Anda di halaman 1dari 10

MIMBAR, Vol. 31, No.

1 (Juni, 2015): 143-152

Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi


“Green Community” Mendukung Kota Hijau

EDY SUYANTO,1 ENDRIATMO SOETARTO,2 SUMARDJO,3


HARTRISARI HARDJOMIDJOJO 4
1
Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB, 2 Prodi Sosiologi Pedesaan FEMA IPB
Prodi Komunikasi dan Pembangunan FEMA IPB, 4 Prodi Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB
3

email: 1 edysuyanto60@yahoo.co.id, 2 endriatmo@yahoo.co.id, 3 sumardjo252@gmail.com, 4 rce@yahoo.com

Abstract. Government policy in waste management nowadays does not consider the
aspect of environment and local wisdom. Whereas, community support either good
will or political will is needed. This research was conducted in Purwokerto by applying
qualitative (triangulation) and quantitative (survey, AHP) method. The result shows
that keriganpattern-based green community participation in green waste management
including institution, empowerment, activities, cooperation, and funding is not effectively
implemented. The policy model of green community-based green waste management to
support green city reveals that AHP indicates the green community participation is the
main aspect to take into account. The policy strategy to be done should consider green
community,the local wisdom revitalization of kerigan pattern, extend waste bank, city
park, tree bank, management revitalization, socialization of ‘picking up waste’ movement,
waste deposit, waste insurance by emphasizing on ecoliteracy, ecodesign, and mental
revolution.
Keywords: green community, local wisdom, policy model.

Abstrak. Kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah selama ini kurang


memperhatikan aspek lingkungan dan potensi lokal (kearifan lokal) masyarakat.
Padahal dukungan masyarakat sangat diperlukan, baik goodwill maupun political will.
Penelitian dilakukan di Kota Purwokerto, metode yang digunakan pendekatan kualitatif
(triangulasi) dan kuantitatif (survei, AHP). Hasil menunjukkan bahwa partisipasi green
community berbasis pola kerigan dalam pengelolaan sampah green waste meliputi
kelembagaan, pemberdayaan, aktivitas pelaksanaan, kerjasama, pendanaan, belum
maksimal. Model kebijakan pengelolaan sampah green waste berbasis green community
mendukung kota hijau, hasil AHP menunjukkan bahwa partisipasi green community
merupakan prioritas pertama yang harus diperhatikan. Strategi kebijakan yang perlu
dilakukan yaitu melibatkan green community, revitalisasi kearifan lokal pola kerigan,
memperbanyak Bank Sampah, taman kota, bank pohon, revitalisasi manajemen,
sosialisasi gerakan “pungut sampah”, revitalisasi manajemen, deposit sampah, asuransi
sampah dengan mengedepankan ekoliterasi dan ekodesain serta revolusi mental.
Kata kunci: green community, kearifan lokal, model kebijakan

Pendahuluan di masyarakat, antara lain kearifan lokal yang


menjadi modal sosial. Untuk terwujudnya
Kota hijau adalah kota ramah lingkungan,
kota hijau, maka Kementerian Pekerjaan
di mana salah satu instrumennya adalah
Umum menggulirkan P2KH, sementara
pengelolaan sampah. Untuk melaksanakan
Kementerian Lingkungan Hidup menggulirkan
kegiatan tersebut, maka dibentuklah green
program Bank Sampah yang merupakan
community, sebagai upaya meningkatkan
salah satu instrumen penilaian untuk kota
kualitas dan kuantitas lingkungan. Program
“Adipura” (Ernawi, 2012: 16).
ini dapat berjalan dengan baik apabila
melibatkan potensi sosial budaya yang ada Kebijakan pemerintah dalam

Received: 5 Januari 2015, Revision: 3 April 2015, Accepted: 23 Mei 2015


Print ISSN: 0215-8175; Online ISSN: 2303-2499. Copyright@2015. Published by Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Terakreditasi SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019

143
edy suyanto, dkk. Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi ‘Green Community’ ...

pengelolaan sampah rumah tangga, upaya seperti anggaran, keterbatasan sarana


mendukung kota hijau, selama ini dinilai prasarana, tanpa berbicara dari aspek
kurang memperhatikan aspek lingkungan manusia dan budayanya. Oleh karena itu,
yang berkesinambungan (Arifin, 2009: 32). solusi yang dilakukan pemerintah daerah,
Pengelolaan sampah di berbagai daerah pada tidak hanya menyiapkan master plan
umumnya hanya mengacu pada paradigma penataan drainase saja, tetapi justru aspek
pengelolaan sampah yang instans dengan manusia dan budayanya yang memegang
pendekatan akhir (end of pipe). Pengelolaan peranan penting perlu diperhatikan , tanpa
sampah hanya memperhatikan Tempat mengecilkan aspek teknis (Bebassari, 2004:
Pemprosesan Akhir (TPA) sampah tanpa 74).
melalui proses di sumbernya melalui pola
Beberapa tahun lalu membersihkan
3 R, yaitu reduce, reuce, recycle. Hal ini
sampah dan lingkungan di wilayah Kota
menyebabkan beban TPA menjadi berat dan
P u r w o ke r t o s e l a l u d i l a k u k a n d e n g a n
umur penggunaannya semakin pendek.
partisipasi masyarakat berbasis pola
Ke b i j a k a n p e n g e l o l a a n s a m p a h kerigan (kerjabakti komunal yang dilakukan
merupakan kewenangan daerah otonom. masyarakat Banyumas). Berbasis pola
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1987 dan kerigan itu pula, pada tahun 1998 Kota
UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Purwokerto mendapat penghargaan dari WHO
Keuangan antara Pusat dan Daerah, semakin karena berhasil membebaskan daerah itu dari
memperkuat posisi daerah otonom dalam serangan demam berdarah dengue (DBD).
pengelolaan sampah di daerah sendiri. Hal Waktu itu, masyarakat menjabarkan kearifan
ini sudah teratur dalam UU No. 18 tahun lokal pola kerigan dalam wujud piket bersama
2008 dan Permendagri No. 33 Tahun 2010 memberantas sarang nyamuk. Namun,
tentang Pedoman Pengelolaan Sampah setelah pola kerigan ditinggalkan dan
(Kartodihardjo 2011:11). komitmen pemerintah menurun, dampaknya
Berdasarkan Bab III pasal 3 Perda no sampah berserakan, kota kotor, sehingga
6 Tahun 2012 Lembaran Daerah Kabupaten sering banjir, penilaian “Adipura” terendah
Banyumas Tahun 2012 Nomor 3 Seri E, adalah kebersihan (Suyanto at al., 2014: 5).
menyebutkan bahwa Pengelolaan sampah Saat ini, perkembangan volume sampah
diselenggarakan berdasarkan asas tanggung di Kota Purwokerto dari hari ke hari semakin
jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas meningkat, padahal daya tampung sampah
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, di TPA “Gunung Tugel” Purwokerto, semakin
asas keselamatan, asas keamanan dan lama semakin menurun, sehingga umur TPA
asas nilai ekonomi. Sedangkan tujuan semakin berkurang. Di satu sisi, rencana
dari pengelolaan sampah adalah untuk Pemerintah Daerah untuk memindahkan TPA
menjaga kelestarian fungsi lingkungan “Gunung Tugel” ke TPA “Kaliori” tidak mulus.
hidup dan kesehatan serta menjadikan Oleh karena warga masyarakat sekitar TPA
sampah sebagai sumber daya. Oleh karena “Kaliori” menolak dan tidak mau menjual
itu, mengacu manajemen hierarkhi, perlu tanahnya kepada pemda untuk dijadikan
pencegahan dan mengurangi jumlah sampah, TPA. Bahkan, masyarakat menghadang
pemerintah juga harus dapat mendorong petugas yang akan mengoperasionalkan TPA
kegiatan pola 3 R sampah (reduse, reuse, “Kaliori”, di jalan dengan membuat fortal
recycle), penanganan sampah yang baik agar kendaraan pembawa sampah tidak
secara biologis maupun pemanasan, serta bisa masuk.
penggunaan sanitary landfill (Gultom, 2003:
27). Berdasarkan teori Meta Kevin Lynch
dikaji dari tingkat kepadatan penduduk dan
Berdasarkan realitas tersebut, Kholill luas wilayah, maka Kota Purwokerto termasuk
(2009:46) mengemukakan bahwa strategi kategori kota kecil. Kota ini juga merupakan
penanganan sampah kota harus diarahkan satu dari 60 Kab/Kota di Indonesia yang
pada pengurangan sampah di sumber. Hal ini
melaksanakan P2KH. (DPU, 2005: 19).
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap lahan yang semakin sulit diperoleh. Permasalahan persampahan di Kota
Purwokerto dewasa ini telah menguras
Pe n i l a i a n m a s y a r a k a t t e r h a d a p
perhatian, energi, waktu, dan biaya; namun,
komitmen pemerintah daerah dalam
sampai saat ini belum ada hasil nyata yang
pengelolaan sampah relatif kurang. Dinas
maksimal, sehingga upaya pengembangan
terkait dalam menanggapi masalah sampah,
ko t a h i j a u m as i h t e r ke n d a l a . T i m b u l
selalu mengembalikan pada persoalan teknis
pertanyaannya, ada apa dengan kota-kota

144 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

di Indonesia? Padahal wajah suatu kota Analisis untuk partisipasi green


mengekspresikan karakter pemimpinnya serta community menggunakan interaktif dengan
karakter segenap masyarakat penghuninya triangulasi sumber, dan analisis isi. Untuk
(Sujarto, 2011:32). analisis penentuan keputusan model kebijakan
pengelolaan sampah menggunakan analisis
Green community sebagai salah satu
hierarkhi proses (AHP) program expert choice
kelompok pemerhati lingkungan diharapkan
2000.
menjadi agen pembaharu terwujudnya Kota
Hijau Purwokerto, sayogianya perlu diapresiasi
Partisipasi Green Community
dan mendapat dukungan. Keberadaan Bank
Sampah di Kota Purwokerto, merupakan
dalam Pengelolaan Sampah
salah satu tindakan nyata dari masyarakat Pa d a a w a l t e r b e n t u k n y a g r e e n
green community dalam rangka mendukung community, program awal yang dilakukan
terwujudnya Kota Hijau Purwokerto. adalah penyusunan master plan Ruang
Terbuka Hijau (RTH), penyusunan green
B e r d a s a r k a n ko n d i s i r e a l i t a s d i
maap dan Penyusunan DED Taman Kota
lapangan dan kasus persampahan yang
d i Ke l u ra h a n A r c a w i n a n g u n . D e n g a n
terjadi di Kota Purwokerto, maka masalah
dibentuknya green community (Forum
sampah sudah sedemikian rupa sehingga
Komunitas Hijau) Banyumas, diharapkan
menimbulkan critical mess dan perlu segera
program-program lingkungan yang ada di
adanya penanganan yang serius, baik oleh
Perkotaan Purwokerto bisa berjalan dengan
pemerintah maupun masyarakatnya.
lebih terarah dan mengena sasaran serta
Penelitian ini mengkaji instrumen semakin tingginya minat masyarakat dalam
pembangunan kota hijau yaitu green menjadikan environment care sebagai sebuah
community dalam pengelolaan sampah green lifestyle.
waste, dengan menggali kembali kearifan
Selanjutnya, green community
lokal pola kerigan. Hal ini menjadi penting,
diharapkan dapat meningkatan keberdayaan
karena betapapun modernnya teknologi dan
m a s ya ra k a t m e l a l u i b e r b a g a i u p a ya
manajemen pengelolaan sampah, apabila
penyadaran. Hal ini akan memunculkan
tidak disertai partisipasi masyarakat (social
tumbuhnya partisipasi masyarakat, baik
engeniering) tidak akan berhasil dengan baik.
melalui kesadaran sendiri maupun kesadaran
Permasalahan di atas, dirumuskan yang dihasilkan melalui hasil intervensi green
sebagai berikut, sejauhmana partisipasi green community. Pola kerigan ini merupakan
community dalam pengelolaan sampah upaya salah satu kearifan lokal, dalam aktivitas
mewujudkan Kota Hijau Purwokerto? dan kerjabakti secara sukarela dan dikoordinir,
bagaimanakah model kebijakan Pemerintah tanpa mengharapkan imbalan dari perkerjaan
Daerah dan strategi dalam pengelolaan ini.Untuk tercapainya tingkatan partisipasi
sampah rumah tangga upaya mewujudkan membutuhkan waktu yang relatif lama,
Kota Hijau Purwokerto? dengan berbagai strategi dan upaya yang
Tujuan penelitian adalah mengkaji cocok sesuai dengan situasi dan kondisi
partisipasi green community dalam masyarakat . Peraturan Pemerintah Nomor.
pengelolaan sampah green waste dan 81 Tahun 2012 dan Perda Banyumas Nomor
membangun model alternatif kebijakan dan 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah
strategi pengelolaan sampah rumah tangga pada Pasal 16 disebutkan bahwa peran serta
berbasis partisipasi green community upaya masyarakat dalam pengelolaan sampah di
mewujudkan Kota Hijau. sumber sampah untuk mengurangi kuantitas
sampah, sangat dibutuhkan. Peran serta
Penelitian dilakukan di Kota Purwokerto, masyarakat ini, dengan menggali potensi lokal
metode penelitian yang digunakan gabungan yang ada yaitu berupa kearifan lokal pola
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. kerigan sebagai modal sosial perlu ditumbuh
Teknik pengambilan sampel untuk (a) kembangkan kembali, disesuaikan dengan
Green Community, dengan purposive kondisi dan situasi masyarakat yang ada saat
sampling; (b) nasabah Bank Sampah, dengan ini atau dilakukan revitalisasi (Suyanto, at
proposional sampling; (c) Kepala Dinas/ al., 2014: 4).
Badan/UPT terkait; dengan teknik purposive
sampling;(d) Pakar persampahan yaitu Kajian tentang aspek sosial dan budaya
birokrat, akademisi, DPRD, wartawan, dan untuk menumbuhkan partisipasi pengelolaan
LSM pemerhati lingkungan, secara purposive sampah rumah tangga perlu dilakukan
sampling. (Saribanon, 2007: 46). Oleh sebab itu, maka

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 145


edy suyanto, dkk. Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi ‘Green Community’ ...

potensi lokal yang ada dalam bentuk pola menjadi 303.321,90 m3. Pada tahun yang
kerigan perlu digali dan ditumbuhkembangkan sama jumlah anggota Bank Sampah tanpa
kembali. intervensi 3.917, tapi dengan intervensi
menjadi 8.318 orang. Jumlah penduduk
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan
prediksi 2020 tanpa intervensi 266.430 jiwa,
partisipasi dari Elzioni (1964) melalui tipe
dengan intervensi menjadi 265.632.
keterlibatan masyarakat dan tipe pelancaran
pengaruh merupakan konsep yang relevan Sejalan dengan partisipasi green
untuk menyusun tipologi partisipasi. Selain community dalam pengelolaan sampah, yang
itu, pada pengelolaan sampah rumah perlu dicontoh adalah pemerintah kota yang
tangga di permukiman penduduk dengan komitmennya tinggi adalah Kota Surabaya.
menitikberatkan partisipasi masyarakat, Pemerintah Kota, dalam hal ini Wali Kota
maka perlu mengacu pendekatan dari Elzioni. sangat berkomitmen dan mendukung gerakan
Teori ini mengkaji partisipasi masyarakat komunal yang ada di Kota Surabaya ini. Hal
dalam 2 aspek, yaitu tipe 1 keterlibatan ini membuahkan hasil bahwa Kota Surabaya
masyarakat dan tipe 2 tipe pelancaran dalam waktu satu tahun berhasil menurunkan
pengaruhnya (Handono, 2010:43). volume timbunan sampah dalam jumlah
yang sangat significant yaitu hingga 30%.
Partisipasi green community Kota
Demikian penuturan Wali Kota Surabaya, Tri
Purwokerto dalam pengelolaan sampah rumah
Rismaharani, yang menjadi tuan rumah dalam
tangga green waste upaya mendukung kota
deklarasi “Menuju Indonesia Bersih 2020”
hijau meliputi beberapa aspek yaitu sosialisasi,
pada tanggal 24 Februari 2014 (Suyanto at
pemberdayaan, perubahan paradigma
al., 2014: 6).
pengelolaan sampah “end of pipe” ke
green waste (nir-limbah), mensosialisasikan Retribusi sampah sesuai dengan
pengelolaan sampah melalui bahasa Banyumas Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk Kota
ngapak-ngapak dan blakasuta, tuk- melong, Purwokerto. Perda Nomor. 19 Tahun 2011 Bab
cablaka, semblothongan (Jawadwipa) serta IV tentang Retribusi Pelayanan Persampahan
kesenian kentongan (thek-thek). dan Perda Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah mengatur tentang
Sosialisasi Pembentukan Bank retribusi tarif pelayanan /kebersihan.
Sampah PAS (Peduli akan Sampah) Namun pelayanan petugas pengangkut
sampah tidak 100% dapat terangkut, hanya
U p a ya g r e e n c o m m u n i t y d a l a m
terangkut 70%, dimanfaatkan 7%, sisanya
mendukung terwujudnya kota hijau, yaitu
tidak termanfaatkan. Pemanfaatan sampah
dengan melakukan pembentukan Bank
dilakukan Bank sampah, tercatat 2013 jumlah
Sampah PAS. Kegiatan ini, melakukan
anggota Bank Sampah 687 orang, jumlah
kerjasama dengan SKPD terkait Kabupaten
sampah an-organik yang dikelola 28.033,2
Banyumas dalam hal ini BLH dan DCKKTR.
kg, setiap minggu menampung 25-50 kg
Target awal BLH yaitu terbentuknya komunitas
sampah, uang terkumpul Rp. 1.300.000,00.
hijau dan Bank Sampah setiap RT minimal
satu buah. Dalam pelaksanaanya, pihak BLH
Pemberdayaan Masyarakat dalam
menggandeng kerjasama komunitas pecinta
Pengelolaan Sampah Green Waste
lingkungan green community.
Berbasis Pola Kerigan
Sampai April 2015, tercatat baru berdiri
Aktivitas green community dalam
6 Bank Sampah dengan 23 komunitas hijau,
pemberdayaan, yaitu melakukan kegiatan
peduli akan sampah, akan tetapi BLH men
sosialisasi dan penyuluhan berbasis pola
targetkan di setiap RT berdiri Bank Sampah
kerigan, pengelolaan sampah rumah
untuk waktu Desember 2015, sehingga
tangga green waste pola 3 R, kepada ibu-
pada akhir 2015 akan terbentuk 1.152 Bank
ibu PKK, Dasa Wisma, pemulung, nasabah
Sampah. Untuk itu, maka keberadaan green
Bank Sampah, pelaksanaannya bekerjasama
community sangat penting, kegiatan yang
dengan RT, komunitas hijau di masing-masing
dilakukan adalah melakukan pemberdayaan
wilayah Kota Purwokerto. Sehubungan
melalui sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan
dengan partisipasi, maka perlu dilakukan
management tentang Bank Sampah dalam
terlebih dahulu sosialisasi, hal ini perlu dalam
upaya ikut memberdayakan masyarakat
rangka pembentukan karakter dan perilaku
secara mandiri dalam pengelolaan sampah.
seseorang. Sebagaimana dikemukakan
Hasil prediksi 2020 jumlah sampah yang
Mintarti, Niken dan Wiwik (2014: 162) yang
dikelola di Bank Sampah tanpa intervensi
mengemukakan bahwa sosialisasi merupakan
sebanyak 161.729,60 m3, dengan intervensi

146 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

proses manusia untuk mempelajari tata cara yang dicanangkan Wakil Presiden Yusuf
kehidupan dengan berbagai budaya yang ada. Kalla, maka green community Purwokerto
dalam pembuatan lubang resapan biopori,
Aktivitas yang dilakukan Bank Sampah
bekerjasama dengan pihak Koramil dan
dalam kontribusi / intervensi meliputi
Polsek Purwokerto Utara, Purwokerto
kegiatan sebagai berikut (1) melakukan
Selatan, Purwokerto Timur, Purwokerto Barat,
aktivitas pelatihan (termasuk workshop),
dan Pemkab serta LSM Peduli Lingkungan,
dengan tujuan untuk meningkatkan
dilakukan di beberapa titik di Arcawinangun,
kemampuan mengelola atau memanfaatkan
Karangwangkal, Mersi, Karangklesem,
sampah rumah tangga green waste, maka
Grendeng, Bancarkembar, Kranji, Sawangan,
menyebabkan lebih banyak sampah yang
Karangpucung, Sokanegara dan di beberapa
dapat dimanfaatkan atau dijual ke Bank
kantor dengan jumlah 2.000 lubang
Sampah; (2) melakukan aktivitas promosi
biopori. Untuk lubang resapan biopori, pada
(dalam bentuk lieflet, brosur, spanduk,
umumnya kesadaran pentingnya biopori
baliho, film dan sebagainya) dalam rangka
masih kurang, karena ketidaktahuan tentang
meningkatkan partisipasi masyarakat.
manfaat resapan biopori. Kegiatan yang sama
Hal ini dilakukan secara aktif dan terus
di lakukan pelajar, dalam rangka hari Bumi 23
menerus untuk menarik masyarakat agar
April 2015, membuat lubang resapan biopori
terjadi kesadaran (“revolusi mental”) untuk
secara gotong royong berbasis pola kerigan.
menjadi anggota /nasabah Bank Sampah.
Aktivitas green community dalam pembuatan
Hal ini akan menambahkan pemanfaatan
lubang biopori dalam rangka menjaga
sampah anorganik di bank sampah, sehingga
keseimbangan ekologi dengan sarana dan
masyarakat juga menjadi lebih sejahtera.
prasarana dibantu dari berbagai perusahaan
Dengan demikian, maka sampah yang
dan BUMD.
masuk ke TPA “Gunung Tugel” menjadi lebih
sedikit. Hal ini menyebabkan umur TPA
Sosialisasi Bank Sampah Mengga­
menjadi lebih lama/panjang.
nakan Bahasa “Ngapak-ngapak”
Perubahan Paradigma Pengelolaan dan “Blakasuta (Jawadwipa)”
Sampah “end of pipe” ke “Green Partisipasi green community dalam
Waste (nir-Limbah)” dan Keseimban­ melakukan kerja sama dengan pihak
gan Lingkungan (RTH, DED, Biopori). BLH dan DCKKTR Kabupaten Banyumas,
dengan melibatkan stakeholder pengusaha,
Partisipasi green community dalam
Perbankan, BUMN, developer, perguruan
teknis operasional pengelolaan sampah green
tinggi, SKPD dalam penyediaan fasilitas
waste, secara umum partisipasi masyarakat
tempat pengumpulan sampah. Kegiatan
yang dianggap paling dominan penting
ini berhasil, terbukti ada sekitar 4.000 ribu
dalam pengelolaan sampah rumah tangga
pasang tong sampah yang sudah terpasang
adalah terletak pada aspek teknis operasional
di setiap pinggir jalan Kota Purwokerto,
di lapangan. Hal ini dikarenakan bentuk
taman kota, terminal, pasar, RS, perkantoran,
pengelolaan sampah dimulai dari sumber
Sekolah.
sampah/rumah tangga, yaitu dimulai dari
pemilahan, pewadahan, pengumpulan, Green community melakukan kerjasama
pengangkutan dan pengelolaan sampah. dengan SMPN 5 Karangklesem Purwokerto,
menyelenggarakan pameran poster dengan
Aktivitas green community lain, adalah
tema “Bank Sampah.” Tercatat 252 poster
setiap minggu pertama setiap bulan,
dan spanduk, banner, berhasil dipamerkan.
bersama masyarakat sekitar sungai “Kranji”,
Pameran selain bertemakan Bank Sampah,
warga sungai hulu “Kranji”, komunitas hijau,
juga kalimatnya menggunakan bahasa Jawa
bersama warga Mersi, Arcawinangun,
berdialek ngapak-ngapak yang blakasuta
SKPD, bahkan dengan Kodim dan jajarannya
Banyumas.
(Koramil), Polsek, tokoh masyarakat secara
bersama-sama membersihkan sampah P r o g ra m Pe m e r i n t a h Ka b u p a t e n
yang ada di sungai “Kranji”. Sampah plastik Banyumas mencanangkan Kamis Ngapak-
yang mencemari Sungai “Situ Elok” juga ngapak dan memakai cincin “akik” serta
dibersihkan bersama komunitas hijau pakaian adat Banyumas, yaitu setiap Kamis
Pernasidi. Juga membersihkan sampah seluruh pegawai Pemda Banyumas untuk
di sungai “Raden”. Program ini disebut menggunakan bahasa Jawa Banyumasan dan
“Serangan Fajar” green community. memakai cincin batu “akik” serta memakai
pakaian adat Banyumas, selama kerja di
Program pembuatan lubang biopori

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 147


edy suyanto, dkk. Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi ‘Green Community’ ...

kantor. Pada intinya, Pemda Banyumas ingin ,dasar kebijakan baru dalam pengelolaan
mengaktifkan kembali kearifan lokal seperti sampah rumah tangga bersifat partisipatif,
pola kerigan di kalangan masyarakatnya. desentralisasi, mandiri dan mengacu pada
prinsip ekonomi, kesejahteraan,adil, dan
Sebagaimana diketahui bahwa ciri
keberlanjutan.
masyarakat Purwokerto adalah blakasuta,
gluwehan, dengan simbul Bawor atau Sejalan dengan ini, maka Ariany
Cepot (bicara terus terang, apa adanya, dan Putera (2013:33) mengemukakan
jujur serta senang bergaul) dengan bahasa bahwa untuk meningkatkan partisipasi,
jawa ngapak-ngapak (Jawadwipa) (Priyadi, maka perlu adanya perbaikan sumberdaya
2005:67). Beberapa contoh poster yang aparatur Pemda dalam rangka meningkatkan
menggunakan bahasa lokal Banyumasan di koordinasi antarstakeholder agar dapat
antaranya: Berbunyi, Bank Sampah, Papan melayani masyarakat secara terpadu dan
nyulap runtah dadi rupiah (Bank Sampah berkesinambungan serta jiwa mengayomi
merubah sampah menjadi uang ) atau Yuh sehingga setiap program dapat berhasil
nyimpen runtah maring Bank Sampah dengan baik.
(mari menabung sampah di Bank Sampah)
Berdasarkan data hasil survei,
dan kalimat poster Gagian padha melu
observasi, data sekunder, analisis isi,
nyengkuyung Bank Sampah (Secepatnya
dari berbagai instansi terkait, wawancara
bersama-sama ke Bank Sampah) (Suyanto,
mendalam, Focus Group Discussion dan
2014:6).
triangulasi sumber, serta penilaian dari para
Green Community dalam perencanaan pakar di bidang lingkungan/persampahan,
pengelolaan sampah mengacu kegiatan yang diolah dengan menggunakan AHP, maka
yang dilakukan Wali Kota Bandung, Malang hasil analisis AHP diperoleh beberapa alternatif
dan Wali Kota Surabaya. Kegiatan tersebut kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga
mendirikan Posko Hijau, Asuransi Sampah, berbasis pola kerigan mendukung kota
dan deposit sampah serta “gerakan pungut hijau, untuk nilai prioritas alternatif kebijakan
sampah”. Potensi sampah di Kota Purwokerto Pemda dalam pengelolaan sampah rumah
tinggi dan sudah melampaui daya tampung tangga zero waste, sebagaimana tercantum
TPA yaitu 214 m3 per hari. pada Tabel 1 berikut ini:
Data menunjukkan bahwa tahun Tabel 1
2013 volume sampah tiap hari yang Nilai Prioritas Kebijakan Pengelolaan
dihasilkan masyarakat 285 m3, dengan Sampah
jumlah penduduk 243.341 jiwa, dengan
No Alternatif Bobot Prioritas
volume sampah rata-rata 0,0024 m3
1. Penegakan 0, 119 3
per jiwa/hari, sedangkan sampah yang
hukum
dapat dimanfaatkan ulang rata-rata 7 %.
2. Pola 3 R (reduce, 0, 402 2
Maka tidak semua sampah dapat diangkut,
reuse, recycle)
karena itu, green community secara rutin
3. Partisipasi green 0, 411 1
melakukan “serangan fajar” dan bersepakat community
“perang terhadap sampah” serta melakukan
4. Pemilahan 0,067 4
“gerakan pungut sampah” di Kota Purwokerto. sampah rumah
tangga
Model Kebijakan dan Strategi Pemda
Sumber: Hasil Olah Data AHP, 2015
dalam Pengelolaan Sampah Green
Waste
Model alternatif kebijakan pengelolaan
Upaya Pemda mewujudkan penerapan sampah rumah tangga berbasis partisipasi
kebijakan pengelolaan rumah tangga green community, prioritas pertama adalah
mendukung kota hijau Purwokerto, harus partisipasi green community, dengan nilai
dilakukan secara terpadu, dimulai dari pembobotan 0,411, prioritas kedua adalah
dukungan berbagai perangkat hukum dan penerapan pola 3 R, yaitu reduce, reuse dan
peraturan pemerintah (PP), peraturan recycle, dengan nilai pembobotan 0,402,
perundang-undangan (Perpu). Kebijakan prioritas ketiga adalah penegakan hukum
pengelolaan sampah dapat memberikan dengan nilai pembobotan 0,119 dan prioritas
kepastian hukum dalam perencanaan dan terakhir pemilahan sampah rumah tangga
pemanfaatan bagi pemerintah, pengusaha, dengan nilai pembobotan 0,067. Untuk nilai
pemulung, Bank Sampah, LSM dan pemangku kepentingan yang berpengaruh
masyarakat. Menurut Ibrahim (2009:63) terhadap kebijakan pengelolaan sampah,

148 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

Gambar 1 Khierarki Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi Green Community

secara berturut-turut prioritas pertama Hardiyansyah dan Rahmad Effendi (2014: 108)
adalah masyarakat nilai bobot kepentingan mengemukakan bahwa model implementasi
0,426, kedua adalah pemerintah nilai bobot kebijakan dalam pengelolaan kebersihan
0,272, ketiga adalah Bank Sampah nilai bobot dan persampahan di Kota Palembang lebih
0,146, pengusaha nilai bobot kepentingan mengarah kepada model implementasi
0,098 dan terakhir pemulung nilai bobot kebijakan dari Erwards III yang meliputi faktor
0,057. Sedangkan untuk aspek kriteria komunikasi, sikap pelaksana, sumberdaya,
prioritas pertama adalah tercapainya kota dan struktur birokrasi dan perlu ditambahkan
bersih dari sampah 67,7%, kedua biaya faktor lain yaitu komitmen pimpinan. Untuk
22,9% dan ketiga pendapatan 9,3%. mendapatkan keberhasilan suatu program
kebijakan, maka perlu memperkuat koordinasi
Model partisipasi green community
secara terpadu antar stakeholder dan Satuan
dalam pengelolaan sampah, sejalan dengan
Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait (Ria
pendapatnya Ndaha (1990:62). Partisipasi
Ariani, 2013: 33).
melalui kontak dengan pihak lain sebagai
salah satu titik awal perubahan sosial Strategi kebijakan Pemerintah Kota
dalam menyerap dan memberi tanggapan Purwokerto dalam pengelolaan sampah rumah
terhadap informasi dalam arti menerima, tangga, upaya mendukung terwujudnya kota
menyetujui, menerima dengan syarat, hijau yang sudah dikerjakan adalah melakukan
maupun menolaknya, partisipasi dalam pembentukan green community, pendirian
pelaksanaan operasional pembangunan dan Bank Sampah, bank pohon percontohan,
partisipasi dalam menerima, memelihara dan mendirikan beberapa Ruang Terbuka Hijau
mengembangkan hasil pembangunan atau dan peningkatan partisipasi masyarakat
participation in benefits menuju masyarakat berbasis pola kerigan. Sementara itu,
mandiri (Ndaha, 1990: 64). program yang sudah direncanakan dan akan
dilaksanakan adalah pendirian penerapan
Berdasarkan uraian AHP, maka dapat
sistem insentif dan desinsentif pola 3 R,
disajikan struktur khirarkhi dari model
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
kebijakan pengelolaan sampah upaya
sampah secara mandiri, penegakkan hukum,
mendukung kota hijau Purwokerto. disajikan
peningkatan pembinaan kaum perempuan,
pada Gambar 1.
peningkatan pemahaman masyarakat tentang
Partisipasi green community dalam pola 3 R dan revitalisasi pola kerigan, asuransi
pengelolaan sampah rumah tangga green sampah untuk kesehatan dan deposit sampah,
waste mendukung kota hijau merupakan serta revitalisasi manajemen pengelolaan
prioritas pertama. Sejalan dengan kebijakan sampah rumah tangga.
tersebut, maka berdasarkan hasil penelitian

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 149


edy suyanto, dkk. Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi ‘Green Community’ ...

Strategi kebijakan pengelolaan melakukan pengangkutan sampah dari TPS


sampah rumah tangga upaya mendukung ke TPA, sehingga banyak sampah rumah
Kota Hijau Purwokerto, dapat dilaksanakan tangga yang tidak terangkut, yang akhirnya
diantaranya dengan Pengurangan sampah “berceceran” mengganggu kebersihan
rumah tangga dari sumber penghasil sampah l i n g k u n g a n . M a k a d i p e r l u k a n u p aya
ramah lingkungan menuju green waste (zero mengatasi hal tersebut; (2) Masyarakat ada
waste). Upaya paradigma baru mengurangi yang tidak membayar retribusi sampah sesuai
sampah rumah tangga dari sumber sampah ketentuan, malah ada yang membuang
dengan ramah lingkungan menuju green sampah di sembarang tempat bahkan
waste merupakan salah satu upaya dalam dibakar; (3) Legislatif selaku pembuat
pengelolaan sampah. Tujuan dari paradigma Peraturan Daerah belum menyetujui
baru ini adalah untuk mengurangi volume penyediaan anggaran untuk pengelolaan
sampah yang harus diangkut dan dibuang sampah yang optimal, sehingga pihak Pemda
ke TPA. selalu mengalami kekurangan anggaran
dalam pengelolaan sampah. Oleh karena
Dasar program gerakan sosial dalam
itu, perlu komitmen dari berbagai pihak;
pengelolaan sampah dan lingkungan pada
(4) Dalam implementasinya, pemerintah
umumnya tercantum dalam UU No. 18
belum sepenuhnya melaksanakan peraturan
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
persampahan yang ada di masyarakat Kota
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Purwokerto.
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No.
26 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang, Strategi yang direncanakan Pemda dan
UU No. 32 Tahun 2004 dan PP No. 50 Tahun akan dikerjakan bersama green community
2007 tentang Kerjasama Antar Daerah dan adalah program ekoliterasi atau kesadaran
Permendagri No. 33 Tahun 2010 tentang lingkungan dalam bentuk ekodesain upaya
Pedoman Pengelolaan Sampah. Adapun yang melakukan penyadaran dan pemahaman
menjadi mitra dalam gerakan sosial dalam masyarakat tentang pengelolaan sampah
Go Green Program, adalah Pemerintah, PKK, rumah tangga.
Dawis, LSM, mahasiswa/pelajar, pengusaha,
Pendekatan yang akan digunakan
akademisi, komunitas pecinta lingkungan
dalam ekoliterasi adalah pendekatan agama,
secara terpadu.
dengan memperkenalkan pendekatan “dosa
Ke b i j a k a n p e n i n g k a t a n sistem sosial” dalam memberdayakan masyarakat
pengelolaan sampah rumah tangga dapat dalam pengelolaan sampah rumah tangga
dilakukan dengan cara melakukan penegakan seperti di Kota Yogyakarta (Arieta, 2014:
hukum dan dengan melengkapi peraturan 2). Pendekatan agama dengan “dosa sosial”
pemerintah yang ada, maka diberlakukan yang dimaksud adalah semacam persepsi
beberapa hal yaitu: (a) Penegakan hukum atau membayangkan, “jika aku menjadi”,
dan pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar dalam pengertian masyarakat diminta
pengelolaan sampah sebagai upaya membayangkan seakan-akan wilayah tempat
pembinaan bagi masyarakat, aparat dan tinggal mereka dijadikan TPA baru. Masyarakat
pemangku kepentingan; (b)Melengkapi dan membayangkan kondisi kotor, bau busuk,
meningkatkan produk hukum yang diperlukan kuman penyakit tersebar dan dalam kegiatan
bagi penyelengaraan pengelolaan sampah; sehari-hari tidak merasa nyaman, karena
(c) Lemahnya penegakan hukum terhadap kondisi sampah tersebut. Pendekatan agama
para pelanggaran pembuangan sampah, ini, diharapkan warga saling menghargai,
merupakan tantangan aparat penegak menyayangi dalam pengelolaan sampah
hukum dalam penerapan Perda agar dapat rumah tangga. Hal ini memicu kesadaran
dilaksanakan secara sungguh-sungguh tanpa masyarakat untuk melakukan pengelolaan
kecuali atau tanpa pandang bulu. sampah secara mandiri.
Ke l e m a h a n l a i n n ya ya n g m a s i h
Simpulan dan Saran
dilakukan oleh hampir semua stakeholders
persampahan adalah belum adanya Berdasarkan hasil pembahasan
langkah strategis untuk menyelesaikan menunjukkan bahwa meskipun green
masalah persampahan. Beberapa kelemahan community telah mengupayakan berbagai
yang terjadi dan perlu penanganan semua partisipasi dalam pengelolaan sampah green
stakeholder antara lain adalah (1) Dinas Cipta waste mendukung kota hijau, namun perlu
Karya Kebersihan dan Tata Ruang selaku dioptimalkan lagi, terutama dalam menggali
pengelola kebersihan belum optimal dalam potensi lokal seperti pola kerigan.

150 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499


MIMBAR, Vol. 31, No. 1 (Juni, 2015)

Bentuk kegiatan partisipasi green sampah di Kota Bandung, Balikpapan.


community yang sudah dikerjakan meliputi Terakhir, perlu mengacu ke Semboyan
sosialisasi, pemberdayaan, paradigma TNI-AD yakni “Jumat bersih”, “Sabtu hijau”,
pengelolaan sampah green waste (nir- “Minggu sehat” dalam rangka mewujudkan
limbah) dan upaya mensosialisasikan Bank Purwokerto sebagai kota hijau.
Sampah dengan menggunakan bahasa
Banyumas Ngapak-ngapak dan blakasuta, Daftar Pustaka
melestarikan “Gunung Slamet,” pembuatan
Arifin HS. (2009). Community Participatory
lubang biopori dan keseimbangan ekologi,
Based Toward Green City: Practice
sudah cukup tapi belum optimal.
Learning From “Kotaku Hijau” (Green
Kesadaran masyarakat dalam City) Competition. Proceeding of the
pengelolaan sampah masih relatif rendah, International Symposium of Green City,
juga dalam kegiatan Musrenbang Kelurahan, IPB International Convention Center Bogor
sehingga timbul keyakinan yang keliru di Indonesia, 10-11 August 2009. 33-40.
kalangan masyarakat. Namun, di satu sisi Arieta.(2014) “Pengelolaan Sampah Berbasis
pelaksanaan Perda No.6 Tahun 2012 dan Komunitas di Kampung Hijau Gambiran
kebijakan penegakan perda saat ini masih Yogyakarta”. Jurnal Interaksi.Vol. 8 No.2.
lemah. Temuan lain menunjukkan bahwa (Desember 2014): 1-9. Purwokerto.
komitmen pemerintah terhadap upaya Sosiologi FISIP Unsoed.
mendukung aktivitas green community dalam Ariany, Ria dan Putera, Roni Ekha. “Analisis
bentuk sarana prasarana, anggaran, maupun Kinerja Organiasasi Pemerintah dalam
keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan Memberikan Pelayanan Publik di Kota
kegiatan dan monitoring, masih kurang. Pariaman”.Jurnal Mimbar. Vol. XXIX, No.1
Keterlibatan stakeholder dan koordinasi antar (Juni 2013): 33-40. Bandung: P2U LPPM
SKPD dalam pengelolaan sampah masih Unisba.
kurang, terkesan adanya ego sektoral dan Bebassari S. (2004). “Pengelolaan Sampah
persaingan. Pemukiman Berbasis Masyarakat di dalam
Pelatihan Teknologi Pengolahan Sampah
Temuan penelitian menunjukkan
Kota Secara Terpadu Menuju Zero Waste
bahwa model alternatif kebijakan Pemda
Jakarta“ [Disertasi]. Bogor: Institut
dalam pengelolaan sampah mendukung kota
Pertanian Bogor.
hijau adalah memprioritaskan partisipasi
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. (2005).
green community, dengan berbagai dukungan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
serta konsistensi dalam pelaksanaan aturan.
494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan
Untuk pemangku kepentingan yang paling
dan Strategi Nasional Pengembangan
berpengaruh dalam kebijakan adalah
Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan
masyarakat, sedangkan aspek alternatif
Umum.
yang menjadi bahan pertimbangan utama
Ernawi IS. (2012). Sekapur Sirih. Buletin Tata
dalam kebijakan adalah aspek kota bersih
Ruang. Bogor: Badan Koordinasi Penataan
dari sampah. Untuk mewujudkan kebijakan
Ruang nasional. BKPRN.Januari-Februari.
tersebut, maka perlu dilakukan secara
Etzioni.(1964). Complex Organizations as
terpadu antar berbagai stakeholder terkait.
Sociological Reader.Holt Rinehart and
Mengacu hasil penelitian, maka perlu Winston. NY.
adanya revolusi mental dengan melalui Gulton. (2003). “Pengelolaan Sampah Padat
pendekatan agama, juga perlu revitalisasi Perkotaan Secara Terpadu.” Jakarta:
manajemen dengan mengedepankan Jurnal Limbah”. Vol.1, Februari 2013:
ekoliterasi dan ekodesign dalam pengelolaan 15-26.
sampah serta revitalisasi pola kerigan Handono M. (2010). “Model Pengembangan
sebagai bentuk kearifan lokal menuju kota Kelembagaan Pengelolaan Persampahan
hijau. Selain itu juga perlu adanya insentif Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat
terhadap petugas Posyandu yang membantu (Studi Kasus Kota Bandung).” [Disertasi].
sosialisasi pengelolaan sampah dalam Bogor: IPB.
mendukung tercapainya kota hijau. Terakhir, Hardiyansyah dan Effendi, Rahmat. (2014).
perlu direalisasikan asuransi kesehatan “Model Implementasi Kebijakan Publik
sampah dan deposit sampah serta perlu dalam Pengelolaan Sampah dan
direalisasikan program “gerakan pungut Kebersihan Kota Palembang. ”Jurnal
sampah” dan “Festifal Purwokerto Bersih”. Hal Mimbar. Vol. XXX, No.1 (Juni 2014): 108-
ini mengacu kepada program pengelolaan 117. Bandung: P2U LPPM Unisba.

‘Terakreditasi’ SK Kemendikbud, No.040/P/2014, berlaku 18-02-2014 s.d 18-02-2019 151


edy suyanto, dkk. Model Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi ‘Green Community’ ...

Ibrahim LD. (2009). “Meningkatkan Partisipasi Mempersiapkan Masyarakat Tinggal


Masyarakat Perkotaan dalam Mewujudkan Landas. Bandung. CV. Rineka Cipta.
Konsep Green City.”Seminar Nasional: Saribanon N. (2007). “Perencanaan Sosial
Mengoptimalkan Peran Public Participation Partisipatif dalam Pengelolaan sampah
menuju Green City. Depok: 30 November Permukiman Berbasis Masyarakat (Kasus
2009. Di Kotamadya Jakarta Timur).”[Disertasi].
Kartodihardjo, Hariadi. (2011). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kepemerintahan dan Kebijakan Suyanto, Edy dan Endriatmo S, Sumardjo,
Lingkungan: Soal diskursus dan Reduksi Hartrisari (2014). “Analysis on local Wisdom-
Ilmu Pengetahuan. S.Ps. IPB. Bogor. Based Green Community Participation
Kholill.(2009). “Pengembangan Model Supporting The Developmental Program
Kelembagaan Pengelola Sampah Kota At The Green City- Purwokerto Indonesia
Model ISM (Studi Kasus di Jakarta (A Case Study of Household Waste
Selatan). ”Jurnal Trnasdisiplin Sosiologi, Management).” International Journal Of
Komunikasi dan Ekologi Manusia. Bogor: Research In Earth Environmental Siences
FEMA IPB. Vol.2 No. 4, Oktober 2009: (IJRES). Vol. 2 No.5 (September 2014):4-
37-47. 9.
Mintarti, Niken Paramarti Dasuki, dan Wiwik Sujarto D. (2011). Pembangunan Kota
Novianti. “Fungsi Kontrol Sosial Islam Baru di Indonesia: Konsep dan Proses
dalam Pencegahan Pergaulan Bebas Pelaksanaanya. Dalam Soegijoko, B.T.
Remaja. ”Jurnal Mimbar,Vol XXIX, No. (Ed.). Pembangunan Kota Indonesia
2 (Desember 2013): Hal. 162-163. dalam Abad 21: Konsep dan Pendekatan
Bandung: P2U LPPM Unisba. Pembangunan Perkotaan di Indonesia.
Ndaha.(1990). Pembangunan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: YSS-URDI C.

152 ISSN 0215-8175 | EISSN 2303-2499

Anda mungkin juga menyukai