Anda di halaman 1dari 40

STUDI KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN FAKTOR RISIKO


INTERNAL DITINJAU MELALUI PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS
KECAMATAN KEMAYORAN

KELOMPOK 1
Disusun oleh:

Farida Citra Permatasari


(1102014094)

Pembimbing :

dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan studi kasus yang berjudul “SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN


FAKTOR RISIKO INTERNAL DITINJAU MELALUI PENDEKATAN
KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS KECAMATAN
KEMAYORAN” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan dalam
rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI bagian Kedokteran Keluarga.

Jakarta, Januari 2019


Pembimbing,

dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim
penulis sehingga laporan Studi Kasus pasien yang berjudul "SKIZOFRENIA
PARANOID DENGAN FAKTOR RISIKO INTERNAL DITINJAU
MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS
KECAMATAN KEMAYORAN” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Penulis juga berharap agar laporan ini dapat berguna sebagai
salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan tentang Ilmu
Kesehatan Masyarakat mengenai penanganan penyakit dengan pendekatan secara
holistik. Pasien dalam laporan hasil studi kasus ini adalah salah satu pasien dari
Puskesmas Kecamatan Kemayoran ketika penulis ditugaskan di puskesmas tersebut
pada periode 24 Desember 2018 – 25 Januari 2019.
Penyelesain laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing,
staf pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar yang
terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Yusnita, M.Kes, DipIDK, selaku dosen pembimbing dan koordinator
Kepaniteraan Kedokteran Keluarga bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberi masukan yang
bermanfaat.
2. dr. Erlina Wijayanti, MPH, DipIDK, selaku kepala bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas YARSI.
3. dr. Dini Widianti, selaku koordinator Kepaniteraan Kedokteran Komunitas
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas YARSI.

2
4. DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes,
dr. Maya Trisiswati, M.KM selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
5. drg. Lindawati, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Kemayoran.
6. dr. Nurul Inayah dan seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan
Kemayoran yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk
kelancaran proses penulisan laporan ini
7. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini

Jakarta, Januari 2019

3
BAB I
PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN

No. Rekam Medis : 3992


Nama Puskesmas : Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Nama : Tn. AW
Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Juni 1968
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Kebon Kosong VI No. 92F RT04/RW 01
Pendidikan terakhir : STM
Agama : Islam
Suku : Betawi
Status : Belum Menikah
Jenis Pembayaran : KJS
Tanggal Pemeriksaan : 04 Januari 2019

1.2 ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pasien pada tanggal 04 Januari 2019 pukul 15.00
WIB di Poli Psikiatri Puskesmas Kecamatan Kemayoran dan dilakukan
alloanamnesis pada keluaga pasien saar kunjungan rumah pasien pada tanggal
08 Januari 2019 pukul 12.30

1. Keluhan Utama :
Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Kemayoran untuk melanjutkan
pengobatan.
2. Keluhan Tambahan :
Pasien kadang-kadang merasakan tremor pada kedua tangannya
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Kemayoran sendiri pada
tanggal 04 Januari 2019. Saat ini pasien merasa sudah ada perbaikan dalam

4
dirinya dan sudah mulai bisa beraktivitas seperti biasanya, tetapi pasien
masih mendengar suara bisikan seorang pria yang mengejeknya. Pasien
ingin melanjutkan pengobatannya agar halusinasinya dapat segera hilang
sepenuhnya. Pasien khawatir apabila ia tidak meneruskan pengobatan,
penyakit pasien akan kambuh dan menjadi lebih parah dari sebelumnya.
Pasien mengatakan awalnya mengira penyakitnya merupakan kejadian
magis yang didapatkannya saat berlibur didaerah Banten bersama teman-
temannya. Namun setelah pasien melakukan pengobatan dan rutin
mengonsumsi obat merasa keluhannya berkurang dan mulai menganggap
kalau penyakitnya memang gangguan medis dan merupakan cobaan dari
Allah SWT yang harus ia lalui. Sebelum sakit pasien cukup rajin beribadah
baik sholat 5 waktu atau pun membaca Al-Quran, namun setelah sakit pasien
menjadi jarang dalam beribadah ataupun membaca Al-Quran, karena saat
sholat pasien masih dapat mendengar bisikan-bisikan tersebut sehingga
menyebabkan sholatnya tidak khusu’.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Gangguan Psikiatri
Pasien mulai menunjukkan perubahan sikap dan perilaku pada tahun
1990. Hal ini dirasakan pasien setelah berlibur ke daerah Banten
bersama teman-temannya. Pasien mengatakan bahwa pada saat
berlibur semua rekannya memakai cincin yang dipercaya memiliki hal
magis “makhluk halus” tetapi saat itu hanya pasien yang tidak
memakai cincin tersebut, karena pasien tidak mempercayainya.Tak
lama setelah pulang dari liburan tersebut, kekasih pasien selingkuh
dengan pria lain dan setelah itu pasien mulai merasakan hal-hal aneh
dan perubahan sikap seperti mendengar suara bisikan pria yang belum
pernah ia dengar sebelumnya yang seakan-akan mengambil alih
dirinya. Bisikan itu bersifat menghasut ataupun mengejek dirinya.
Pasien mengatakan, kata-kata tersering saat bisikan muncul adalah
mengejek pasien bahwa pasien tidak berguna. Bisikan tersebut juga
terkadang menyuruh pasien untuk melakukan sesuatu seperti

5
membanting barang-barang dirumah ataupun mengajaknya
mengobrol sehingga pasien sulit untuk tidur. Pasien juga meyakini
bahwa ada seorang pria yang tidak suka pada dirinya sehingga pria
tersebut terus menggolok-menggoloknya dan ingin mencelakai
kehidupannya serta keluarganya. Pasien juga beranggapan bahwa
orang dalam televisi dan bila ada orang berkumpul sedang
membicarakan dirinya dan ingin mencelakainya.
Menurut Ibu pasien, pasien sering berbicara sendiri, sering marah-
marah, mengamuk yang kadang membanting barang-barang tanpa
sebab bahkan pasien pernah berteriak teriak sambil memanjat pohon
sawo disekitar rumah pasien. Menurut pasien itu semua adalah ulah
dari bisikan-bisikan tersebut. Makin lama bisikan-bisikan tersebut
terdengar lebih sering dan mengganggu aktivitas pasien. Pada
awalnya, keluarga pasien menganggap bahwa pasien kesurupan dan
dibawa berobat ke “orang pintar” untuk dilakukan ruqyah namun tidak
ada perbaikan. Setelah itu pasien dibawa oleh keluarganya ke RSJ
Grogol untuk dirawat inap. Tetapi di RS tersebut hanya 1 hari saja
dirawat inap karna keluarga pasien merasa tidak tega dan pasien hanya
melanjutkan pengobatan rawat jalan. Selama menjalani pengobatan
sikap pasien mulai dapat terkontrol, pasien juga merasa bisikan-
bisikan yang ia dengar mulai jarang terdengar. Pasien mengatakan
obat yang diberikan saat itu hanya satu macam, namun pasien tidak
ingat nama obatnya. Obat tersebut dimakan dua kali sehari dan
berukuran kecil berwarna putih. Obat ini terkadang membuat tangan
pasien sering bergetar.
Pada tahun 2010 pasien sempat putus obat, dikarenakan terbentur
masalah biaya dan letak RSJ yang jauh dari rumah dan karena
ketentuan KJS pasien melanjutkan pengobatan ke Puskesmas
Kecamatan Kemayoran.

6
b. Gangguan Medik
Saat pasien 7 tahun pasien memiliki riwayat trauma dikepala saat
terjatuh dari microlet. Pasien tidak pernah menderita penyakit medis
yang berat. Tidak terdapat riwayat gangguan syaraf, kejang, maupun
epilepsi.
c. Penggunaan Zat Psikoatif dan Alkohol
Pasien tidak merokok dan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan
terlarang, tetapi pasien pernah mengonsumsi alkohol saat pasien
bersekolah di STM.
5. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir dari pernikahan yang sah. Pasien merupakan seorang
anak yang dinanti kelahirannya. Pasien adalah anak ketiga dari lima
bersaudara. Saat dilahirkan, usia kandungan cukup bulan, dilahirkan
secara normal pervaginam dibantu oleh bidan tanpa ada penyulit
apapun. Saat lahir bayi langsung menangis. Selama kehamilan, ibu
pasien tidak mengalami masalah dan penyakit apapun.
b. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tinggal dengan kedua orangtua serta kedua saudaranya.
Pasien mengkonsumsi ASI dari ibunya hingga berusia 2 tahun.
Pasien tidak mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan.
Saat masih kanak- kanak, pasien merupakan anak yang ceria namun
sedikit pemalu jika bertemu dengan orang yang baru ditemuinya.
Pasien tidak memiliki masalah dengan lingkungan dan dapat
bermain dengan anak-anak sebayanya.
c. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pada periode ini, pasien tumbuh dan berkembang seperti anak
usianya. Hubungan pasien dengan keluarga baik dan dengan
lingkungan sekitar, pasien memiliki banyak teman serta tidak pernah
mempunyai masalah dengan teman-temannya.

7
d. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien tumbuh dan kembang seperti anak lainnya. Prestasi pasien
disekolah baik, tidak pernah tinggal kelas. Pasien adalah sosok yang
pemalu dan ramah. Pasien cukup semangat dalam bekerja serta
mandiri. Pergaulan pasien baik dengan keluarga, teman, dan
masyarakat.
e. Masa Dewasa
 Riwayat Pendidikan
Pasien tidak memiliki kendala dan lulus tepat waktu ketika
bersekolah di bangku SD, SMP dan STM. Pasien juga tidak
pernah tinggal kelas. Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi.
 Riwayat Pekerjaan
Pasien mengatakan pernah bekerja sebagai penyedia jasa (service
ac) selama kurang lebih enam bulan kemudian tidak lama setelah
itu pasien berhenti bekerja.
 Riwayat Pernikahan
Pasien saat ini masih belum menikah, hal ini dikarenakan bila
pasien merasa bila dekat dengan seorang wanita, semakin sering
mendengar suara bisikan pria yang selalu menghinanya, sehingga
tidak percaya diri dan pasien merasa lebih tenang bila hidup tanpa
pasangan.
 Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien merupakan penganut agama Islam, namun cukup rajin
beribadah baik sholat 5 waktu atau pun membaca Al-Quran,
namun setelah sakit pasien menjadi jarang dalam beribadah
ataupun membaca Al-Quran karena merasa sholatnya menjadi
tidak khusyu’ karena bisikan-bisikan yang didengarnya saat
pasien sholat.

8
 Riwayat Hukum
Tidak ada riwayat pelanggaran hukum yang pernah dilakukan
oleh pasien.
 Aktivitas Sosial
Pasien merupakan orang yang tertutup dan tidak suka
bersosialisasi. Pasien jarang keluar rumah dan tidak pernah
mengikuti kegiatan di sekitar rumahnya. Setelah mengalami
gangguan, pasien menjadi lebih tertutup bahkan sering
berprasangka buruk terhadap tetangganya.
 Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual heteroseksual.
6. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara, pasien
belum menikah dan saat ini pasien tinggal di rumah orang tuanya bersama
ibu, kaka ke-1 dan adik ke-1. Ayah pasien sudah meninggal sejak 6 tahun
yang lalu karena kanker hati. Dalam keluarga pasien ada yang mengalami
gejala serupa dengan pasien dan memiliki riwayat gangguan jiwa yaitu
kaka pasien yang ke-1 dan adik pasien yang ke-1.
7. Riwayat Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di Jl. Kebon Kosong VI No. 92F RT04/RW 01
bersama dengan ibu, kaka pertama dan adik pertamanya. Saat ini pasien
cenderung lebih pendiam dan sudah mengalami perbaikan dan dapat
beraktivitas. Biasanya pasien makan dalam 3 x sehari dan jarang
mengonsumsi buah dan sayur. Pasien tidur lebih sering diatas jam 11 dan
terkadang sulit tidur karena pasien sering mendengar suara bisikan.
Aktivitas pasien sehari-hari hanya membantu pekerjaan ibunya dengan
membereskan rumah dan jarang berolahraga.
Persepsi
 Persepsi pasien tentang diri dan lingkungan
Saat pasien pertama kali merasakan ada yang salah dengan dirinya,
ia mengira bahwa itu adalah sebuah hal magis yang dialaminya saat

9
berlibur ke Banten bersama temannya. Namun, setelah pasien
menerima pengobatan ia mulai merasa ada perubahan dan perlahan-
lahan menyingkirkan persepsinya tersebut. Pasien berpikir bahwa hal
magis tersebut tidak akan membaik apabila diberi obat.
 Persepsi keluarga terhadap pasien
Menurut ibu pasien, pasien merupakan seseorang yang baik,
perhatian dan sedikit pendiam. Namun setelah mengalami gangguan
jiwa, pasien menjadi sering marah-marah.
 Mimpi, fantasi dan nilai-nilai
Pasien berharap bisa menikah dan dapat bekerja.
8. Riwayat pengobatan
Sebelum berobat di puskesmas Kemayoran, pasien sempat berobat
di RSJ Grogol baik rawat inap maupun berobat jalan, tetapi dikarenakan
terbentur masalah biaya dan letak yang jauh dari rumah sehingga pasien
memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Kemayoran.
Pasien rutin kontrol setiap 2 minggu sekali ke Puskesmas Kecamatan
Kemayoran dan rutin meminum obat tablet kecil berwarna putih yang
diminum dua kali sehari.
9. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berasal dari sosial ekonomi menengah kebawah. Saat ini
pasien tinggal di rumah milik orang tua pasien bersama ibu dan kedua
saudaranya. Saat ini pasien tidak bekerja, sehingga biaya hidup pasien
sehari-hari ditanggung oleh ibu pasien. Menurut ibu pasien, total
penghasilan sebesar kurang lebih Rp. 1.000.000,-. perbulan cukup untuk
kebutuhan sehari-hari dan untuk berobat jika sakit walaupun terkadang
pas-pasan.
Pasien jarang keluar rumah dan tidak pernah ikut kegiatan sosial di
sekitar rumahnya. Pasien hanya bersosialisasi dengan warga yang
membeli makanan di warungnya tetapi itupun jarang.

10
10. Riwayat Kebiasaan
Pasien terbiasa menghabiskan waktunya di dalam rumah. Sehari-
hari pasien hanya menghabiskan waktu di rumah dengan membantu
ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti membersihkan
rumah, membeli makanan ataupun terkadang membantu mencuci baju.
Biasanya pasien makan tiga kali sehari, Pasien biasa tidur selalu diatas
jam sepuluh malam dan terkadang merasa sulit tidur karena masih sering
mendengar suara bisikan. Pasien jarang berolahraga.

1.3 STATUS MENTAL (Tanggal 04 Januari 2019 pukul 12.30 WIB)


 Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Pasien berjenis kelamin laki-laki, penampilan sesuai dengan usia,
kulit berwarna sawo matang, perawakan terlihat normal. Pada saat
wawancara pasien menggunakan baju berwarna orange, celana hitam,
dan sandal berwarna hijau. Pada saat wawancara, pasien berpakaian rapi
dan bersih. pasien cukup baik dalam merawat diri dan menjaga
kebersihan.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Secara umum perilaku pasien cenderung pendiam namun cukup
kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan bercerita. Selama
wawancara pasien duduk dengan tenang. Pasien cukup sering melakukan
kontak mata dengan pemeriksa.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif dalam bercerita dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh pemeriksa. Pasien terlihat berusaha untuk dapat menjawab
setiap pertanyaan pemeriksa.
 Mood dan Afek
1. Mood : Hipotim
2. Afek : Menyempit
3. Keserasian : Serasi

11
 Bicara
Pasien dapat berbicara dengan baik dan dapat menjawab pertanyaan dengan
jawaban yang jelas. Volume suara sedang, artikulasi jelas, intonasi sedikit
rendah, laju normal.
 Gangguan Persepsi
a. Halusinasi auditorik : Pasien mengatakan masih sering mendengar suara
bisikan laki-laki yang mengajaknya berbicara dan mengejeknya.
 Proses Pikir
 Arus pikir
a. Produktifitas : Cukup Ide
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya bahasa : Tidak ada
 Isi pikir
a. Waham :
 Waham kejar : pasien merasa ada pria yang ingin menyakiti
dirinya dan keluarganya
 Waham rujuk : pasien merasa orang dalam televisi dan orang-
orang yang sedang berkumpul sedang membicarakan dirinya
dan ingin mencelakainya.
b. Preokupasi : (-) Tidak ada
c. Obsesi : (-) Tidak ada
d. Fobia : (-) Tidak ada
 Sensorium dan Kognitif
a. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran
Kesiaagaan baik, Kesadaran composmentis.
b. Orientasi
 Waktu: Baik. Pasien dapat membedakan waktu pagi, siang, dan
malam.
 Tempat: Baik, pasien tahu bahwa saat ini ia sedang berada di
Puskesmas Kecamatan Kemayoran

12
 Orang: Baik. Pasien dapat mengingat identitas dirinya serta nama
keluarganya.
c. Ingatan
 Jangka Menengah : Baik, pasien dapat mengingat nama dokter
yang memeriksanya saat di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
 Jangka Pendek : Baik (Pasien ingat menu makan paginya)
 Segera : Baik (Pasien dapat mengingat dan mengulangi angka-
angka dari pemeriksa).
d. Konsentrasi dan perhatian
Pasien cukup mampu mempertahankan konsentrasi dan perhatian serta
tidak mudah terdistraksi oleh lingkungan sekitar.
e. Kemampuan membaca dan menulis
Cukup baik, pasien mampu membaca dan menulis dengan lancar dan
tepat.
f. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat menyebutkan jam berapa dengan tepat dan dapat
menggambarkan arah jam panjang dan pendek dengan baik.
g. Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat mengartikan peribahasa air susu dibalas dengan air
tuba.
h. Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Cukup baik, pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan
pemeriksa, seperti nama presiden saat ini.
 Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, pasien dapat mengendalikan diri dengan
berperilaku baik dan sopan terhadap lawan bicara.
 Daya Nilai dan Tilikan
 Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap sopan terhadap pemeriksa, dokter, perawat, dan
petugas Puskesmas Kecamatan Kemayoran.

13
 Penilaian Realita
RTA terganggu. Penilaian tersebut berdasarkan status mental yang
ditemukan adanya gangguan persepsi, gangguan proses pikir dan isi
pikir.
 Tilikan (Insight)
Tilikan 6, Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan.
 Taraf Dapat Dipercaya (Reliabilitas)
Dapat dipercaya

1.4 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital Sign
a. Tek. Darah : 100/70 mmHg
b. Respirasi : 20 x/menit
c. Nadi : 88 x/menit, reguler
d. Suhu : 37 °
4. Status Gizi
a. Berat badan : 44 kg
b. Tinggi badan : 165 cm
c. IMT : 16,17 kg/m²
d. Status Gizi : Berat Badan Kurang
5. Status Generalis
Kepala
a) Bentuk : Normocephal
b) Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
c) Mata : Conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks
cahaya (+/+) pupil bulat isokor
Mulut : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal

14
Leher : Trakea ditengah, pembesaran kelenjar getah bening
(-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
a) Cor : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
b) Pulmo : suara napas vesikuler (+/+), wheezing -/-, rhonki -/-
Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak
teraba pembesaran
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-/-/-), sianosis (-/-/-/-)

15
BAB II
BERKAS KELUARGA

2.1 Profil Keluarga


1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Ny. I
Umur : 78 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kebon Kosong VI No. 92F RT04/RW 01

Kedudukan
dalam Jenis Keterangan
No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
Rumah Kelamin Tambahan
Tangga
1. Ny. I Ibu P 78 th SMA Wiraswasta
2. Tn. Y Anak L 57 th SMA Pensiun
3. Tn. AW Anak L 51 th STM Tidak Bekerja Pasien
4. Ny. S Anak P 47 th SMA Tidak Bekerja

2.2 Struktur Komposisi Keluarga


1. Bentuk Keluarga
Menurut Goldenberg (1980), bentuk keluarga Tn. AW adalah single
parent family. Merupakan keluarga yang terdiri dari ibu yang ditinggal
meninggal oleh ayah serta anaknya yang tinggal bersama.
2. Tahapan Siklus Keluarga
Menurut tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga dikutip dari Duvall
(1998) tahapan siklus keluarga Tn. AW termasuk ke dalam tahap ke 8 yaitu
keluarga dalam lansia hingga pasangan yang sudah meninggal.

16
3. Dinamika Keluarga
Tn. AW tinggal bersama ibunya yang bernama Ny. I, kakanya Tn. Y dan
adiknya Ny. S. Pada keluarga Tn. AW yang kini tinggal serumah dengan
pasien ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien yaitu kaka dan
adiknya sehingga komunikasi antara anggota keluarga terjalin kurang baik.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologi
Keluarga ini mampu meneruskan keturunan sebagai generasi
selanjutnya, pada keluarga ini sudah mampu meneruskan keturunan
yaitu dengan mempunyai 6 orang anak, yaitu anak pertama Tn. Y usia
57 tahun, Tn. M usia 55 tahun, Tn. K Usia tahun 53, Tn. AW 50 tahun,
Ny. S 47 dan Ny D usia 39 tahun dan memiliki 5 orang cucu.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan antar anggota keluarga baik. Intensitas bertemu antar
anggota keluarga jarang, karena anak kedua, ketiga dan keenam
tinggal berkeluarga di luar kota. Tetapi, masih sering berkomunikasi
via telfon minimal dua minggu sekali bahkan sebulan sekali .
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. AW berada di tingkatan sosial ekonomi menengah ke
bawah. Sumber penghasilan utama pada keluarga ini adalah Ny. I
yang merupakan tulang punggung keluarga dengan panghasilan
kurang lebih Rp. 1.00.000,00. Penghasilan tersebut dirasakan cukup
untuk kebutuhan sehari-hari selama 1 bulan walaupun terkadang pas-
pasan, namun kadang dirasakan kurang untuk biaya pengobatan jika
dibutuhkan cukup besar.
d. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat keluarga Tn. AW dikenal cukup
tertutup. Tn. AW jarang sekali keluar rumah dan jarang bersosialisasi
dengan warga sekitar.

17
e. Fungsi Pendidikan
Keluarga Tn. AW menyadari akan pentingnya mengenyam
pendidikan setinggi mungkin namun karena terbatasnya biaya mereka
tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Pendidikan terakhir pada keluarga ini adalah SMA/STM.
f. Fungsi Spiritual
Tn. AW mengatakan cukup rajin melaksanakan shalat 5 waktu dan
membaca Al-Quran sebelum mengalami gangguan. Namun setelah
mengalami gangguan, jarang melaksankan shalat 5 waktu dan
membaca Al-Quran bahkan lebih sering tidak beribadah karena pasien
merasa tidak khusyu’.

5. Family Map (Genogram)

Keterangan Gambar :
: Laki-laki : Pernikahan
: Perempuan : Laki-laki yang memiliki
: Keturunan penyakit serupa dengan
: Tinggal serumah pasien
: Pasien : Perempuan yang memiliki
: Meninggal penyakit serupa dengan
pasien
18
2.3 Penilaian Satus Sosial dan Kesejahteraan Hidup
2.3.1 Lingkungan Tempat Tinggal

Tabel 2.3.1 Lingkungan Tempat Tinggal

Status Kepemilikan : Rumah Milik Sendiri


Daerah Perumahan : Pasat kumuh

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan


Luas Rumah : 7 m x 5 m Keluarga Tn. AW tinggal di rumah ibunya
Jumlah penghuni dalam rumah : 4 orang bersama ibu, kaka serta adiknya. Rumah tinggal
Luas halaman rumah : tidak ada, langsung jalan gang Tn. AW berada dalam lingkungan yang kumuh.
rumah Rumah kurang nyaman untuk di tempati oleh 4
Tidak bertingkat orang anggota keluarga. Ketersediaan air bersih,
Lantai rumah : keramik jamban keluarga serta tempat pembuangan
Dinding rumah : tembok sampah cukup baik.
Jamban keluarga : ada
Penerangan listrik : 270 watt
Ketersediaan air bersih : Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada

2.4 Pedoman Penilaian Rumah Sehat


Tabel 2.4.1 Penilaian Rumah Sehat
No KOMPONEN RUMAH KRITERIA NILAI BOBOT
YANG DINILAI

I KOMPONEN RUMAH 31

1 Langit-langit a. Tidak ada 0


b. Ada, kotor, sulit dibersihkan, dan rawan kecelakaan 1 1
c. Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2
2 Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari anyaman 1
bambu/ilalang)
b. Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata 2
atau batu yang tidak diplester/papan yang tidak kedap 3
air.
c. Permanen (tembok/pasangan batu bata yang 3
diplester) papan kedap air.
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dengan 1
2
tanah/plesteran yang retak dan berdebu.
c. Diplester/ubin/keramik/papan (rumah panggung). 2

19
4 Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0
1
b. Ada 1
5 Jendela ruang keluarga a. Tidak ada 0
1
b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas lantai 1 1
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari luas lantai 2
7 Lubang asap dapur a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10% dari luas lantai 1
dapur
0
b. Ada, lubang ventilasi dapur > 10% dari luas lantai 2
dapur (asap keluar dengan sempurna) atau ada
exhaust fan atau ada peralatan lain yang sejenis.
8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk 0
membaca
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 1 1
membaca dengan normal
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan 2
untuk membaca dengan normal.
II SARANA SANITASI 25

1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada 0


(SGL/SPT/PP/KU/PAH). b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi 1
syarat kesehatan.
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 2
kesehatan. 4
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat 3
kesehatan
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan. 4
2 Jamban (saran pembua- a. Tidak ada. 0
ngan kotoran). b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan 1
ke sungai / kolam
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke 2 4
sungai atau kolam
d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank 3
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4
3 Sarana Pembuangan Air a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di 0
Limbah (SPAL) halaman
b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak 1 2
sumber air (jarak dengan sumber air < 10m).
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2

20
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air 3
(jarak dengan sumber air > 10m).
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) 4
untuk diolah lebih lanjut.
4 Sarana Pembuangan a. Tidak ada 0
Sampah/Tempat Sampah b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
2
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup 2
d. Ada, kedap air dan bertutup. 3
III PERILAKU 44
PENGHUNI
1 Membuka jendela kamar a. Tidak pernah dibuka 0
tidur
b. Kadang-kadang 1 1
c. Setiap hari dibuka 2
2 Membuka jendela ruang a. Tidak pernah dibuka 0
keluarga
b. Kadang-kadang 1 1
c. Setiap hari dibuka 2
3 Mebersihkan rumah dan a. Tidak pernah 0
halaman
b. Kadang-kadang 1 2
c. Setiap hari 2
4 Membuang tinja bayi dan a. Dibuang ke sungai/kebun/kolam sembarangan 0
balita ke jamban
b. Kadang-kadang ke jamban 1 2
c. Setiap hari dibuang ke jamban 2
5 Membuang sampah pada a. Dibuang ke sungai / kebun / kolam sembarangan 0
tempat sampah
b. Kadang-kadang dibuang ke tempat sampah 1 2
c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah. 2

Keterangan :
Hasil Penilaian : Nilai x Bobot
1. 10 x 31 = 310
2. 12 x 25 = 300
3. 8 x 44 = 352
Total = 962
Kriteria
1. Rumah Sehat : 1.068 – 1.200
2. Rumah Tidak Sehat : < 1068

21
Kesimpulan :
Rumah Tn. AW (total skor 962) termasuk dalam kategori rumah tidak
sehat dengan kurangnya 3 faktor yang medukung rumah sehat, yaitu
komponen fisik rumah, sarana sanitasi, dan perilaku penghuni.

2.5 Kepemilikan Barang-Barang Berharga


 Kendaraan : Tidak ada
 Elektronik : 1 buah televisi, 2 buah kipas angin
 Peralatan Rumah Tangga : 1 buah kompor gas, 1 buah kulkas, 1
buah setrikaan, 1 buah rice cooker, 1 buah dispenser

2.6 Denah Rumah

Gambar 2.6.1 Denah Rumah Tn. AW

22
Kesan: Berdasarkan Depkes RI (2002) mengenai kriteria rumah sehat, rumah Tn.
AW tidak termasuk dalam kriteria rumah sehat, karena kurangnya ventilasi dan
pencahayaan yang kurang. Melihat lingkungan tempat tinggal dan denah rumah
yang dimiliki keluarga pasien tergolong keluarga dengan ekonomi menengah ke
bawah.

2.7 Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

 Perilaku terhadap sakit dan penyakit


Jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit keluarga Tn. AW
mengobatinya dulu dengan menggunakan obat-obatan yang dibeli di
warung atau persediaan obat yang ada di rumah, apabila tidak kunjung
membaik keluarga Tn. AW akan berobat ke Puskesmas Kecamatan
Kemayoran karena harganya yang terjangkau dan juga karena tempatnya
yang tidak jauh dari rumah.
 Perilaku terhadap pelayanan kesehatan
Keluarga Tn. AW mengikuti program KJS untuk mendapatkan jaminan
kesehatan di Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Pasien biasa berobat ke
puskesmas sendiri lebih sering dengan berjalan kaki. Pasien mengaku
biaya pengobatan di puskesmas terjangkau oleh pasien dan tidak terlalu
jauh dari tempat tinggal pasien. Selain itu pasien puas dengan pelayanan
di puskesmas.
 Perilaku terhadap makanan
Tn. AW mempunyai kebiasaan makan tiga kali sehari, menu makanan
pasien dan keluarga pasien juga kurang sesuai dengan gizi seimbang.
Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan, untuk mengonsumsi lauk pauk
pun ala kadarnya. Untuk makan sehari-hari di keluarga pasien jarang
memasak sendiri dan lebih sering membeli makanan diluar, hal ini
dikarenakan kondisi Ibu pasien yang sudah tidak mampu lagi untuk
memasak. Menu makanan yang biasa dibeli yakni nasi dengan lauk berupa
ayam, ikan, tempe, tahu, telur, serta sayur mayur.

23
 Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Tn. AW mempunyai rumah yang kurang bersih serta memiliki ventilasi
yang kurang memadai, ketersedian air bersih, jamban keluarga serta tempat
pembuangan sampah yang cukup baik.
Kesan : Berdasarkan penilaian perilaku kesehatan keluarga terlihat bahwa
keluarga pasien memiliki kepedulian yang cukup mengenai kesehatan
keluarganya. Pasien dan seluruh anggota keluarganya sudah memiliki KJS dan
bila ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke puskesmas yang tidak
jauh dari rumah pasien. Namun, menu makanan pasien kurang memenuhi gizi
seimbang dan pasien lebih sering mengonsumsi makanan yang dibeli ketimbang
masak sendiri. Rumah pasien juga kurang bersih. Pencahayaan dan penghawaan
(ventilasi) di rumah pasienpun kurang baik.

2.8 Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)


Tabel 2.8.1 Pelayanan Kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan

Aksesibilitas Jalan / Angkutan umum Letak Puskesmas Kecamatan cukup


dekat dari tempat tinggal pasien.
Tarif pelayanan kesehatan Tanpa biaya Untuk biaya pengobatan murah
karena ditanggung oleh KJS

Kualitas pelayanan kesehatan Cukup memuaskan Pelayanan Puskesmas dirasakan


keluarga pasien cukup memuaskan

2.9 Pola Konsumsi Keluarga


2.9.1 Kebiasaan Makan
Tn. AW mempunyai kebiasaan makan sebanyak 3 kali sehari yaitu
makan pagi, makan siang, dan makan malam. Pada pagi hari Tn. AW
biasa mengonsumsi nasi uduk yang ia beli di dekat rumahnya. Menu yang
disajikan biasanya terdiri dari nasi, orek tempe, bihun. Sekitar jam 12
atau jam satu pasien baru mulai membeli makan untuk makan siang,
biasanya pasien membeli makan di warteg yang dekat dengan rumah
24
pasien. Menu makanan yang biasa dikonsumsi untuk makan siang dan
malam yakni nasi, sayur, dan lauk. Lauk yang dihidangkan bervariasi
seperti ayam, tempe, telur, serta sayur mayur. Pasien menyukai menu
yang digoreng dan jarang sekali mengonsumsi buah-buahan.
Keluarga Tn. AW selalu mencuci tangan saat sebelum dan sesudah
makan namun tidak selalu menggunakan sabun. Setelah makan, Tn. AW
biasanya mencuci peralatan makan keluarganya.

2.9.2 Menerapkan pola gizi seimbang


Menu makanan gizi seimbang adalah makanan yang terdiri dari nasi, lauk
pauk, sayur mayur, buah, dan susu. Menu makan sehari-hari keluarga
Tn.AW yang biasa disajikan terdiri dari nasi, lauk pauk serta sayur
mayur. Pasien juga jarang menyediakan buah-buahan dan jarang
mengonsumsi susu.
Keluarga Tn. AW belum menerapkan gizi seimbang sesuai dengan
pedoman gizi. Walaupun keluarga Tn. AW rutin makan tiga kali sehari
namun keluarga Tn. AW tidak memperhatikan kalori yang dibutuhkan
dalam satu hari. Keluarga Tn. AW juga sering mengonsumsi makanan
yang berminyak dan jarang melakukan olahraga.

2.9.3. Pola makan pasien selama 3 hari terakhir sebagai berikut


Tabel 2.9.1 Pola Makan Pasien pada Tanggal Januari 5 Januari 2019
(Food Recall)
Jadwal Makanan Jumlah Energi Karbohidrat Protein Lemak
Makan (Kalori)

Nasi uduk 1 porsi 225 kkal 40 g 4g 5g


Telor ceplok 1 butir 95 kkal 0g 10 g 6g
Orek tempe 1 butir 175 kkal 15,6 g 13,11 g 8,2 g
Pagi
Bihun ¼ porsi 56,5 kkal 10g 2g 3g
porsi
Air putih 2 gelas
0 0 0 0
Nasi putih 1 porsi 175 kkal 40 g 4g 0
Siang
Soto Ayam 1 porsi 312 kkal 19,5 g 24,01 g 14,9 g

25
Jadwal Makanan Jumlah Energi Karbohidrat Protein Lemak
Makan (Kalori)

Air putih 2 gelas 0 0 0 0


Nasi putih 1 porsi 175 kkal 40 g 4g 0
Malam Mie ayam 1 porsi 421 kkal 46,21 g 16,7 g 18,74 g

Jumlah 1634,5
211,31 g 77,82 g 55,84 g
kkal

Tabel 2.9.2 Pola Makan Pasien pada Tanggal 6 Januari 2019 (Food
Recall)
Jadwal Makanan Jumlah Energi Karbohidrat Protein Lemak
Makan (Kalori)

Nasi uduk 1 porsi 225 kkal 40 g 4g 5g


Telor ceplok 1 butir 95 kkal 0g 10 g 6g

Pagi Orek tempe ¼ porsi 175 kkal 15,6 g 13,11 g 8,2 g


Bihun ¼ porsi 56,5 kkal 10g 2g 3g
Air putih 2 gelas 0 0 0 0
Nasi putih 1 porsi 175 kkal 40 g 4g 0
Siang
Ikan Asin 1 porsi 50 kkal 0g 7g 2g

Sayur Asam 1 porsi 80 kkal 12.9 g 3.2 g 2.8 g

Air putih 2 gelas 0 0 0 0

Selingan Pisang 1 ptg 50 kkal 12 g 1,09 g 0,33 g

Nasi putih 1 porsi 175 kkal 40 g 4g 0

Ayam Goreng 1 Porsi 391 kkal 0 gr 32,9 g 21,82 g


Malam
Sambal 1 porsi 15 kal 1,56 g 1,37 g 0,41 g
Air putih 2 gelas 0 0 0 0

Jumlah 1487,5 kkal 172,06 g 82,67 g 49,56 g

26
Tabel 2.9.3 Pola Makan Pasien pada Tanggal 7 Januari 2019 (Food
Recall)
Jadwal Makanan Jumlah Energi Karbohidrat Protein Lemak
Makan (Kalori)

Nasi uduk 1 porsi 225 kkal 40 g 4g 5g


Telor ceplok 1 butir 95 kkal 0g 10 g 6g
Orek tempe ¼ porsi 175 kkal 15,6 g 13,11 g 8,2 g
Pagi
Bihun ¼ porsi 56,5 kkal 10g 2g 3g
Air putih 2 gelas
0 0 0 0
Nasi putih 1 porsi 175 kkal 40 g 4g 0
Siang
Ikan Asin 1 porsi 50 kkal 0g 7g 2g

Sayur Oyong 1 porsi 9 kkal 4,1 g 0,8 g 0,2 g


Tempe Goreng 2 buah 68 kkal 3.6 g 4g 4.6 g
Air putih 2 gelas 0 0 0 0

Pepaya (1 ptg
Selingan sedang) 1 porsi 59 kkal 14,91 g 0,93 g 0,21 g

Mie goreng
Malam 1 porsi 221 kkal 40,26 g 7,26 g 3,31 g
dan telur
1133,5
Jumlah 168,47 g 53,1 g 32,52 g
kkal

Interpretasi Terhadap Food Recall Pasien


Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa Tn. AW mendapat total kalori
per hari :
 Tanggal 5 Januari 2019 = 1.634,5 Kalori
 Tanggal 6 Januari 2019 = 1.487,5 Kalori
 Tanggal 7 Januari 2019 = 1.133,5 Kalori

Total kalori = 1.634,5 + 1.487,5 + 1.133,5


3
= 1.418,5 kalori

Rata-rata asupan kalori pasien selama 3 hari adalah 1.418,5 kkal, dengan
rata-rata asupan karbohidrat 184 gr, protein 71,19 gr, dan lemak 45,97 gr.

27
 Penentuan Status Gizi
a. Berat badan : 44 kg
b. Tinggi badan : 165 cm
c. IMT : 16,16 kg/m²
d. Status Gizi :Berat Badan Kurang atau underweight

 BB ideal = 90% (TB-100)


BB Ideal = 90% (165-100)
= 58,5 kg

 Rumus BMI (Body Mess Index) atau biasa disebut IMT (Indek Massa
Tubuh) Indek Masa Tubuh = BB (Kg) : (TB x TB)
= 44 kg : (1,65 m x 1,65 m)
= 44 : 2,72
2
= 16,17 kg /m
 Jumlah kebutuhan kalori harian Tn. AW:
Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 30 kalori (laki-laki)
= 58,5x 30 kalori
= 1.755 kalori/hari
 Koreksi/Penyesuaian :
Usia 50 tahun = - 5% kalori basal = 67,5 Kkal
Aktivitas fisik ringan = + 10% kalori basal = 135 Kkal
Underweight = + 20% kalori basal = 270 Kkal

Jadi, total kebutuhan kalori perhari untuk pasien adalah :


1.755 Kkal – 67,5 Kkal + 135 Kkal +270 Kkal = 2.227,5 Kkal

Perhitungan kebutuhan zat gizi perhari


- Karbohidrat : 60% x 2.227,5 kkal = 1336,5 kkal
- Protein : 15% x 2.227,5 kkal = 445,5 kkal
- Lemak : 25% x 2.227,5 kkal = 303,75 kkal

28
Kesimpulan :
Setelah menghitung jumlah BBI, kebutuhan energi/kalori serta kebutuhan
zat gizi pada pasien, juga dengan melihat food recall pasien selama 3 hari
sebelum dilakukan home visit menu makan pasien kurang dari jumlah
energi/kalori yang dibutuhkan setiap harinya dan belum mencakupi gizi
seimbang dilihat dari kurangnya kebutuhan kalori, karbohidrat, protein, dan
lemak.

2.10 Pola Dukungan Keluarga


a. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
1. Tn.. AW sadar akan penyakit yang dideritanya dan adanya keinginan
untuk sembuh dari penyakitnya.
2. Tn. AW akan rajin kontrol terhadap penyakitnya setiap dua minggu
sekali dan akan rutin minum obat.
3. Ibu pasien mendukung pasien untuk minum obat teratur dan selalu
mengingat pasien untuk rutin meminum obat.
4. Keluarga Tn. AW memiliki layanan pengobatan gratis (KJS).
5. Tempat pelayanan kesehatan yang tidak terlalu jauh.

b. Faktor Penghambat Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga


Pada keluarga Tn. AW ada faktor penghambat dalam menyelesaikan
masalah dalam keluarga, yaitu kondisi anggota keluarga pasien yang sama-
sama memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

2.11 Identifikasi Permasalahan yang Didapat Dalam Keluarga


1. Pola makan keluarga Tn. AW tidak sesuai dengan pola makan gizi
seimbang serta jarang mengonsumsi buah-buahan dan lebih sering
mengonsumsi makanan yang dibeli ketimbang memasak makanan sendiri.
Pasien juga jarang berolahraga.
2. Pasien tinggal di daerah yang padat penduduk. Namun karena sifatnya
yang tertutup pasien jarang sekali keluar rumah dan tidak pernah

29
bersosialisasi dengan warga sekitar kecuali saat membeli makan ke
warung.
3. Komunikasi yang kurang antara anggota keluarga karena anggota keluarga
yaitu kaka pertama dan adik pertama Tn. AW memiliki gangguan jiwa.
4. Rumah keluarga Tn. AW tidak memenuhi kriteria rumah sehat yang
terlihat dari hasil penilaian kriteria rumah sehat dimana jumlah nilai yang
didapat di bawah kategori rumah sehat.
5. Di dalam keluarga, selain ibu dari Tn. AW tidak rajin melaksanakan ibadah
baik sholat 5 waktu atau membaca Al-Quran.

30
BAB III
DIAGNOSIS HOLISTIK

A. Diagnosis Holistik

3.1 Aspek Personal


a. Alasan Kedatangan
 Pasien ingin melanjutka pengobatan untuk menghilangkan halusinasi
dan keluhan tremor.
b. Harapan
 Pasien berharap dapat beraktivitas seperti biasa tanpa mendengar suara
bisikan lagi.
c. Kekhawatiran
 Pasien khawatir penyakitnya dapat kambuh lagi.
d. Persepsi Medis
 Pasien mengira bahwa penyakitnya merupakan kejadian magis yang
didapatkannya saat berlibur bersama temannya, setelah pasien
melakukan pengobatan dan rutin mengonsumsi obat merasa
keluhannya berkurang dan mulai menganggap penyakitnya memang
gangguan medis.
e. Aspek religi:
 Pasien merasa penyakitnya merupakan cobaan yang diberikan oleh
Allah SWT. Sebelum sakit pasien cukup rajin beribadah seperti sholat
dan membaca Al-Quran, namun setelah sakit pasien menjadi jarang
dalam melaksanakan sholat ataupun membaca Al-Quran.

3.2 Aspek Klinik


Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, berdasarkan PPDGJ III
disimpulkan bahwa pasien:
Diagnosis kerja:
F20.0 Skizofrenia paranoid

31
Diagnosis banding:
F25 Gangguan Skizoafektif
3.3 Aspek Risiko Internal
a. Genetik: Ada
Dalam keluarga Tn. AW ada yang mengalami gejala serupa dengan
pasien dan memiliki riwayat gangguan jiwa yaitu kaka pasien yang ke-
1 dan adik pasien yang ke-1.
b. Kebiasaan:
 Tn. AW merupakan orang yang tertutup dan jarang bersosialisasi.
Pasien jarang keluar rumah dan tidak pernah mengikuti kegiatan di
sekitar rumahnya. Setelah mengalami gangguan, Tn. AW menjadi
lebih tertutup bahkan sering berprasangka buruk terhadap
tetangganya. Sehari-hari Tn. AW lebih sering berinteraksi dengan
keluarganya saja terutama ibu pasien.
 Tn. AW memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari dan lebih sering
mengonsumsi makanan yang dibeli diwarung makan dibandingkan
memasak sendiri serta makanan yang dikonsumsi kurang
mengandung gizi seimbang.
 Pasien juga jarang melakukan olahraga.

3.4 Aspek Risiko Psikososial keluarga (faktor – faktor eksternal yang


mempengaruhi masalah kesehatan pasien).
Kurangnya pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit yang diderita
oleh Tn. AW sehingga mereka tidak dapat mencegah faktor- faktor yang dapat
memperburuk penyakit.

3.5 Aspek Fungsional


Menurut Internasional Classification Primary Care (ICPC) pasien mampu
melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (masih dapat melakukan aktivitas
sehari-harinya tanpa bantuan orang lain). dimasukkan ke nilai dalam klasifikasi
derajat fungsional adalah derajat 1.

32
B. Rencana Tatalaksana

Aspek Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang di Follow Up


Harapkan
 Alasan Kedatangan: Mengedukasi pasien Pasien Puskesmas Pasien memahami Pasien sudah mengerti
Pasien ingin melanjutkan tentang keluhan yang dengan baik tentang tentang penyakit yang
pengobatan untuk dideritanya yakni penyakit yang sedang dialaminya dan
menghilangkan halusinasi dan Skizofrenia seperti dideritanya dan mengerti apa saja faktor
keluhan tremor. faktor-faktor yang mengetahui faktor-faktor yang dapat
dapat menyebabkan yang dapat menyebabkan menyebabkannya serta
terjadinya penyakit terjadinya penyakit gejala akibat yang
tersebut serta gejala tersebut serta gejala terjadi dari penyakitnya
akibat yang terjadi dari akibat yang terjadi dari tersebut.
penyakitnya tersebut penyakitnya tersebut

 Harapan : Menjelaskan kepada Pasien Pada saat Pasien dapat melakukan Pasien rutin meminum
Aspek Pasien berharap dapat pasien pentingnya home visit aktivitas seperti biasanya obat secara teratur
Personal
beraktivitas seperti biasa tanpa rutin kontrol serta meminum obat dan
mendengar suara bisikan lagi. kesehatannya ke poli kontrol ke Puskesmas
jiwa di puskesmas dengan rutin.
karena risiko
kekambuhan dapat
dicegah apabila
diobati secara teratur
serta dengan adanya
dukungan keluarga.

 Kekhawatiran : Menjelaskan kepada Pasien Pada saat Pasien dapat memahami Pasien tidak khawatir
pasien untuk tidak home visit dengan baik tentang lagi dengan

33
Aspek Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang di Follow Up
Harapkan
Pasien khawatir penyakitnya perlu khawatir karena keluhan yang sedang kemungkinan
dapat kambuh lagi. risiko kekambuhan dideritanya sehingga kekambuhannya serta
dapat dicegah apabila pasien tidak perlu bersedia rutin kontrol
diobati secara teratur khawatir lagi dan di kesehatannya ke poli
dan rutin meminum kemudian hari ia dapat jiwa di Puskesmas
obat serta adanya mengupayakan Kemayoran dan minum
dukungan keluarga pencegahan untuk obat secara teratur.
keluhannya tersebut.

 Persepsi secara umum : Menjelaskan kepada Pasien Pada saat Pasien mengetahui Pasien mengerti bahwa
Pasien mengira bahwa pasien bahwa home visit bahwa penyakitnya ini penyakitnya ini
penyakitnya merupakan penyakitnya ini bukan bukan merupakan disebabkan akibat
kejadian magis yang merupakan kejadian kejadian magis, faktor genetik.
didapatkannya saat berlibur magis, melainkan melainkan gangguan
bersama temannya, setelah gangguan medis medis bagian jiwa yang
pasien melakukan pengobatan bagian kejiwaan disebabkan terutama
dan rutin mengonsumsi obat akibat beberapa faktor, karena faktor genetik.
merasa keluhannya berkurang dalam kasus ini ialah
dan mulai menganggap faktor genetik.
penyakitnya memang gangguan
medis.
 Aspek Religi:  Memotivasi pasien Pasien Pada saat  Pasien sabar dan ikhlas  Pasien sudah sabar dan
Pasien merasa penyakitnya untuk selalu ber- home visit terhadap apa yang terjadi ikhlas terhadap apa
merupakan cobaan yang Khusnuzon dan ikhlas  Pasien rajin yang terjadi
diberikan oleh Allah SWT. serta sabar terhadap melaksanakan ibadah  Pasien masih belum
Sebelum sakit pasien cukup apa yang terjadi sholat 5 waktu, membaca rajin melaksanakan
rajin beribadah, namun setelah Al-Quran, dan terus ibadah sholat 5 waktu

34
Aspek Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang di Follow Up
Harapkan
sakit pasien menjadi jarang  Memotivasi pasien berdoa memohon dan membaca Al-
dalam beribadah ataupun untuk rajin kesembuhan Quran, namun terus
membaca Al-Quran. melaksanakan Ibadah berdoa memohon
dan berdoa memohon kesembuhan.
kesembuhan.
Diagnosis Kerja: Pemberian antipsikotik: Pasien Puskesmas Gejala negatif dan positif
Pasien terkadang masih
F20.0 Skizofrenia Paranoid Risperidone 2mg 2x1 dapat ditekan dan pasien
mendengar bisikan
Diagnosis Banding: THP 2mg 2x1 dapat beraktivitas tanpa
tetapi tidak terlalu
F25 Gangguan Skizoafektif mengalami efek samping sering, hanya ketika
Aspek tremor. pasien sedang sendiri
Klinik atau pasien menjelang
tidur. Pasien juga dapat
beraktivitas seperti
biasa tanpa adanya
keluhan tremor.
 Keluarga pasien yaitu kaka dan  Memberikan Pasien Pada saat  Pasien dan keluarga  Pasien dan keluarga
adik pasien memiliki riwayat pemahaman kepada dan home visit dapat memahami bahwa lebih mengerti
schizofrenia. pasien mengenai keluarga penyakitnya bisa mengenai penyakitnya
faktor risiko penyakit pasien diturunkan secara dan memahami bahwa
schizofrenia bahwa genetik dan faktor penyakitnya dapat
Aspek penyakit ini dapat pemicunya diturunkan dan faktor
Risiko diturunkan dan pemicunya.
Internal
menyarankan kepada
anggota keluarga
pasien lainnya untuk
mengurangi faktor
pemicu terjadinya

35
Aspek Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang di Follow Up
Harapkan
penyakit ini seperti,
mengurangi stress.

 Pasien merupakan orang yang  Menganjurkan pasien Pasien Pada saat  Pasien mampu  Pasien belum mulai
tertutup dan tidak pernah untuk mau home visit mengawali komunikasi berinteraksi dengan
mengikuti kegiatan di sekitar bersosialisasi lebih dengan orang lain selain orang lain selain dengan
rumahnya. Setelah mengalami sering kepada orang dengan keluarganya keluarga.
gangguan, pasien menjadi lebih lain dan di lingkungan
tertutup bahkan sering tempat tinggalnya
berprasangka buruk terhadap
tetangganya.

 Pasien memiliki kebiasaan  Menyarankan pasien Pasien Pada saat  Pasien mulai memasak  Pasien mulai
mengonsumsi makanan yang untuk memasak sendiri home visit sendiri untuk makanan mengonsumsi makanan
dibeli diwarung makan untuk makanan yang yang akan yang dimasak sendiri
dibandingkan memasak sendiri akan dikonsumsinya dikonsumsinya dan dan mulai sering
serta makanan yang dikonsumsi dan mengonsumsi sering mengonsumsi mengonsumsi buah-
kurang mengandung gizi buah-buahan. buah-buahan. buahan.
seimbang dan jarang
mengonsumsi buah-buahan.

 Pasien jarang melakukan  Menganjurkan Pasien Pada saat  Pasien mengetahui  Pasien belum
olahraga. olahraga ringan yang home visit pentingnya berolahraga melakukan olahraga
aman dilakukan oleh dan rutin berolahraga sesuai anjuran.
pasien seperti senam. sesuai anjuran..

36
Aspek Masalah Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang di Follow Up
Harapkan
Kurangnya pengetahuan Mengedukasi keluarga Keluarga Pada saat Pasien dan keluarga Pasien dan keluarga
keluarga pasien tentang penyakit pasien dan Pasien home visit dapat mengetahui memahami faktor-
Aspek yang diderita oleh Tn. AW keluarganya mengenai faktor-faktor yang dapat faktor yang dapat
Psikososial sehingga mereka tidak dapat faktor-faktor yang dapat memperburuk penyakit memperburuk penyakit
Keluarga mencegah faktor- faktor yang memperburuk penyakit pasien. pasien.
dapat memperburuk penyakit pasien.
pasien.
Secara fungsional pasien dapat  Menyarankan agar Pasien Pada saat Pasien mampu Pasien dapat
digolongkan pada tingkat ke 1 pasien kontrol rutin home visit meningkatkan fungsinya beraktivitas seperti
berdasarkan International untuk menstabilkan di keluarga maupun di biasanya tanpa
Classification Primary Care keadaannya masyarakat. hambatan, namun
Aspek (ICPC).  Menyarankan agar pasien masih jarang
Fungsional melibatkan pasien keluar rumah untuk
untuk sering bersosialisasi.
bersosialisasi dengan
lingkungan disekitar
rumah.

37
3.6 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanasionam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

38
LAMPIRAN

Foto 1. Kunjungan ke rumah pasien


Foto 2. Follow up perkembangan pasien

Foto 2. Keadaan rumah pasien

Foto 5. jamban di rumah pasien

Foto 3. Dapur pasien

39

Anda mungkin juga menyukai