LP Post Partum
LP Post Partum
POST PARTUM
A. KONSEP MEDIS
1) Pendahuluan
Masa post partum sering dikenal dengan masa nifas atau masa puerperium Meskipun
masa post partum terjadi dalam waktu enam minggu, tetapi lamanya masa ini bervariasi
pada setiap ibu, Pemberian perawatan selama masa ini sangat bermanfaat bagi ibu post
partum, bayinya, serta keluarganya.
2) Pengertian
1. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa ketika organ-organ reproduksi
kembali pada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam
minggu.
2. Periode post partum merupakan masa kelahiran bayi sampai dengan kembalinya
organ reproduksi sebelum melahirkan. Periode ini berkenaan dengan puerperium atau
kala IV masa persalinan .
3. Post partum merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum kehamilan. Lama post partum ini
antara 6-8 minggu.
Jadi, masa post partum ini adalah masa-masa antara kelahiran bayi sampai dengan
kembalinya organ reproduksi seperti sebelum melahirkan. Masa post partum juga
merupakan masa pemulihan organ reproduksi yang lamanya antara 6-8 minggu.
Pada 1 sampai 2 jam pertama setelah melahirkan disebut juga sebagai tahap keempat
proses melahirkan (Kala IV). Periode ini merupakan waktu yang penting bagi ibu dan
bayi baru lahir (BBL). Masa ini tidak hanya perlu untuk memulihkan dari proses fisik,
tetapi juga menjadi tahap pengenalan bagi ibu, bayi, dan anggota keluarga lainnya
(bonding attachment).
3) Periode post partum
Periode Post partum dibagi menjadi tiga periode, yaitu sebagai berikut :
1. Periode pertama dinamakan puerperium dini, yaitu peeriode pemulihan dimana ibu
telah diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan.
2. Periode kedua dinamakan puerperium intermedial, yaitu pemulihan meyeluruh alat-
alat genetalia yang lamanya antara 6-8 minggu.
3. Periode ketiga dinamakan remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sempurna, terutama bila selama hamilatau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk menjadi sehat sempurna bisa memakan waktu berminggu-
minggu, brbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun
b) Lokhea
Lokhea terbagi menjadi tiga tahap, yaitu lochea rubra, lochea serosa dan lokhea alba.
I. Lochea Rubra
Lochea rubra merupakan lockhea yang keluar pada hari pertama sampai dengan hari
ketiga. Lokhea rubra berwarna merah terang yang terdiri atas darah dengan sejumlah
kecil lendir, desidua, debris tropoblast, dan sisa sel dari tempat plasenta.
II. Lochea Serosa
Lochea serosa keluar setelah 3-4 hari dan berwarna pucat/merah muda. Lochea
serosa merupakan darah encer, terjadi sering dengan perdarahan dari endometrium
berkurang, terdiri atas darah tua, serum, leukosit, dan jaringan debris/sisa jaringan.
Kondisi ini berlangsung sampai dengan 10 hari setelah melahirkan.
III. Lochea Alba
Pada hari kesepuluh, lokhea menjadi cairan putih kekuningan/coklat keputih-putihan
yang lebih encer dan lebih transparan. Lokhea ini terdiri atas leukosit desidua, sel-sel
epitel, serum, dan mukus. Lokhea ini dapat berlanjut sampai dengan 2-6 minggu
c) Seviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
Penyembuhan luka perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor . Secara umu. Ada dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal antara lain fase
penyembuhan dan ketahanan tubuh dalam mengelolah sistem imun, sedangkan faktor
eksternalnya antara lain nutrisi dan cara melakukan perawatan perineum
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3
jalan-jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan
sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya
tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum,
mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupun perektal.
Dengan melakukan mobilasasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat
diatasi.
5. Perawatan payudara
o Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering
sebagai persiapan untuk menyusui bayi
o Jika putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap
menyusui agar putting selalu sering tertarik.
o Mastitis. Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi
beberapa minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres
hangat/dingin, pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
o Bayi yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang
terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang
menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau
bayi mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih
sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang
dengan bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari
dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan
pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI,
usahakan agar bayi terbangun.
o Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayinya.
6. Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya,
Menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak.
Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis
hilang. Timbul pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin
mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air
susu. Umumnya produksi ASI berlangsung pada hari ke-2-3 pp. Pada hari pertama, air
susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental daripada susu,
mengandung banyak protein dan globulin
7. Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu
selama 2-3 hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding
primipara. Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada
sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri. Pasien dapat
diberikan analgesic atau sedative.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus Keperawatan
a. Riwayat ibu
1) Biodata ibu.
2) Penolong.
3) Jenis persalinan.
4) Masalah-masalah persalinan.
5) Nyeri.
6) Menyusui atau tidak.
7) Keluhan-keluhan saat ini, misalnya : kesedihan/depresi, pengeluaran per
vaginam/perdarahan/lokhia, putting/payudara.
8) Rencana masa datang : kontrasepsi yang akan digunakan.
b. Riwayat sosial ekonomi
1) Respon ibu dan keluarga terhadap bayi.
2) Kehadiran anggota keluarga untuk membantu ibu di rumah.
3) Para pembuat keputusan di rumah.
4) Kebiasaan minum, merokok dan menggunakan obat.
5) Kepercayaan dan adat istiadat.
c. Riwayat bayi
1) Menyusu.
2) Keadan tali pusat.
3) Vaksinasi.
4) Buang air kecil/besar.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a) Suhu tubuh.
b) Denyut nadi.
c) Tekanan darah.
d) Tanda-tanda anemia.
e) Tanda-tanda edema/tromboflebitis.
f) Refleks.
g) Varises.
h) CVAT (Contical Vertebral Area Tenderness).
2) Pemeriksaan payudara
a) Putting susu : pecah, pendek, rata.
b) Nyeri tekan.
c) Abses.
d) Pembengkakan/ASI terhenti.
e) Pengeluaran ASI.
3) Pemeriksaan perut / uterus
a) Posisi uterus/tinggi fundus uteri.
b) Kontraksi uterus.
c) Ukuran kandung kemih.
4) Pemeriksaan vulva/perineum
a) Pengeluaran lokhia.
b) Penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
c) Pembengkakan.
d) Luka.
e) Henoroid.
5) Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
6) Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
7) Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan).
8) Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima.
9) Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
10) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga sampai
kelima pasca partum.
11) Seksualitas
Uterus 1 cm di atas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1
lebar jari setiap harinya.
Lokhia rubra berlanjut sampai hari kedua sampai ketiga, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal : rekumben versus ambulasi
berdiri) dan aktivitas (misal : menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada suhu matur,
biasanya pada hari ketiga; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara
b. Resiko defisit volume cairan berubungan dengan pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) berhubungan dengan trauma perineum
dan saluran kemih
d. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya
mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
e. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi; kelemahan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.
g. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara merawat bayi.
3. Rencana Keperawatan
6. Resiko infeksi b/d Infeksi tidak terjadi. 1. Pantau: vital sign, tanda 1. Mengidentifikasi
trauma jalan lahir. Kriteria hasil: tanda infeksi. penyimpangan dan
infeksi tidak ada, luka kemajuan sesuai intervensi
episiotomi kering dan2. Kaji pengeluaran lochea, yang dilakukan.
bersih, takut berkemih warna, bau dan jumlah. 2. Mengidentifikasi kelainan
dan BAB tidak ada. 3. Kaji luka perineum, pengeluaran lochea secara
keadaan jahitan. dini.
3. Keadaan luka perineum
4. Anjurkan pasien membasuh berdekatan dengan daerah
vulva setiap habis basah mengakibatkan
berkemih dengan cara yang kecenderunagn luka untuk
benar dan mengganti PAD selalu kotor dan mudah
setiap 3 kali perhari atau terkena infeksi.
setiap kali pengeluaran 4. Mencegah infeksi secara
lochea banyak. dini.
5. Pertahnakan teknik septik
aseptik dalam merawat
pasien (merawat luka 5. Mencegah kontaminasi
perineum, merawat silang terhadap infeksi.
payudara, merawat bayi).
7. Resiko gangguan Gangguan proses 1. Beri kesempatan ibu untuk
1. Meningkatkan
proses parenting b/d parenting tidak ada. melakukan perawatan bayi kemandirian ibu dalam
kurangnya Kriteria hasil: ibu secara mandiri. perawatan bayi.
pengetahuan tentang dapat merawat bayi
cara merawat bayi. secara mandiri 2. Libatkan suami dalam 2. Keterlibatan bapak/suami
(memandikan, perawatan bayi. dalam perawatan bayi
menyusui, merawat tali akan membantu
pusat). meningkatkan keterikatan
3. Latih ibu untuk perawatan batih ibu dengan bayi.
payudara secara mandiri 3. Perawatan payudara
dan teratur. secara teratur akan
mempertahankan produksi
ASI secara kontinyu
4. Motivasi ibu untuk sehingga kebutuhan bayi
meningkatkan intake cairan akan ASI tercukupi.
dan diet TKTP. 4. Meningkatkan produksi
5. Lakukan rawat gabung ASI.
sesegera mungkin bila
tidak terdapat komplikasi
pada ibu atau bayi. 5. Meningkatkan hubungan
ibu dan bayi sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA