Anda di halaman 1dari 24

JUDUL : Upaya Deteksi Dini Penularan Tuberkulosis Pada Anggota Keluarga

Kontak Serumah Penderita TB Aktif Menggunakan Uji Tuberkulin

1. PENDAHULUAN

Infeksi tuberkulosis terjadi ketika basil tuberculosis menyebar di udara

dari pasien dengan tuberkulosis paru aktif, udara yang terhirup akan mencapai

alveoli, kemudian akan difagosit dengan cepat oleh makrofag sebagai respon

imun yang paling sering dapat membunuh bakteri yang masuk. Apabila bakteri

dapat bertahan dari sistem ini, bakteri akan aktif membelah diri di dalam

makrofag, berdifusi ke dalam sel yang berdekatan termasuk sel epitel endotel,

setelah beberapa minggu pertumbuhan akan meningkat secara eksponensial dan

bakteri bertambah banyak, selama tahap awal infeksi, MTB dapat berdifusi ke

organ lain melalui limfatik dan penyebaran hematogen sehingga dapat

menginfeksi sel-sel lain, yang kemudian akan memicu respon imun adaptif terjadi

migrasi netrofil, limfosit dan sel imun lainnya ke tempat awal terjadi infeksi awal

membentuk granuloma, sehingga bakteri terisolasi dan terlindungi oleh respon

imun pejamu. (Delogu, Sali, & Fadda, 2013)

Tuberkulosis ditularkan melalui batuk, bersin dan berbicara dari seseorang

yang terinfeksi, droplet yang terakumulasi diudara karena ukuran tetesan sangat

kecil dan dapat tetap di udara selama beberapa jam dan dapat mencapai saluran

pernafasan terdalam ketika dihirup, rumah adalah tempat yang paling rentan

terjadinya kontak penderita tuberkulosis dengan orang yang sehat tinggal


serumah, berdasarkan hasil penelitian bahwa kontak serumah merupakan faktor

risiko penyakit tuberculosis, seperti hasil penelitian yang dilakukan di Nepal

berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara pemeriksaan Basil Tahan

Asam (BTA) sputum positif dengan kontak bersama dalam satu kamar tidur

(OR=3.07, 95% CI= 1.02-9.25, P<0.05) dan risiko penularan tertinggi terjadi

pada pasangan, orang tua, anak-anak. (Gyawali et al., 2012)

2. PERUMUSAN MASALAH

Pemeriksaan skrining penularan tuberkulosis pada anggota keluarga tinggal

serumah adalah merupakan upaya untuk meningkatkan penemuan kasus tuberkulosis

dan merupakan hal yang penting dalam pengendalian tuberkulosis.(Aman & Zeidan,

2017)(Eom et al., 2018) Ada peningkatan risiko pajanan terhadap penyakit pada

kontak serumah dibandingkan dengan populasi lainnya, dimana hal tersebut sangat

erat kaitannya dengan tingkat infektifitas pasien, lama paparan, kedekatan kontak

dan kerentanan kontak. Kasus baru ditemukan 3,5-5,5% pada orang kontak serumah

atau orang terdekat padahal tidak terdiagnosa tuberkulosis aktif sebelumnya. Skrining

kontak dapat dilakukan dengan skrining gejala, radiografi toraks (CXR),

pemeriksaan dahak dan kultur, tes cepat molekuler GeneXpert, tes kulit tuberkulin

(TST) dan interferon-γ release assay (IGRA). (Nair et al., 2016)

Uji tuberkulin merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya

tuberkulosis laten, penderita tuberkulosis laten 10% dapat berkembang menjadi

tuberkulosis aktif beberapa dekade setelah infeksi.(Rakotosamimanana et al., n.d.).

2
Berdasarkan penelitian pada 56 anak usia 3-7 tahun kontak serumah dan diketahui 28

anak telah diimunisasi BCG, anak tidur dengan penderita tuberkulosis, 37 diantaranya

(66,1%) menunjukan indikasi uji tuberkulin positif yang menandakan terjadinya

penularan tuberkulosis.(Hector et al., 2017)

Upaya identifikasi tuberkulosis laten terhadap kontak serumah juga telah telah

dilakukan penelitian prosfektif longitudinal melalui pemeriksaan gejala klinis, hitung

sel darah, uji tuberkulin dan foto torax yang dilakukan pemantauan selama 18 bulan,

timbulnya gejala tuberkulosis sangat bermakna berhubungan dengan meningkatnya

persentase monosit, respon terhadap uji tuberkulin dan peningkatan rasio

monosit:limfosit. Kontak serumah yang memiliki hasil uji tuberculin ≥ 14 mm

memiliki hubungan yang sangat kuat dengan risiko berkembang menjadi penyakit

tuberkulosis dengan peningkatan jumlah monosit, sehingga peningkatan jumlah

monosit darah perifer dan respon terhadap uji tuberculin adalah merupakan biomarker

untuk mengidentifikasi penularan kontak serumah dari penderita tuberkulosis, hal ini

merupakan risiko terhadap berkembangnya menjadi tuberkulosis

aktif.(Rakotosamimanana et al., n.d.)

Telah dilakukan penelitian terhadap 111 pasien yang berdasarkan gejala

klinik dan rujukan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) di Balai Besar

Kesesehatan Paru Masyarakat Makassar diperoleh hasil 30 (27,03% ) sampel positif

terdiri dari (MTB Detected High sebanyak 12 (10,8%), MTB Detected Low

sebanyak 15 (13,5%), MTB Detected Medium sebanyak 3 (2,7%) dan MTB Not

detected 81 (73%). Hasil TCM dikonfirmasi dengan kultur sebagai metode gold

3
standar memiliki kesesuaian yang sangat tinggi yaitu diperoleh hasil positif 30

(27,03%) sampel positif dengan hasil sebagai berikut Positif 3+ sebanyak 7 sampel

(6,3%), Positif 2+ sebanyak 6 (5,4%), Positif 1+ sebanyak 17 (15,3%) dan Negatif 81

(73%).(Naim Nurlia, 2018)

Dari uraian di atas maka dirumuskan pentingnya deteksi penularan

tuberkulosis terhadap anggota keluarga serumah yang tinggal bersama penderita

tuberkulosis, karena penularan tuberkulosis dapat menyebabkan infeksi laten yaitu

infeksi tanpa adanya gejala sehingga perlu dilakukan metode pemeriksaan yang dapat

menunjukkan terjadinya penularan melalui respon imun yaitu dengan uji tuberkulin

3. TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis (TB) tergolong ke dalam sepuluh penyakit penyebab kematian di

dunia. Berdasarkan data WHO pada tahun 2015 diperkirakan terjadi 10,4 juta kasus

baru dimana 56% pada laki-laki , 34% pada perempuan dan 10% kasus pada anak-

anak. Enam negara yaitu India, China, Nigeria, Pakistan, Afrika Selatan termasuk

Indonesia menyumbang 60% dari jumlah kasus baru tersebut. Di seluruh dunia

penurunan angka kejadian TB masih berkisar 1,5% pada tahun 2014-2015 dan harus

ditingkatkan menjadi 4-5% untuk mencapai tujuan strategi eliminasi tuberkulosis di

dunia pada Tahun 2020. Penanggulangan TB terkendala pula dengan terjadinya

Multi-drug resistance (MDR) TB yang diperkirakan dari 580.000 kasus MDR-TB

hanya 125.000 (20%) kasus yang terlaporkan, selain itu juga dilaporkan 55% pasien

4
TB disertai hasil tes HIV, proporsi pasien HIV dengan antiretroviral virus

menunjukan 78% hasil positif TB. (“Global Tuberculosis Report,” 2016)

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB)

yang menyebar dari orang ke orang melalui udara. TB yang paling umum terjadi

yaitu TB paru (Pulmonary TB) akan tetapi dapat menyerang pula organ atau jaringan

lainnya seperti otak atau tulang, diluar dari organ paru (extra-pulmonary TB). Tanda

dan gejala TB paru yaitu batuk sekurangnya dua minggu, demam, menggigil,

berkeringat malam, penurunan berat badan, haemoptysis (batuk berdarah) dan merasa

lelah. Untuk gejala TB ektra paru gejala tergantung tempat infeksi. (Steingart KR,

Schiller I, Horne DJ, PaiM, Boehme CC & This, 2014)

Tuberkulosis ditularkan melalui tetesan ludah (droplet nuclei) yang

menyemprot saat batuk, bersin dan berbicara dari seseorang yang terinfeksi, droplet

yang terakumulasi diudara karena ukuran tetesan sangat kecil (diameter <5-10 µm)

sehingga mudah kering dengan cepat dan dapat tetap di udara selama beberapa jam

dan dapat mencapai saluran pernafasan terdalam ketika dihirup. Rumah adalah tempat

yang paling rentan untuk kontak dengan droplet penderita TB dan merupakan faktor

risiko penularan TB. (Gyawali et al., 2012)

Penularan TB paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan

keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel ini dapat menetap

dalam udara bebas selama 1–2 jam tergantung pada ada-tidaknya sinar ultraviolet,

ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat

bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh

5
orang yang sehat, maka akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru.

Partikel bisa masuk ke alveolar paru bila ukurannya < 5 µm. karena ukurannya yang

sangat kecil, kuman TB dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan

segera diatasi oleh mekanisme imunologik tubuh yang non spesifik. Makrofag

alveolus akan melakukan fagositosis terhadap kuman TB dan biasanya sanggup

menghancurkan sebagian besar kuman TB. Sebagian orang yang terinfeksi kuman TB

akan menjadi sakit primer (infeksi primer) yang biasanya terlokalisir di paru dan

limfonodi regional dalam cavum thoracis. Pada infeksi primer biasanya pasien tidak

mengeluh terhadap infeksi primernya, namun hasil tes tuberkulinnya positif. Pada

sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman

akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus

berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Kuman

membelah diri setiap 25–32 jam di dalam makrofag dan tumbuh selama 2-12 minggu

hingga jumlahnya cukup untuk menginduksi respon imun. Lokasi pertama koloni

kuman TB dijaringan paru disebut focus primer GHON.

Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju

kelenjar regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus

primer. Penyebaran ini menyababkan terjadinya inflamasi di saluran limfe

(limfangitis) dan dikelanjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer

terletak dilobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah

kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang

akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan

6
antara focus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran

limfe yang meradang (limfangitis).

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya

kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda

dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang

diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi

TB biasanya berlangsung dalam waktu 4 – 8 minggu dengan rentang waktu antara 2 –

12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah >

100 kuman, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respon imunitas seluler

(Setiati dkk, 2014).

Infeksi Tuberkulosis Sekunder (Pasca Primer)

Kuman yang bersifat dormant (tidur) pada TB primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa (TB sekunder = TB

pasca primer). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. TB sekunder terjadi karena

imunitas tubuh menurun seperti pada penyakit malnutrisi, DM, HIV/AIDS, kanker,

ginjal, alcoholism dll. TB sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang beralokasi di

regio atas paru (bagian apical-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah

kedaerah parenkim paru dan tidak ke nodul hilus paru. Sarang dini ini mula – mula

juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3 – 10 minggu sarang ini menjadi

tuberkel yaitu granuloma yang terdiri dari sel-sel Histiosit dan Datia-Langhans (sel

besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.

7
TB sekunder juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia

tua (elderly tuberculosis) (Setiati dkk, 2014).

Gejala Tuberkulosis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu atau

lebih. Batuk dapat diikuti gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,

sesak nafas, badan lemas, malaise, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu

bulan.

Pada TB ekstra paru, gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,

misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleure (Pleuritis),

pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB serta deformitas tulang

belakang (gibbus) pada spondylitis TB dan lain-lainnya. Mengingat prevalensi TB

paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke Pelayanan

Kesehatan dengan gejala tersebut diatas, harus dianggap sebagai seorang “suspek

tuberkulosis” atau tersangka penderita TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak

secara mikroskopis kovensional (Kemenkes, 2016). Tanda dan gejala TB paru yaitu

batuk sekurangnya dua minggu, demam, menggigil, berkeringat malam, penurunan

berat badan, haemoptysis (batuk berdarah) dan merasa lelah. Untuk gejala TB ektra

paru gejala tergantung tempat infeksi. (Steingart KR, Schiller I, Horne DJ, PaiM,

Boehme CC & This, 2014)

8
Infeksi tuberculosis terjadi ketika basil tuberculosis menyebar di udara dari

pasien dengan tuberculosis paru aktif, udara yang terhirup akan mencapai alveoli,

kemudian akan difagosit dengan cepat oleh makrofag sebagai respon imun yang

paling sering dapat membunuh bakteri yang masuk. Apabila bakteri dapat bertahan

dari sistem ini, bakteri akan aktif membelah diri di dalam makrofag, berdifusi ke

dalam sel yang berdekatan termasuk sel epitel endotel, setelah beberapa minggu

pertumbuhan akan meningkat secara eksponensial dan bakteri bertambah banyak,

selama tahap awal infeksi, MTB dapat berdifusi ke organ lain melalui limfatik dan

penyebaran hematogen sehingga dapat menginfeksi sel-sel lain, yang kemudian akan

memicu respon imun adaptif terjadi migrasi netrofil, limfosit dan sel imun lainnya ke

tempat awal terjadi infeksi awal membentuk granuloma, sehingga bakteri terisolasi

dan terlindungi oleh respon imun pejamu. (Delogu et al., 2013)

Mikobakterium tidak memproduksi toksin atau enzim yang secara langsung

merusak jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama terhadap Mycobacterium

tuberculosis akan merangsang inflamasi selular lokal dan bakteri mengadakan

proliferasi dalam sel fagosit. Sebagian ada yang mati dan sebagian ada yang tinggal

dormant. Pada saat yang sama, pada individu yang terinfeksi terbentuk imunitas sel T

yang spesifik. Setelah terbentuk imunitas, reaksi granulomatosa dapat terjadi pada

lokasi bakteri persisten atau pada paparan bakteri berikutnya. Jadi imunitas

perlindungan dan reaksi hipersensitif yang menyebabkan kerusakan jaringan adalah

manifestasi dalam respons imun spesifik yang sama.(Munasir, 2001)

9
4. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam

upaya penanggulangan penyakit tuberkulosis dengan meningkatkan kemampuan

deteksi dini penularan penyakit tuberkulosis pada anggota keluarga kontak serumah,

melalui reaksi imunologis yang menandakan telah terjadi paparan bakteri penyebab

tuberkulosis yang kemungkinan dibawa dan menyebar di lingkungan anggota

keluarga melalui batuk-batuk atau berinteraksi setiap hari dengan penderita aktif .

5. MANFAAT KEGIATAN

Manfaat kegiatan membantu mendeteksi adanya penularan tuberkulosis pada

keluarga kontak serumah sehingga dapat terdeteksi dengan cepat apabila terjadi

kemungkinan penularan sebelum timbul gejala klinis sehingga penemuan kasus

tuberkulosis lebih cepat diketahui dan membantu dalam penanggulangan penyakit

tuberkulosis paru.

6. KHALAYAK SASARAN

Khalayak sasaran strategis adalah tenaga kesehatan khususnya di Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat Makassar (BBKPMM)

5. METODE PENGABDIAN

Metode pada pengabdian dengan melakukan koordinasi Balai Besar Kesehatan

Paru Masyarakat Makassar (BBKPMM) mengenai pasien tuberkulosis aktif yang

10
telah diketahui pada penelitian sebelumnya melalui metode teknik cepat molekuler

dan kultur. Dari data tersebut kemudian ditelusuri alamat rumah pasien sesuai yang

tertera di informed consent dengan menghubungi lewat telepon terlebih dahulu untuk

konfirmasi kedatangan ke rumah dan melakukan observasi baik mengenai

pengetahuan keluarga tentang penularan TB, data jumlah anggota keluarga yang

tinggal serumah dengan penerita dan kondisi fisik rumah metode observasi dengan

bantuan kuisioner. Setelah dilakukan penjelasan diberikan lembaran pengisian

persetujuan setelah penjelasan terhadap anggota keluarga. Kemudian dilakukan

pemeriksaan tuberculin oleh petugas kesehatan dari BBKPMM kemudian data

kuisioner yang diperoleh diolah dan hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk tabel.

8. KETERKAITAN

Keterkaitan pengabdian masyarakat adalah dengan BBKPM Makassar. Keterkaitan

dengan masyarakat, khususnya keluarga penderita tuberkulosis yang berobat ke

BBKPMM Makassar.

9. RANCANGAN EVALUASI

Evaluasi tingkat keberhasilan adalah bertambahnya kemampuan tenaga kesehatan

dalam meningkatkan penemuan kasus tuberkulosis dengan melihat hasil pemeriksaan

tuberkulin dengan melihat jumlah anggota keluarga yang tertular oleh bakteri yang

diakibatkan karena tinggal serumah. Hasil uji tuberculin merupakan indikator telah

terjadi penularan bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit

11
tuberkulosis terhadap anggota keluarga kontak serumah, dan uji merupakan skrining

terhadap terjadinya infeksi tuberkulosis sebelum menimbulkan gejala yang khas dari

pasien tuberkulosis.

Untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan diperlukan indikator yang

meliputi :

a. Indikator Input, adanya kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan

pihak keluarga pasien yang dengan kesadaran akan manfaat pengabdian sehingga

dapat ikut serta secara aktif dalam keseluruhan proses pengabdian, baik dari

prosedur, waktu dan dana

b. Indikator Proses, mencakup bagaimana proses pemeriksaan dapat berjalan dengan

baik, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan menggunakan alat

dan bahan yang memenuhi standar, mengikuti prosedur pemeriksaan yang baik

sehingga hasilnya akan valid

c. Indikator Output adalah kemampuan tenaga kesehatan untuk mendeteksi adanya


penularan tuberkulosis pada kontak serumah dengan menggunakan uji tuberculin.

12
10. JADWAL PELAKSANAAN

Jadwal Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat:


Waktu Pelaksanaan
No Jenis Kegiatan
Mar April Mei Juni Agts Sept Nov
1 Penyusunan proposal

2 Izin ke Badan Permodalan


daerah
3 Persiapan kuisioner
4 Persiapan reagen tes

5 Pengurusan Izin Kegiatan


Pengabdian ke BBBKPM
6 Koordinasi dengan tenaga
kesehatan
7 Penelusuran rumah pasien
8 Pelaksanaan kegiatan
9 Penulisan laporan kegiatan
10 Penggandaan dan laporan

13
11. RENCANA ANGGARAN BELANJA

No Uraian Volume Jumlah (Rp)


1 Biaya Perjalanan Rp. 4.500.000,-
Pengurusan Surat Izin 2 kali 300.000,-
Koordinasi dengan BBKPM 2 kali 300.000,-
Koordinasi tenaga kesehatan BBKPM 2 kali 300.000,-
Kunjungan keluarga pasien 24 kali 3.600.000,-
2 Bahan Habis Pakai Rp.6.000.000,-
Pembuatan kuisoner 5 set 450.000,-
Reagen protein derivative 100 tes 4.000.000,-
Spoit 1 ml 100 pcs 200.000,-
Spoit 3 ml 100 pcs 350.000,-
ATK, penggandaan dan publikasi paket 1.000.000,-
3 Peralatan dan Penunjang Rp. 4.500.000,-
Administrasi paket 500.000,-
Jasa pelaksana tes tuberkulin paket 1.000.000,-
Konsumsi anggota keluarga peserta tes 100 dos 3.000.000,-
Total Jumlah Rp.15.000.000,-

14
DAFTAR PUSTAKA

Aman, A. M., & Zeidan, Z. A. (2017). Latent Tuberculosis Infection among


Household Contacts of Pulmonary Tuberculosis Cases in Central State, Sudan:
Prevalence and Associated Factors. Journal of Tuberculosis Research, 05(04),
265–275. https://doi.org/10.4236/jtr.2017.54028
Delogu, G., Sali, M., & Fadda, G. (2013). The biology of mycobacterium
tuberculosis infection. Mediterranean Journal of Hematology and Infectious
Diseases, 5(1). https://doi.org/10.4084/mjhid.2013.070
Eom, J. S. y, Kim, I., Kim, W.-Y., Jo, E.-J., Mok, J., Kim, M.-H., … Lee, M. K.
(2018). Household tuberculosis contact investigation in a tuberculosis-prevalent
country Are the tuberculin skin test and interferon-gamma release assay enough
in elderly contacts? Medicine, 97(3), e9681.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000009681
Global Tuberculosis Report. (2016). WHO.
Gyawali, N., Gurung, R., Poudyal, N., Amatya, R., Niraula, S. R., Jha, P., &
Bhattacharya, S. K. (2012). Prevalence of tuberculosis in household contacts of
sputum smears positive cases and associated demographic risk factors. Nepal
Medical Coll Ege Journal, 14(4), 303–307.
Hector, J., Anderson, S. T., Banda, G., Kamdolozi, M., Jefferys, L. F., Shani, D., …
Sloan, D. J. (2017). TST positivity in household contacts of tuberculosis
patients: A case-contact study in Malawi. BMC Infectious Diseases, 17(1), 1–7.
https://doi.org/10.1186/s12879-017-2348-2
Munasir, Z. (2001). Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri, 2(4),
193–197.
Naim Nurlia, U. N. (Poltekkes M. (2018). Performa Tes Cepat Molekuler Dalam
Diagnosa Tuberkulosis Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar.
Makassar.

15
Nair, D., Rajshekhar, N., Klinton, J. S., Watson, B., Velayutham, B., Tripathy, J. P.,
Swaminathan, S. (2016). Household contact screening and yield of tuberculosis
cases-a clinic based study in Chennai, South India. PLoS ONE, 11(9), 1–10.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0162090
Rakotosamimanana, N., Richard, V., Raharimanga, V., Gicquel, B., Doherty, T. M.,
Zumla, A., & Razanamparany, V. R. (n.d.). Biomarkers for risk of developing
active tuberculosis in contacts of TB patients : a prospective cohort study, 1095–
1103. https://doi.org/10.1183/13993003.00263-2015
Steingart KR, Schiller I, Horne DJ, PaiM, Boehme CC, D. N., & This. (2014).
Xpert® MTB/RIF assay for pulmonary tuberculosis and rifampicin resistance in
adults (Review). The Cochrane Library, (1), 1–168.
https://doi.org/10.1002/14651858.CD009593.pub3

16
Lampiran a. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
BIODATA KETUA
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan Novi Utami Dewi SKM., M.Kes
gelar)
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 197611022001122001
5 NIDN 4002117601
6 Tempat dan Tanggal Lahir Rangkasbitung, 2 Nopember 1976
7 E-mail utaminovi@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 082187486222
9 Alamat Kantor Jl. Wijaya Kusuma Raya No 56
10 Mata Kuliah yang Diampu 1. Parasitologi I
2. Parasitologi II

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA DIII S-1 S-2
Nama SDN SMPN SMA 15 Akademi Universitas Universitas
Institusi Sukasari 26 Bandung Analis Indonesia Padjajaran
II Bandung Kesehatan Timur
Bandung Depkes
Bandung
Bidang Kelas Analis Kesehatan IKD
Ilmu Fisika Kesehatan Lingkungan (Mikrobiologi
(A1) /Kesehatan & Parasitologi)
Kerja
Tahun 1982- 1989- 1991- 1994-1997 2004-2006 2009-2012
Masuk 1988 1991 1994
Lulus

17
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No Nama TemaSeminar Waktu dan Tempat
Pertemuan
Ilmiah/Seminar
1 Seminar “Future Molecular Diagnostic in Auditorium
Nasional Laboratory Medicine: Challenges Direktorat
for Medical Technologist” Poltekkes
Makassar
14 September 2012
2 Seminar The 2nd International Conference Auditorium Prof.
Internasional On Environmental Risks And Public Amiruddin 1 FK
ICER-PH Health Global Environtmental UNHAS Makassar
Change And The Public Health 10-12 April 2015
Impact

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


Penghargaan
1 Tanda kehormatan “Satyalancana Presiden 2012
Karya Satya X Tahun”

E. Kegiatan Pengabmas
“Identifikasi Mycobacterium tuberculosis Paru Pada Warga Masyarakat
Kelurahan Bara-baraya Kecamatan Makassar Tahun 2015”
“Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan Penyakit
Kecacingan di SD Inpres Lae-lae II Kelurahan Untia Tahun 2017”

F. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun


Disertasi)
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber* Jml (JutaRp)
1 2013 Analisis Kualitatif Eschericia coli Risbinakes 15
Serotype O157:H7 Pada Air Minum Isi
Ulang Yang Beredar di Sungguminasa

18
Kabupaten Gowa dengan Menggunakan
Teknik PCR
2 2013 Identifikasi Mycobacterium tuberculosis Risbinakes 10
Menggunakan Medium Cair MGIT
(Mycobacterium Growth Tube) Pada
Aspirat Kelenjar Getah Bening
3 2015 Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Risbinakes 10
Limbah (IPAL) Dalam Menurunkan
Kadar pH, BOD, COD, TSS Dan Fosfat
Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
*Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian maupun dari sumber
lainnya

G. Publikasi Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/Nomor/Tahun
1 Gambaran Jumlah Monosit Dan limfosit Jurnal Media Volume IV /No. 2
Pada Penderita Tuberkulosis Paru (TB Analis /November 2013
Paru) Di Balai Besar Kesehatan Paru Kesehatan
Masyarakat Makassar (BBKPM)
Makassar
2 Perbandingan uji widal metode kualitatif Jurnal Media Volume III/No.1
yang titernya dibaca berdasarkan besar Analis /Mei 2013
kecilnya aglutinasi dengan metode semi Kesehatan
kuantitatif
3 Gambaran Eritrosit Rata-rata Pada Jurnal Media Volume VI No.1
Peminum Tuak Di Kecamatan Somba Analis Mei 2015
Opu Kabupaten Gowa Kesehatan
4 Meminimalisir Kadar Detergen Dengan Higiene Volume 1 No 1
Penambahan Koagulan Dan Filtrasi Media Jurnal Januari-April 2015
Saring Pada Limbah Kamar Mandi Kesehatan ISSN: 2443-1141
Lingkungan
5 Perbandingan Hasil Hitung Jumlah Jurnal Media Volume VII No. 2
Retikulosit Menggunakan Bahan Sediaan Analis November 2015
Yang Diinkubasi pada Suhu 37°C Dan Kesehatan
Suhu Ruangan
6 Faktor Penyebab Yang Berhubungan Jurnal Media Volume VII No. 1
Dengan Penyakit Diare Pada Anak-anak Analis November 2016
di daerah Kerja Puskesmas Maccini Kesehatan
Sawah Kota Makassar
7 Identifikasi Telur Nematoda Usus Pada Jurnal Media Volume VII No. 2
Murid SD Inpres Lae-Lae II Kecamatan Analis November 2016

19
Biringkanaya Kelurahan Untia Kesehatan

8 Identifikasi Staphylococcus aureus pada Jurnal Media Volume VIII No. 1


kontak lensa Pada mahasiswa analis Analis Mei 2017
kesehatan Politeknik Kesehatan makassar Kesehatan

9 Pemeriksaan Kesadahan Pada Air yang Prosiding Prosiding Unit


digunakan Oleh Ibu Rumah Tangga Di Seminar Penelitian Politeknik
Desa Lawallu Kabupaten barru Hasil Kesehatan Makassar
Penelitian Tahun 2017 ISBN;
978-602-65682-4-3
10 Studi penerapan Kesehatan dan Prosiding Prosiding Unit
keselamatan kerja pada petugas Seminar Penelitian Politeknik
laboratorium kesehatan terhadap Hasil Kesehatan Makassar
pemeriksaan darah ibu hamil di beberapa Penelitian Tahun 2017 ISBN;
laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah 978-602-65682-4-3
di Sulawesi selatan
11 Analisis teknik sentrifugasi metode cubica Jurnal Volume 17 Periode
petroff terhadap peningkatan penemuan Sulolipu Juli – Desember
BTA dari sputum penderita Tuberkulosis 2017 ISSN: 0854-
menggunakan metode ziehl neelsen 624x
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum bila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sangsi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Pengabdian Masyarakat bagi Dosen

Makassar, 20 Maret 2019


Ketua,

Novi Utami Dewi, SKM.,M.Kes


NIP. 197611022001122001

20
BIODATA ANGGOTA

A. Identitas

1 Nama Lengkap Hj Nurlia Naim S.Si. M.Kes


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 NIP 195804161976082001
5 Tempat dan Tanggal Lahir Ujung Pandang, 16 April 1958
6 e-mail nurlianaim0416@gmail.com
7 Nomor HP 081342657756
8 Alamat Kantor Jl Wijaya Kusuma no 56 Makassar

B. Riwayat Pendidikan

S-1/D.IV S-2 S-3


Nama Universitas Panca Sakti Universitas Airlangga -
Perguruan
Tinggi
Bidang Ilmu Farmasi Kedokteran -
Laboratorium
Tahun Masuk 1992-1998 2001-2003 -
– Lulus
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum bila dikemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian secara hukum,saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam pengajuan program kretivitas mahasiswa
poltekkes Makassar.
Makassar. 20 Maret 2019
Anggota,

(Hj Nurlia Naim S.Si. M.Kes)\


NIP. 195804161976082001

21
22
Lampiran b. Gambaran Penerapan Pengabdian Kepada Masyarakat

GAMBARAN PENERAPAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PERMASALAHAN

1. Pada umumnya masyarakat PEMECAHAN MASALAH


menanggap kecacingan bukan
merupakan masalah yang 1. Meningkatkan pengetahuan ibu
mengganggu kesehatan dan tidak tentang penyakit kecacingan,
berdampak buruk bagi anak dampaknya dan pencegahannya
2. Ibu-ibu belum menyadari dan tidak 2. Meningkatkan kesadaran ibu-ibu
melakukan pemeriksaan secara untuk memeriksakan kecacingan
rutin sedangkan sanitasi dan anaknya secara berkala minimal 6
kondisi lingkungan serta hygiene bulan sekali
perorangan mempengaruhi 3. Meningkatkan kapasitas tenaga
penularan kecacingan kesehatan dengan peran aktif
3. Belum ada upaya terprogram yang untuk menangani masalah penyakit
dilakukan oleh tenaga kesehatan kecacingan secara terprogram
untuk menanggulangi masalah
kecacingan khususnya pada anak-
anak

Metode Kegiatan

1. Memberikan penyuluhan tentang


penyakit kecacingan serta
pencegahannya
2. Menganjurkan pemeriksaan
kecacingan anaknya secara
berkala, menjaga kebersihan
lingkungan, hygiene perorangan
anggota keluarga kepada ibu-ibu
3. Bekerjasama dengan pihak
puskesmas melalui tenaga
kesehatan untuk melaksanakan
dan memantau keberhasilan tujuan
dan mengevaluasi program yang
dijalankan 23
24

Anda mungkin juga menyukai