puskesmas tanjung sakti pumi data yang ada sudah bagus tetapi belum
lengkap karena blm dilengkapi dengan sop .
BAB VIII

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai