net/publication/320628465
CITATIONS READS
0 7,857
1 author:
Nengah Parta
State University of Malang
24 PUBLICATIONS 6 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Nengah Parta on 12 February 2018.
Refleksi
Membangun Pertanyaan
Penghalusan Pengetahuan
Internalisasi Pengetahuan
Refleksi
Membangun Pertanyaan
Penghalusan Pengetahuan
Internalisasi Pengetahuan
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
Refleksi
Membangun Pertanyaan
Penghalusan Pengetahuan
Internalisasi Pengetahuan
ISBN: 978.979.495.927.5
• Cetakan I : 2017
Teori belajar yang menjadi landasan model ini adalah teori -teori
yang berkaitan dengan belajar Matematika. Secara prinsip, saling
ketergantungan model dan materi ajar bukan hal yang fundamental. Materi
ajar merupakan salah aspek dalam sistem pendukung yang digunakan
untuk meralisasikan mdel itu dalam pembelajaran. Karena itu tidak tertutup
kemungkinan juga model ini untuk digunakan sebagai pedoman mengelola
pembelajaran pada rumpun atau mata pelajaran selain matematika .
Dari unjuk kerja ini terlihat bahwa siswa cenderung bekerja secara
mekanik. Prosedur aljabar yang dilakukan mungkin benar. Prosedur aljabar
yang dimaksud yaitu; (1) pengubahan bentuk penjumlahan suku-suku
menjadi perkalian bentuk faktor, (2) penyederhaan bentuk dengan kanselasi
faktor yang sama. Sekilas terlihat jawaban itu seolah -olah benar. Secara
keseluruhan prosedur itu tidak tepat, karena ‚operator limit‛ tidak
Gambar 1.8. Pe rse gipanjang yang dibagi habis me njadi be be rapa pe rse gi
A. Pengertian
Menurut Joyce, B., at all (2009: 6) model pembelajaran adalah ‚ a plan
or pattern that we can use to design face to face teaching in classrooms or tutorial
setting and to shape instructional materials including books, film, tape, computer
mediated program, and curricula (Joyce, B., dkk, 1992, 4)‛. Menurut pengertian
ini, model pembelajaran lebih berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
merancang kegiatan tatap muka, menentukan bahan ajar, dan media
pendukung belajar. Eggen, P.D. and Kauchak, D.P (1996:11), mengatakan
bahwa model differ from general teaching strategies in that model are designed to
reach specific goal. Menurut Eggen, P.D. and Kauchak, D.P model
pembelajaran adalah prescriptive teaching strategies to accomplish particular
instructional goals. Sedangkan Wilson, B. G. (dalam Cognitive Teaching
Models: 1996) mengatakan a teaching model incorporates a complex array of
learning or instructional factors into a single working system. Berdasar pada
beberapa pernyataan ini tampak bahwa para ahli belum satu bahasa dalam
merumuskan formulasi tentang model pembelajaran.
Tiap-tiap model pembelajaran mempunyai penekanan sendiri sesuai
dengan karakteristik pengalaman belajar yang ingin dibangun. Model
Thinking Inductively yang menginginkan kemampuan mengumpulkan data,
mengorganisasikan data, dan manipulasi data, menekankan aktivita s
klasifikasi dan pembentukan kategori. Sedangkan model Attaining Concept
yang menempatkan keterampilan dasar berpikir sebagai target utama,
B.1 Sintaks
Sintaks menguraikan secara logis rangkaian aktivitas pengajar dan
pebelajar yang disebut fase. Dalam sintaks diuraikan secara rinci alur
pembelajaran yang dilaksanakan. Apa kegiatan pada awal pembelajaran,
bagaimana penyajian informasi dan seting pembelajaran, serta apa kegiatan
di akhir pembelajaran, semua itu dituangkan dalam sintak. Panjang atau
pendeknya sintaks suatu model pembelajaran bergantung kepada beberapa
faktor, yaitu; (1) kesiapan belajar anak, (2) intensitas partisipasi pebelajar
yang diinginkan, (3) jenjang atau kompleksitas kemampuan yang ingin
dibangun, dan (4) kesulitan atau kebaruan bahan ajar. Sebagai contoh,
dalam pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) (Barrett,
Terry. 2005: 15), aktivitas pembelajaran dibagi ke dalam enam fase, yaitu; (1 )
students are presented with a problem, (2) students discuss the problem in a small
Model Pembela ja ran Inkuiri Halaman: 19
group, (3) students engage in independent study on their learning issues outside the
tutorial, (4) students come back to the PBL tutorial(s) sharing information, peer
teaching and working together on the problem, (5) students present their solution to
the problem, (6) students review what they have learned from working on the
problem. Dalam model ini siswa mengonstruksi pengetahuan berdasar
masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Karena itu, siswa harus
melalui tahapan yang panjang untuk mencapai tujuan dari model itu.
Gambar 2.2. Hubungan Kompone n Pe mbe lajaran dan Mode l Pe mbe lajaran
Tabel 2.4. Peran Pengajar dan Pebelajar pada tiap-tiap Fase dalam Inquiry
Training
Fase Peran Pengajar Peran Pebelajar
1 a. Me nje laskan prosedur inquiry Me ngikuti pe nje lasan
b. Me nyajikan ke jadian ganjil Me mpe rhatikan informasi
(tidak biasa)
2&3 a. Me mfokuskan pe belajar pada a. Me ngumpulkan
sasaran utama. informasi
b. Me mpe rluas inquiry pe be lajar b. Me nge rjakan eksperimen
c. Me ngajukan pe rtanyaan
yes-no.
Jika diperhatikan secara cermat peran pengajar maupun pebelajar pada tiap -
tiap fase dalam sintak Inquiry Training ini, maka terlihat bahwa:
(1) mengajukan pertanyaan bukan aktivitas yang eksplisit, tetapi akibat
dari aktivitas yang mendahului, yaitu eksperimen. Karena bertanya
itu bukan aktivitas yang dirancang, akibatnya perilaku pebelajar
mengajukan pertanyaan sulit diukur. Selain itu, perilaku bertanya
tidak akan terdistribusi ke seluruh kelas karena situasi dan bantuan
yag dibutuhkan tiap anak berbeda.
(2) pertanyaan diajukan kepada guru dan hanya sebatas yang dapat
dijawab ya atau tidak (yes no question).
Gambar 2.6. Saling Ke te rkaitan Fase dalam Siklus pPmbe lajaran S iswa De wasa
Sumbe r: David A. Kolb: Expe rie ntial Le arning. Ne w York: Pre ntice -Hall, 1984.
Gambar 3.1. Kaitan antar Te ori yang Me landasi Pe nge mbangan Mode l
Secara garis besar, proses belajar dapat dibedakan dalam dua tahap,
yaitu tahap yang terjadi dalam diri individu yang disebut tahap intra -
personal dan tahap yang melibatkan lingkungan dan disebut tahap inter -
personal. Dalam tahap intra personal ini individu membangun pemahaman
personal melalui tahapan; (1) personal comprehension, (2) tacit pre-
understanding, dan (3) personal belief. Sedangkan tahap inter personal
merupakan tahap ‚implementasi‛ atau pengujian pengetahuan itu dalam
lingkungan yang lebih luas atau kehidupan nyata. Kedua tahap ini bu kan
proses yang terpisah murni (pure splited) tetapi hanya pembagian menurut
intensi proses itu sendiri. Dua tahap proses itu dapat dilihat dalam
pembelajaran yang berseting kelompok. Pada tahap awal, tiap-tiap individu
akan membangun pemahaman berdasar tugas yang dihadapi atau konsepsi
yang diperoleh. Selanjutnya, melalui interaksi dalam kelompok tiap -tiap
individu mengekspresikan pemahaman atau konsepsi awal itu untuk
mendapat ‚penilian‛. Berdasar ilustrasi ini maka tahap intra -personal dan
tahap inter-personal adalah tahap yang terjadi secara b ergantian (alternate).
Kedua proses itu disajikan dalam bagan di bawah ini.
Gambar 3.4. Tahap Pe mrose san Informasi. Dikutip dari: Solso R. L. Hal 65
fungsi f di sekitar c. Pertanyaan ini ada hanya pada topik limit karena
fungsi ini adalah ‚‛ (lebih besar atau sama) berarti dimungkinkan
bisa ‚=‛ (sama dengan). Adakah fungsi f dan g sedemikian sehingga
f ( x) g ( x) x a, b , tetapi f ( x)dx g ( x)dx .
b b
untuk
a a
x2
lim f ( x) 2. Apa perbedaan pokok antara limit dan nilai fungsi?
x 2
Tabel 3.1. Kaitan Level Pertanyaan, Domain Kognitif, dan Peran dalam
Pembelajaran
Domain Peran dalam
Level Nama Sifat
Kognitif pembelajaran
1 Definition Ce nde rung Ingatan, ape rsepsi, pe nanaman
Question te rtutup, pe mahaman pe nge rtian awal.
2 Factual, Topical, Ce nde rung Ingatan, Pe ngungkapan informasi
General te rtutup, pe mahaman faktual.
3 Puzzlement, Ce nde rung Analisis, Me rangsang be rpikir,
Conjectured te rbuka e valuasi, me ndorong aktivitas
kre ativitas konstruksi.
4 Based Ce nde rung Analisis, Me rangsang be rpikir,
Explanation te rbuka e valuasi, me ndorong aktivitas
kre ativitas konstruksi, me ndorong
aktivitas transformasi.
C.2 Pertanyaan Dalam Pembelajaran
Strachan, Dorothy (2007:5) mengorganisasikan fungsi pertanyaan
berdasar alur belajar. Pengorganisasian itu disajikan pada tabel di bawah ini.
x y x 2 y 2 ”.
2
2. “Pada deret tak hingga ar
i 0
i
apa syarat untuk r agar deret itu
konvergen?
3. “Dari konsep limit yang telah kita pelajari, apakah perbedaan limit fungsi
di x=a dan nilai fungsi itu di x=a”.
Gambar 3.8. Lima Dime nsi Be lajar. Dikutip dari: Marzano, R.J 1992. hal. 16
Gambar 3.9. Fase pe me role han Pe nge tahuan. Sumbe r: Marzano, R.J. 1997. hal. 50.
Operasi
Isi Pertanyaan Aktivitas
Kognitif
Oleh karena itu, aspek penting yang perlu dimiliki pebelajar agar
pengetahuan itu memiliki retensi y ang tinggi adalah kebiasaan mental
(mental habits). Menurut Costa, Arthur L. and Kallick, Bena (2008: 16) a Habit
of Mind is a pattern of intellectual behaviors that leads to productive actions. A
Habit of Mind is a composite of many skills, attitudes, cues, past experiences, and
proclivities. Jadi Habit of mind adalah proses komplek yang dibangun
berdasar keterampilan, sikap, isyarat -isyarat tertentu, pengalaman-
pengalaman masa lampau, dan kecenderungan tertentu yang dimiliki
seseorang. Sebagai contoh, (1) ketika seorang anak yang telah belajar tentang
persamaan garis lurus melewati jalan mendaki, maka dalam pikirannya
muncul ‚ide tentang gradien‛, (2) ketika seorang anak yang telah belajar
tentang pengubinan bermain di halaman yang berpaving, maka dala m
pikirannya ingat tentang pengubinan, dan lain -lain. Konsep ‚kebiasaan
mental‛ ini adalah intisari dari dimensi kelima, yaitu Kebiasaan Berpikir
Produktif (Productive Habits of Mind). Kebiasaan berpikir produktif dalam
dimensi belajar ini dikelompokkan ke dalam tiga kategori umum, yaitu; (1)
critical thinking and learning, (2), creative thinking and learning, (3) self regulated
thinking and learning (Marzano, R.J. 1997: 262). Kebiasaan mental untuk tiap-
tiap kategori berpikir itu disajikan dalam tabel di b awah ini.
Tabel 3.5. Kategori Berpikir Produktif.
Pe rilaku Be rpikir Aktivitas
Ha lama n: 64 Posisi Pembelaja ran Ikuiri Menurut Perspektif Teori Belajar
critical thinking Me njadi akurat dan me ncari ke akuratan
and learning Me njadi je las dan me ncari ke jelasan
Me mbiasakan diri be rpikiran te rbuka
Me nge ndalikan ge rakan/tindakan tiba-tiba
Me ne mpatkan diri ke tika situasi me guntungkan
creative thinking Te rlibat inte nsif dalam tugas walaupun
and learning pe nye le saiannya belum langsung tampak
Me ndorong/meningkatkan ke terbatasan pe ngetahuan
atau ke mampuan
Me mbangun, me yakini, dan me mpe rtahankan standar
pe nilaian yang dimiliki
Me mbangun cara pandang terhadap situasi di luar
ke se pakatan standar
self regulated Me nyadari pe mikiran sendiri
thinking and Me mbuat pe rencanaan
learning Me nyadari sumber-sumber yang dibutuhkan
Pe ka te rhadap umpan balik
Me nge valuasi ke e fektifan aktivitasnya
Disarikan dari Marzano, R.J 1992, hal: 131-135
Phase Activity
Confrontation with Explain inkuiri proce dure
Proble m Present discrepant event
Data Gathe ring: Ve rify the nature of object and condition
Ve rification Ve rify the occurance of the proble m situation
Data Gathe ring: Isolate rele vant variable
Expe rime ntation Hypothe size (and te st) causal re lationships
Organizing, Formulating, an Formulate rule or e xplanation
Explanation
Analysis of the Inkuiri Analysis Inkuiri strategy and de velop more
Proce ss e ffe ctive one.
Proses Keterangan
comparing Identifying and articulating similarities and differences
among items
clasifying Grouping things into definable categories on the basis of their
apa maksud kata ‚lim‛. Sedangkan dari situasi (2), maka pertanyaan yang
mungkin muncul antara lain (a), ‚berdasar konsep harga mutlak, xc
adalah bilangan yang tidak negatif, tetapi mengapa masih ditulis 0< xc ,
(b) notasi 0< x c bermakna bahwa x harus berbeda dari c, mengapa x
harus berbeda dari c.
Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi penuntun terjadinya
pemeriksaan mendalam tentang pengetahuan awal yang terbentuk. Jadi
pertanyaan itu berfungsi memperhalus pengetahuan yang masih hipotetik,
dangkal, atau mungkin masih memuat kesalahan yang terbawa dari
pengalaman belajar terdahulu. Karena itu pertanyaan itu harus betul -betul
mendalam dan logis. Pertanyaan dikatakan mendalam apabila didasari
argumen yang valid. Pertanyaan-pertanyaan yang merupakan representasi
dari masalah pokok dalam topik itu kemudian dibahas secara detail. Karena
itu, setelah pertanyaan-pertanyaan itu terbentuk maka aktivitas
pembelajaran dipusatkan kepada mencari pemecahannya. Untuk
menemukan pemecahan terhadap pertanyaan itu, maka pebelajar perlu
membangun interaksi. Dalam interaksi it u pebelajar mengungkapkan
gagasan secara argumentatif, mengembangkan sudut pandang,
mengapresiasi pemikiran yang heterogen, membangun sikap memberi dan
menerima, serta saling memberi motivasi.
Kita ketahui bahwa konsep-konsep matematika itu bersifat hirarkis
dalam sistemnya. Karena itu pemahaman pebelajar pada tiap -tiap topik
harus terinternalisasi. Untuk itu diperlukan aktivitas yang dapat
memantapkan pemahaman pebelajar tentang materi yang telah dipelajari.
Pe ndahuluan
Ape rse psi/review Me njaga ke sinambungan
(Awal)
Manaje men ke las mate ri
Pe ndistribusian tugas
Me nyampaikan Indikator Me mbe ri arah te ntang
pe mbe lajaran targe t yang akan dicapai
Pe nyajian Pe nyajian informasi Pe ngondisian konstruksi
informasi dan pe mbe lajaran ole h pe ngajar pe mahaman awal
E. Sistem Sosial
Untuk menjamin bahwa sebuah desain bisa berjalan, maka
diperlukan lingkungan yang kondusif, peran -peran yang spesifik dari tiap-
tiap agen pembelajaran, dan pengorganisasian kegiatan yang terukur.
Karena itu, diperlukan pengaturan terhadap aspek-aspek esensial yang
terkait dengan jalannya pembelajaran. Aspek-aspek esensial yang dimaksud
ekspesi dalam tanda sigma itu menyatakana apa, coba cermati lagi‛.
Dalam meminta bantuan, tidak tertutup kemungkinan masalah
yang ditanyakan pebelajar adalah masalah pokok dalam bahasan itu. Jika
pertanyaan pebelajar dipandang sebagai salah satu masalah pokok, maka
pebelajar diminta menuliskan pertanyaan itu pada tempat yang tersedia dan
menjadikanya bahan diskusi pada fase diskusi. Sedangkan jika arah inkuiri
pebelajar dinilai ‚menyimpang‛ maka dosen dapat meminta mereka
membaca kembali dengan cermat perintah atau pertan yaan dalam LKM.
Secara prinsip, bantuan yang diberikan pengajar tidak melemahkan
interaksi antar pebelajar, tidak mereduksi rasa ingin tahu pebelajar, dan
tidak menghilangkan orisinalitas pemikiran pebelajar.
G. Sistem Pendukung
Ciri penting atau esensial dalam pembelajaran pada jenjang
pendidikan tinggi adalah kemandirian, adanya rasa tanggung jawab,
progresif (maju berkelanjutan), mencari pilihan atau alternatif, dan memiliki
tujuan yang spesifik. Ciri-ciri ini menuntut adanya ‚pendukung‛ yang
padan (matching) untuk menjamin keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan
pembelajaran. Pendukung yang dimaksud di sini antara lain; (1) lin gkungan
pembelajaran, (2) sumber-sumber belajar, (3) bahan-bahan belajar, (4)
kompetensi pengajar, (5) ‚etos‛ kerja pebelajar, (6) penilaian hasil belajar,
dan (7) tindak lanjut terhadap hasil dan pengalaman belajar itu. Kondisi dari
pendukung belajar itu dijabarkan dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Sistem Pendukung Pembelajaran Inkuiri
Aspek Kondisi yang diperlukan