Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

A. KONSEP MEDIS
1) Pendahuluan
Masa post partum sering dikenal dengan masa nifas atau masa puerperium Meskipun
masa post partum terjadi dalam waktu enam minggu, tetapi lamanya masa ini bervariasi
pada setiap ibu, Pemberian perawatan selama masa ini sangat bermanfaat bagi ibu post
partum, bayinya, serta keluarganya.

2) Pengertian
1. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa ketika organ-organ reproduksi
kembali pada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam
minggu.
2. Periode post partum merupakan masa kelahiran bayi sampai dengan kembalinya
organ reproduksi sebelum melahirkan. Periode ini berkenaan dengan puerperium atau
kala IV masa persalinan .
3. Post partum merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum kehamilan. Lama post partum ini
antara 6-8 minggu.
Jadi, masa post partum ini adalah masa-masa antara kelahiran bayi sampai dengan
kembalinya organ reproduksi seperti sebelum melahirkan. Masa post partum juga
merupakan masa pemulihan organ reproduksi yang lamanya antara 6-8 minggu.
Pada 1 sampai 2 jam pertama setelah melahirkan disebut juga sebagai tahap keempat
proses melahirkan (Kala IV). Periode ini merupakan waktu yang penting bagi ibu dan
bayi baru lahir (BBL). Masa ini tidak hanya perlu untuk memulihkan dari proses fisik,
tetapi juga menjadi tahap pengenalan bagi ibu, bayi, dan anggota keluarga lainnya
(bonding attachment).
3) Periode post partum
Periode Post partum dibagi menjadi tiga periode, yaitu sebagai berikut :
1. Periode pertama dinamakan puerperium dini, yaitu peeriode pemulihan dimana ibu
telah diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan.
2. Periode kedua dinamakan puerperium intermedial, yaitu pemulihan meyeluruh alat-
alat genetalia yang lamanya antara 6-8 minggu.
3. Periode ketiga dinamakan remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sempurna, terutama bila selama hamilatau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk menjadi sehat sempurna bisa memakan waktu berminggu-
minggu, brbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun

4) Perubahan Psikologi Selama Post partum


Perubahan psikologi yang dialami ibu selama post partum :
1. Fase Taking In ( Periode Tingkah Laku ketergangtungan )
Pada fase ini, ibu merasa kecapean setelah melahirkan , masih fokus pada keadaan
dirinya, belum berminat untuk merawat bayinya
2. Fase Taking Hold ( Periode Antara Tingkah Laku Mandiri dan Ketergantungan )
Pada fase ini, ibu mulai tertarik untuk merawat bayinya.
3. Fase Letting Go ( Periode Kemandirian dalam peran Baru )
Pada Fase ini, ibu mulai dapat membagi peran sebagai ibu bagi anak-anaknya,
sebagai seorang istri dan sebagai pekerja jika mereka bekerja di luar rumah

5) Perubahan Fisologis Ibu Post partum


1. Sistem Reproduksi
a). Uterus
Proses kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut
involusi . Uterus berinvolusi dengan cepat setelah ibu melhirkan. Uterus kembali ke
ukuran normal dalam waktu 6-8 minggu . Setelah kala III seleaai, uterus berada pada
pertengahan abdomen dan sekitar 1 cm di bawah umbilikus . Dua belas jam setelah
melahirkan, tinggi fundus kira-kira 2 cm dibawah umbilikus. Ukuran uterus pada
minggu pertama post partum adalah 500 gram, minggu kedua 350 gram, dan minggu
keenam post partum adalah 50-60 gram.

Tabel Involusi Uterus pada Masa Post Partum

InvolusUteri Tinggi Fundus Bobot Uterus Diameter


Uteri Uterus
Plasenta Setinggi Pusat 1000 gram 12,5 cm
Lahir
7hari Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
(minggu 1) dan simpisis
14hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

b) Lokhea
Lokhea terbagi menjadi tiga tahap, yaitu lochea rubra, lochea serosa dan lokhea alba.
I. Lochea Rubra
Lochea rubra merupakan lockhea yang keluar pada hari pertama sampai dengan hari
ketiga. Lokhea rubra berwarna merah terang yang terdiri atas darah dengan sejumlah
kecil lendir, desidua, debris tropoblast, dan sisa sel dari tempat plasenta.
II. Lochea Serosa
Lochea serosa keluar setelah 3-4 hari dan berwarna pucat/merah muda. Lochea
serosa merupakan darah encer, terjadi sering dengan perdarahan dari endometrium
berkurang, terdiri atas darah tua, serum, leukosit, dan jaringan debris/sisa jaringan.
Kondisi ini berlangsung sampai dengan 10 hari setelah melahirkan.
III. Lochea Alba
Pada hari kesepuluh, lokhea menjadi cairan putih kekuningan/coklat keputih-putihan
yang lebih encer dan lebih transparan. Lokhea ini terdiri atas leukosit desidua, sel-sel
epitel, serum, dan mukus. Lokhea ini dapat berlanjut sampai dengan 2-6 minggu
c) Seviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

d) Vagina dan perineum


Vagina dan perineum mengalami perubahan setelah post partum yaitu akan
kembali seperti semula pada 6-8 minggu setelah melahirkan , Rugae akan kembali setelah
empat minggu melahirkan meskipun tidak sejelas rugae pada nulipara.
Ada penilaian REEDA untuk luka pada perineun adalah sebagai berikut :
1. Pada minggu pertama post partum jumlah skor REEDA biasanya dalam rentang 0-3
2. Pada minggu kedua post partum jumlah skor berada pada rentang 0-1. Artinya
bahwa luka perineum sudah tidak memiliki tanda-tanda kemerahan, pembengkakan,
kebiruan, pengeluaran dari luka yang tidak berupa darah, serta keadaan jahitan yang
semakin menutup

Penyembuhan luka perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor . Secara umu. Ada dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal antara lain fase
penyembuhan dan ketahanan tubuh dalam mengelolah sistem imun, sedangkan faktor
eksternalnya antara lain nutrisi dan cara melakukan perawatan perineum

2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu

Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan


alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga merangsang kolostrum sesudah
kelahiran bayi ketika kadar hormone esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya
kenaikan kadar hormone prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.

3. Perubahan system Pencernaan


Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau 2 jam
setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal dikarenakan
kekurangan bahan makanan selama persalinan dan pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena :
o Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
o Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh kepala bayi
o Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring

5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal


Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang setelah
kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.

6. Perubahan Sistem Endokrin


Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan chorionia
gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah tidak terdeteksi lagi.
Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun dengan cepat dalam 3 hari pertama
masa nifas. Diantara wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.

7. Perubahan Tanda-tanda Vital


Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat naik
0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12 jam pertama
melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat terjadi bradikardi, bila
takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis
pada perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.

8. Perubahan system kardiovaskuler


Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2
minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan peningkatan
factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh
peningkatan aktifitas fibrinolitik.

9. Perubahan Sistem Hematologik


Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi patologis jika
wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-
gejala depresi ringan sampai berat.

6) Perawatan Post partum

1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3
jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan
sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya
tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum,
mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupun perektal.
Dengan melakukan mobilasasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat
diatasi.
5. Perawatan payudara
o Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi
o Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap
menyusui agar putting selalu sering tertarik.
o Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres
hangat/dingin, pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
o Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang
terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang
menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau
bayi mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih
sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang
dengan bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari
dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan
pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI,
usahakan agar bayi terbangun.
o Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayinya.

6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya,
Menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis
hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin
mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air
susu. Umumnya produksi ASI berlangsung pada hari ke-2-3 pp. Pada hari pertama, air
susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin
7. Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu
selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding
primipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada
sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Pasien dapat
diberikan analgesic atau sedative.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai
kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1
lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus ambulasi
berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur,
biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai.

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara
b. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum
dan saluran kemih
d. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
e. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
g. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.
3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


No.
Keperawatan Hasil
1. Gangguan rasa Pasien 1. Kaji tingkat nyeri pasien. 1. Menentukan intervensi
nyaman (nyeri) b/d mendemonstrasikan keperawatan sesuai skala
peregangan perineum; tidak adanya nyeri. 2. Kaji kontraksi uterus, nyeri.
luka episiotomi; Kriteria hasil: vital proses involusi uteri. 2. Mengidentifikasi
involusi uteri; sign dalam batas 3. Anjurkan pasien untuk penyimpangan dan
hemoroid; normal, pasien membasahi perineum kemajuan berdasarkan
pembengkakan menunjukkan dengan air hangat sebelum involusi uteri.
payudara. peningkatan aktifitas, berkemih. 3. Mengurangi ketegangan
keluhan nyeri 4. Anjurkan dan latih pasien pada luka perineum.
terkontrol, payudara cara merawat payudara
lembek, tidak ada secara teratur.
bendungan ASI. 5. Jelaskan pada ibu tetang 4. Melatih ibu mengurangi
teknik merawat luka bendungan ASI dan
perineum dan mengganti memperlancar pengeluaran
PAD secara teratur setiap 3 ASI.
kali sehari atau setiap kali5. Mencegah infeksi dan
lochea keluar banyak. kontrol nyeri pada luka
6. Kolaborasi dokter tentang perineum.
pemberian analgesik bial
nyeri skala 7 ke atas.
6. Mengurangi intensitas
nyeri denagn menekan
rangsnag nyeri pada
nosiseptor.
2. Resiko defisit volume Pasien dapat 1. Pantau: 1. Mengidentifikasi
cairan b/d pengeluaran mendemostrasikan penyimpangan indikasi
yang berlebihan; status cairan membaik.  Tanda-tanda vital kemajuan atau
perdarahan; diuresis; Kriteria evaluasi: tak setiap 4 jam. penyimpangan dari hasil
keringat berlebihan. ada manifestasi  Warna urine. yang diharapkan.
dehidrasi, resolusi  Berat badan setiap
oedema, haluaran urine hari.
di atas 30 ml/jam, kulit
 Status umum 2. Mengidentifikasi
kenyal/turgor kulit keseimbangan cairan
setiap 8 jam.
baik. pasien secara adekuat dan
2. Pantau: cairan masuk dan teratur.
cairan keluar setiap 8 jam.3. Temuan-temuan ini
3. Beritahu dokter bila: mennadakan hipovolemia
haluaran urine < 30 dan perlunya peningkatan
ml/jam, haus, takikardia, cairan.
gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine gelap
atau encer gelap. 4. Mencegah pasien jatuh ke
4. Konsultasi dokter bila dalam kondisi kelebihan
manifestasi kelebihan cairan yang beresiko
cairan terjadi. terjadinya oedem paru.
3. Perubahan pola Pola eleminasi (BAK)1. Kaji haluaran urine, 1. Mengidentifikasi
eleminasi BAK pasien teratur. keluhan serta keteraturan penyimpangan dalam pola
(disuria) b/d trauma Kriteria hasil: pola berkemih. berkemih pasien.
perineum dan saluran eleminasi BAK lancar,2. Anjurkan pasien 2. Ambulasi dini
kemih. disuria tidak ada, melakukan ambulasi dini. memberikan rangsangan
bladder kosong, 3. Anjurkan pasien untuk untuk pengeluaran urine
keluhan kencing tidak membasahi perineum dan pengosongan bladder.
ada. dengan air hangat sebelum3. Membasahi bladder
berkemih. dengan air hangat dapat
4. Anjurkan pasien untuk mengurangi ketegangan
berkemih secara teratur. akibat adanya luka pada
5. Anjurkan pasien untuk bladder.
minum 2500-3000 ml/24 4. Menerapkan pola
jam. berkemih secara teratur
6. Kolaborasi untuk akan melatih pengosongan
melakukan kateterisasi bila bladder secara teratur.
pasien kesulitan berkemih.5. Minum banyak
mempercepat filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat pengeluaran
urine.
6. Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk
mencegah stasis urine.
4. Perubahan pola Pola eleminasi (BAB)1. Kaji pola BAB, kesulitan 1. Mengidentifikasi
eleminasi BAB teratur. BAB, warna, bau, penyimpangan serta
(konstipasi) b/d Kriteria hasil: pola konsistensi dan jumlah. kemajuan dalam pola
kurangnya mobilisasi; eleminasi teratur, feses2. Anjurkan ambulasi dini. eleminasi (BAB).
diet yang tidak lunak dan warna khas 2. Ambulasi dini
seimbang; trauma feses, bau khas feses, 3. Anjurkan pasien untuk merangsang pengosongan
persalinan. tidak ada kesulitan minum banyak 2500-3000 rektum secara lebih cepat.
BAB, tidak ada feses ml/24 jam. 3. Cairan dalam jumlah
bercampur darah dan cukup mencegah
lendir, konstipasi tidak4. Kaji bising usus setiap 8 terjadinya penyerapan
ada. jam. cairan dalam rektum yang
5. Pantau berat badan setiap dapat menyebabkan feses
hari. menjadi keras.
6. Anjurkan pasien makan 4. Bising usus
banyak serat seperti buah- mengidentifikasikan
buahan dan sayur-sayuran pencernaan dalam kondisi
hijau. baik.
5. Mengidentifiakis adanya
penurunan BB secara dini.
6. Meningkatkan
pengosongan feses dalam
rektum.
5. Gangguan pemenuhan ADL dan kebutuhan 1. Kaji toleransi pasien 1. Parameter menunjukkan
ADL b/d beraktifitas pasien terhadap aktifitas respon fisiologis pasien
immobilisasi; terpenuhi secara menggunakan parameter terhadap stres aktifitas dan
kelemahan. adekuat. berikut: nadi 20/mnt di atas indikator derajat penagruh
Kriteria hasil: frek nadi istirahat, catat kelebihan kerja jnatung.
- Menunjukkan peningaktan TD, dispnea,
peningkatan dalam nyeri dada, kelelahan berat,
beraktifitas. kelemahan, berkeringat,
- Kelemahan dan pusing atau pinsan.
kelelahan berkurang. 2. 2.
Tingkatkan istirahat, batasi Menurunkan kerja
- Kebutuhan ADL aktifitas pada dasar miokard/komsumsi
terpenuhi secara nyeri/respon hemodinamik, oksigen , menurunkan
mandiri atau dengan berikan aktifitas senggang resiko komplikasi.
bantuan. yang tidak berat.
- frekuensi 3. Kaji kesiapan untuk
jantung/irama dan Td meningkatkan aktifitas 3. Stabilitas fisiologis pada
dalam batas normal. contoh: penurunan istirahat penting untuk
- kulit hangat, merah kelemahan/kelelahan, TD menunjukkan tingkat
muda dan kering stabil/frek nadi, aktifitas individu.
peningaktan perhatian pada
aktifitas dan perawatan
diri.
4. Dorong memajukan
aktifitas/toleransi 4. Komsumsi oksigen
perawatan diri. miokardia selama berbagai
aktifitas dapat
5. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan jumlah
membantu pemenuhan oksigen yang ada.
kebutuhan ADL pasien. Kemajuan aktifitas
6. Jelaskan pola peningkatan bertahap mencegah
bertahap dari aktifitas, peningkatan tiba-tiba pada
contoh: posisi duduk kerja jantung.
ditempat tidur bila tidak 5. Teknik penghematan
pusing dan tidak ada nyeri, energi menurunkan
bangun dari tempat tidur, penggunaan energi dan
belajar berdiri dst. membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen.
6. Aktifitas yang maju
memberikan kontrol
jantung, meningaktkan
regangan dan mencegah
aktifitas berlebihan.

6. Resiko infeksi b/d Infeksi tidak terjadi. 1. Pantau: vital sign, tanda 1. Mengidentifikasi
trauma jalan lahir. Kriteria hasil: tanda infeksi. penyimpangan dan
infeksi tidak ada, luka kemajuan sesuai intervensi
episiotomi kering dan2. Kaji pengeluaran lochea, yang dilakukan.
bersih, takut berkemih warna, bau dan jumlah. 2. Mengidentifikasi kelainan
dan BAB tidak ada. 3. Kaji luka perineum, pengeluaran lochea secara
keadaan jahitan. dini.
3. Keadaan luka perineum
4. Anjurkan pasien membasuh berdekatan dengan daerah
vulva setiap habis basah mengakibatkan
berkemih dengan cara yang kecenderunagn luka untuk
benar dan mengganti PAD selalu kotor dan mudah
setiap 3 kali perhari atau terkena infeksi.
setiap kali pengeluaran 4. Mencegah infeksi secara
lochea banyak. dini.
5. Pertahnakan teknik septik
aseptik dalam merawat
pasien (merawat luka 5. Mencegah kontaminasi
perineum, merawat silang terhadap infeksi.
payudara, merawat bayi).
7. Resiko gangguan Gangguan proses 1. Beri kesempatan ibu untuk
1. Meningkatkan
proses parenting b/d parenting tidak ada. melakukan perawatan bayi kemandirian ibu dalam
kurangnya Kriteria hasil: ibu secara mandiri. perawatan bayi.
pengetahuan tentang dapat merawat bayi
cara merawat bayi. secara mandiri 2. Libatkan suami dalam 2. Keterlibatan bapak/suami
(memandikan, perawatan bayi. dalam perawatan bayi
menyusui, merawat tali akan membantu
pusat). meningkatkan keterikatan
3. Latih ibu untuk perawatan batih ibu dengan bayi.
payudara secara mandiri 3. Perawatan payudara
dan teratur. secara teratur akan
mempertahankan produksi
ASI secara kontinyu
4. Motivasi ibu untuk sehingga kebutuhan bayi
meningkatkan intake cairan akan ASI tercukupi.
dan diet TKTP. 4. Meningkatkan produksi
5. Lakukan rawat gabung ASI.
sesegera mungkin bila
tidak terdapat komplikasi
pada ibu atau bayi. 5. Meningkatkan hubungan
ibu dan bayi sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. 2013, Nursing Intervention Classification (NIC). United


States of America: Mosby.
Moorhead Sue, dkk. 2013, Nursing Outcomes Classification (NOC), United States
of America: Mosby.
Tanto.Cluris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Media Aeskulapius.
Jakarta.
Solehati, Tetti. 2015, Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas . Adiatma. Bandung .
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Defenisi & Klarifikasi 2005-2017. Edisi 10. Jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai