Anda di halaman 1dari 3

Cerita Rakyat Meletusnya Gunung Tambora

– Tambora menyimpan banyak misteri yang belum terungkap. Tambora merupakan desa yang terkubur abu
bersama budayanya oleh letusan gunung Tambora tahun 1815 tanggal 10 April. Gunung berapi dengan letusan
terbesar yang pernah ada dalam sejarah. Diperkirakan letusannya 4 kali lipat lebih besar dari letusan Gunung
Krakatau tahun 1883. Korban dari letusan Gunung Tambora di klaim mencapai 90.000 jiwa hingga
menggetarkan dunia. Beberapa negara menjadi imbas dari bencana letusan Tambora yang membuat berbagai
ladang mati, gagal panen dan kelaparan.

Kisah dan cerita legenda dengan berbagai versi pun menyelimuti misteri di balik Bencana besar Gunung
Tambora. Salah satu versi dari cerita tersebut di ungkapkan oleh Bapak Drs. A. Zubair, H.AR, sebagai Kepala
Dinas Dipora Kabupaten Bima.

Masyarakat Tambora pada zaman dahulu bukanlah rakyat yang miskin. Tanah Tambora dikenal di berbagai
penjuru dunia dari kekayaan alam yang melimpah ruah. Mulai dari berbagai jenis kayu, palawija, madu, padi,
buah-buahan hingga hewan seperti rusa, ikan dan kuda. Tambora memiliki sebuah kerajaan, yaitu kerajaan
Tambora dengan Rajanya yang bernama Rangga Mandara.

Masyarakat Tambora begitu kental dengan budaya dan adat yang turun temurun dari nenek moyang. Tambora
juga merupakan pusat para pedagang dan pelaut yang berlabuh dari berbagai negeri, juga memiliki Pelabuhan
Alamnya yang indah.

Suatu hari, datang beberapa perahu yang mengangkut puluhan orang dengan pakaian bersorban dan serba putih.
Raut muka yang bersih putih dan berjonggot. Rakyat Tambora terkejut karena tidak pernah melihat orang-orang
berpenampilan sedemikian rupa. Orang-orang itu berasal dari negeri nan jauh yang terdiri dari berbagai negeri.
Sebagian besar berasal dari tanah Makasar dan Sumatera.

Salah satu pemuka adat menyambut mereka dengan rasa penasaranya bertanya kepada salah satu kelompok
orang tersebut. “Apakah maksud dari kedatangan tuan-tuan kemari?”. Salah satu dari sekelompok orang itupun
menjawab. “Maksud dari kedatangan kami tak berbeda sebagaimana saudara-saudara dari negeri lainnya. Kami
kesini dengan maksud untuk berdagang.” Dengan menunjukkan barang dagangan yang mereka bawa.

Orang-orang yang saat itu ada di tepi pantaipun berdatangan melihat dan tertarik dengan barang-barang
dagangan sekelompok orang tersebut yaitu kain, peralatan berkebun dan melaut. Semakin lama semakin ramai.
Banyak masyarakat menukarkan hasil buminya dengan barang-barang dagangan itu hingga keakrapan dan
kekeluargaan terjalin di antara masyarakat dengan orang-orang berjubah tersebut.

Dari hari-kehari, masyarakat penasaran dengan kegiatan unik yang dilakukan oleh para orang berjubah itu.
Masyarakat terus mengamati kegiatan beribadah mereka yang berbeda dengan apa yang dilakukan masyarakat
selaman ini. Mereka melakukan ritual beribadah secara bersama-sama dengan salah satu tetuanya mempin
didepan. Saat pemimpin menunduk, yang lain ikut menunduk. Saat pemimpin berdiri, rukuk, sujud yang
dibelakangpun mengikutinya.

Kegiatan beribadah itu dilakukan 5 kali setiap harinya. Saat sebelum terbitnya matahari, siang ketika matahari
berada tegak di atas kepala, menjelang terbenamnya matahari dan setelah terbenamnya matahari. Melantunkan
secara bersama-sama dari sebuah buku tebal yang mereka baca.

Kebiasaan tersebut menjadi pusat perhatian warga sekitar yang terus mengamati kegiatan orang-orang berjubah
itu dan sebagian pula yang coba menirunya. Hingga suatu ketika, beberapa warga dengan rasa penasaranya
bertanya kepada salah satu tetua mereka. “Maaf tuan-tuan, kami ingin mengetahui apa yang tuan-tuan lakukan
setiap hari seperti itu dan ajaran apa yang tuan-tuan lakukan ini?”

“Dengan senang hati, kami bisa menyampaikannya kepada tuan. Agama kami bernama Islam, dan kami hanya
menyembah kepada Allah SWT tuhan pencipta alam semesta. Agama Islam sudah lama berkembang di Zazirah
Arab hingga sampai ke Eropa.” Dengan senyum dan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Terjadi
obrolan-obrolan yang panjang di antara masyarakat dan Orang berjubah mengenai Agama Islam.

Warga : “Lalu siapa yang membawa agama ini pertama kali, hingga sampai ke tuan-tuan sekalian?”

Salah Satu Orang berjubah : “Panjang ceritanya tuan. Allah SWT telah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi-
nabi dan Rasul sebagai pembawa risalah-Nya. Nabi Muhammad Salallahu Alaihiwassalam adalah Nabi terakhir
yang selanjutnya disebarluaskan oleh para sahabat serta pengikut setianya hingga sampai saat ini.”
Warga : “Selama ini kami menyembah Pohon dan batu-batu, bearti itu semua salah dan bertentangan bagi
agama tuan.”

Salah Satu Orang berjubah : “Iya, betul tuan-tuan. Sebelumnya, kami pun hampir sama dengan apa yang tuan
lakukan. Di zazirah Arab dulu mengamalkan ajaran nenek moyangnya. Namun, kami sadar bahwa roh-roh,
bebatuan, pohon yang kita sembah itu hanyalah ciptaan Allah SWT yang maha pencipta. Seluruh isi alam
adalah ciptaan-Nya dan tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya.”

Warga dan kepala kampung hanya terdiam. Berfikir bahwa yang diucapkan mereka nampaknya masuk diakal.
Kemudian orang dengan jubah itu bertanya sambil mengajak bergabung mengikuti ajarannya. Masih dengan
rasa penasaran, salah satu warga bertanya syarat untuk masuk Islam. Kemudian Mereka menjelaskan tentang
dua kalimat syahadat.

Untuk masuk Agama Islam hanya dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat. Yaitu meyakini bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan-Nya. Lalu melanjutkannya dengan menjelaskan tentang
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Yaitu berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran serta melaksanakan segala
perintah Allah dan Rasul dan menjauhi larangannya.

Yang dijauhi adalah berzina, berjudi, minuman yang memabukkan, menyembah berhala dan makanan yang
diharamkan seperti daging babi, daging anjing dan diajarkan hanya memakan makanan yang halal. Kemudian
banyak dari warga sekitar yang setuju dan masuk Agama Islam. Semakin hari semakin bertambah pengikutnya.

Masyarakat Tambora memanggil pemimpin orang-orang berjubah itu dengan sebutan Kiyai Saleh. Anggotanya
juga dipanggil dengan sebutan Kiyai dan diikuti dengan nama masing-masing. Semakin hari semakin banyak
pemeluk Agama Islam, hingga sepakat ingin membangun tempat beribadah. Namun, adapula sebagian dari
warga yang tidak setuju dengan adanya Agama Islam, yang menurutnya membatasi gerak-gerik mereka.

Dengan berbagai cara, mereka menghalang-halangi orang-orang yang ingin bertemu dengan Kiyai Saleh.
Hingga suatu saat mereka yang menentang ajaran Agama Islam itu melapor kepada Raja dengan memanaskan
suasana. Mereka menceritakan bahwa Agama yang di anut oleh Kyai Saleh membuat warga melupakan ajaran
nenek moyangnya dan melarang memakan Daging babi dan daging anjing, dimana merupakan salah satu
makanan kesukaan sang Raja.

Diundanglah Kyai Saleh dan beberapa pengikutnya untuk bertemu langsung dengan Raja. Raja Tambora
menyambut Kyai Saleh dengan ramah beserta makanan dan buah-buahan. Disana terjadi sebuah diskusi
mengenai Agama dan adat yang sudah menjadi pemerintahan Tambora selama ini. Setelah Kiyai Saleh
meninggalkan kerajaan, sang Raja berdiam diri di kamarnya. Apa yang diucapkan Kyai Saleh selalu teringat
dibenaknya.

Dan sepertinya Raja tertarik dengan ajaran Kiyai Saleh. Seiring bergantinya hari, Raja Mandara
mempertimbangkannya dengan para tetinggi kerajaan dan pembantu-pembantunya. Didalam pertimbangan itu
salah satu pejabat mengatakan bahwa tidak baik bila meninggalkan ajaran nenek moyang hanya untuk
mengikuti ajaran Kiyai Saleh. Ternyata dari pejabat-pejabat kerajaan banyak yang tidak setuju dengan ajaran
yang dibawa Kiyai Saleh tersebut.

Hingga dipertengahan pertimbangan, salah seorang tetinggi kerajaan mengusulkan sesuatu dan membisikkan
usulnya kepada Raja Mandara untuk mengadakan Kenduri besar-besaran. “Siapkan hidangan yang mewah
dengan daging rusa, kerbau, kambing dan anjing. Kita adakan kenduri besar-besaran bersama Kiyai Saleh”.
Ucap Raja Mandara setelah mendengarkan usulan dari salah satu pejabat kerajaan itu.

Dari usulan itu, ada juga salah satu pejabat kerajaan yang keberatan dengan ide tersebut. Namun, tetap saja
acara kenduri itu di laksanakan seperti rencana. Pada hari yang telah ditentukan, Kiyai Saleh dan para
pengikutnya hadir setelah menunaikan shalat Isya Berjama’ah. Mereka makan bersama dengan lahap. Hingga
akhirnya tanpa curiga, Kiyai Saleh mengambil daging anjing yang telah dicampur dengan daging rusa dan
kerbau. Raja Mandara dan pejabat kerjaan tersenyum saling memandang wajah masing-masing karena tipu daya
dan jebakannya telah berhasil.

Setelah semua orang selesai menyantap hidangan berlimpah itu, Raja Mandara berkata kepada Kiyai Saleh.
“Wahai Tuan Kiyai, bagaimana rasa masakan yang kami suguhkan ini?”.

“Makanan yang baginda suguhkan ini begitu enak. Terima kasih atas jamuan yang sudah disuguhkan pada
malam ini. Semoga Allah SWT menambah dan melimpahkan karunia-Nya kepada Negeri Tambora ini”. Kiyai
Saleh menjawabnya dengan mendoakan Raja dan Negeri Tambora.

“Diantara suguhan daging-daging lezat itu, terdapat pula daging Anjing yang tuan haramkan.” Ucap Raja
Mandara dengan gelak tawa para pejabatnya.
Kiyai Saleh dan Pengikutnya merasa kecewa dan marah. Kiyai Saleh berdiri dengan menunjuk ke arah wajah
Raja Mandara. “Terkutuklah kau Raja Rangga Mandara serta rakyatmu yang telah melakukan tipu daya ini.
Cepat atau lambat suatu saat kerajaan ini akan tenggelam selama-lamanya.”

Kiyai Saleh dan pengikutnya pergi dan terus berjalan ke arah selatan melewati kaki Gunung Tambora. Dengan
rasa kecewa, sedih dan terus bermunajat kepada Allah SWT agar diampuni atas dosa yang telah dilakukan.
Tepat waktu shalat subuh, Mereka tiba di sisi selatan gunung Tambora di sebuah teluk. Setelah menunaikan
shalat subuh, mereka berdoa kepada Allah SWT agar Raja Rangga Mandara diberikan hukuman yang setimpal
atas tipu daya yang dibuatnya.

Mereka terus berdoa Hingga terbit matahari. Bumi bergonjang dengan dahsyatnya menggetarkan tanah
Tambora. Hingga terciptanya letusan yang amat besar dari gunung Tambora yang memuntahkan lahar panasnya.
Langit yang cerah berubah menjadi gelap terselimuti oleh awan panas dari letusan Gunung Tambora.

Istana Tambora dalam sekejab luluh lantah, orang-orang berlarian dikejar banjir lahar. Gunjangan itu juga
membuat air laut naik kedaratan dan menenggelamkan semua yang ada disana. Kerajaan Tambora tenggelam
bersama lahar dan air laut yang memporak-porandakan kerajaan. Hingga kini, orang-orang hanya melihat
padang pasir luas mengitari gunung Tambora yang terletak diujung timur tanah Bima. Tempat berdoa Kiyai
Saleh dan pengikutnya itu, Masyarakat setempat menamakannya Teluk Saleh.

Anda mungkin juga menyukai