Anda di halaman 1dari 29

DOKUMEN ASLI

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN


INSTALASI RAWAT INTENSIF (IRI)/
INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RUMAH SAKIT

RSUD TOBELO
KABUPATEN
HALMAHERA UTARA
2018
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi Rawat Intensif (IRI) / Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari
rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. IRI/
ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat
dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat
pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan anestesi
sampai ke masa pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu
ruangan khusus dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi sampai
sadar dan stabil fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat anestesi.
Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan
pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca
bedah.
Evolusi IRI/ICU bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di Scandinavia pada
sekitar awal tahun 1950, dijumpai kematian yang disebabkan kelumpuhan otot-otot
pernafasan. Dokter spesialis antologi yang dipelopori oleh BjØrn Ibsen pada waktu itu,
melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas secara manual mirip yang
dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran dan
sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan pasien poliomelytis bulbar dan
bahkan menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40%, disbanding dengan cara
sebelumnya yakni penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun
1952 Engstrom membuat ventilasi mekanik bertekanan positif yang ternyata sangat
efektif member pernafasan jangka panjang. Sejak saat itulah ICU dengan perawatan
pernapasan mulai terbantuk dan tersebar luas.
Pada saat ini, IRI/ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah
atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive
care medicine.

1
Pedoman Pelayanan ICU 2019

Ruang lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti


pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada
pasien dewasa ataupun pasien anak.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan
harus dapat memberikan pelayanan IRI/ICU yang professional dan berkualitas. Dengan
mengedepankan keselamatan pasien. Pada instalasi rawat intensif (IRI/ICU), perawatan
untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri
dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multidisplin
yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Selain dukungan
itu sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan
pelayanan IRI/ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukanya tenaga khusus,
terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi,
keberadaan IRI/ICU perlu dikonsentrasikan.

B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan Umum
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien.
b. Tujuan Khusus
1) Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU dirumah sakit
2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU dirumah sakit
3) Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU dirumah sakit

C. Ruang Lingkup Pelayanan.

Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU adalah sebagai berikut :

1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam


nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa
hari;
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik problema dasar;
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik; dan
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung
pada alat/mesin dan orang lain.

2
Pedoman Pelayanan ICU 2019

Bidang kerja ICU meliputi pengelolaan pasien dan administrasi unit. Kebutuhan dari
masing-masing bidang akan bergantung dari tingkat pelayanan tiap unit.

1. Pengelolaan pasien langsung


Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh dokter intensivis dengan
melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis, menjadi ketua
tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut merawat pasien. Cara
kerja demikian mencegah pengelolaan yang terkotak-kotak dan menghasilkan
pendekatan yang terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.
2. Administrasi unit
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang menjamin
pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk tercapainya tugas ini
diperlukan partisipasi dokter inventaris pada aktivitas manajemen.

D. Batasan Operasional.

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan
Standar Prosedur Operasional.

Pelayanan ICU
Pelayanan ICU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti pernapasan,
kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien dewasa
ataupun pasien anak.

E. Landasan Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut:
1. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal RS
2. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan
3. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU Derektorat Keperawatan dan Teknisian
Medik, Depatemen Kesehatan RI 2006
4. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
5. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
6. KMK No 1778/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.

3
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia.

Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di IRI / ICU harus mempunyai pengetahuan
yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen
terhadap waktu.

B. Tenaga Medis.
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi
berikut :

a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui program


pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.

b. Menunjang kualitas pelayanan IRI/ICU dan menggunakan sumber daya IRI/ICU


secara efesien.

c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan IRI/ICU

d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7


hari/minggu

e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :

 Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal,


trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
 Mengambil kateter intravaskuler untk monitoring invasive maupun terapi
invasif misalnya; peralatan monitoring, termasuk : Kateter vena central (CVP).
 Mengambil sampel darah arteri
 Resusitasi jantung paru
 Pipa torakostomi

f. Melaksanakan dua peran utama :


a. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di IRI /
ICU , menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola

4
Pedoman Pelayanan ICU 2019

pasien, dokter intensivis dapat mengelola sendri IRI / ICU atau berkolaborasi
dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu mengelola pasien sakit
kritis dalam kondisi seperti :
a) Hemodinamik tidak stabil
b) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilasi mekanis.
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
d) Gangguan atau gagal ginjal akut
e) Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa
f) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

b. Manajemen Unit.
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit
yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan IRI / ICU yang efisien,
tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :
a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan
termasuk supervisi koleksi data.
d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin
kelancaran pelayanan di IRI / ICU
e. Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine.
f. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature
kedokteran.
g. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan.
h. Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia
untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.

C. Tenaga Keperawatan
IRI/ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
Jumlah perawat di IRI/ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan
ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien 2:1 yang
menggunakan ventilasi mekanik, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang
tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.

5
Pedoman Pelayanan ICU 2019

D. Distribusi Ketenagaan

KUALIFIKASI FORMAL &


NAMA JABATAN FUNGSI JLH SDM
INFORMAL
Spesialis anastesiologi
Ka. Instalasi IRI / ICU Managerial 1
Pelatihan ACLS dan ATLS
S1.Ns/D3 keperawatan

Pelatihan ICU
Ka. Ruangan IRI / ICU Managerial 1
Pelatihan manajemen ruang
perawatan/bangsal

Melakukan
S1.Ns/D3 keperawatan
Administrasi
keperawatan &
Penanggung jawab shift Pelatihan BTCLS 2
bertanggung jawab
Pelatihan ICU
teradap kelancaran
tugas dalam shift.
S1.Ns/D3 keperawatan
Melakukan
tindakan-tindakan
Perawat Pelaksana Pelatihan BTCLS 15
keperawatan sesuai
Pelatihan ICU
SPO

E. Pengaturan Jaga / Dinas

Jam dinas:

1. Dinas Pagi : 08.00-14.00


2. Dinas Siang : 14.00-20.00
3. Dinas Malam : 20.00-08.00
4. Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus kegawatan IRI/ICU
5. Dokter Spesialis Konsulen siap 24 jam yang siap menangani kasus kegawatan di
IRI/ICU
6. Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus di IRI/ICU (terjadwal).

6
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah

7
Pedoman Pelayanan ICU 2019

B. Lingkup Sarana Pelayanan


Merupakan instalasi untuk perawatan pasien yang dalam keadaan sakit berat,
sesudah operasi berat yang memerlukan secara intensif pemantauan ketaatan dan tindakan
segera. Instalasi ICU (Intensive Care Unit) merupakat unit pelayanan khusus di rumah sakit
yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam.

Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas


No Nama Ruangan Fungsi Besaran Kebutuhan fasilitas
Ruang/
Luas
1 Loker Perawat Tempat ganti pakaian, 6-9 m2 Lemari Loker
(Ruang ganti) meletakan sepatu/alas
kaki sebelum masuk
daerah rawat pasien dan
sebaliknya setelah keluar
dari daerah rawat pasien,
yang diperuntukan bagi
staf medis maupun non
medis dan pengunjung.

2 Ruang Perawat Ruang Jaga Perawat/ 9-16 m2 Sofa, meja dan kursi
Nurse Station

3 R. Dokter Ruang Kerja 9-16 m2 Sofa dan meja/kursi

4 Daerah rawat Peralatan ICU di RS


pasien ICU : Kelas C terdiri dari:

a. Daerah rawat Ruang tempat tidur Min. 12 m2/tt Monitor vital sign,
pasien non berfungsi untuk merawat Analisa Gas Darah,
isolasi pasien lebih dari 24 jam, Mesin EKG 1,
dalam keadaan yang Mechanical
membutuhkan Ventilator, Tempat
pemantauan khusus dan tidur pasien, 1 set
terus menerus. alat resusitasi;
alat/sistem
pemberian oksigen

8
Pedoman Pelayanan ICU 2019

b. Daerah rawat Kamar yang mempunyai Min. 16 m2/tt (nasal canule;


pasien isolasi kekhususan teknis simple face mask;
sebagai ruang perawatan nonrebreathing face
intensif yang memiliki mask); 1 set
batas fisik modular per laringoskop dengan
pasien, dinding serta berbagai ukuran
bukaan pintu dan jendela bilahnya; berbagai
dengan ruangan ICU ukuran pipa
lainnya. endotrakeal dan
konektor; berbagai
ukuran orofaring,
pipa nasofaring,
sungkup laring dan
alat bantu jalan
nafas lainnya;
berbagai ukuran
introduser untuk
pipa endotrakeal
dan bougies; klem;
forsep magill;
beberapa ukuran
plester/pita perekat
medik; gunting;
suction yang setara
dengan ruang
operasi; tournique,
CVP set, Infus dan
syringe pump,
Blood/Fluid warming
devices, kasur
decubitus.

9
Pedoman Pelayanan ICU 2019

C. Standar Fasilitas.
Standar Fasilitas Peralatan IRI/ICU

Standar IRI /
No Jenis Kelengkapan ICU primer Jumlah Yg Dimiliki

1 Ventilasi mekanik Sederhana 6

2 Alat hisap (Suction) /Bed Ada 4

7 (5 Bed untuk pasien


noninfeksius & 2 Bed
3 Tempat Tidur Pasien (Bed) Ada untuk pasien infeksius)

4 Defibrilator Ada 1

5 Syringe Pump Ada 4

6 Warm Blanket Ada 1

7 Infus Pump Ada 4

18 EKG Ada 1

9 Lemari Steril Ada 1

10 Tabung O2 Portable Ada 1

11 Kasur Dekubitus Ada 5

12 Analisa Gas Darah, Ada 1

Standar Alat Keperawatan Di Ruang IRI / ICU.


 Standar Linen Bidang Keperawatan Di Ruang IRI/ICU.
 Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan.
 Standar Alat Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang IRI.

10
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Falsafah
a. Etika Kedokteran
Berdasarkan falsafah dasar “saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan
pasien, tidak merugikan pasien dan berorientasi untuk dapat secara optimal,
memperbaiki kondisi kesehatan pasien”.
b. Indikasi yang benar
Pasien yang dirawat di ICU adalah :
1) Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care.
2) Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
kontan dan metode terapi titrasi.
3) Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera
untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.
c. Kerja sama multidisipliner dalam masalah medik kompleks.
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan
dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya sesuai
dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di dalam tim yang dipimpin oleh
seorang dokter intensivis sebagai ketua tim.
d. Kebutuhan pelayanan kesehatan pasien.
Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup
untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungs
pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain,
dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.
e. Peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim.
Dengan mengingat keadaan pasien seperti yang disebutan pada butir b dan d di
atas, maka sistem kerja tim multidisiplin adalah sebagai berikut:
1) Sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien
sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi.
2) Kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan
anggota tim lainnya.

11
Pedoman Pelayanan ICU 2019

3) Kepala ICU berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan


usulan-usulan anggota tim.
f. Asas prioritas
Setiap Dokter dapat memasukkan pasien ke ICU sesuai dengan indikasi masuk ke
ICU yang benar. Karena keterbatasan jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku asas
prioritas dan indikasi masuk.
g. Sistem manajemen peningkatan mutu terpadu
Demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ICU, diperlukan
tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas
utamanya memberikan masukkan dan bekerja sama dengan staf struktural ICU
untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan ICU
h. Kemitraan profesi
Kegiatan pelayanan pasien di ICU di samping multidisiplin juga antar profesi, yaitu
profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil optimal maka
perlu peningkatan mutu SDM secara berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup
semua profesi.
i. Efektivitas, keselamatan dan ekonomis
Unit pelayanan ICU mempunyai ciri biaya tinggi, teknologi tinggi, multi disiplin dan
multi profesi berdasarkan asas efektivitas, keselamatan dan ekonomis.

B. Indikasi Masuk dan Keluar ICU


ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan ICU diperuntukkn dan
ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan dari pelayanan adalah
memberikan pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah fragmentasi
pengelolaan.
Sebelum pasien masuk ke ICU , pasien dan/atau keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapat perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin
selama pasien dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala ICU atau
Dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan /atau keluarganya dapat
menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di ICU. Persetujuan dinyatakan
dengan menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu Rumah Sakit,
diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan

12
Pedoman Pelayanan ICU 2019

akan pelayanan ICU lebih tinggi dari kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.
Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan pasien di ICU.
Kepala ICU akan menetukan kondisi pasien yang masuk ICU berdasarkan prioritas
kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU .

A. Kriteria Masuk
1. Pasien dengan Prioritas
a. Pasien Prioritas 1 (satu)
Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
monitoring yang tidak bisa dilakukan di ruang rawat inap yang lain :
 Pasien yang memerlukan bantuan ventilator, obat vassopresor kontinu.
 ARDS, Syok, hemodinamik tidak stabil
b. Pasien Prioritas 2 (dua)
Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan terapi
intensif segera.
 Misalnya pasien dengan kronik kormobid disease eksaserbasi akut yang
berat secara medis atau bedah, monitoring hemodinamik post operatif.
c. Pasien Prioritas 3 (tiga)
Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani terapi
untuk kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau resusitasi jantung
paru.
 Keganasan dengan metastase komplikasi dengan infeksi,
tamponade jantung atau obstruksi jalan nafas.
d. Pasien Prioritas 4 (empat)
1. Pasien dengan manfaat minimal perawatan ICU karena penangan dapat
di lakukan diluar ICU. Contoh : Pascah pembedahan vaskuler perifer,
pasein diabethes KAD dengan hemodinamik stabil, penyakit jantung
kongestif ringan.
2. Pesien dengan panyakit terminal dan ireversibel dengan ancaman
kesadaran. Pasien – pasien yang termaksud kriteria ekslusi perewatan
ICU.

2. Diagnosis Penyakit Yang Layak Untuk Rawat Di ICU

1. Cardiac System
 Acute myocard infarction with complications

13
Pedoman Pelayanan ICU 2019

 Cardiogenic shock
 Complex arrhythmia
 Acute congestive heart failure with respiratory failure
 Hypertensi emergensi
 Unstable angina, dysrhytmia, hemodinamik instability,
persistent chest pain
 Cardiac arrest
 Cardiac tamponade or constriction with hemodynamic
instability
 Dissecting aortic aneurysms
 Complete heart block
2. Pulmonary System
 Acute respiratory failure requ IRI / ICU ng ventilator support
 Pulmonary emboli with hemodynamic instability
 Patient inan intermediate care unit who are demonstrating respiratory
deterioration
 Massive hemoptysis
 Respiratory failure with imminent intubation
3. Neurologic Disorders
 Acute stroke with altered mental status
 Coma metabolic, toxic or antoxic
 Intracranial hemorrhage with potential for herniation
 Acute subarachnoid hemorrhage
 Meningitis with altered mental satatus or respiratory compromise
 Central nervous system or neuromuscular disorder with deteriorating
pulmonary function
 Status epilepticus
 Brain dead or potentially brain dead, managed while determining
organ donation status
 Vasospasm
 Severe head injury
4. Drug Ingestion and drug overdose
 Hemodinamically unstable drug ingestion
 Drug ingestion with significantlyaltered mental status with inadequate
airway protection

14
Pedoman Pelayanan ICU 2019

 Seizures following drug ingestion


5. Gastrointestinal Disorder
 Life threatening gastrointestinal bleeding
 Fulminant hepatic failure
 Severe pancreatitis
 Esophageal perforation
6. Endocrine
 Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic instability, altered
mental status, respiratory insufficiency, or severe acidosis
 Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability
 Coma hyperosmolar state
 Hypo or hypernatremia with seizure
 Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness
 Hypo or hypermagnesemia with hemodynamic compromise or
dysrhytmias
 Hypophosphatemia with muscular weakness.
7. Surgical
 Post operative patients requ IRI / ICU hemodynamic
monitoring/ventilator support or extensive nursing care.

8. Miscellaneous
 Septic shock with hemodynamic instability
 Hemodinamic monitoring
 Environment injuries
 New/ experiment therapies with potensial complication

B. Pengaturan Kujungan Pasien IRI / ICU


Pengunjung pasien yang dirawat di ICU, tidak diperkenankan masuk ke ICU dengan
bebas. IRI / ICU memiliki jam besuk yang dimana jam besuk merupakan waktu yang
telah ditetapkan agar keluarga pasien dapat menjenguk pasien. Tujuannya agar
ruang IRI / ICU tetap steril dan perawatan terhadap pasien lebih optimal dan efektif
untuk membantu preoses penyembuhan pasien. Pengunjung pasien ICU minimal 2
orang dan masuk secara bergantian satu dengan yang lainnya.
Jadwal besuk pasien, Siang : 11.00 – 12.00 WIT
Sore : 17.00 – 18.00 WIT

15
Pedoman Pelayanan ICU 2019

C. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari IRI / ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala IRI / ICU dan tim yang merawat pasien. Berdasarkan kriteria sbb :
1. Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi perawatan
intensif, atau terapi mengalami kegagalan, atau tidak memberikan hasil pada
pasien, sedangkan pasien tidak menggunakan mekanis khusus. Misalnya :
Pasien mengalami MBO, penyakit stadium akhir.
2. Pasien dipindahkan apabila penyakit/ keadaan pasien telah membaik dan cukup
stabil sehingga tidak memerlukan terapi/ pemantauan intensif lebih lanjut.
3. Pasien Prioritas III dikeluarakan dari ICU bila pasien yang sakit kritis dengan
kondisi fisiologi yang menurun dan tidak ada rencana intervensi bedah/ non
bedah lebih lanjut.
4. Pasien/ Keluarga menolak untuk di rawat lebih lanjut (keluar paksa).
5. Pasien hanya memerlukan obsrevasi intensif saja, sedangkan ada pasien lain
lebih membutuhkan terapi dan observasi intensif.

D. Persiapan Penerimaan Pasien.


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan
pelayanan IRI/ICU yang aman dan mengutamakan keselamatan pasien.
Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-
faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.
Indikator pelayanan IRI/ICU yang digunakan adalah sistem skor prognosis dan
keluaran dari IRI/ICU . Sistem skor prognosis dibuat dalam 24 jam pasien masuk
ke IRI/ICU . Contoh sistem skor prognosis yang dapat digunakan adalah APACHE
II, SOFA skor. Rerata nilai skoring prognosis dalam periode tertentu
dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah
angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap rerata
nilai scoring prognosis.

E. Prosedur Medik
 Pemasangan CVP
 Intubasi dan perawatannya
 Ekstubasi
 Balance cairan
 Penilaian kematian batang otak

16
Pedoman Pelayanan ICU 2019

 Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik


 Penggunaan ventilator mekanik

F. Pengunaan Alat Medik


 Syringe pump
 Infusion pump
 Suction
 Defibrilator

G. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan

Catatan IRI / ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di IRI / ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.

Pencatatan menggunakan status khusus IRI/ICU yang meliputi pencatatan


lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di IRI/ICU, data tanda vital,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya) secara berkala,
jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah cairan
tubuh yang keluar dari pasien.

Pelaporan pelayanan IRI/ICU terdiri dari IRI/ICU dari jenis indikasi pasien masuk
sertajumlahnya, system skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis,
hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau meninggal)
dari IRI/ICU.

17
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB V
LOGISTIK

A. Pengadaan Operasional

Program pengendalian logistik disusun untuk mengatur kegiatan pengadaan dan


pemeliharaan barang, alat, obat dan alkes Instalasi Intensive Care Unit yang disusun setiap
tahun mengacu pada kebutuhan tahunan dan dilaporkan dalam laporan tahunan. Kelompok
barang logistik adalah alat medik dan keperawatan, alat elektromedik, alat kantor, alat
rumah tangga dan alat habis pakai.
Tujuan pengadaan logistik adalah agar pengadaan kebutuhan akan barang terencana dan
terpantau dengan baik, sehingga tercapai efesiensi dan penghematan biaya serta
kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Program pengendalian logistik meliputi alat elektromedik, alat medik dan
keperawatan, alat tulis kantor, alat rumah tangga dan alat habis pakai.
Instalasi Intensive Care Unit dalam memberikan pelayanan membutuhkan
alat/instrument bedah, obat-obatan dan alat tulis kantor, yang berguna dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dan mendukung pekerjaan yang bersifat
administrasi di dalam kamar bedah. Kebutuhan tersebut dipenuhi oleh bagian logistik,
yang meliputi :

A. Logistik farmasi.
1. Perencanaan
Ruang ICU RSUD merencanakan kebutuhan alkes disposible dan obat-obatan pada
setiap semester pertama dan kedua, yang kemudian dirangkum dalam kebutuhan
setahun,
2. Pengadaan
Ruang ICU kegiatan untuk mengadakan barang dan obat-obatan logistik farmasi
yang telah direncanakan.
3. Penyimpanan
Ruang IRI/ICU melakukan penyimpanan barang-barang atau obat-obatan
berdasarkan pada :
a. Obat-obatan narkotik disimpan dalam lemari yang khusus double lock dengan
kunci dipegang oleh dua petugas
b. Obat-obatan larutan pekat dikunci dilemari yang telah diberi tanda.
c. Obat-obatan yang digunakan untuk emergency disimpan dalam trolley
emergency.

18
Pedoman Pelayanan ICU 2019

d. Alkes disposable dan alat-alat penunjang disposable dipisahkan dan disimpan di


lemari kaca.
e. Obat-obatan yang perlu disimpan pada suhu tertentu, maka disimpan dalam
lemari kulkas.
4. Pendistribusian
Setiap petugas IRI/ICU bertanggung jawab dalam hal pencatatan pemakaian yang
telah dipakai saat melakukan tindakan, kemudian diberikan ke petugas farmasi
IRI/ICU yang bertugas.

B. Logistik umum
1. Perencanaan
ICU merencanakan kebutuhan rumah tangga, alat tulis kantor, dan dilakukan setiap
semester pertama dan kedua, selanjutnya perencanaaan kebutuhan disesuaikan
dengan jadwal logistik umum dimana permintaan barang kebutuhan rumah tangga,
alat tulis kantor dan biomedik dilakukan seminggu dua kali.
2. Pengadaan
ICU melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik umum yang telah
direncanakan.
3. Penyimpanan
Barang-barang logistik disimpan dalam lemari sesuai dengan jenis barang, mudah
terjangkau.
4. Pendistribusian
Semua barang yang ada dilakukan inventaris dan pencatatan barang yang terpakai.

C. Logistik Linen
1. Perencanaan
ICU merencanakan kebutuhan linen hal ini dilakukan setahun sekali, selanjutnya
perencanaaan disesuaikan kebutuhan dan permintaan sesuaikan dengan jadwal dari
logistik linen.
2. Pengadaan
ICU melakukan kegiatan untuk mengadakan barang logistik linen yang telah
direncanakan.
3. Penyimpanan
Linen IRI/ICU disimpan di lemari linen. Dalam fungsi penyimpanan logistik ada
beberapa hal yang menjadi alasan dan perlu perhatian adalah :
1. Untuk mengantisipasi keadaaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara tepat dan akurant.

19
Pedoman Pelayanan ICU 2019

2. Untuk menghindari kekosongan barang (out of stock).


3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga bahan.
4. Untuk menjaga agar kualiitas bahan dalam keadaan siap pakai.
5. Untuk mempercepat pendistribusian.

20
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat,
kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan
(KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan
pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).

21
Pedoman Pelayanan ICU 2019

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara


komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analis agar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan
pada sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus


diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut
di atas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit.
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.

22
Pedoman Pelayanan ICU 2019

9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah


sakit dan kejadian tidak diharapkan.

D. Tata Laksana Keselamatan Karyawan


Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi,
yaitu:

1. Menganggap bahwa pasien dimanapun maupun di IRI/ICU juga dapat menularkan


penyakit.
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki
tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang
ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus, dll .
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang sesuai stansar RS
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
a. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).
b. Flu burung
9. Kewaspadaan standar karyawan / petugas IRI / ICU dalam menghadapi penderita
dengan dugaan flu burung adalah :
 Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat selama
± 5 menit, yaitu dengan menyikat selruh telapak tangan maupun punggung
tangan.
 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila diperlukan)
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
 Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

23
Pedoman Pelayanan ICU 2019

E. Sasaran Keselamatan Pasien Pada Pelayanan Intensif di Rumah Sakit


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak
awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang
diterima oleh pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur: Write
back, Read back dan Repeat Back (reconfirm).
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan
atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
4. Kepastian tepat – lokasi, tepat – prosedur, tepat – pasien operasi
Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum tindakan
pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di lokasi yang
akan dibedah pada semua pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Tepat
lokasi adalah melaksanakan tindakan pembedahan secara tepat pada lokasi yang
diharapkan. Tepat prosedur adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Tepat pasien adalah melaksanakan
tindakan pembedahan sesuai dengan pasien yang tepat yang terjadwal operasi
(perawat harus selalu melakukan identifikasi pasien sebelum pasien dimasukkan
kamar operasi).
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi
saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan
dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain
adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien yang tidak
direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada
seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh
yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke,
pingsan, dan lainnya.

24
Pedoman Pelayanan ICU 2019

F. Standar Patient Safety

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan IRI / ICU adalah :

1. Ketepatan
 Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang, salah
pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis
kelamin, salah
 Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien yang masuk
ke rawat inap terpasang gelang identitas
2. Komunikasi SBAR
 Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode SBAR
3. Medikasi
 Ketepatan pemberian : Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah
obat, salah dosis, salah jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket,
salah pasien.
 Ketepatan Transfusi : Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah
identitas pada permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien
4. Pasien jatuh : Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di IRI / ICU .

25
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

A. Standar Pelayanan Minimal.


 Pemberi Pelayanan Intensif.

Judul Pemberi Pelayanan Intensif

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan intensif

Pemberi pelayanan intensif adalah dokter spesialis, dokter umum


Definisi dan perawat yang mempunyai kompetensi sesuai yang
Operasional dipersyaratkan dalam persyaratan kelas rumah sakit

Frekuensi
Pengumpulan Tiap bulan sekali
Data

Periode
Analisa Tiap bulan sekali

Numerator Jumlah tim yang tersedia

Denominator Tidak ada

Sumber data Unit Pelayanan Intensif

Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit

Penanggung
jawab
pengumpul
data Kepala Instalasi IRI / ICU atau Petugas Pengumpul data

Indikator mutu lainnya :


 Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang IRI / ICU
 Ketersediaan Tempat Tidur Dengan Monitoring Dan Ventilator
 Kepatuhan Terhadap Hand Hygiene
 Kejadian Infeksi Nosokomial Di Ruang IRI / ICU
 Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama <
72 Jam.

26
Pedoman Pelayanan ICU 2019

BAB VIII
PENUTUP
Pedoman pelayanan IRI / ICU di rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan
bagi seluruh petugas pemberi layanan yang menyelenggarakan pelayanan pada pasien IRI /
ICU. Berdasarkan klasifikasi sumber daya,sarana, prasarana dan peralatan pelayanan IRI /
ICU di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai IRI / ICU primer.

Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan
sesuai dengan ketentuan pedoman standar IRI / ICU sesuai dengan situasi dan kondisi yang
kondusif bagi setiap program pengembangan layanan IRI / ICU di rumah sakit .

Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di IRI / ICU perlu adanya
penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur tetap di unit layanan IRI
/ ICU sehingga hambatan dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan bisa diminimal.

27

Anda mungkin juga menyukai