Multiple valvular disease (MVD) merupakan kombinasi dari lesi stenosis
dan/atau regurgitasi dua atau lebih katup jantung. Operasi pada Multiple Valve Disease menempati 10,9% bagian dari semua operasi pada katup jantung yang terdapat pada database Society of Thoracic Surgeons selama tahun 1993 sampai tahun 2007.1 Penyakit jantung rematik merupakan salah satu penyebab utama yang diperkirakan menyebabkan MVD walaupun saat ini banyak penyebab lain yang juga diperkirakan menyebabkan MVD seperti faktor-faktor degeneratif, endocarditis, terapi radiasi pada toraks dan mediastinum.1 Pasien pada kasus ini didagnosis dengan Mitral regurgitation severe, Mitral stenosis mild, Aortic regurgitation moderate, Aortic stenosis mild dan Tricuspid regurgitation. Mitral regurgitation merupakan penyakit katup jantung dimana terjadi aliran darah balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat fase sistolik. Pada Mitral regurgitasi terdapat darah pada ventrikel kiri yang masuk kembali ke atrium kiri sebelum katup aorta membuka. Banyaknya volume darah yang mengalami regurgitasi tergantung dari besarnya abnormalitas yang terjadi pada katup jantung. Selain itu pada kondisi mitral regurgitasi juga terjadi beban volume (preload) dan beban resistensi (afterload) yang berlebihan, sehingga sebagai kompensasi jantung mengalami hipertrofi.2 Pada pasien dengan mitral regurgitasi biasanya didapatkan perasaan sesak saat beraktivitas berat, perasaan berdebar-debar dimana pada pasien merasakannya pada saat melakukan aktivitas berat , dan orthopnea sesak napas yang meningkat ketika tidur telentang akibat dari ekstremitas akan lebih mudah kembali ke jantung pada posisi telentang sehingga terjadi bendungan pada paru sehingga pasien mengalami sesak napas dan pasien akan merasa lebih nyaman ketika tidur menggunakan bantal yang lebih tinggi. Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan peningkatan denyut jantung yaitu 116x/menit dan frekuensi napas 32x/menit akibat sesak yang diderita oleh pasien. Pada saat palpasi pada bagian toraks pasien didapatkan kuat angkat di RIC 7 linea aksilaris anterior. Pada auskultasi didapatkan adanya bising holosistolik yang terdengar paling jelas pada RIC 4 kiri. Bising holosistolik merupakan bising yang timbul sebagai akibat dari aliran yang melalui bagian jantung yang masih terbuka yang seharusnya berada dalam keadaan tertutup pada saat kontraksi jantung dan mengisi seluruh fase sistolik. Pada pemeriksaan foto polos toraks, didapatkan kesan kardiomegali dengan hasil pengukuran CTR 66%, dengan apeks jantung tertanam, terdapat infiltrate pada apeks paru kiri dan kanan dan terdapat kranialisasi dan menebalnya hillus kanan dan kiri. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan adanya atrial flutter atipikal dengan QRS rate 90x/menit, aksis jantung normal, P wave sulit dinilai, durasu QRS 0,08 ms, tidak terdapat elevasi segmen ST, dan terdapat T inverted di V4-V6. Pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 12,8 gr/dl, leukosit 8920/mm3. Selain mitral regurgitasi pada pasien ini juga didapatkan adanya mitral stenosis, dimana mitral stenosis merupakan suatu penyakit jantung dimana katup mitral yang menjadi penghubung antara atrium kiri dan ventrikel kiri mengalami penyempitan. Akibat penyempitan ini, atrium akan mengalami kesulitan dalam mengosongkan darah melalui katup yang mengalami penyempitan tersebut. Akibatnya sebagai kompensasi atrium kiri akan mengalami hipertrofi. Selain itu Karen tidak ada katup yang melindungi vena pulmonal terhadap aliran balik dari atrium kiri, akibatnya sirkulasi paru mengalami kongesti sehingga ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi dan mengalami dilatasi berlebihan yang dapat berakhir dengan gagal jantung kanan. Pemeriksaan yang khas pada pasien dengan mitral stenosis ialah terdengarnya bising diastolik yang terdengar paling jelas pada daerah apeks jantung, dimana bising ini terjadi pada saat setelah bunyi S2 saat relaksasi ventrikel. Pada regurgitasi aorta yang juga diderita oleh pasien, terjadi kelainan inkompetensi pada katup aorta yang menyebabkan aliran darah balik dari aorta ke ventrikel kiri saat fase diastolik. Kelebihan beban volume darah di ventrikel kiri karena adanya aliran balik dari aorta menjadi dasar penyebab gangguan hemodinamik pada regurgitasi aorta. Jumlah kelebihan beban tergantung kepada volume darah regurgitasi yang ditentukan oleh luas orifisium regurgitasi, gradien tekanan diastole antara aorta dan ventrikel kiri, dan durasi diastol.3 Pasien dengan regurgitasi aorta biasanya mengeluhkan sesak nafas saat beraktifitas (exertional dyspnea) yang secara bertahap menurun toleransinya. Pada regurgitasi akut muncul gejala nadi yang cepat dan sesak nafas akibat edema paru. Apabila telah terjadi disfungsi sistolik berat dapat menimbulkan gejala gagal jantung seperti, sesak nafas saat istirahat, orthopneu, dan edema paru. Peningkatan tekanan pulsasi dapat menyebabkan palpitasi dan rasa tidak nyaman. Angina juga dapat muncul karena ketidakseimbangan kebutuhan dan suplai oksigen otot jantung. Kelainan pemeriksaan fisis yang dapat ditemukan pada regurgitasi aorta antara lain bunyi bising jantung (murmur) yang didengar saat fase diastolik di area aorta, memiliki nada tinggi, dan menjalar sepanjang tepi kiri sternum, terutama saat pasien membungkuk ke depan ketika fase ekspirasi.3 Stenosis aorta yang terjadi pada pasien ini merupakan penempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Akibatnya, terjadi hipertrofi pada ventrikel kiri untuk meningkatkan tekanan intraventrikel agar dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut. Pada pemeriksaan auskultasi dapat didengar adanya bising sistolik.4 Pada pasien ini juga terdapat tricuspid regurgitasi, dimana ketika ventrikel kanan berkontraksi, yang terjadi bukan hanya pemompaan darah ke paru- paru, tetapi juga pengaliran kembali sejumlah darah ke atrium kanan. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam atrium kanan dan menyebabkan pembesaran atrium kanan. Tekanan yang tinggi ini diteruskan ke dalam vena yang memasuki atrium, sehingga menimbulkan tahanan terhadap aliran darah dari tubuh yang masuk ke jantung dan didapatkan high pitch bising pansistolik.5 Daftar Pustaka
and management of multivalvular disease. Nature Reviews Cardiology. 2016 Jul;13(7):429. 2. [Guideline] Vahanian A, Alfieri O, Andreotti F, et al. Guidelines on the management of valvular heart disease (version 2012): The Joint Task Force on the Management of Valvular Heart Disease of the European Society of Cardiology (ESC) and the European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS). Eur Heart J. 2012 Oct. 33(19):2451-96. [Medline]. 3. Maurer G. Aortic regurgitation. Heart. 2006 Jul 1;92(7):994-1000. 4. Grimard BH, Larson JM. Aortic stenosis: diagnosis and treatment. American family physician. 2008 Sep 15;78(6). 5. Thapa R, Dawn B, Nath J. Tricuspid regurgitation: pathophysiology and management. Current cardiology reports. 2012 Apr 1;14(2):190-9.