Anda di halaman 1dari 12

Uswatun Khasanah, G., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu ....

” 149

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE
PADA BALITA

The Correlation Between Mother’s Knowledge On Diarrhea Prevention Behaviors Of Diarrhea In Chindren
Under Five

1 1
Uswatun Khasanah Galuh Kartika Sari
STIKes Yogyakarta

ABSTRAK
Latar Belakang : Kematian balita di Indonesia yang disebabkan oleh diare sering mengalami kenaikan. Oleh sebab
itu perlu adanya pencegahan dan penanganan yang cepat dan tepat untuk mengurangi angka kejadian diare pada
balita dan mewujudkan salah satu tujuan MDG’s pada tahun 2015. Dari hasil wawancara pada 11 ibu yang memiliki
balita masih ada 3 ibu yang tidak mengetahui cara penularan diare dan pencegahan diare.Tujuanpenelitian ini
diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan perilaku pencegahan diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Kotagede II Yogyakarta.
Metode : Jenis penelitian ini meupakan Kuantitatif Korelasionaldengan pendekaan Cross Sectional. Instrumen
penelitian berupa kuesioner tertutup yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Populasi penelitian sebanyak
72 ibu, sampel sejumlah 61 ibu dengan metode Total Sampling. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat
dan bivariat uji korelasi Kendal Tau.
Hasil : Tingkat pengetahuan ibu tentang diare sebagian besar berada dalam kategori cukup (54,1 %) dan perilaku
pencegahan diare dalam kategori positif (77%). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang
diare dengan perilaku pencegahan diare pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta dengan nilai
korelasi Kendall Tau sebesar 0,416 dengan p value 0,000.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang diare dengan perilaku pencegahan diare
pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta.

Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku, Diare Balita

ABSTRACT
Background : The infant mortality in Indonesia's caused by diarrhea is often increased . Therefore, the need for
prevention and quick and precise handling to reduce the incidence of diarrhea in infants and realizing one of the MDG
's by 2015. Interviews from 11 mothers who have children there are three mothers don’t know the mode of
transmission of diarrhea and prevention of diarrhea. Objectivethe research is knowing the correlation between
mother’s knowledge on diarrhea prevention behaviors of diarrhea in children under five health centers in the region of
Kotagede II Yogyakarta.
Methode : The research type was a survey analytic with cross sectional approach. The research instrument was a
close questionnaire which was done the validity and reliability test. The research population was 72 mothers, the
sample numbered 61 mothers taken by a purposive sampling. The data analysis technique used an univariat and
bivariat with the Kendall Tau.
Result : The level of knowledge of mothers about diarrhea mostly in the category fairly (54,1 %) and behavioral
prevention of diarrhea in the positive category (77%). There is a significant correlation between knowledge about the
prevention of diarrhea with diarrhea in maternal behavior in Puskesmas Kotagede II Yogyakarta shown from Kendall
Tau correlation value calculated 0,416 with p value 0,000.
Conclusion : There was a significant correlation between mother’s knowledge on diarrhea prevention behaviors of
diarrhea in chindren under five health centers in the region of Kotagede II Yogyakarta.

Key Words : Knowledge, Behaviors, Diarrhea children under five


150 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 02 Juli 2016

PENDAHULUAN mengumumkan bahwa angka kematian anak


Anak-anak merupakan kekayaan paling dibawah lima tahun telah berkurang lebih dari
berharga yang menentukan masa depan suatu setengah dalam periode antara 1990 dan
bangsa. Oleh karena itu, menjaga dan 2013.
memelihara kelangsungan hidup anak bisa Menurut Kepala Perwakilan UNICEF di
menentukan nasib bangsa dimasa Indonesia Gunilla Olsson, penurunan angka
mendatang. Dapat dicermati dari berbagai kematian terjadi dari 84 kematian per 1.000
indikator kesehatan anak yang dilaporkan oleh kelahiran hidup menjadi 29 per 1.000
beragam sumber. Adapun salah satu indikator kelahiran hidup. Namun, Indonesia masih
yang menetukan derajat kesehatan anak menghadapi tantangan, apalagi secara
8
adalah angka kematiannya . keseluruhan upaya pengurangan angka
Penyebab kematian untuk semua umur kematian ibu dan anak telah melambat,
telah terjadi pergeseran, dari penyakit bahkan mencapai titik stagnasi selama 5-10
menuluar ke penyakit tidak menular. tahun terakhir. Angka kematian anak cukup
Penyebab kematian perinatal (0-7 hari) yang tinggi di Indonesia disebabkan karena
terbanyak adalah respiratory disorders beberapa hal, antara lain buang air besar
(35,9%) dan premature (32,3%), sedangkan (BAB) tidak pada tempatnya. Di Indonesia
untuk usia (7-28 hari) penyebab kematian menempati peringkat kedua tertinggi di dunia
yang terbanyak adalah sepsisneonatorum (63 juta orang) dan sepertiga anak Indonesia
(20,5%) dan congenital malformations tidak punya akses air bersih. Tidak adanya
(18,1%). Penyebab kematian bayi yang sanitasi dan kebersihan, serta air yang
terbanyak adalah diare (31,4%) dan tercemar menyebabkan diare dan penyakit
pnemounia (23,8%). Sedangkan untuk mematikan lainnya. Sementara itu, sepertiga
penyebab kematian anak balita sama dengan dari jumlah kematian anak di bawah satu
bayi, yaitu terbanyak adalah diare (25,2%) dan tahun disebabkan oleh diare. Diare yang
pnemounia (15,5%). Sedangkan untuk usia >5 berulang juga menyebabkan gizi buruk11.
tahun, penyebab kematian yang terbanyak Diare adalah pengeluaran feses yang
stroke, baik di perkotaan maupun tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan
perdesaan22. sebagai buang air besar yang tidak normal
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih
United Nations Children Fund (UNICEF) banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare
menyebutkan bahwa setiap tiga menit, satu bila sudah lebih dari 3 kali buangair besar,
balita meninggal di Indonesia sekitar 150.000 sedangkan neonatus dikatakan diare bila
anak setiap tahun. Meskipun, UNICEF sudah lebih dari 4 kali buang air besar(Dewi,
Uswatun Khasanah, G., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu ....” 151

2010:91). Menurut Hanum Marimbi (2010)16 kenaikan. Oleh sebab itu perlu adanya
Balita yaitu bayi dan anak yang berusia 5 pencegahan dan penanganan yang cepat dan
tahun ke bawah. tepat untuk mengurangi angka kejadian diare
Diare menyebar dan menginfeksi anak pada balita dan mewujudkan salah satu tujuan
melalui empat faktor, yaitu food(makanan), MDG’s pada tahun 2015 yaitu, menangani
feces(tinja), fly (udara), dan finger(tangan). penyakit menular paling berbahaya dan
Oleh karena itu, untuk mencegah agar mengurangi dua pertiga angka kematian anak
penyakit ini tidak menyebar dan menular, cara dibawah usia lima tahun.
yang paling praktis adalah memutuskan rantai Diare kebanyakan disebabkan oleh
penularan tersebut. Faktor kebersihan menjadi beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali
faktor yang penting untuk menghindari anak akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi
dari penyakit diare8. hidup yang bersih dan dengan makanan
Survei morbiditas yang dilakukan oleh mencukupi dan air tersedia, pasien yang sehat
Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari biasanya sembuh dari infeksi virus umum
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan dalam beberapa hari dan paling lama satu
insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit minggu. Namun untuk individu yang sakit atau
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik kurang gizi, diare dapat menyebabkan
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik dehidrasi yang parah dan dapat mengancam
menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 jiwa bila tanpa perawatan. Diare dapat
menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar menjadi gejala penyakit yang lebih serius,
Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, seperti disentri, kolera atau botulisme, dan
dengan Care Fertility Rate(CFR) yang masih juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis
tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 seperti penyakit Crohn.
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, Kebijakan yang ditetapkan pemerintah
kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun dalam menurunkan angka kesakitan dan
2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan kematian karena diare mengikuti manajemen
jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian utama diare yang disosialisasikan oleh
100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun DepKes dan IDAI, yaitu “Lima Langkah
2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan Tuntaskan Diare” (LINTAS DIARE) yang
dengan jumlah penderita 4204 dengan mencakup: (1) Oralit formula baru (2)
kematian 73 orang (CFR 1,74 %) (Depkes, Pemberian zink selama 10 hari (3)
2011:1). Dari data tersebut dapat disimpulkan Melanjutkan pemberian ASI dan makanan (4)
bahwa kematian balita di Indonesia yang Pemberian antibiotik selektif sesuai indikasi
disebabkan oleh diare sering mengalami dan (5) Konseling ibu. Untuk diare yang
152 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 02 Juli 2016

disebabkan oleh rotavirus (tinja tanpa darah, Hidrosefalus, Sepsis, Tetanus, Campak, TB,
muntah dan dehidrasi berat, diare berat, mal nutrisi, dan penyakit komplikasi lain
demam), tentu saja antibiotik tidak diberikan. (66,66%). Sedangkan untuk penyebab
Tatalaksana tersebut berhasil menurunkan kematian anak balita usia (12-59 bulan)
angka kematian, namun belum bisa adalah diare (28,57%), Demam Berdarah
menurunkan angka kejadian diare. Karena Dengue (14,8%) dan penyebab lain seperti
diare rotavirus tidak dapat diatasi dengan Pneumonia, Campak, TB, Tenggelam, dan
upaya preventif standar saja. Maka menuntut Malaria (57,14%). Dari data tersebut dapat
adanya terobosan baru dalam mengatasi disimpulkan angka kematian balita di
masalah kesehatan akibat rotavirus, yaitu Yogyakarta yang disebabkan diare masih
dengan vaksin. Tahun 2006 Vaksin Rotavirus termasuk tinggi, padahal seharusnya angka
mulai diedarkan setelah penelitian-penelitian kejadian diare di Yogyakarta sudah menurun
yang membuktikan efikasi dan keamanannya karena banyak masyarakat yang
di negara-negara menengah ke atas dan berpendidikan tinggi dan kemungkinan
negara Asia Afrika. Pada bulan April 2009, memiliki pengetahuan yang tinggi pula, maka
WHO merekomendasikan semua lembaga dari itu perlu adanya suatu tindakan atau
kesehatan di dunia untuk memberikan suatu program untuk mengurangi angka
vaksinasi rotaviruspada program imunisasi kejadian diare dengan langkah preventif atau
nasional. WHO menyatakan bahwa pencegahan.
pengembangan vaksin rotavirus yang aman Dari studi pendahuluan di Puskesmas
dan terjangkau harusmenjadi prioritas Kotagede II Yogyakarta didapatkan jumlah
internasional dan WHO mendukung penuh kasus diare pada tahun 2014 sebanyak 80
kolaborasi Australia dan Indonesia dalam kasus dari jumlah balita usia 1-5 tahun ada
pengembangan vaksin RV3 (Depkes, RI 731 balita. Dari hasil wawancara pada 11 ibu
2011:37). yang memiliki balita 2015 di Posyandu Empu
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Kunir Kota Gede Yogyakarta (Wilayah kerja
Yogyakarta tahun 2014, penyebab kematian Puskesmas Kotagede II Yogyakarta) terdapat
bayi (0-28 hari) yang terbanyak adalah Berat 2 ibu yang sudah mengetahui penularan diare
Badan Lahir Rendah (36,58%) dan Asfiksia melalui feses, udara, tangan, dan makanan
(26,82%), sedangkan balita (29 hari-11 bulan) serta mengetahui pencegahan diare seperti
penyebab kematian adalah diare (19,04%), membuang tinja dengan benar, menggunakan
pnemounia (14,28%), dan penyebab lain air yang bersih, dan cuci tangan sebelum
sepertiMeningitis, kelainan saluran makan, 6 ibu yang mengetahui penularan
pencernaan, kelainan jantung kongenital dan diare melalui udara saja serta mengetahui
Uswatun Khasanah, G., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu ....” 153

pencegahan diare dengan mencuci tangan Februari-Juli 2015. Instrumen dalam penelitian
sebelum makan, dan 3 ibu yang tidak ini adalah kuesioner. Dalam menguji korelasi
mengetahui cara penularan diare dan dua variabel ini digunakan Korelasi Kendal
pencegahan diare. Berdasarkan latar Tau.
belakang tersebut, maka penulis ingin
mengetahui bagaimana “Hubungan Tingkat HASIL PENELITIAN
Pengetahuan Ibu tentang Diare Dengan 1. Pengetahuan Ibu tentang Diare
Perilaku Pencegahan Diare Pada Balita. Gambaran pengetahuan ibu tentang diare
METODE PENELITIAN dapat dilihat pada Tabel 1.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Tabel 1: Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu
tentang Diare
kuantitatif korelasional, dengan pendekatan Kategori Frekuensi Presentase
Pengetahuan (n) (%)
waktu cross sectional. Populasi dalam Baik 12 19,7
Cukup 33 54,1
penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki Kurang 16 26,2
balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Jumlah 61 100
Puskesmas Kotagede II Yogyakarta dibatasi
pada Posyandu Empu Kunir. Sampel pada Berdasarkan Tabel 1 dapat

penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita diketahui sebagian besar responden

usia 1-5 tahun baik yang sudah pernah mempunyai pengetahuan tentang diare

mengalami diare maupun belum mengalami dalam kategori cukup sebanyak 33 orang

diare yang berkunjung di Posyandu Empu (54,1 %). Ibu balita yang mempunyai

Kunir wilayah kerja Puskesmas Kotagede II pengetahuan tentang diare dalam kategori

Yogyakarta sejumlah 61 ibu. Teknik baik hanya ada 12 orang (19,7%)

pengambilan sampel dalam penelitian ini 2. Perilaku Pencegahan Diare


menggunakan Total Sampling. Variabel bebas Gambaran perilaku pencegahan diare
dalam penelitian ini adalah tingkat dapat dilihat pada Tabel 2
pengetahuan ibu tentang diare. Variabel Tabel 2: Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan
Diare.
bebas da;am penelitian ini adalah tingkat Kategori
Perilaku
pengetahuan ibu tentang diare (X). Variabel Pencegahan
Frekuensi (n) Presentase (%)

terikat dalam penelitian ini adalah perilaku Diare


Positif 47 77,0
pencegahan diare pada balita (Y). Lokasi Negatif 14 23,0

penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Jumlah 61 100


Tabel 2 menunjukkan perilaku pencegahan
Puskesmas Kotagede II Yogyakarta yaitu di
diare yang dilakukan oleh responden yaitu
Posyandu Empu Kunir Kota Gede Yogyakarta.
sebagian besar dalam kategori positif yaitu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan
154 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 02 Juli 2016

sebanyak 47 orang (77 %), sedangkan yang berperilaku negatif ada 14 orang (23 %).

3. Hubungan Pengetahuan tentang Diare dengan Perilaku Pencegahan Diare


Tabel 3: Tabulasi Silang Pengetahuan tentang Ibu Diare dengan Perilaku Pencegahan Diare

Perilaku Pencegahan
Pengetahuan tentang Juml Diare
%
Diare ah Negatif Positif
N % n %
Baik 12 0 0 12 19,7 19,7
Cukup 33 3 4,90 30 49,2 54,1
Kurang 16 11 18,0 5 8,2 26,2
Total 61 14 23,0 47 77,0 100

Berdasarkan pada tabel 3 diketahui Berdasarkan pada tabel 4 diketahui nilai


bahwa dari 16 ibu balita berpengetahuan korelasi Kendall Tau hitung > korelasi tabel
kurang, sebagian besar berperilaku negatif (0,416 > 0,252) dengan p value 0,000 < α =
dalam dalam perilaku pencegahan diare yaitu
11 orang (18 %). Untuk 23 ibu balita
berpengetahan cukup terdapat 30 orang (49,2 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada
%) beperilaku positif. Untuk 12 ibu balita hubungan yang signifikan antara pengetahuan
berpengetahuan baik, semuanya berperilaku tentang diare dengan perilaku pencegahan
positif dalam pencegahan diare. diare pada ibu balita di wilayah kerja
Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta.
Analisa Data
Tabel 4: Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
PEMBAHASAN
Diare dengan Perilaku Pencegahan
1. Pengetahuan Ibu Balita tentang Diare
Diare pada Balita di wilayah kerja
Hasil analisa univariat pengetahuan
Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta
tentang diare pada ibu balita menunjukkan
tahun 2015
bahwa ada 16 orang (26,2 %)
Korelasi Korelasi P
Variabel Hasil
Hitung Tabel Value berpengetahuan kurang, 33 orang (54,1
Pengetahuan
tentang Diare – %) berpengetahuan cukup dan 12 orang
Ho
Perilaku 0,416 0,252 0,000
Ditolak (19,7 %) berpengetahuan baik. Hal ini
Pencegahan
Diare
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
balita di wilayah kerja Puskesmas Kota
Uswatun Khasanah, G., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu ....” 155

Gede II Yogyakarta mempunyai yang berpengetahuan kurang sebanyak 16


pengetahuan tentang diare dalam kategori orang (26,2 %). Ibu balita yang
cukup. Hasil penelitian ini mendukung mempunyai pengetahuan kurang tentang
penelitian yang dilakukan Rahma, N diare sebagian besar berasal dari ibu yang
(2014), sebagian besar ibu balita di berpendidikan dasar yaitu sebanyak 17
wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo I orang (27,9 %). Hal ini sesuai dengan
Yogyakarta dalam kategori cukup. pendapat Notoatmodjo (2010),
Menurut Notoatmodjo (2012:10), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
pengetahuan atau kognitif merupakan tingkat pendidikan formal yang ditempuh.
domain yang sangat penting untuk Semakin tinggi pendidikan formal yang
terbentuknya tindakan seseorang, karena ditempuh maka semakin baik pula
dari pengalaman dan penelitian ternyata pengetahuannya. Ibu balita yang
sikap dan perilaku yang didasari berpendidikan tinggi mempunyai akses
pengetahuan akan lebih langgeng informasi yang lebih luas dibandingkan ibu
daripada yang tidak didasari oleh balita yang berpendidikan lebih rendah.
pengetahuan. Pengetahuan tentang diare Selain itu, ibu yang berpendidikan tinggi
pada ibu balita menunjukkan kemampuan akan lebih mudah menyerap informasi
ibu balita untuk mengetahui segala kesehatan.
sesuatu yang berkaitan dengan diare yang Masih terdapatnya ibu balita yang
meliputi pengertian, gejala dan tanda- berpengetahuan tentang diare dalam
tanda diare, cara penularan diare, kategori kurang menuntut peran serta
penyebab diare, pengobatan diare dan petugas kesehatan, khususnya bidan
pencegahan penyakit diare. untuk memberikan penyuluhan kesehatan
Menurut pendapat Fida dan Maya tentang diare kepada ibu balita. Dengan
(2013), diare merupakan buang air besar memberikan informasi kesehatan tentang
(defekasi) dengan tinja berbentuk cairan cara-cara mencapai hidup sehat, cara
atau setengah cairan. Kandungan air pemeliharaan kesehatan, cara
dalam tinja lebih banyak daripada menghindari penyakit, dan sebagainya
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) akan meningkatkan pengetahuan
atau frekuensi buang air besar lebih dari 4 masyarakat tentang hal tersebut.
kali pada bayi dan 3 kali pada anak. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan
Hasil penelitian juga menunjukkan menimbulkan kesadaran yang akhirnya
bahwa masih terdapat ibu balita di wilayah akan menyebabkan orang berperilaku
kerja Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta
156 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 02 Juli 2016

sesuai dengan pengetahuan yang menyediakan tempat pembungan sampah


dimilikinya. yang memadai, memberantas lalat dan
2. Perilaku Pencegahan Diare pada Balita menjaga kebersihan lingkungan.
Hasil analisa univariat variabel Pencegahan diare pada balita juga
perilaku pencegahan diare pada balita dapat dilakukan dengan memberikan ASI
menunjukkan bahwa terdapat 14 orang (23 eksklusif pada balita dan menghindari
%) berperilaku negatif dan 47 orang (77 penggunaan botol susu. Ibu balita juga
%) berperilaku positif. Hasil ini perlu menyimpan dan menyiapkan MPASI
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan baik, menggunakan air bersih dan
balita di wilayah kerja Puskesmas Kota melakukan cuci tangan dengan sabun,
Gede II Yogyakarta telah berperilaku serta membuang tinja dengan benar
positif dalam melakukan pencegahan diare (Wahyudi, 2009).
pada balita. Hasil penelitian ini menunjukkan
Diare dapat menyebar dan bahwa masih terdapat ibu balita di wilayah
menginfeksi anak melalui empat faktor, kerja Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta
yaitu food (makanan), feces (tinja), fly yang berperilaku negatif dalam
(udara), dan finger (tangan).Oleh karena pencegahan diare yaitu sebanyak 14
itu, untuk mencegah agar penyakit ini tidak orang (23 %) yang sebagian besar berasal
menyebar dan menular, cara yang paling dari ibu balita yang tidak bekerja. Hal ini
praktis adalah memutuskan rantai sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
penularan tersebut. Faktor kebersihan (2010), ibu yang bekerja di luar rumah
menjadi faktor yang penting untuk pada umumnya mempunyai pengetahuan
menghindari anak dari penyakit diare (Fida dan perilaku kesehatan yang lebih baik.
dan Maya (2012: 318). Hal ini disebabkan karena ibu yang
Perilaku pencegahan diare bekerja dapat belajar dari pengalaman
merupakan tindakan yang dilakukan oleh temannya dalam pencegahan diare. Ada
ibu balita untuk mencegah terjadinya diare kecenderugan pengalaman yang baik
pada balita. Perilaku ibu yang positif seseorang akan berusaha untuk
dalam pencegahan diare ditandai dengan melupakan, namun jika pengalaman
pemberian makanan yang higienis, tersebut menyenangkan mereka secara
menyediakan air minum yang bersih, psikologis akan timbul kesan yang sangat
menjaga kebersihan perorangan, medalam dan membekas dalam emosi
membiasakan mencuci tangan sebelum kejiwaan, dan akhirnya dapat pula
makan, buang air besar pada tempatnya,
Uswatun Khasanah, G., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu ....” 157

membentuk sikap positif dalam Hasil analisa bivariate menunjukkan


keidupannya. bahwa dari 16 ibu balita berpengetahuan
Menurut Lawrence Green dalam kurang, sebagian besar berperilaku negatif
Notoatmodjo (2010: 76) faktor-faktor yang dalam dalam perilaku pencegahan diare
mempengaruhi perilaku salah satunya yaitu 11 orang (18 %). Untuk 23 ibu balita
adalah pengetahuan, sebelum seseorang berpengetahan cukup terdapat 30 orang
mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu (49,2 %) beperilaku positif. Untuk 12 ibu
terlebih dahulu apa arti atau manfaat balita berpengetahuan baik, semuanya
perilaku tersebut bagi dirinya atau berperilaku positif dalam pencegahan
keluarganya. Pengetahuan tersebut antara diare. Hasil ini mengindikasikan bahwa
lain pengetahuan tentang sakit dan sebagian besar ibu balita yang melakukan
penyakit, pengetahuan tenanga cara perilaku pencegahan diare negatif berasal
pemeliharaan kesehatan dan cara hidup dari ibu yang berpengetahuan kurang
sehat, serta pengetahuan tentang tentang diare, sedangkan yang berperilaku
kesehatan lingkungan. Setelah seseorang positif berasal dari ibu yang
sudah tahu, maka mereka akan berpengetahuan baik.
mengaplikasikan kedalam kehidupannya Hasil penelitian diperoleh nilai
dan sadar akan kesehatan. korelasi Kendall Tau hitung > korelasi tabel
Perilaku negatif dapat menjadi (0,416 > 0,252) dengan p value 0,000 < α
penyebab terjadinya diare pada balita. = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada
Diare membutuhkan penanganan yang hubungan yang signifikan antara
cepat agar tidak terjadi dehidrasi. pengetahuan tentang diare dengan
Pengetahuan mengenai pencegahan dan perilaku pencegahan diare pada ibu balita
penanganan diare sangat penting untuk di wilayah kerja Puskesmas Kota Gede II
diketahui oleh ibu yang dapat dijadikan Yogyakarta. Hal ini mempunyai arti bahwa
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya ibu balita yang mempunyai pengetahuan
dehidrasi baik ringan, sedang, maupun baik tentang diare cenderung untuk
berat. Jika terjadi dehidrasi dan tidak berperilaku positif dalam pencegahan
segera ditangani maka akan diare. Sedangkan ibu balita yang
menyebabkan kematian. berpengetahuan kurang, cenderung untuk
berperilaku negatif dalam penanganan
3. Hubungan PengetahuanIbutentang Diare diare.
dengan Perilaku Pencegahan Diare Balita Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat Notoatmodjo (2010 : 76),
158 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 02 Juli 2016

pengetahuan merupakan faktor bersih. Sehingga dengan pengetahuan ibu


predeposisi dari perilaku. Sebelum yang baik diharapkan dapat mengurangi
seseorang mengadopsi perilaku angka kejadian diare pada anak balitanya.
(berperilaku baru) terlebih dahulu apa arti Selain pencegahan terjadinya diare,
atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya ibu balita juga perlu mempunyai
atau keluarganya. Pengetahuan atau kemampuan untuk melakukan
kognitif merupakan domain yang sangat penanganan awal diare pada balita. Hasil
penting untuk terbentuknya tindakan penelitian Rahma, N (2014) menunjukkan
seseorang (overt behaviour). Penerimaan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
perilaku baru atau adopsi perilaku didasari tentang diare dengan penanganan awal
oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap diare. Untuk meningkatkan pengetahuan
yang positif, maka perilaku tersebut akan diare, perilaku pencegahan diare dan
bersifat langgeng (long lasting). penanganan awal diare diperlukan peran
Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak serta petugas kesehatan untuk
didasari oleh pengetahuan dan memberikan penyuluhan. Pendidikan
kesadaranakan tidak berlangsung lama. kesehatan yang dilakukan oleh petugas
Jadi pentingnya pengetahuan disini adalah kesehatan mampu meningkatkan dan
dapat menjadi dasar dalam merubah mengubah perilaku ibu balita dalam
perilaku sehingga perilaku itu langgeng. pencegahan dan penanggulangan diare7.
Pengetahuan sebagai parameter Hasil penelitian menunjukkan adanya
keadaan sosial dapat sangat menentukan hubungan antara pengetahuan dengan
kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat perilaku pencegahan diare pada balita.
terhindar dari penyakit asalkan Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan
pengetahuan tentang kesehatan dapat tentang diare juga harus disertai dengan
ditingkatkan, sehingga sikap dan perilaku proses praktek pencegahan dan
menjadi sehat. Pada balita yang belum penanganan yang dilaksanakan dalam
dapat menjaga kebersihan dan bentuk penyuluhan dan pelatihan.
menyiapkan makanan sendiri, kualitas
makanan dan minuman tergantung pada KESIMPULAN
ibu sebagai pengasuh utama. Perilaku ibu 1. Pengetahuan ibu balita tentang diare di
dalam menjaga kebersihan dan mengolah wilayah kerja Puskesmas Kota Gede II
makanan sangat dipengaruhi oleh Yogyakarta sebagian besar berada dalam
pengetahuan ibu tentang cara pengolahan kategori cukup.
dan penyiapan makanan yang sehat dan
Uswatun Khasanah, G., “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu ....” 159

2. Pencegahan diare pada balita diwilayah


kerja Puskesmas Kota Gede II
Daftar Pustaka
Yogyakarta sebagian besar termasuk
1. Andriani. 2013.Hubungan pemberian susu
dalam kategori positif.
formula dengan kejadian diare pada bayi
3. Ada hubungan yang signifikan umur 0-6 bulan di Posyandu
Senggonkerep, Sampang, Gedangsari,
pengetahuan tentang diare dengan
Gunungkidul, Yogyakarta.Karya Tulis
pencegahan diare pada ibu balita di Ilmiah. Stikes Yogyakarta.
2. Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian
wilayah kerja Puskesmas Kota Gede II
suatu pendekatan praktik edisi revisi VI.
Yogyakarta dengan nilai korelasi Kendall Jakatar : Rineke Cipta.
3. Azwar, Syaifuddin. 2008. Metodologi
Tau hitung = 0,416 dengan p value
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
0,000.Hal ini mempunyai arti bahwa 4. Budiman dan Riyanto, Agus. 2014. Kapita
Selekta Kuesioner pengetahuan dan sikap
semakin baik pengetahuan tentang diare,
dalam penelitian kesehatan. Jakarta.
maka semakin positif pencegahan diare Salemba Medika.
5. Denger. 2012. Etiologi diare Faktor
yang dilakukan ibu balita. Sebaliknya,
Malabsorbsi. Diunduh tanggal 12 Mei
semakin kurang pengetahuan tentang 2015
dariworldhealth.blogspot.com/2012/02/etio
diare, maka semakin negatif pencegahan
logi-diare-faktormalabsorbsi.html?m=1
diare yang dilakukan oleh ibu balita. 6. Depkes RI. 2011. Buletin Jendela Data
dan Informasi Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.
SARAN 7. Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan
Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
1. Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas
Salemba Medika.
Kotagede II 8. Fida dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu
Diharapkan bagi tenaga kesehatan di
Kesehatan Anak. Yogyakarta: D- Medika.
9. Handayani,Sri dan Sujono R. 2011.
Puskesmas Kotagede II agar lebih Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Bidang
meningkatkan upaya promosi kesehatan Kesehatan. Yogyakarta : SIP (Samodra
Ilmu Press).
khususnya tentang diare seperti
10. Alimul, Hidayat. 2011. Metode Penelitian
penyuluhan pada warga ataupun dengan Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
media promosi seperti brosur, leaflet, dan Jakarta: Rineka Cipta
11. Kemenkes. 2014. Diunduh tanggal 08
lain-lain. April 2015 dari Kemenkes. 2014. Diunduh
2. Bagi Penelitian Selanjutnya tanggal 08 April 2015
darihttp://www.kemenkopmp.go,id/artikel/
Bagi penelitian sejenis yang berkaitan
angka-kematian-balita-di-indonesia-turun
dengan diare pada balita, sebaiknya 12. Klinik Timbang Rasa. 2012. Diare pada
anak. Diunduh tanggal 12 Mei 2015 dari
mengambil lokasi penelitian yang
timbangrasaclinic.blogspot.com/2012/09/d
berbeda dan menambahkan variabel iare-pada-anak.html?m=1
bebas lain di luar pengetahuan ibu 13. Kuningsih. 2011. Hubungan pemberian
tentang diare. makanan pendamping ASI dengan
160 Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” Vol. 07 No. 02 Juli 2016

kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di 19. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka
tahun 2011.Karya Tulis Ilmiah. Stikes Cipta.
Ahmad Yani Yogyakarta. 20. Nurapni, Tira. 2013. Hubungan kejadian
14. Machfoedz, Ircham. 2012. Bio Statistika diare akut dengan status gizi balita di
Bidang Kesehatan, Keperawatan, Puskesmas Umbulharjo 1
Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Yogyakarta.Karya Tulis Ilmiah. Stikes
Penerbit Fitramaya. Yogyakarta.
15. Malikhah, Lina. 2012. Gambaran 21. Rahma,Nur Azazi. 2014. Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam pengetahuan ibu tentang diare pada balita
Pencegahan Dan Penanggulangan dengan praktek penanganan awal diare di
Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Umbulharjo I
Desa Hegarmanah Jatinangor. Diunduh Yogyakarta.Karya Tulis Ilmiah. Stikes
tanggal 7 Februari 2015. Yogyakarta.
16. Marimbi, Hanum.2010. Tumbuh 22. Riskesdas . 2013. Diunduh tanggal 08
Kembang, Status Gizi, Dan Imunisasi April 2015 dari
Dasar Pada Balita. Yogyakarta:Nuha https://www.selasar.com/gaya-
Medika. hidup/sebaran-penyakit-di-indonesia
17. Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan 23. Sulistyaningsih. 2011.
Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. MetodologiPenelitian Kebidanan:
Trans Info Medika. Kuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
18. Maulana, Irvan. 2015. Diare. Di unduh 24. Wawan dan dewi. 2010. Teori dan
tanggal 14 April 2015 dari pengukuran Pengetahuan, sikap dan
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Diare. perilaku manusia. Yogyakarta. Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai