Abstract. Government policy in waste management nowadays does not consider the
aspect of environment and local wisdom. Whereas, community support either good
will or political will is needed. This research was conducted in Purwokerto by applying
qualitative (triangulation) and quantitative (survey, AHP) method. The result shows
that keriganpattern-based green community participation in green waste management
including institution, empowerment, activities, cooperation, and funding is not effectively
implemented. The policy model of green community-based green waste management to
support green city reveals that AHP indicates the green community participation is the
main aspect to take into account. The policy strategy to be done should consider green
community,the local wisdom revitalization of kerigan pattern, extend waste bank, city
park, tree bank, management revitalization, socialization of ‘picking up waste’ movement,
waste deposit, waste insurance by emphasizing on ecoliteracy, ecodesign, and mental
revolution.
Keywords: green community, local wisdom, policy model.
143
edy suyanto, dkk. Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi ‘Green Community’ ...
potensi lokal yang ada dalam bentuk pola menjadi 303.321,90 m3. Pada tahun yang
kerigan perlu digali dan ditumbuhkembangkan sama jumlah anggota Bank Sampah tanpa
kembali. intervensi 3.917, tapi dengan intervensi
menjadi 8.318 orang. Jumlah penduduk
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan
prediksi 2020 tanpa intervensi 266.430 jiwa,
partisipasi dari Elzioni (1964) melalui tipe
dengan intervensi menjadi 265.632.
keterlibatan masyarakat dan tipe pelancaran
pengaruh merupakan konsep yang relevan Sejalan dengan partisipasi green
untuk menyusun tipologi partisipasi. Selain community dalam pengelolaan sampah, yang
itu, pada pengelolaan sampah rumah perlu dicontoh adalah pemerintah kota yang
tangga di permukiman penduduk dengan komitmennya tinggi adalah Kota Surabaya.
menitikberatkan partisipasi masyarakat, Pemerintah Kota, dalam hal ini Wali Kota
maka perlu mengacu pendekatan dari Elzioni. sangat berkomitmen dan mendukung gerakan
Teori ini mengkaji partisipasi masyarakat komunal yang ada di Kota Surabaya ini. Hal
dalam 2 aspek, yaitu tipe 1 keterlibatan ini membuahkan hasil bahwa Kota Surabaya
masyarakat dan tipe 2 tipe pelancaran dalam waktu satu tahun berhasil menurunkan
pengaruhnya (Handono, 2010:43). volume timbunan sampah dalam jumlah
yang sangat significant yaitu hingga 30%.
Partisipasi green community Kota
Demikian penuturan Wali Kota Surabaya, Tri
Purwokerto dalam pengelolaan sampah rumah
Rismaharani, yang menjadi tuan rumah dalam
tangga green waste upaya mendukung kota
deklarasi “Menuju Indonesia Bersih 2020”
hijau meliputi beberapa aspek yaitu sosialisasi,
pada tanggal 24 Februari 2014 (Suyanto at
pemberdayaan, perubahan paradigma
al., 2014: 6).
pengelolaan sampah “end of pipe” ke
green waste (nir-limbah), mensosialisasikan Retribusi sampah sesuai dengan
pengelolaan sampah melalui bahasa Banyumas Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk Kota
ngapak-ngapak dan blakasuta, tuk- melong, Purwokerto. Perda Nomor. 19 Tahun 2011 Bab
cablaka, semblothongan (Jawadwipa) serta IV tentang Retribusi Pelayanan Persampahan
kesenian kentongan (thek-thek). dan Perda Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah mengatur tentang
Sosialisasi Pembentukan Bank retribusi tarif pelayanan /kebersihan.
Sampah PAS (Peduli akan Sampah) Namun pelayanan petugas pengangkut
sampah tidak 100% dapat terangkut, hanya
U p a ya g r e e n c o m m u n i t y d a l a m
terangkut 70%, dimanfaatkan 7%, sisanya
mendukung terwujudnya kota hijau, yaitu
tidak termanfaatkan. Pemanfaatan sampah
dengan melakukan pembentukan Bank
dilakukan Bank sampah, tercatat 2013 jumlah
Sampah PAS. Kegiatan ini, melakukan
anggota Bank Sampah 687 orang, jumlah
kerjasama dengan SKPD terkait Kabupaten
sampah an-organik yang dikelola 28.033,2
Banyumas dalam hal ini BLH dan DCKKTR.
kg, setiap minggu menampung 25-50 kg
Target awal BLH yaitu terbentuknya komunitas
sampah, uang terkumpul Rp. 1.300.000,00.
hijau dan Bank Sampah setiap RT minimal
satu buah. Dalam pelaksanaanya, pihak BLH
Pemberdayaan Masyarakat dalam
menggandeng kerjasama komunitas pecinta
Pengelolaan Sampah Green Waste
lingkungan green community.
Berbasis Pola Kerigan
Sampai April 2015, tercatat baru berdiri
Aktivitas green community dalam
6 Bank Sampah dengan 23 komunitas hijau,
pemberdayaan, yaitu melakukan kegiatan
peduli akan sampah, akan tetapi BLH men
sosialisasi dan penyuluhan berbasis pola
targetkan di setiap RT berdiri Bank Sampah
kerigan, pengelolaan sampah rumah
untuk waktu Desember 2015, sehingga
tangga green waste pola 3 R, kepada ibu-
pada akhir 2015 akan terbentuk 1.152 Bank
ibu PKK, Dasa Wisma, pemulung, nasabah
Sampah. Untuk itu, maka keberadaan green
Bank Sampah, pelaksanaannya bekerjasama
community sangat penting, kegiatan yang
dengan RT, komunitas hijau di masing-masing
dilakukan adalah melakukan pemberdayaan
wilayah Kota Purwokerto. Sehubungan
melalui sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan
dengan partisipasi, maka perlu dilakukan
management tentang Bank Sampah dalam
terlebih dahulu sosialisasi, hal ini perlu dalam
upaya ikut memberdayakan masyarakat
rangka pembentukan karakter dan perilaku
secara mandiri dalam pengelolaan sampah.
seseorang. Sebagaimana dikemukakan
Hasil prediksi 2020 jumlah sampah yang
Mintarti, Niken dan Wiwik (2014: 162) yang
dikelola di Bank Sampah tanpa intervensi
mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan
sebanyak 161.729,60 m3, dengan intervensi
proses manusia untuk mempelajari tata cara yang dicanangkan Wakil Presiden Yusuf
kehidupan dengan berbagai budaya yang ada. Kalla, maka green community Purwokerto
dalam pembuatan lubang resapan biopori,
Aktivitas yang dilakukan Bank Sampah
bekerjasama dengan pihak Koramil dan
dalam kontribusi / intervensi meliputi
Polsek Purwokerto Utara, Purwokerto
kegiatan sebagai berikut (1) melakukan
Selatan, Purwokerto Timur, Purwokerto Barat,
aktivitas pelatihan (termasuk workshop),
dan Pemkab serta LSM Peduli Lingkungan,
dengan tujuan untuk meningkatkan
dilakukan di beberapa titik di Arcawinangun,
kemampuan mengelola atau memanfaatkan
Karangwangkal, Mersi, Karangklesem,
sampah rumah tangga green waste, maka
Grendeng, Bancarkembar, Kranji, Sawangan,
menyebabkan lebih banyak sampah yang
Karangpucung, Sokanegara dan di beberapa
dapat dimanfaatkan atau dijual ke Bank
kantor dengan jumlah 2.000 lubang
Sampah; (2) melakukan aktivitas promosi
biopori. Untuk lubang resapan biopori, pada
(dalam bentuk lieflet, brosur, spanduk,
umumnya kesadaran pentingnya biopori
baliho, film dan sebagainya) dalam rangka
masih kurang, karena ketidaktahuan tentang
meningkatkan partisipasi masyarakat.
manfaat resapan biopori. Kegiatan yang sama
Hal ini dilakukan secara aktif dan terus
di lakukan pelajar, dalam rangka hari Bumi 23
menerus untuk menarik masyarakat agar
April 2015, membuat lubang resapan biopori
terjadi kesadaran (“revolusi mental”) untuk
secara gotong royong berbasis pola kerigan.
menjadi anggota /nasabah Bank Sampah.
Aktivitas green community dalam pembuatan
Hal ini akan menambahkan pemanfaatan
lubang biopori dalam rangka menjaga
sampah anorganik di bank sampah, sehingga
keseimbangan ekologi dengan sarana dan
masyarakat juga menjadi lebih sejahtera.
prasarana dibantu dari berbagai perusahaan
Dengan demikian, maka sampah yang
dan BUMD.
masuk ke TPA “Gunung Tugel” menjadi lebih
sedikit. Hal ini menyebabkan umur TPA
Sosialisasi Bank Sampah Mengga
menjadi lebih lama/panjang.
nakan Bahasa “Ngapak-ngapak”
Perubahan Paradigma Pengelolaan dan “Blakasuta (Jawadwipa)”
Sampah “end of pipe” ke “Green Partisipasi green community dalam
Waste (nir-Limbah)” dan Keseimban melakukan kerja sama dengan pihak
gan Lingkungan (RTH, DED, Biopori). BLH dan DCKKTR Kabupaten Banyumas,
dengan melibatkan stakeholder pengusaha,
Partisipasi green community dalam
Perbankan, BUMN, developer, perguruan
teknis operasional pengelolaan sampah green
tinggi, SKPD dalam penyediaan fasilitas
waste, secara umum partisipasi masyarakat
tempat pengumpulan sampah. Kegiatan
yang dianggap paling dominan penting
ini berhasil, terbukti ada sekitar 4.000 ribu
dalam pengelolaan sampah rumah tangga
pasang tong sampah yang sudah terpasang
adalah terletak pada aspek teknis operasional
di setiap pinggir jalan Kota Purwokerto,
di lapangan. Hal ini dikarenakan bentuk
taman kota, terminal, pasar, RS, perkantoran,
pengelolaan sampah dimulai dari sumber
Sekolah.
sampah/rumah tangga, yaitu dimulai dari
pemilahan, pewadahan, pengumpulan, Green community melakukan kerjasama
pengangkutan dan pengelolaan sampah. dengan SMPN 5 Karangklesem Purwokerto,
menyelenggarakan pameran poster dengan
Aktivitas green community lain, adalah
tema “Bank Sampah.” Tercatat 252 poster
setiap minggu pertama setiap bulan,
dan spanduk, banner, berhasil dipamerkan.
bersama masyarakat sekitar sungai “Kranji”,
Pameran selain bertemakan Bank Sampah,
warga sungai hulu “Kranji”, komunitas hijau,
juga kalimatnya menggunakan bahasa Jawa
bersama warga Mersi, Arcawinangun,
berdialek ngapak-ngapak yang blakasuta
SKPD, bahkan dengan Kodim dan jajarannya
Banyumas.
(Koramil), Polsek, tokoh masyarakat secara
bersama-sama membersihkan sampah P r o g ra m Pe m e r i n t a h Ka b u p a t e n
yang ada di sungai “Kranji”. Sampah plastik Banyumas mencanangkan Kamis Ngapak-
yang mencemari Sungai “Situ Elok” juga ngapak dan memakai cincin “akik” serta
dibersihkan bersama komunitas hijau pakaian adat Banyumas, yaitu setiap Kamis
Pernasidi. Juga membersihkan sampah seluruh pegawai Pemda Banyumas untuk
di sungai “Raden”. Program ini disebut menggunakan bahasa Jawa Banyumasan dan
“Serangan Fajar” green community. memakai cincin batu “akik” serta memakai
pakaian adat Banyumas, selama kerja di
Program pembuatan lubang biopori
kantor. Pada intinya, Pemda Banyumas ingin ,dasar kebijakan baru dalam pengelolaan
mengaktifkan kembali kearifan lokal seperti sampah rumah tangga bersifat partisipatif,
pola kerigan di kalangan masyarakatnya. desentralisasi, mandiri dan mengacu pada
prinsip ekonomi, kesejahteraan,adil, dan
Sebagaimana diketahui bahwa ciri
keberlanjutan.
masyarakat Purwokerto adalah blakasuta,
gluwehan, dengan simbul Bawor atau Sejalan dengan ini, maka Ariany
Cepot (bicara terus terang, apa adanya, dan Putera (2013:33) mengemukakan
jujur serta senang bergaul) dengan bahasa bahwa untuk meningkatkan partisipasi,
jawa ngapak-ngapak (Jawadwipa) (Priyadi, maka perlu adanya perbaikan sumberdaya
2005:67). Beberapa contoh poster yang aparatur Pemda dalam rangka meningkatkan
menggunakan bahasa lokal Banyumasan di koordinasi antarstakeholder agar dapat
antaranya: Berbunyi, Bank Sampah, Papan melayani masyarakat secara terpadu dan
nyulap runtah dadi rupiah (Bank Sampah berkesinambungan serta jiwa mengayomi
merubah sampah menjadi uang ) atau Yuh sehingga setiap program dapat berhasil
nyimpen runtah maring Bank Sampah dengan baik.
(mari menabung sampah di Bank Sampah)
Berdasarkan data hasil survei,
dan kalimat poster Gagian padha melu
observasi, data sekunder, analisis isi,
nyengkuyung Bank Sampah (Secepatnya
dari berbagai instansi terkait, wawancara
bersama-sama ke Bank Sampah) (Suyanto,
mendalam, Focus Group Discussion dan
2014:6).
triangulasi sumber, serta penilaian dari para
Green Community dalam perencanaan pakar di bidang lingkungan/persampahan,
pengelolaan sampah mengacu kegiatan yang diolah dengan menggunakan AHP, maka
yang dilakukan Wali Kota Bandung, Malang hasil analisis AHP diperoleh beberapa alternatif
dan Wali Kota Surabaya. Kegiatan tersebut kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga
mendirikan Posko Hijau, Asuransi Sampah, berbasis pola kerigan mendukung kota
dan deposit sampah serta “gerakan pungut hijau, untuk nilai prioritas alternatif kebijakan
sampah”. Potensi sampah di Kota Purwokerto Pemda dalam pengelolaan sampah rumah
tinggi dan sudah melampaui daya tampung tangga zero waste, sebagaimana tercantum
TPA yaitu 214 m3 per hari. pada Tabel 1 berikut ini:
Data menunjukkan bahwa tahun Tabel 1
2013 volume sampah tiap hari yang Nilai Prioritas Kebijakan Pengelolaan
dihasilkan masyarakat 285 m3, dengan Sampah
jumlah penduduk 243.341 jiwa, dengan
No Alternatif Bobot Prioritas
volume sampah rata-rata 0,0024 m3
1. Penegakan 0, 119 3
per jiwa/hari, sedangkan sampah yang
hukum
dapat dimanfaatkan ulang rata-rata 7 %.
2. Pola 3 R (reduce, 0, 402 2
Maka tidak semua sampah dapat diangkut,
reuse, recycle)
karena itu, green community secara rutin
3. Partisipasi green 0, 411 1
melakukan “serangan fajar” dan bersepakat community
“perang terhadap sampah” serta melakukan
4. Pemilahan 0,067 4
“gerakan pungut sampah” di Kota Purwokerto. sampah rumah
tangga
Model Kebijakan dan Strategi Pemda
Sumber: Hasil Olah Data AHP, 2015
dalam Pengelolaan Sampah Green
Waste
Model alternatif kebijakan pengelolaan
Upaya Pemda mewujudkan penerapan sampah rumah tangga berbasis partisipasi
kebijakan pengelolaan rumah tangga green community, prioritas pertama adalah
mendukung kota hijau Purwokerto, harus partisipasi green community, dengan nilai
dilakukan secara terpadu, dimulai dari pembobotan 0,411, prioritas kedua adalah
dukungan berbagai perangkat hukum dan penerapan pola 3 R, yaitu reduce, reuse dan
peraturan pemerintah (PP), peraturan recycle, dengan nilai pembobotan 0,402,
perundang-undangan (Perpu). Kebijakan prioritas ketiga adalah penegakan hukum
pengelolaan sampah dapat memberikan dengan nilai pembobotan 0,119 dan prioritas
kepastian hukum dalam perencanaan dan terakhir pemilahan sampah rumah tangga
pemanfaatan bagi pemerintah, pengusaha, dengan nilai pembobotan 0,067. Untuk nilai
pemulung, Bank Sampah, LSM dan pemangku kepentingan yang berpengaruh
masyarakat. Menurut Ibrahim (2009:63) terhadap kebijakan pengelolaan sampah,
Gambar 1 Khierarki Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi Green Community
secara berturut-turut prioritas pertama Hardiyansyah dan Rahmad Effendi (2014: 108)
adalah masyarakat nilai bobot kepentingan mengemukakan bahwa model implementasi
0,426, kedua adalah pemerintah nilai bobot kebijakan dalam pengelolaan kebersihan
0,272, ketiga adalah Bank Sampah nilai bobot dan persampahan di Kota Palembang lebih
0,146, pengusaha nilai bobot kepentingan mengarah kepada model implementasi
0,098 dan terakhir pemulung nilai bobot kebijakan dari Erwards III yang meliputi faktor
0,057. Sedangkan untuk aspek kriteria komunikasi, sikap pelaksana, sumberdaya,
prioritas pertama adalah tercapainya kota dan struktur birokrasi dan perlu ditambahkan
bersih dari sampah 67,7%, kedua biaya faktor lain yaitu komitmen pimpinan. Untuk
22,9% dan ketiga pendapatan 9,3%. mendapatkan keberhasilan suatu program
kebijakan, maka perlu memperkuat koordinasi
Model partisipasi green community
secara terpadu antar stakeholder dan Satuan
dalam pengelolaan sampah, sejalan dengan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait (Ria
pendapatnya Ndaha (1990:62). Partisipasi
Ariani, 2013: 33).
melalui kontak dengan pihak lain sebagai
salah satu titik awal perubahan sosial Strategi kebijakan Pemerintah Kota
dalam menyerap dan memberi tanggapan Purwokerto dalam pengelolaan sampah rumah
terhadap informasi dalam arti menerima, tangga, upaya mendukung terwujudnya kota
menyetujui, menerima dengan syarat, hijau yang sudah dikerjakan adalah melakukan
maupun menolaknya, partisipasi dalam pembentukan green community, pendirian
pelaksanaan operasional pembangunan dan Bank Sampah, bank pohon percontohan,
partisipasi dalam menerima, memelihara dan mendirikan beberapa Ruang Terbuka Hijau
mengembangkan hasil pembangunan atau dan peningkatan partisipasi masyarakat
participation in benefits menuju masyarakat berbasis pola kerigan. Sementara itu,
mandiri (Ndaha, 1990: 64). program yang sudah direncanakan dan akan
dilaksanakan adalah pendirian penerapan
Berdasarkan uraian AHP, maka dapat
sistem insentif dan desinsentif pola 3 R,
disajikan struktur khirarkhi dari model
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
kebijakan pengelolaan sampah upaya
sampah secara mandiri, penegakkan hukum,
mendukung kota hijau Purwokerto. disajikan
peningkatan pembinaan kaum perempuan,
pada Gambar 1.
peningkatan pemahaman masyarakat tentang
Partisipasi green community dalam pola 3 R dan revitalisasi pola kerigan, asuransi
pengelolaan sampah rumah tangga green sampah untuk kesehatan dan deposit sampah,
waste mendukung kota hijau merupakan serta revitalisasi manajemen pengelolaan
prioritas pertama. Sejalan dengan kebijakan sampah rumah tangga.
tersebut, maka berdasarkan hasil penelitian