Anda di halaman 1dari 79

BAGIAN I - SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

KEGIATAN : REHABILITASI BANGUNAN RUMAH SAKIT


PEKERJAAN : BELANJA MODAL PENGADAAN KONSTRUKSI GEDUNG
RADITHERAPY.
LOKASI : RSUD ARIFIN AHMAD - PEKANBARU.

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. UMUM

Pengadaan segala bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan kerja dan alat-alat bantu
untuk penyelesaian seluruh Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Pelayanan dengan tahapan
pekerjaan sebagai berikut :

- LANTAI SATU
I. PEKERJAAN ARSITEKTUR
- Pekerjaan pendahuluan
- Pekerjaan dinding
- Pekerjaan plesteran
- Pekerjaan kozen pintu dan jendela
- Pekerjaan plafond
- Pekerjaan lantai
- Pekerjaan pengecatan

- LANTAI DUA
I. PEKERJAAN ARSITEKTUR
- Pekerjaan dinding
- Pekerjaan plesteran
- Pekerjaan kozen pintu dan jendela
- Pekerjaan plafond
- Pekerjaan lantai
- Pekerjaan pengecatan

- PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL LT. SATU & LT. DUA


- Pekerjaan Plumbing
- Pekerjaan AC
- Pekerjaan Elektrikal
- Pekerjaan Exhaust Fan

Selengkapnya Uraian lingkup pekerjaan tercantum dalam dokumen Spesifikasi Teknis


Khusus, dan apabila ada perubahan akan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.

1.2. KEWAJIBAN KONTRAKTOR

Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan Rehabilitasi Gedung Pelayanan Rumah Sakit


Umum Daerah Arifin Ahmad Provinsi Riau kontraktor harus mempersiapkan :

1) Menyediakan segala material yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan

2) Menyediakan Tenaga kerja, tenaga ahli dan peralatan kerja termasuk alat-alat
berat yang memadai baik dalam jumlah dan kualifikasi sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan.

1
3) Mempersiapkan sarana-sarana penunjang pekerjaan dan segala sesuatu yang
termasuk dalam lingkup pekerjaan yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan
dan Gambar.

4) Perincian pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan pada Dokumen Gambar


Rencana dan Detail - Detail, BQ (Bill of Quantity) dan RKS ( Rencana Kerja dan
Syarat)

PASAL 2
PERATURAN-PERATURAN

Kecuali ditentukan lain dalam Dokumen Pengadaan ini, maka Peraturan –peraturan
tersebut di bawah ini berlaku mengikat dan kontraktor di anggap telah mengetahui
dan memahaminya termasuk apabila ada segala perubahan dan tambahannya yang
berlaku sampai masa di terbitkan Dokumen Pengadaan ini. sebagai berikut :
1) Perpres No.54 Tahun 2010 dan Perpres No.70 Tahun 2012.
2) Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau
Algemene Voorwaarden Voor de Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare
Werkwn (AV) 1941.
3) Peraturan Pembebanan Bangunan Indonesia ( PBBI )
4) Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan ( PUBB – NI .3 )
5) Peraturan SNI Beton untuk Bangunan Gedung 2002 ( 03-2847-2002).
6) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung(SNI 03-2847-
2002).
7) Peraturan Pembuatan campuran beton (SNI T-15-1990-03).
8) Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
9) Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
10) Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
11) Peraturan Bata merah (SII 0021-78).
12) Peraturan Umum Instalasi Indonesia ( PTUL – 1971 )
13) Peraturan Instalasi Listrik (SNI 0225-87-D)
14) Peraturan Umum Instalasi Air ( AWI )
15) Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A).
16) Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
17) Peraturan Kran Rumah Tangga (SNI 0122-1987-A).
18) Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
19) Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-f).
20) Peraturan umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979 atau PLN
setempat.
21) ASTM C144 untuk aggregate, C150 untuk portlan cement
22) Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah
setempat, yang berhubungan dengan permasalahan bangunan.

Apabila penjelasan dalam Dokumen Pengadaan ini belum lengkap maka kontraktor
wajib untuk mengikuti sebagaimana ketentuan dan peraturan yang tercantum dalam
pasal 2.(1) sampai dengan pasal 2 (22)

PASAL 3
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN

3.1. AIR

1) Air yang di pergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-
garam, bahan organis atau lainnya yang dapat merusak beton dan tulangan
beton. PH air antara 7 – 8

2) Air yang di pergunakan untuk adukan beton konstruksi harus menurut, sesuai
dengan SNI-T-15-1990-03 serta PUBI-9 standard untuk air agregat.

2
3.2. PASIR ATAU AGREGAT HALUS

1) Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari desintegrasi alami
batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.

2) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

3) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan


terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka
agregat halus harus dicuci.
4) Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang
diakui.

3.3. KERIKIL ATAU AGREGAT KASAR

1) Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan yang diperoleh dari pemecahan batu dan atau batu alam sungai (
batu kelapa). Agregat kasar adalah agregat besar butir lebih besar dari 5 mm.

2) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-
butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butir-
butir Agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

3) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ( ditentukan


terhadap berat kering yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 mm). Apabila kadar lumpur > 1 %, maka aregat
kasar harus dicuci.

4) Agregat kasar tidak boleh mengadung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat yang reaktif alkali.

5) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga
perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau bekas-bekas
tulangan.

6) Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan apabila menurut penilain konsultan


Pengawas ahli cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa sehingga
menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil. Antara agregat halus dan
agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah. Jika tempat dasar selalu
basah pada musim hujan, maka sebaiknya penempatannya harus didasari alas
papan.

3.4. SEMEN

1) Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi (Semen Type I), berat
dan volumenya tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada zak semen.
Pada umumnya tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.

2) Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang


memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam NI.8

3
3) Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.

4) Semen harus ditempatkan / disimpan dalam gudang tertutup, di tempat yang


kering tidak menjadi lembab, tidak mudah rusak dan sedapatnya tidak
bercampur dengan bahan-bahan lain. Semen yang sudah tersimpan lama dan
diragukan mutunya, sebelum dipakai harus diperiksa dahulu kepada konsultan
Pengawas.

3.5. BAJA TULANGAN

1) Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari kotoran-
kotoran, lemak, kulit giling, karat lepas dan bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
2) Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail.

3) Mutu baja tulangan menggunakan fy 420 MPa untuk baja ulir Ø > 13 mm dan fy
420 untuk baja polos untuk Ø < 13 mm.

4) Baja tulangan tidak boleh disimpan / ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi di
beri alas / ganjal berupa balok-balok. Penimbunan di tempat terbuka dalam waktu
lama harus di hindarkan.

3.6. KAYU

1) Kayu /papan yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti yang


tercantum dalam Peraturan Konstruksi kayu Indonesia ( PKKI – 1973 NI. 5 )

2) Ukuran-ukuran kayu yang tercantum dalam gambar rencana dan detail adalah
ukuran terpasang.

3.7. BATU BATA

1) Mutu bata yang digunakan adalah batu bata lokal dari jenis kelas I menurut NI 10
dengan bentuk standard batu bata tidak menampakkan adanya retak–retak yang
merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan
lainnya, dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam dalam
air. Ukuran batu bata yang lebih kecil dari ½ bata tidak dibolehkan.
2) Tumpukan batu bata berada diatas tanah yang rata dan tumpukan harus rapi,
sehingga tidak mudah pecah atau patah. Batu bata dihindarkan dari pembebanan
barang–barang yang berat dan sebaiknya ditutup terpal plastic sehingga terjaga
dari panas dan hujan
3.8. BAHAN-BAHAN LAINNYA

1) Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan disini
akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.

2) Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus di tunjukan terlebih


dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin
pemakaiannya.

3) Semua bahan-bahan bangunan yang tidak di tunjukkan kepada konsultan


Pengawas atau ditolak oleh konsultan Pengawas, tidak dibenarkan pemakainnya
dan harus dibawa keluar lokasi proyek.

4
4) Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

5) Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai di pasaran dengan


ini dinyatakan tidak dapat sebagai alasan tertundanya pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 4
PEKERJAAN PENDAHULUAN

4.1. UMUM

1) Daerah kerja seperti yang ditunjukkan di gambar rencana harus dibersihkan dari
semua benda-benda yang akan menghambat pembangunan.
2) Kebenaran pengukuran vertikal maupun horizontal sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor. Apabila terjadi kesalahan pengukuran, maka
kontraktor harus segera memperbaiki dan sepenuhnya beban biaya ditanggung
oleh kontraktor.

PASAL 5
PEKERJAAN STRUKTUR

5.1. PEKERJAAN BETON

5.1.1. UMUM

1) Uraian
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan
seluruh struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit,
sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang ditentukan
oleh konsultan Pengawas.

b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton.

c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau Seksi
lain yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana
diperintahkan oleh konsultan Pengawas.

d) Syarat dari SNI Beton Thn 2002 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat
pertentangan dengan ketentuan dalam Spesifikasi lainnya, dalam hal ini
ketentuan dalam Spesifikasi ini yang harus dipakai.

e) Sebelum memulai pekerjaan beton, kontraktor terlebih dahulu membuat


shop drawing yang berhubungan dengan pekerjaan seperti ukuran-ukuran
bangunan dan detail penulangan dan sambungan-sambungannya lengkap
dengan detail dan ukuran dan lain-lain dan mendapat persetujuan pihak
konsultan Pengawas

2) Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh kontraktor setelah peninjauan
rancangan awal telah selesai dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini.

5
3) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta
hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam
Standar Rujukan dalam Pasal 5.1.1.(5) di bawah ini.

4) Toleransi
a) Toleransi Dimensi :
i) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. = + 5 mm
ii) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m = + 15 mm
iii) Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara kepala jembatan
= - 0 dan + 10 mm

b) Toleransi Bentuk :
i) Persegi (selisih dalam panjang diagonal) = 10 mm
ii) Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud)
untuk panjang s/d 3 m = 12 mm
iii) Kelurusan atau lengkungan panjang 3 m-6 m = 15 mm
iv) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m = 20 mm

c) Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :


i) Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ± 10 mm
ii) Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
iii) Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 20 mm

d) Toleransi Alinyemen Vertikal :


Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm

e) Toleransi Ketinggian (elevasi) :


i) Puncak lantai kerja di bawah pondasi ± 10 mm
ii) Puncak lantai kerja di bawah pelat injak ± 10 mm
iii) Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ± 10 mm

f) Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.

g) Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :


i) Selimut beton sampai 3 cm = 0 dan + 5 cm
ii) Selimut beton 3 cm - 5 cm = 0 dan + 10 cm
i) Selimut beton 5 cm - 10 cm = +/- 10 cm

5) Standar Rujukan
Standar Industri Indonesia (SII) :
SII-13-1977 (AASHTO M85 - 75) : Semen Portland
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2

SK SNI M-02-1994-03 (AASHTO T11- : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam


90) Agregat Yang Lolos Saringan No.200
(0,075 mm).
SNI 03-2816-1992 (AASHTO T21 - 87) : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam
Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22 - 90) : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.

6
Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23 - 90) : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Lapangan.
SNI 03-1968-1990 (AASHTO T27 - 88) : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
Agregat Halus dan Kasar.
SNI 03-2417-1991(AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Los Angeles.
SNI 03-3407-1994 (AASHTO T104 - 86) : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk
Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat
dan Magnesium Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 (AASHTO T112 - : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan
87) Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126 - 90) : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Laboratorium.
SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141 - 84) : Metode Pengambilan Contoh Untuk
Campuran Beton Segar.
AASHTO :
AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.

6) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak
digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang
disyaratkan dalam Pasal 6.1.2. dari Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang diusulkan untuk digunakan paling lama 30 (tiga puluh )
hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.

c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh


pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data
tersebut selalu tersedia atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi
pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari
setelah tanggal pencampuran.

d) Kontraktor harus memberitahu konsultan Pengawas secara tertulis paling


sedikit 24 jam sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau
pengecoran setiap jenis beton, seperti yang disyaratkan dalam Pasal
6.1.4.(1) di bawah.

7) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan.


Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan
cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah
di sekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastik). Sepanjang waktu,
tumpukan kantung semen harus ditutup dengan lembar plastik.

8) Kondisi Tempat Kerja


Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar,
dengan temperatur pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar
selalu di bawah 30oC sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan,
Kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bilamana :
a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam.
b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.
c) Tidak diijinkan oleh konsultan Pengawas, selama turun hujan atau bila
udara penuh debu atau tercemar.

9) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi criteria toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(4), atau yang tidak memiliki permukaan
akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat

7
campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3.(3), harus mengikuti petunjuk
yang diperintahkan oleh konsultan Pengawas dan dapat meliputi :

i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum


dikerjakan;

ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya


gagal;

iii) Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian


pekerjaan yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;

b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau


adanya keraguan dari data pengujian yang ada, konsultan Pengawas dapat
meminta Kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai
dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

5.1.2 BAHAN

1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen
Portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Terkecuali diperkenankan oleh konsultan Pengawas, bahan tambahan
(aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak
boleh digunakan.

b) Terkecuali diperkenankan oleh konsultan Pengawas, hanya satu merk


semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek.

2) Air
a) Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan
harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat
diminum dapat digunakan tanpa pengujian.

b) Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian
air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air yang
diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum.

c) Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar


dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan
mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

3) Ketentuan Gradasi Agregat


a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 6.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut tidak perlu ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan
pengujian bahwa beton yang dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang
yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3.(3).

Tabel 6.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
ASTM (mm) Halus Kasar Kasar Kasar Kasar

8
2” 50,8 - 100 - - -
1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 - 100 100 -
3/4” 19 – 35 - 70 - 90 - 100 100
1/2” 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100
3/8” 9,5 100 10 – 30 - 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 - 100 0-50 - 10 0 - 10 0 - 15
No.8 2,36 - - 0-50 - 50-5
No.16 1,18 45 – 80 - - - -
No.50 0,300 10 – 30 - - - -
No.100 0,150 2 - 10 - - - -

b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar


tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja
tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor

4) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal
(boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan
pasir sungai.

b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel 6.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai
dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.

Tabel 6.1.2 (2) Sifat-sifat Agregat


SIFAT – SIFAT METODA PENGUJIAN BATAS MAKS IJIN
UNTUK AGREGAT
HALUS KASAR
Keausan Agregat dengan : SNI 03-2417-1991 - 40 %
Mesin Los Angeles pada
500 putaran
Kekekalan Bentuk Batu : SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
terhadap Larutan Natrium
Sulfat atau Magnesium
Sulfat setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan : SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %
Partikel yang Mudah Pecah
Bahan yang Lolos Ayakan : SK SNI M-02-1994-03 3% 1%
No.200

5.1.3 PENCAMPURAN DAN PENAKARAN

1) Rancangan Campuran
Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan kekuatan karakteristik fc’
31.2 MPa dan fc’ 35 MPa atau lainnya sesuai yang tercantum dalam gambar.
Kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan SNI Beton
untuk Bangunan Gedung 2002 ( SNI 03-2847-2002 ) dan sesuai dengan batas-
batas yang diberikan dalam Tabel 6.1.3.(1).

Tabel 5.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran


Mutu Ukuran Agregat Rasio Air/semen Maks Kadar Semen Min
Beton Maks (mm) (terhadap berat ) (kg/cm3 dari campuran)
K400 37 0,45 356

9
K400 25 0,45 370
K400 19 0.45 400
K350 37 0,45 315
K350 25 0,45 335
K350 19 0,45 365
K300 37 0,45 300
K300 25 0,45 320
K300 19 0,45 350
K250 37 0,50 290
K250 25 0,50 310
K250 19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250

Dalam menentukan campuran beton, terutama gradasi agregat dan


kekentalannya perlu diperhatikan pula peruntukan beton tersebut dan ukuran
potongan beton yang akan dicor, agar beton dapat dipadatkan dengan baik, dan
tidak terjadi pemisahan agregat.
Beton juga harus diperhitungkan untuk tidak mengalami pengendapan selama
pengangkutan dan pengecorannya. Beton yang mudah mengendap tidak
diperkenankan dipergunakan. Ukuran maksimum agregat untuk beton struktur
adalah 2 cm. Untuk struktur-struktur dengan penampang tipis, ukuran agregat
maksimum yang dipakai adalah 1 cm, sedangkan untuk struktur yang memiliki
ukuran penampang dan jarak antar tulangan yang besar, ukuran agregat yang
dapat dipakai adalah 4 cm. Perbandingan air semen yang dipakai adalah sesuai
dengan ketentuan SNI Beton untuk Bangunan Gedung 2002 ( SNI 03-2847-2002
), tergantung dari jenis struktur dan cara pengeborannya. Angka minimum dari
perbandingan air semen ini dapat dilihat pada tabel 6.1.3.(2).

Tabel 5.1.3.(2) . Kadar semen minimum


Type Struktur Minimum Cement Content per m³
beton
Dengan cover beton < 23 mm 325
Untuk balok dan kolom 275
Beton yang dicor di dalam air 375

Setelah kontraktor mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas tentang


campuran beton yang akan dipakai, serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam
campuran beton tersebut, kontraktor harus tetap menggunakan campuran serta
bahan-bahan tadi selama pekerjaan beton, kecuali apabila dilakukan trial mix yang
baru dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

Tabel 5.1.3.(3) . Minimum dan maximum slump


Type Struktur Slump (cm)
Minimum Maksimum
Struktur bawah tanah 2,5 10,0
Pelat, dinding, kolom, balok 7,5 14,0

Tabel 5.1.3.(4) . Faktor air semen maksimum


Type struktur Faktor air semen
Beton di dalam bangunan 0,50
Beton di luar bangunan 0,55
Beton di dalam tanah 0,45
Beton yang kontinyu berhubungan 0,47
dengan air

10
2) Campuran Percobaan
a) Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen, agregat, maupun air
harus dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan
perbandingan volume, Kontraktor harus mengajukan metoda dan alat
penakar kepada Konsultan pengawas untuk disetujui. Adukan beton dibuat
dengan menggunakan alat pengaduk mesin (bacthmixer), type dan
kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas.
b) Metoda pengadukan, kecepatan pengadukan harus disesuaikan dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin pengaduk
tidak boleh dilampaui. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah
semua bahan berada dalam mesin pengaduk. Mesin pengaduk yang sudah
tidak dipakai dalam waktu 30 menit harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk menghindarinya adanya kotoran beton yang sudah
mengeras dalam mesin pengaduk.
c) Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan
disaksikan oleh konsultan Pengawas, yang menggunakan jenis instalasi dan
peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
d) Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan
sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3.(5) di bawah.
3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel
6.1.3.(5), atau yang disetujui oleh konsultan Pengawas, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T22), Pd M-16-1996- 03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).

Tabel 5.1.3 (5) Ketentuan Sifat Campuran

KUAT TEKAN KARAKTERISTIK MIN ( Kg/cm3) SLUMP (mm )


Mutu Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder Digetarkan Tidak
Beton 15cm x 30 cm 15 x 15 x 15 cm3 Digetarkan

7 hari 28 hari 7 hari 28 hari


K 400 285 400 240 330 20 - 50 -
K 350 250 350 210 290 20 - 50 50 - 100
K 300 215 300 180 250 20 - 50 50 - 100
K 250 180 250 150 210 20 - 50 50 - 100
K 225 150 225 125 190 20 - 50 50 - 100
K 175 115 175 95 145 30 - 60 50 - 100
K 125 80 125 70 105 20 – 50 50 - 100

Catatan : bila menggunakan concrete pump slump bisa berkisar antara 75 +


25 mm

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh


digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila konsultan Pengawas dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian
tertentu dengan pembebanan ringan. Kelecakan (workability) dan tekstur
campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan
tanpa membentuk rongga atau celah atau gelembung udara atau gelembung
air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat.

c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah


kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 6.1.3.(5), maka Kontraktor tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang

11
rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil
tindakan -tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28
hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang
tidak sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(10) di atas.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari
rumus yang diuraikan dalam Pasal 6.1.6.(2).(c).

d) Konsultan Pengawas dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau


memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton
berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera
menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut
konsultan Pengawas akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3
hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang
dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja,
terkecuali bila Kontraktor dan konsultan Pengawas keduanya sepakat
dengan perbaikan tersebut.

4) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang
semula dirancang oleh konsultan Pengawas, maka Kontraktor akan
melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan
dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga
rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan
yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air
atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah
disetujui oleh konsultan Pengawas.

b) Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh konsultan
Pengawas.
b) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada konsultan Pengawas dan bahan baru
tidak boleh digunakan sampai konsultan Pengawas menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas
hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap Penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.

12
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan
dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan
jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air
secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling
sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari
tumpukan agregat.

6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.

b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.

c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
ditambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan
sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m3.

e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, konsultan


Pengawas dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual,
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-struktural.

5.1.4 PELAKSANAAN PENGECORAN

1) Penyiapan Tempat Kerja


a) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan harus
dimasukkan ke dalam beton harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga
tidak bergeser pada saat pengecoran.

b) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh konsultan Pengawas, bahan landasan


untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini.

c) Konsultan Pengawas akan memeriksa seluruh acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton.
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh konsultan Pengawas, sisi-sisi
samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.

b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan
selama pengecoran, pemadatan dan perawatan. Acuan untuk dinding beton
ekspos terbuat dari multiplek tebal 9 mm.

c) Acuan yang terbuat dari pasangan bata harus memenuhi spesifikasi bahan
dan pemasangan yang disyaratkan.

13
3) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan konsultan Pengawas secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24
jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton
dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Konsultan Pengawas akan
memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa
acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan
tertulis dari konsultan Pengawas.

b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai


pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana konsultan
Pengawas atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.

c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas.

d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran,
atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan
oleh konsultan Pengawas berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan
tambah (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Pengawas.

e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan


sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya
atau sampai pekerjaan selesai.

f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah
pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding
beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling
struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di
dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam
setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau
metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus
digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh konsultan
Pengawas. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup
sehingga memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus
ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran
dilanjutkan. Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan
campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.

14
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.

j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.

k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan


beton dalam waktu 24 jam setelah pengecoran.

l) Selimut Beton (tahu beton)


Pemasangan dengan menggunakan pelindung beton (beton decking) sesuai
dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak tercantum di dalam gambar
dalam spesifikasi ini, maka dapat digunakan ketentuan sesuai tabel 6.1.4 (1)
berikut :
Tabel 5.1.4.(1) : Selimut beton
Lokasi Selimut beton minimum
Beton yang berhubungan dengan tanah tanpa acuan 7,5 cm
Beton yang berhubungan dengan tanah dengan acuan 5 cm
Kolom :
Tulangan utama 4 cm
Sengkang 2,5 cm
n
Dinding 2,5 cm atau > dia tul

Balok :
Tulangan utama 2,5 cm
Tulangan pembagi 1,5 cm
Pelat :
Tulangan utama 1,5 cm
Tulangan pembagi 1,0 cm
Pada pengakhiran tulangan 2,5 cm, > 2 x diameter

4) Sambungan Konstruksi (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
struktur yang diusulkan dan konsultan Pengawas harus menyetujui lokasi
sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi
tersebut harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar.
Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-
elemen struktur terkecuali disyaratkan demikian.

b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua


sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.

c) Bilamana sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus


melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap
monolit.

d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan ke dalaman


paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan
dinding. Untuk pelat yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi
harus diletakkan sedemikian sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak
melampaui 40 m2, dengan dimensi yang lebih besar tidak melampaui 1,2 kali
dimensi yang lebih kecil.

e) Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana


yang diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilamana

15
pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya
pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh konsultan Pengawas.

f) Atas persetujuan konsultan Pengawas, bahan tambah (aditif) dapat


digunakan untuk pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak


diperkenankan pada tempat-tempat 75 cm di bawah muka air terendah atau
75 cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.

8) Toleransi Pekerjaan Pengecoran


Toletansi pelaksanaan dari seluruh pekerjaan beton, dalam segala hal tidak boleh
melebihi seperti pada tabel 6.1.4.(2) di bawah ini.

Tabel 5.1.4.(2) : Toleransi pekerjaan pengecoran


Posisi as kolom dan as dinding 6 mm dalam 3 meter panjang dengan nilai
geser maximum 1 cm untuk seluruh panjang
(posisi bangunan)
Posisi pondasi dan pile cap 2 % dari lebar pondasi dengan nilai
maksimum 5 cm Minus 1 cm sampai plus

Dimensi pondasi dan pile cap 5 cm Minus 5% sampai plus 10%


Dengan nilai maksimum 5 cm
Dimensi unsure-unsur vertical dan 5 mm dalam 5 meter dengan nilai
miring maximum 1 cm untuk seluruh panjang

Deviasi horizontal kolom dan 1,2 cm dari ketinggian 30 m


dinding geser dari ketinggiannya 2 cm dari ketinggian 60 m
2,5 cm dari ketinggian 90 m
Level rata-rata Jarak lantai ke lantai 3 m, deviasi 6 mm
Jarak lantai ke lantai 6 m, deviasi 1,2 cm
Jarak lantai ke lantai > 12 m, deviasi 2 cm
Deviasi level dari permukaan plat 6 mm dari 3 m panjang 1 cm dari 6 m
panjang dengan nilai maksimum 2 cm
untuk panjang keseluruhan
Deviasi horizontal dari permukaan 6 mm dari 6 m panjang 1 cm dari 12 m
pelat, balok dan unsur horizontal atau lebih
lain
Deviasi potongan (plat, balok kolom Dimensi < 15 cm + 1 cm sampai -3 mm
maupun dinding geser)
Dimensi >= 15 cm + 1,2 cm sampa -6 mm
Bukaan dinding dan pelat 6 mm
Tangga Masing-masing tanjakan 2 mm keseluruhan
6 mm

Masing-masing injakan 3 mm keseluruhan 6


mm

5.1.5 PENGERJAAN AKHIR

1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai seperti pda
tabell 5.1.5.(1) di bawah ini

b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk


pekerjaan ornamen, sandaran (railing), dinding pemisah (parapet), dan
permukaan vertical yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling

16
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung
pada keadaan cuaca.

Tabel 5.1.5.(1) : Waktu untuk melepas bekesting


Unsur struktur Waktu
Samping balok, dinding, kolom yang tidak 24 jam
dibebani
Pelat (acuannya saja) 3 hari
Balok (acuannya saja) 7 hari
Perancah pelat diantara balok 14 hari
Perancah balok dan flat slab 14 hari
Perancah kantilever 28 hari

2) Finishing Permukaan Beton (Pengerjaan Akhir Biasa)


a) Terkecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang cetakan, dan cetakan yang melewati
badan beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di
bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.

b) Konsultan Pengawas harus memeriksa permukaan beton segera setelah


pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurangsempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau
fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian
lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.

c) Bilamana konsultan Pengawas menyetujui pengisian lubang besar akibat


keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound),
membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan semen acian (semen dan air,
tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Lubang harus
selanjutnya diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang terdiri dari
satu bagian semen dan dua bagian pasir, yang harus dibuat menyusut
sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.

3) Perawatan Dengan Pembasahan


a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperature yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperature yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan
beton.

b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras,


dengan menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3
hari. Semua bahan perawat atau lembaran bahan penyerap air harus
dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan yang terekspos
dari aliran udara. Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus
dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah
terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton. Lalu lintas tidak
boleh diperkenankan melewati permukaan beton dalam 7 hari setelah beton
dicor.

c) Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai
mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling
sedikit selama 21 hari.

17
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang
tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan
tambah (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

5.1.6 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran
a) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar atau yang diperintahkan oleh konsultan Pengawas.

b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk cetakan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.

c) Tidak ada pengukuran dan pembayaran tambahan yang akan dilakukan


untuk pelat (plate) beton pracetak untuk acuan yang terletak di bawah lantai
(slab) beton Pekerjaan semacam ini dianggap telah termasuk di dalam harga
penawaran untuk beton sebagai acuan.

d) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur atau beton tidak bertulang. Beton Struktur haruslah beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai K250 atau lebih
tinggi dan Beton Tak Bertulang haruslah beton yang disyaratkan atau
disetujui untuk K175 atau K125. Bilamana beton dengan mutu (kekuatan)
yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu
(kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki


a) Bilamana pekerjaan telah diperbaiki menurut Pasal 5.1.1 di atas, kuantitas
yang akan diukur untuk pembayaran haruslah sejumlah yang harus dibayar
bila mana pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.

b) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan


kadar semen atau setiap bahan tambah (aditif), juga tidak untuk tiap
pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang
diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

3) Dasar Pembayaran
a) Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak
untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang
ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
b) Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah
untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan
untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata
Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
6.1.(1) Beton K400 Meter Kubik
6.1.(2) Beton K350 Meter Kubik
6.1.(3) Beton K300 Meter Kubik

18
6.1.(4) Beton K250 Meter Kubik
6.1.(5) Beton K175 Meter Kubik
6.1.(6) Beton K125 Meter Kubik
6.1.(7) Beton K100 Meter Kubik

5.2. BAJA TULANGAN

5.2.1 UMUM

1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
konsultan Pengawas.
2) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh staf Teknis Kegiatan setelah
peninjauan kembali rancangan awal telah selesai menurut Spesifikasi ini.

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini


a) Rekayasa Lapangan
b) Beton

4) Standar Rujukan
A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Concrete
Structures, American Concrete Institute.
AASHTO M31M - 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete C
Reinforcement.
AASHTO M32 – 90 : Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement.
AASHTO M55 - 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete Reinforcement.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and
Railway Bridges.

5) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
i) 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau
terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran. Seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 6.2.1.(1) untuk beton yang terendam/
tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah
tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan.

ii) 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bias
dicapai, atau untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan
akibat karat pada baja tulangan dapat menyebabkan berkurangnya
umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di
atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung
dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya

Tabel 6.2.1. (1) Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan
Untuk Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai

Ukuran Batang Tulangan Tebal Selimut Beton yang


akan diselimuti (mm) Minimum (cm)

Batang 16 mm dan lebih kecil 3,5

Batang 19 mm dan 22 mm 5,0

19
Batang 25 mm dan lebih besar 6,0

6) Penyimpanan dan Penanganan


a) Kontraktor harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi
label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang,
panjang dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan
pada diagram tulangan.

b) Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan


sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

7) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan dari konsultan Pengawas, dan tidak ada bahan yang boleh
dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.

b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan


kepada konsultan Pengawas daftar yang disahkan pabrik baja yang
memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran dan
mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam
pekerjaan.

8) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala
hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk
memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang
disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi rancangan
dalam Gambar, harus atas biaya Kontraktor.

b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam
pekerjaan :
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315;

ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau
Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing);

iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih
atau oleh sebab lain.

c) Toleransi Kesalahan Pembengkokan Tulangan


i) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan,
batang tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan
tanpa persetujuan konsultan Pengawas atau yang sedemikian sehingga
akan merusak atau melemahkan bahan.

ii) Pembengkokan kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam


keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh konsultan Pengawas.
Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan kembali
lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diijinkan digunakan
pada Pekerjaan.

iii) Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali,


atau bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui oleh konsultan
Pengawas, harus diperbaiki dengan mengganti seluruh batang tersebut
dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai
dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.

20
d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja ( los pekerja) untuk
pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan
tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan
persediaan (stok) batang Lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan
sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian.

9) Penggantian Ukuran Batang


Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas
disahkan oleh konsultan Pengawas. Bilamana baja diganti haruslah dengan luas
penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.

5.2.2 BAHAN

1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan yang digunakan adalah baja ulir dengan tegangan leleh baja
4200 kg/cm2 dan baja polos dengan tegangan leleh baja 2400 kg/cm2.
Sesuai dengan gambar. Baja-baja tulangan yang digunakan tidak boleh
ditekuk dan memiliki ukuran yang penuh, sesuai dengan gambar. Baja
tulangan ini harus bebas dari karat, lemak nabati maupun hewani.

b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat,


anyaman tulangan yang di las yang memenuhi AASHTO M55 dapat
digunakan.

2) Tumpuan untuk Tulangan


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu K250 seperti yang disyaratkan dalam Seksi 7.2 dari
Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh konsultan MK. Kayu, bata, batu atau
bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.

3) Pengikat untuk Tulangan


Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi
AASHTO M32 - 90.

5.2.3 PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh konsultan Pengawas, seluruh baja tulangan
harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-
lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara
panas di lapangan disetujui oleh konsultan MK, tindakan pengamanan harus
diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah
banyak.

b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus


dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
2) Penempatan dan Pengikatan
a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk
menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan
atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan
beton.

b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan


kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Pasal 6.2.1.(5)
di atas, atau seperti yang diperintahkan oleh konsultan Pengawas.

c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat


sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi

21
atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak
diperkenankan.

d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang


ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan,
terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari konsultan Pengawas. Setiap penyambungan yang dapat
disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak
terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik
dengan tegangan tarik minimum.
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut
harus diberikan kait pada ujungnya.

f) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan


beton sehingga tidak akan terekspos.

g) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin,


dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali
jarak anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb
dan bukaan, dan harus dihentikan pada sambungan antara pelat.

h) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi
dengan adukan semen acian (semen dan air saja).

i) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk
kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.

5.2.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran
a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima
oleh konsultan Pengawas. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung
dari panjang aktual yang dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar,
dan satuan berat dalam kilogram per meter panjang untuk batang atau
kilogram per meter persegi luas anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh
konsultan Pengawas akan didasarkan atas berat nominal yang disediakan
oleh pabrik baja, atau bila konsultan Pengawas memerintahkan, atas dasar
pengujian penimbangan yang dilakukan Kontraktor pada contoh yang dipilih
oleh konsultan Pengawas.

b) Penjepit, pengikat, pem isah atau bahan lain yang digunakan untuk
penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan
dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.

c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau


struktur lain di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah
disediakan dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk
pembayaran menurut Seksi ini.

2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di
atas, harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran yang
ditunjukkan di bawah ini, dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas, dimana
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pemasokan,
pembuatan dan pemasangan bahan, termasuk semua pekerja, peralatan,

22
perkakas, pengujian dan pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan
yang memenuhi ketentuan.

Nomor Mata Uraian Satuan Pengukuran


Pembayaran
6.2.(1) Baja Tulangan U24 Polos Kilogram
6.2.(2) Baja Tulangan U32 Polos Kilogram
6.2.(3) Baja Tulangan U32 Ulir Kilogram
6.2.(4) Baja Tulangan U39 Ulir Kilogram
6.2.(5) Baja Tulangan U48 Ulir Kilogram
6.2.(6) Anyaman Wire Mesh Yang Dilas Kilogram

Pasal 6
PEKERJAAN WATER PROOFING

1) Sebelum melaksanakan pekerjaan water proofing kontraktor harus menyerahkan


contoh bahan kepada konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.

2) Kontraktor harus membuat shop drawing yang memeprlihatkan lay out ruangan-
ruangan atau area yang akan di water proofing. Pekerjaan kamar mandi dan WC
menggunakan SIKA TOP 144 dengan ukuran sesuai dengan gambar rencana.
Pemasangannya diletakkan diatas lantai kerja yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan produk water proofing yang dipakai.

3) Persyaratan standar mutu bahan adalah seperti NI-3, ASTM-828. Kontraktor tidak
dibenarkan merubah standar dengan cara apapun tanpa izin dari konsultan
Pengawas.

Pasal 7
PEKERJAAN PASANGAN BATA
7.1. UMUM

1) Uraian
a) Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta
material bantu lainnya. Pekerjaan terkait lainnya dengan pekerjaan
kolom/ ring balok praktis, plesteran dan acian pada pekerjaan
plesteran.

b) Sebelum memulai pekerjaan , kontraktor harus menyerahkan contoh


material untuk mendapat persetujuan dari konsultan Pengawas.

c) Kontraktor harus membuat shop drawing yang memperlihatkan lokasi


pemasangan dinding bata dan lay out penempatan angkur, dan kolom
praktir/ balok praktis.

d) Perencanaan skedul bahan harus diatur untuk mencegah kekosongan


material yang dapat menyebabkan keterlambatan pemasangan.

7.2. PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN

1) Bahan bata kelas I, terbahkar matang, tidak keropos, bata pecah tidak boleh
lebih dari 5% dari total pengunaan.

2) Adukan seperti yang dijelaskan pada spesifikasi adukan pasangan bata dan
plesteran.

3) Besi angkur dia 6 – 8 mm - 50 cm dipasang vertikal dan horizontal untuk


perkuatan kedudukan pasangan bata.

23
4) Kontraktor harus memperhatikan keadaan struktur yang akan mendukung
atau mendapat pembebanan pasangan bata. Bila Struktur tersebut belum
sempurna/ belum boleh dibebani, maka pasangan bata harus di tunda
dahulu sampai mendapat izin persetujuan dari konsultan Pengawas.

5) Beton Kolom Praktis dan Kolom Praktis


a) Ukuran 12 x 12 xm dengan mutu dan kekuatan beton K 125 atau
sesuai dengan spesifikasi pekerjaan beton. Penulangan minimal 4 dia
10 mm dengan sengkang dia 6 mm – 20 cm.

b) Setiap bidang maksimal 12 m2 harus diberi bingkai kolom praktis dan


ring praktis dengan jarak kolom praktis maks 4 m.
c) Ring praktis dipasang diatas bidang bukaan pintu dan jendela > 90 cm

6) Pekerjaan Adukan Pasangan Bata


a) Pasangan bata kedap air memakai adukan 1 PC : 2 psr.
b) Pasangan bata non kedap air memakai adukan 1 PC : 4 psr atau seperti
yang ditunjukkan dalams pesifikasi pekerjaan plesteran.

Pasal 8
PEKERJAAN PLESTERAN
8.1. UMUM

1) Uraian
a) Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan bantu
untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran sesuai dengan gambar rencana.

b) Khusus untuk tenaga kerja plesteran di syaratkan tenaga ahli yang spesial
dalam bidang plesteran. Kontraktor diharuskan membuat contoh hasil
pekerjaan plesteran dengan ukuran 2 x 1,5 m2 sebagai pedoman hasil
plesteran yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.

c) Konsultan Pengawas berhak untuk meminta kontraktor untuk memperbaiki,


mengganti apabila hasil pekerjaan plesteran tidak sesuai dengan contoh
pekerjaan jadi.

8.2 PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN.

1) Semen yang digunakan sama dengan jenis semen yang disetujui untuk pekerjaan
pasangan bata dan pekerjaan beton. Pasir pasang harus bebas dari lumpur dan
bahan organik. Pasir harus di ayak dengan ketentuan garadasi ukuran berkisar
1,2 mm ( pasir halus) sampai 1,5 mm -2 mm. ( pasir kasar )

2) Air yang digunakan tidak mengandung minyak, garam atau basa. Kontraktor
harus mengajukan contoh air yang dilengkapi hasil analisa lab untuk mendapat
persetujuan konsultan Pengawas.

3) Pemakaian bahan aditive plesteran tidak diizinkan , kecuali atas persetujuan


konsultan Pengawas.

4) Campuran Adukan
a) Plesteran biasa memakai campuran 1 pc : 4 pasir kasar
b) Plesteran kedap air memakai campuran 1 pc : 2 pasir kasar
c) Skim coat atau acian memakai campuran pc dan air secukupnya.

24
Pasal 9
PEKERJAAN KAYU

9.1 UMUM

1) Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk


pekerajaan pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS.

9.2 PERSYARATAN BAHAN DAN PELAKSANAAN.

1) Sebelum pelaksaanaan pekerjaan Pekerjaan Pasang rangka plafond kontraktor


harus menyerahkan sampel kayu yang akan dipakai kepada konsultan pengawas.
Semua bahan-bahan yang tidak memenuhi persyaratan untuk konstruksi kayu
berhak ditolak oleh Direksi dan bahan tersebut harus segera disingkirkan dari
lokasi kerja. Dan kontraktor harus segera mengganti bahan tersebut, segala biaya
yang timbul karena hal tersebut menjadi tanggungan kontraktor sepenuhnya.

2) Kayu yang dipakai harus berkualitas baik, harus betul-betul kering, tidak gubal,
lurus, tidak cacat/bermata kayu dan cacat lainnya yang mempengaruhi kekuatan
kayu.

3) Ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar kerja merupakan ukuran terpasang.

4) Lokasi penyambungan dan jenis penyambungan harus sesuai dengan Peraturan


Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI - NI.5-1984) sehingga tidak timbul momen torsi
pada lokasi penyambungan yang akan mengurangi kekuatan dari konstruksi
tersebut.

5) Pada waktu erection (pemasangan) kontraktor harus sudah memikirkan


pengamanan dan alat-alat bantu yang cukup untuk menghindari kerusakan
bahan-bahan akan dipasanh dan menghindari resiko kecelakaan kerja.

Pasal 10
PEKERJAAN PINTU, JENDELA &VENTILASI

10.1. UMUM

1) Uraian

a) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan alat bantu lainnya


untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
baik dan sempurna.

b) Pekerjaan ini mencakup seluruh pintu dan jendela rangka almunium,


lengkap dengan kusen dan kacanya.

10.2 PERSYARATAN BAHAN

1) Bentuk dan jenis konstruksi pintu dan jendela dibuat sesuai dengan gambar
rencana.

2) Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap tipe harus disertai test minimum
100 kg/m2. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap
tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.

25
3) Bahan yang akan diproses fabrikasi harus terseleksi terlebih dahulu sesuai bentuk
toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang
disyaratkan.

4) Persyaratan bahan yang digunakan harus sesuai dengan rencana dan kualitas
standard yang berlaku :
(1). C 509 - Cellular Elastomeric Performed Gasket and Sealing
Material
(2). C 2000 - Classification system for Rubber Production in Automatic
Application
(3). C 2287 - Non – rigid Vinyl chloride Polymer and Copolymer moulding
and extination Compounds.
5) Kusen Almunium yang digunakan :
- Produksi : YKK / setara
- Bentuk Profil : Sesuai gambar.
- Warna profil : Ditentukan kemudian
- Ukuran profil : Sesuai dengan gambar
6) Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaan Almunium serta memnuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.

7) Konstruksi Kosen almunium yang dikerjakan seperti yang ditunjukkan dalam


detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.

8) Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.

9) Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 M3/hr dan terhadap tekanan air
15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.

10) Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelenkungan dan perwarnaan yang
dipersyaratkan.

11) Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-
profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit,
jendela, pintu partisi, dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga
dalam setiap unit didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong punch dan
drill, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang telah
dirangkai untuk jendela. Dinding dan pintu mempunyai toleransi toleransi ukuran
untuk tinggi dan lebar : 1 mm sedangkan untuk diagonal 1 mm.

12) Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vynil,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan almunium harus ditutup
caulkin dan sealant. Angur-angkur untuk rangka kosen almunium terbuat dari
steel pelat tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron
sehingga dapat bergeser.

13) Bahan finishing Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang
bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan
lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corosive
treatment dengan insulating varnish saperti asphatic varnish atau bahan
insulation lainnya.

14) Kontraktor almunium terlebih dahulu harus menyerahkan shop drawing kepada
pengawas sebelum memberi pekerjaan, untuk mendapat persetujuan Pengawas.

26
15) Harus memperhatikan dengan jelas dimensi, sistem konstruksi, hubungan-
hubungan antar komponen, cara pengukuran dan lokasinya, penempatan
hardware dan detail-detail pemasangannya.

16) harus memperhatikan kesesuaiannya dengan dengan gambar rencana.

17) Shop drawing harus dikoordinasikan dengan ketentuan “ironmongery “ guna


ketepatan perkuatan-perkuatan yang diperlukan yang diperlukan serta lokasi dari
hardware tersebut.

18) Shop drawing harus memperlihatkan juga detail-detail pemasangan kaca, gasket
serta sealant.

19) Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) set contoh semua bahan yang akan
memperlihatkan texture, finishing dan warna. Sampul profil-profil extruded
panjangnya minimum 300 mm. Untuk almunium sheet, ukuran 300 x 300 mm2,
ketebalannya sesuai dengan yang akan dipakai.

20) Semua sampul harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan, jenis, alloy,
warna dan pekerjaan dimana bahan tersebut akan dipakai.

PASAL 11
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

11.1. UMUM

1) Uraian Pekerjaan:

a) Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk


pekerjaan plafond /rangka plafond dan lis profil. dan lain-lain sesuai dengan
gambar kerja dan Dokumen Pengadaan.

b) Bahan-bahan penutup langit-langit menggunakan gybsum tebal 9 mm


berkualitas baik, merek ditentukan kemudian sesuai dengan persetujuan
konsultan pengawas.

11.2 PERSYARATAN BAHAN

1) Untuk rangka loteng/plafond menggunakan Rangka Penggantung dari besi


hollow, dipasang menurut panjang ruangan dan keliling ruangan, untuk balok
pembagi juga menggunakan besi hollow. Pemasangan rangka seperti tercantum
dalam gambar kerja.
2) Penutup rangka plafond bagian dalam menggunakan gybsum tebal 9 mm
berkualitas baik . Cara pemasangan disesuaikan dengan gambar rencana. Di
bagian tepi yang berhubungan dengan dinding dipasang list plafond
menggunakan gypsumboard dengan detail profil disesuaikan dengan gambar
rencana.

PASAL 12
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI

12.1. UMUM

1) Uraian
a) Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS

27
b) Bahan penutup lantai adalah Granit ukuran 60x60, dan vinyl atau sesuai
yang tertera pada gambar dengan warna dan motif yang sesuai dengan
gambar atau sesuai dengan persetujuan konsultan pengawas.

12.2 PERSYARATAN PELAKSANAAN

1) Sebelum pemasangan, contoh bahan terlebih dahulu harus disetujui oleh Direksi.
Semua granit yang dipakai harus bebas dari gores, cacat, retak dan pecah.

2) Lantai yang akan dipasang terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran sampah dan
debu serta minyak dan bahan lainnya yang dapat menghilangkan atau
mengurangi daya rekat spesi dengan lantai.

3) Pemasangan mengunakan spesi 1 pc : 3 ps dengan ketebalan 1.5 cm s/d 2.5 cm

4) Jarak antar granit /nat/siar maximum 5 mm.


5) Pengisian siar baru boleh dilakukan apabila granit telah terpasang lebih dari 24
jam. Pengisiannya harus dengan pasta semen atau bahan khusus grouting
dengan warna yang sesuai dengan granit.

6) Pemotongan granit harus menggunakan tile cutter, dan permukaan granit harus
rata dan rapi. Seluruh permukaan harus dibersihkan dari sisa-sisa pasta dan
material lainnya.

7) Pemasangan harus rata air (water pas), rapi dengan siar yang lurus. Setiap
pekerjaan yang tidak memenuhi kriteria tersebut harus dibongkar dan diperbaiki.
Semua biaya yang dikeluarkan menjadi tanggungan kontraktor.

8) Aturan yang tidak tercantum dalam RKS ini mengacu pada standard peraturan
yang berlaku dan aturan yang ditetapkan atau disetujui oleh Konsultan Pengawas.

PASAL 13
PEKERJAAN PELAPIS DINDING

13.1. UMUM

1) Uraian
a) Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS

13.2 PERSYARATAN PELAKSANAAN

1) Permukaan diplester halus dengan perbandingan 1 pc : 2 ps dengan tebal 2 cm


secara rata dan tidak bergelombang.

2) Apabila terjadi kerusakan-kerusakan pada waktu pemasangan. Maka harus


diperbaiki (dibongkar) dan menjadi tanggungan kontraktor.

PASAL 14
PEKERJAAN PENGECATAN

14.1. UMUM

1) Uraian Pekerjaan
a) Kontraktor harus mengajukan literatur teknis dan petunjuk pabrik tentang
cara pemakaianya.

28
b) Kontraktor harus mengajukan sample daftar warna dari pabrik pembuatnya.

c) Sebelum melakukan pengecatan harus melakukan contoh hasil cat pada


permukaan bidang ukuran 1 m x 1 m untuk persetujuan Pengawas/Direksi

d) Pekerjaan pengecatan baru boleh dilakukan setelah :


i) Dinding/bagian yang akan dicat selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi.

ii) Bagian-bagian yang retak/pecah diperbaiki dan bagan yang kotor


dibersihkan.

iii) Dinding/bagian yang akan dicat tidak lembab/basah atau berdebu.

iv) Didahului dengan membuat percobaan pengecatan pada


dinding/bagian yang akan dicat.

2) Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga-tenaga dimana cat tersebut


diproduksi atau tenaga ahli mengecat dengan pengawasan/petunjuk dari pabrik
cat tersebut.

3) Cat yang akan digunakan berada didalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak
pecah/bocor dan mendapat persetujuan Direksi.

14.2 PERSYARATAN BAHAN & PELAKSANAAN

1) Sesuai persyaratan standarisasi yang berlaku :


1. PUBI : 54, 1982
2. PUBI : 58, 1982
3. NI : 4
4. ASTM: D – 361
5. BS No. 3900, 1970
6. AS K - 41
2) Sesuai Persetujuan bersama- sama dengan direksi Pekerjaan :
a) Standar Pengerjaan ( Mock Up )
Sebelum pengecatan yang dimulai, kontraktor harus melakukan pengecatan
pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-
bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan
cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock up ini akan
ditentukan oleh Direksi Lapangan.
b) Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan
dan Pengawas, bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal
keseluruhan pekerjaan pengecatan.

c) Contoh dan bahan untuk perawatan


i) Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis
pada bidang-bidang ukuran 1 m x 1 m. Dan pada bidang-bidang
tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah
lapisan dan jenis lapisan ( dari cat dasar s/d lapisan akhir ).
ii) Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi
Lapangan dan Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui
secara tertulis oleh Pengawas dan Direksi Lapangan, barulah
Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock up seperti tersebut
diatas.

iii) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan untuk


kemudian akan diteruskan kapada Pemberi Tugas minimal 5 galon
tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut

29
harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat
yang ada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan oleh Pemberi Tugas.

d) Untuk dinding-dinding dalam dan luar bangunan digunakan cat dengan


persyaratan sebagai berikut :
- Produksi : ICI /Catylax (setara)
- Warna : Ditentukan Konsultan Pengawas
- Kwalitas : Wheatershield
-
e) Untuk dinding-dinding luar bangunan digunakan cat dasar anti lumut.
f) Plamur yang digunakan adalah plamur tembok yang sesuai dengan merk
bersangkutan.

PASAL 15
PEKERJAAN MEKANIKAL

15.1. UMUM

1) Uraian Pekerjaan
a) Yang termasuk dalam pekerjaan pemasangan mekanikal ini adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu yang
digunakan dalam pekerjaan saniitair / plumbing hingga tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaiannya.
b) Pekerjaan pemasangan kloset, keran, bak mandi, floor drain, saluran air
kotor, air bersih, dll.

15.2 BAHAN /PRODUK

1. Closet Duduk
- Warna : Ditentukan kemudian
- Type : …………….
- Produksi : American Standart
2. Wastafel lengkap
- Warna : Ditentukan kemudian
- Type : …………….
- Produksi : American Standart
3. Kran air
- Warna : standar
- Type : …….
- Produksi : Standard
4. Floor Drain
- Warna : Stanless steel
- Type : …….
- Produksi : Standar
5. Kran Air
- Warna : Ditentukan kemudian
- Type :
- Produksi : American Standart

30
Pasal 16
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

16.1 UMUM

1) Pekerjaan Elektrikal meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan


dan alat Bantu lainnya yang diperlukan untuk menyelesaiakan pekerjaan
Elektrikal sesuai dengan rencana gambar kerja.

2) Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi


dan bersifat mengikat.

3) Seluruh pekerjaan instalasi Listrik yang akan dilaksanakan harus dikerjakan sub
kontraktor yang berpengalaman di bidangnya.

4) Semua material yang disuplai dan dipasang oleh kontraktor harus baru, dari
produk yang berkualitas. Kontraktor harus menyertakan lampiran material yang
terperinci dari semua bahan yang akan dipasang dengan keterangan minimal ada
nama pabrik produsen, nama produk, mertek dan spsifikasi type bahan.

5) Daftar pengajuan material ini adalah mengikat, lengkap dan apabila terbukti ada
perbedaan antara pengajuan material dengan yang dipasang, maka MK berhak
untuk menolak dan memerintahkan kontraktor mengganti material tersebut
sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam BQ maupun gambar rencana.

6) Kontraktor harus mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang


tercantum dalam :
a) Spesifikasi
b) Gambar Rencana dan
c) Berita Acara Aanwijzing.

7) Persyaratan Kontraktor Listrik.


a) Harus mempunyai SIKA - PLN golongan K2 yang masih berlaku.
b) Harus dapat disetujui oleh Pemberi Tugas/ Direksi lapangan.

8) Kontraktor diwajibkan membuat gambar-gambar kerja (Shop Drawing), dan


rencana kerja sebelum melaksanakan, terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari Pengawas / Pemberi Tugas / Perencana. Gambar serta rencana
kerja ini tersedia di ruang Kontraktor dan mudah diperiksa sewaktu-waktu oleh
Pemberi Tugas, Konsultan / Pengawas.

9) Setelah pekerjaan selesai Kontraktor diharuskan menyerahkan gambar


instalasi yang telah direvisi dan disahkan oleh PLN dalam angkap 4 (empat),
dilampiri surat tanda keluar dari PLN yang menyatakan bahwa pemasangan
instalasi tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan.

10) Kontraktor harus dapat menjamin bahwa spare part / perlengkapan-perlengkapan


lainnya mudah di dapat.

11) Semua Instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 (tiga) core
dan core yang ketiga merupakan jaringan pentahanan disatukan kecanel listrik.

12) Semua Panel listrik harus diberi pentahanan dengan kawat BC yang ukurannya
sesuai gambar.

13) Semua pipa dari bahan metal yang terpasang dalam tanah harus diberi
perlindungan anti karat.

31
14) Sistem Tegangan Listrik menggunakan tegangan listrik 380 Volt / 3 Phase / 50
Hz dan 220 Volt / 1 Phase / 50 Hz.

15) Kapasitas yang tercantum dalam gambar atau spesifikasi adalah


minimum.Kontraktor boleh memilih kapisitas yang lebih besar dari yang diminta,
dengan syarat.
a. Tidak menyebabkan sistem menjadi lebih sulit.
b. Tidak menyebabkan pertambahan bahan.
c. Tidak meminta pertambahan ruang.
d. Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya.
e. Tidak menurunkan mutu.

16) Kontraktor harus meneliti semua dimensi-dimensi secepatnya sesudah mendapat


Surat Perintah Kerja (SPK). Ajukan usul-usul kepada Direksi pelaksanaan apa
yang diperlu dirubah atau diatur kembali agar semua instalasi dan peralatan
dalam sistem dapat ditempatkan dan bekerja dengan semestinya.
17) Sebelum melakukan pemasangan bahan dan peralatan lakukanlah pengukuran,
meneliti peil-peil dalam proyek menurut keadaan sebenarnya.

18) Apabila ada perbedaaan antara pengukuran di lapangan dengan gambar, ajukan
data-data kepada Direksi Pelaksana.

19) Kontraktor harus membuat gambar kerja yang memuat gambar denah, potongan
atau detail sesuai keadaan sebenarnya di lapangan, dengan mendapat
persetujuan dari Direksi Pelaksana.

20) Kontraktor harus berkonsultasi dengan kontraktor lain, sehingga pemasangan


instalasi dan peralatan dapat dilakukan tanpa terjadi tabrakan.

21) Semua bahan Instalasi dan peralatan sebelum dibeli, dipesan, masuk site atau
dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi Pelaksana.

22) Kontraktor harus dapat menjaga keadaan site tempat bekerjanya selalu bersih
selama pemasangan instalasi, semua sisa bahan dan sampah harus diangkut dari
site. Pada akhir penyelesaian, kontraktor harus memeriksa keseluruhan
pekerjaan dan harus dalam keadaan rapi, bersih, dan siap digunakan.

23) Daftar Bahan


Dalam waktu tidak lebih dari 30 (tiga puluh) hari setelah Pelaksana menerima
pemberitahuan untuk memulai pekerjaan, pelaksana harus menyerahkan daftar
dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4
(empat) dan didalamnya tercantum nama dan alamat manufacturer / pabrik
pembuatannya, katalog dan keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi/Pengawas. Daftar bahan diajukan dengan brosur-brosur peralatan yang
lengkap yang mencantumkan nama dan alamat dari pembuatannya untuk
diajukan kepada Pemberi Tugas. Persetujuan akan diberikan atas dasar data-data
tersebut dan bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan yang disyaratkan
dan harus dalam keadaan baru tanpa cacat dan bersegel.
Pelaksanaan Pekerjaan
Bahan yang akan digunakan adalah sesuai dengan yang disyaratkan dan harus
dalam keadaan baru. Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli atau
mendapat latihan khusus, instalatur yang mendapat pengesahan atau sertifikat
dari PLN setempat. Pelaksana harus memiliki Surat Izin Kerja (SIKA) dan Pass
dari PLN yang masih berlaku.

32
24) Gambar-gambar Kerja
Setelah daftar bahan dari perusahaan dengan keadaan lapangan / lokasi
pemakaian disetujui oleh Perencana, Pelaksana harus menyerahkan gambar-
gambar kerja atau pelaksanaan untuk mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.
Dalam gambar kerja ini dengan jelas harus terlihat dan dijamin bekerjanya alat-
alat didalam sistem secara keseluruhan. Bila dirasa perlu adanya perubahan-
perubahan atau penyimpangan dari pada sistem yang direncanakan sehubungan
dengan daftar bahan yang diajukan tanpa merubah fungsi sistem serta maksud
sistem semula/sebenarnya, dapatlah diajukan dengan memberikan alasan yang
tepat. Perubahan diatas harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas dan
tidak membawa akibat tambahan biaya bagi Pemberi Tugas.

25) Peralatan Yang Disebut Dengan Merk Penggantinya


Bahan-bahan, perlengkapan, peralatan, fixture dan lain-lain yang disebutkan
serta diisyaratkan ini, harus disediakan oleh Pelaksana sesuai dengan peralatan
yang disebut dengan nama merk tersebut diatas. Penggantian merk harus dengan
persetujuan Pemberi Tugas.

26) Perlindungan Pemilik


Atas kegunaan bahan, material, sistem, sertifikat, lisensi dan lain-lain oleh
Pelaksana pemberi Tugas dibebaskan dari segala klaim ataupun tuntutan juridis
lainnya.

27) Contoh
Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan/material yang akan dipasang untuk
meminta persetujuan Pemberi Tugas / Perencana dan semua biaya berkenaan
dengan penyerahan contoh-contoh ini menjadi tanggung jawab Pelaksana.

28) Garansi
Semua pekerjaan, bahan dan perlengkapan harus digaransikan selama 120
(seratus dua puluh hari), semua bahan, material, perlengkapan dan pekerjaan
yang tidak baik harus secepatnya diganti serta diperbaiki oleh Pelaksana tanpa
Biaya Tambahan.

16.2 LINGKUP PEKERJAAN

1) Pemasangan Instalasi dan Peralatan.


a) Kabel NYM untuk saklar dan stop kontak dimasukkan dalam pipa PVC
diameter 5/8’ dan dipasang inbouw pada dinding/kolom.

b) Semua kabel harus dipasang lurus atau sejajar dan jari-jari lengkungan
tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik pembuatnya.

c) Kabel-kabel feeder harus diklem dengan klem khusus atau dengan besi siku
yang dicat anti karat.

d) Kabel-kabel yang turun dari plafond ke stop kontak dengan saklar melalui
dinding bata memakai pipa PVC. Diameter pipa yang digunakan disesuaikan
dengan kabel yang dipakai.

e) Untuk penyambungan kabel-kabel harus menggunakan terminal box (three


ways atau two ways). Tutup terminal box tersebut harus dapat dilepas dan
dipasang kembali dengan mudah dengan memakai sekrup.

f) Pemasangan kabel-kabel diatas plafond harus disusun rapi dan harus


diklem pada plat dak sehingga mempermudah perawatan.

g) Kabel-kabel yang dipasang di dalam dak beton, kolom beton, dinding beton
harus menggunakan pipa PVC.

33
h) Hantaran-hantarannya yang tidak ditarik diatas langit-langit seperti
pemasangan pada kolom beton, maka pipa-pipa sudah harus dipersiapkan
sebelum pengecoran beton dilakukan, termasuk kotak-kotak saklar dan lain
sebagainya.

i) Penyambungan kabel-kabel penerangan dan stop kontak harus didalam dos


yang disetujui oleh Perencanaan las dop dari bahan porselin tidak
diperkenankan untuk dipergunakan.

j) Kotak-kotak sambung sedapat mungkin ditempatkan pada tempat-tempat


yang mudah dicapai pada saat diperlukan pelaksanaan perbaikan atau
pergantian kabel dikemudian hari.

k) Tidak diperkenan mempergunakan potongan-potongan kabel secara


sambung-menyambung kecuali pada tempat-tempat tertentu seperti
percabangan dari suatu rangkaian.

l) Semua sambungan kabel harus dilaksanakan dengan klem baut dan


terlindung didalam kotak sambungan, untuk menghindari gangguan yang
dapat terjadi akibat sentuhan-sentuhan.

m) Pada ujung hantaran-hantaran yang akan disambung pada titik penerangan


atau yang akan dihubungkan langsung dengan alat listrik harus dilengkapi
dengan kotak-kotak sambungan ujung yang mempunyai klem baut seperti
terminal box, ceiling rose box dan lain sebagainya.

n) Semua sambungan harus terikat kuat untuk menjamin kotak yang


sempurna.

o) Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel merk yang
jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.

p) Setiap kabel daya pada ujungnya diberi isolasi berwarna untuk


mengindetifikasi phasenya sesuai dengan PUIL.

q) Pada raute kabel setiap 25 meter dan setiap belokan harus ada tanda arah
jalannya kabel.

r) Tidak diperkenankan melakukan penyadapan atau penyambungan kabel


ditengan jalan kecuali pada tempat penyambungan.

2) Kabel Dalam Tanah


a) Kabel Bertegangan rendah NYFGbY harus ditanam minimal sedalam 60 cm.

b) Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan bata
merah diberi pasir dan ditanam minimal sedalam 60 cm.
c) Untuk yang melintasi dibawah jalan harus ditanam sedalam 90 cm, dengan
perlindungan pipa GIP yang diameternya disesuaikan dengan jumlah kabel.
Demikian pula untuk kabel instalasi yang harus dipasang didalam tanah
tidak melintasi jalan sedalam 60 cm dengan perlindungan pipa GIP.
d) Kabel-kabel yang ditarik didalam selokan, kabel harus saling terpisah dan
selokan kabel ini harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa-pipa gas,
air dan lain-lainnya.
e) Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang didalam tanah harus bersih
dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel seperti : Alas galian
(lubang) dilapisi dengan pasir setebal 7,5 cm sebelum kabel diletakkan,
kemudian kabel ditutup dengan pasir sesuai dengan gambar kerja dan
dipadatkan, diatasnya diberi bata dan ditutup dengan tanah urug.

34
3) Penyambungan Kabel Penerangan NYM dan Stop Kontak.
a) Semua penyambungan kabel dilakukan dalam kotak penyambungan yang
khusus, Pelaksana harus memberikan brosur mengenai cara-cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik, sebelum memasangnya.

b) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna atau fase masing-


masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan
setelah penyambungan dilakukan.
c) Penyambungan digunakan Junction Box, Connector listrik dengan pegas ulur
atau digunakan Tab Connector dengan pegas ulur. Semua sambungan-
sambungan tersebut dilakukan dalam Junction Box atau Durados.

4) Built Insert, Sleeve


a) Pelaksana harus menyediakan semua “insert”, “sleeve” dan lain peralatan
yang dibutuhkan yang dipendam dalam beton/tembok atau pekerjaan
pemasangan lain pada tempat-tempat yang perlu.

b) Semua kabel/penghantar tidak boleh ditanam langsung dalam tembok atau


beton, untuk kebel-kabel tersebut harus didalam conduit pipa PVC kelas AW.

c) Semua kabel type NYY/NYFGbY tidak boleh ditanam secara langsung dalam
tembok, apabila melintas dalam tembok harus dilindungi dengan pipa PVC
kelas AW dengan ukuran diameter yang lebih besar.

5) Kabel Yang Digunakan


Kabel yang digunakan untuk tegangan rendah 1 kV atau 6 kV (6000 Volt) harus
menggunakan buatan dari satu merk produksi dari : KABELINDO ,KABEL METAL,
TRANKA KABEL atau setara dengan jenis ukuran kabel sesuai dengan rencana.

6) Penyambungan/pencabangan kabel NYM harus dilakukan sebagai berikut :


 Warna kabel harus sama
 Ukuran kabel harus sama
 Menggunakan terminal dengan pegas ulir berisolasi
 Percabangan hanya diizinkan didalam kotak out let, kotak penyambungan, geer
box, durados/panel.
 Sambungan harus dibuat secara kuat, rapi dan aman.

7) Warna kabel atau isolasi kabel harus standar yaitu :


 Fase R warna isolasi MERAH
 Fase S warna isolasi KUNING
 Fase T warna isolasi HITAM
 Netral warna isolasi BIRU
 Pentanahan warna isolasi HIJAU bergaris KUNING

8) Pipa dan Fitting


a) Seluruh pengkabelan untuk penerangan, stop kontak dilaksanakan dalam
pipa dan fitting-fitting dari jenis light inpact conduit UPVC, Ega, Gilflex,
Clipsal atau Double II untuk dalam bangunan. Untuk dihalaman parkir juga
menggunakan pipa yang sama, sedangkan pipa yang menyeberangi jalan
harus dilapisi dengan pipa Galvanis merk PPI atau Bakrie klas medium.

b) Sparing pipa menggunakan pipa galvanis yang ukurannya dua tingkat pipa
instalasi dari merk : PPI atau Bakrie.

c) Penyambungan dari jalur instalasi ke armature lampu menggunakan flexilble


jenis PVC Merk : Ega, Gilflex, Clipsal atau Double H.

35
d) Semua teknik pelaksanaannya itu yaitu : percabangan, pembelokkan dan
sebagainya harus mengunakan fitting-fitting yang sesuai yaitu : Socket,
Elbow, T-doos, Terminal, Isolasiban, klem besi dan lain-lain

9) Grounding
a) Semua panel, lighting fixtures, stop kontak dan bagian-bagian metal yang
berhubungan dengan instalasi harus digrounding.

b) Kawat grounding dapat dipergunakan kawat lanjang (BCC = Bare Cooper


Conductor) atau kawat yang berisolasi yang diberi warna kuning strip hijau.
c) besarnya kawat grounding yang dapat dipergunakan minimal yang
berpenampang sama dengan penampang kabel masuk (Incoming Feeder).

d) Nilai tahanan grounding sistem untuk panel-panel harus maksimum 5 ohm,


diukur setelah tidak hujan selama 3 hari.

e) Elektroda pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanis minimum


berdiameter 0,5 “, diujung pipa tersebut dipasang Copper Rod sepanjang
0,5 m. Elektoda pentanahan yang dipantek dalam tanah sedalam
permukaan titik muka air.

10) Pengujian (Testing)


a) Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji, sehingga diperoleh
hasil yang baik dan bekerja sempurna sesuai persyaratan PLN, spesifikasi
dan pabrik. Bila diperlukan, bahan-bahan instalasi dan peralatan
dapat diminta oleh Direksi Pelaksanaan untuk diuji ke laboratorium
atas tanggungan biaya Kontraktor.

b) Setiap bagian instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan
sesudah bagian tertutup sehingga hasil baik menurut PLN, spesifikasi dan
pabrik.

c) Setiap satu lantai selesai dipasang harus dilakukan pengujian.

d) Semua panel listrik sebelum dipasang dan sesudah dipasang harus diuji
tegangan dan tahanan isolasi dalam kondisi baik. Juga harus diuji sistem
kerjanya sesuai spesifikasi yang diisyaratkan.

e) Semua armature lampu harus diuji dalam keadaan menyala sempurna.

f) Semua penyambungan harus diperiksa, tersambung dengan mantap dan


tidak terjadi kesalahan sambung atau polaritas. Pemeriksaan
sambungan harus dengan menggunakan Meger.

g) Tahanan tanah harus diuji memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan.

h) Pengujian harus bersama Direksi Pelaksana dan dibuat laporan tertulis.

11) Penyerahan Pemeliharaan dan Jaminan.


a) Penyerahan dilakukan dengan Berita Acara Proyek disertai
lampiran-lampiran gambar revisi instalasi listrik sebanyak 4 (empat), surat
pernyataan jaminan instalasi listrik ( Keur ). Dan Menyerahkan hasil
pengetesan.

b) Setelah penyerahan tahap 1, Kontraktor wajib melaksanakan


masa pemeliharaan secara cuma-cuma selama 120 hari kalender, bahwa
seluruh instalasi dan peralatan tetap dalam keadaan baik dan bekerja
sempurna. Kerusakan karena kesalahan pemasangan atau peralatan harus
diperbaiki, bila perlu diganti baru.

36
Pasal 17
ADMINISTRASI PROYEK

1) Laporan Proyek
a) Kontraktor harus membuat Laporan fisik proyek berupa : Laporan Harian,
Laporan Mingguan & Laporan Bulanan dikumpulkan pada setiap akhir bulan.
b) Konsultan Pengawas akan memeriksa kebenaran laporan yang dibuat
kontraktor.
2) Dokumentasi Foto Proyek
a) Foto proyek diambil pada awal proyek sampai akhir pekerjaan dinyatakan
selesai 100%
b) Tahapan pengambilan dokumen rekaman proyek diatur sedemikian rupa
sehingga point-point pekerjaan penting tidak terlewatkan.
c) Pengambilan photo rekaman proyek juga dilakukan setiap bulannya sebagai
lampiran kelengkapan administrasi pada saat pengajuan laporan bulanan.
d) Photo yang diambil harus menggambarkan kegiatan pelaksanaan pada saat
: 0% , 30% , 60% , 80% dan 100%.

Pasal 18
SERAH TERIMA PEKERJAAN

18.1. UMUM

Pekerjaan seluruhnya harus sudah diserahkan secara lengkap dan baik kepada
Direksi Teknisatau Pemberi Tugas sebagaimana tercantum didalam surat
perjanjian pekerjaan ini.

18.2. LINGKUP PEKERJAAN

1) Penyerahan pertama pekerjaan tahap I dapat diajukan oleh kontraktor apabila


terbukti pekerjaan fisik telah mencapai bobot 100 % berdasarkan hasil
pemeriksaan pekerjaan fisik oleh Team PHO yang telah ditunjuk oleh Panitia/Tim
Pembangunan Rumah Sakit Petala Bumi Pekanbaru.
2) Penyerahan kedua pekerjaan tahap I dapat diajukan oleh kontraktor apabila masa
pemeliharaan selesai dan telah diperiksa dan diteliti oleh Team FHO yang telah
ditunjuk dari Tim Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad
Pekanbaru.
3) Serah Terima Pertama dan Kedua pekerjaan dapat dilaksanakan apabila semua
prosedur Persyaratan Teknis dan Administrasi telah dipenuhi oleh kontraktor
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam kontrak dan bestek.

Pasal 19
PENUTUP

1) Semua syarat-syarat yang tercantum didalam spesifikasi teknis umum ini harus
dilaksanakan dengan baik dan benar oleh kontraktor serta mengikuti petunjuk-
petunjuk Teknis dari Direksi Teknis Kegiatan dan konsultan Pengawas.
2) Semua ketentuan–ketentuan yang belum tertuang dalam spesifikasi teknis umum
ini akan diatur pada waktu Aanweijzing, Petunjuk Teknis lainnya yang dianggap
perlu, akan dijelaskan oleh Direksi Teknis Kegiatan pada saat mulai pelaksanaan
dan sedang berlangsung kegiatan pekerjaan.
3) Walaupun spesifikasi teknis umum ini tidak lengkap dicantumkan satu persatu
mengenai bahan dan lain-lain, tapi tercantum dalam Aanweijzing, maka pekerjaan
tersebut harus dikerjakan dan bukan merupakan pekerjaan tambahan.

37
BAGIAN II - SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS

PASAL 1
DATA TEKNIS PEKERJAAN

Nama Pekerjaan : Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Gedung Radiotherapy


Lokasi : Kota Pekanbaru
Jenis Konstruksi : Bangunan Gedung berlantai 2 (dua)
Material Konstruksi : Beton Bertulang
Jenis Pondasi : Plat Setempat
Dinding Bangunan : Pasangan ½ bata campuran 1 pc : 4 dan campuran 1 pc : 3
Kosen : Allumunium
Pintu & Jendela : Pintu kaca dan double multiplek lapis HPL
Cat : Setara Dulux atau Catylac
Plafond : Gybsum tebal 9 mm.
Lantai : Granit ukuran 60x60 cm kualitas 1, Keramik 20x20 cm
kualitas 1 untuk lantai kamar mandi, Keramik 20x40 cm
kualitas 1 untuk dinding kamar mandi dan lantai Vinyl serta
waterproofing

PASAL 2
PEKERJAAN PENDAHULUAN

I Pembuatan Papan Nama Proyek.

Adalah papan nama berukuran 1.00 x 0.60 m’ yang dipasang pada jalan
lingkungan yang berada di dekat lokasi pekerjaan . Papan nama proyek
mencantumkan identitas pekerjaan seperti : Nama pekerjaan , Nama – nama
Rekanan terkait , Jangka Waktu Pekerjaan , dan lain – lain yang dianggap perlu.
Contoh :

PEMERINTAH PROVINSI RIAU


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PETALA BUMI
KEGIATAN : …………………………………
PEKERJAAN : …………………………………
PELAKSANA : PT/CV. ………………………..
NILAI KONTRAK : Rp. …………………………….
WAKTU PELAKSANAAN : ………… (HARI KALENDER)
LOKASI : ………………………………...
KONSULTAN PENGAWAS : ………………………………...

KEGIATAN INI DIBANGUN ATAS PARTISIPASI


MASYARAKAT
DALAM MEMBAYAR PAJAK

38
PASAL 3
PEKERJAAN STRUKTUR BETON

I Pekerjaan Kolom Beton Praktis

1) Lingkup Pekerjaan
a) Adalah pekerjaan pemasangan beton kolom praktis dengan dimensi
penampang seperti yang tercantum dalam detail gambar rencana. Lingkup
pekerjaan mulai pengadaan bahan, tenaga kerja, alat bantu , perakitan
tulangan baja, pembuatan bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting
yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis umum.

b) Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu kontraktor mengajukan metoda


pentahapan pekerjaan kolom untuk di setujui oleh konsultan Pengawas.

2) Pesyaratan bahan dan alat bantu


Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, maka semua persyaratan mutu
bahan berpedoman dengan pasal-pasal dalam persyaratan teknis umum
Pekerjaan Beton.

3) Metoda Pelaksanaan.
a) Pekerjaan Fabrikasi Pembesian
i) Fabrikasi penulangan kolom dibuat berdasarkan bar bending schedule
(jadwal pembengkokan pembesian) untuk mengetahui prioritas
pelaksanaan pembesian atau urutan pembuatan/fabrikasi pembesian
berdasarkan kebutuhan dilapangan.

ii) Hasil fabrikasi tulangan kolom ditempatkan sesuai dengan bentuk/jenis


dan kelompoknya.

b) Pemasangan atau penyetelan tulangan baja kolom.


Tulangan kolom di stel/ dipasang pada as kolom sesuai rencana pentahapan
pelaksanaan yang telah disetujui konsultan Pengawas. Rakitan tulangan kolom
diberi beton decking (tahu beton) secukupnya untuk mencegah tulangan
menempel langsung dengan permukaan bekisting

c) Pemasangan acuan / bekisting kolom


i) Rangka kayu 5/7 dipasang pada sudut-sudut kolom. Dengan alat theodolit
,dan water pass dilakukan pemeriksaan apakah tiang sudah lot dengan as
kolom. Selanjutnya ke 4 sisi kolom ditutup dengan multiplek 9 mm film.
Bekisting diperkuat dengan balok kayu 6/12 untuk pengkaku dan di kunci
dengan tie rod/ baut.

ii) Pemasangan kayu 6/12 dasar pijakan untuk pipe support. Pipe support
dipasang dan dikunci pada kayu 6/12 dan ujung atas pipe support dikunci
ke balok pengkaku 6/12

d) Inspeksi Sebelum Pengecoran


Sebelum pengecoran kolom, terlebih dahulu dilakukan inspeksi atau
pemeriksaan bersama yang disaksikan oleh kontraktor, staf teknis kegiatan
dan konsultan Pengawas sebagai berikut :
i) Inspeksi terhadap peralatan yang berhubungan dengan mesin pengaduk
beton / concrete mixer

v) Inspeksi pembesian kolom ( diameter tulangan, jarak tulangan, ikatan


kawat beton dan sebagainya).
vi) Inspeksi jumlah tenaga kerja dan peralatan kerja yang dipakai
disesuaikan dengan rencana pengecoran dan mengacu pada schedule yang
telah dibuat dan disepakati bersama.

39
e) Pekerjaan Pengecoran
Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, maka semua persyaratan pelaksanaan
pengecoran kolom berpedoman dengan Spesifikasi teknis umum Pekerjaan
Beton.

f) Pekerjaan akhir
Pembongkaran bekisting, perawatan beton, dan perapihan beton ekspos seperti
yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis umum

g) Kolom Praktis dan Ring Praktis


i) Penguatan untuk pasangan bata dilakukan menurut kebutuhannya atau atas
petunjuk-petunjuk Pengawas Lapangan. Kolom-kolom praktis untuk penguat
pasangan bata harus dibuat sedemikian rupa sehingga maksimum setiap
luas 12 m2 pasangan bata harus dikelilingi oleh penguat-penguat (kolom-
kolom praktis) tersebut. Pada sisi tegak yang berhubungan dengan beton /
kolom harus dipasang angkur dia 3/8” dan sepanjang sisi tegak tersebut
harus dicor dengan adukan 1 pc : 2 ps dengan tulang kawat ayam selebar
minimum 30 cm (15 cm ke beton dan 15 cm ke bata).
ii) Penguatan beton juga diberikan pada daerah-daerah pembukaan seperti
bagian atas pintu / jendela dan lubang-lubang lainnya menurut petunjuk
Konsultan Pengawas.

PASAL 4
PEKERJAAN DINDING BATA

I Pek. Pas. Dinding ½ bata 1 Pc : 4 Ps

1) Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan bata dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS.

2) Persyaratan Bahan-bahan :
a) Semen
Semen untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya seperti semen yang
ditentukan untuk pekerjaan beton.

b) Pasir
Pasir untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya dengan pasir yang
ditentukan untuk pekerjaan beton. Gradasi pasir yang dipakai minimum 0,35
mm. Kadar Lumpur maksimum 5 %.

c) Air
Air yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam pekerjaan beton.

d) Bata
Bata harus bata biasa dari tanah liat, hasil produksi lokal dengan ukuran
10x5x20 cm yang dibakar dengan baik dan bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang diperoleh di
suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran tersebut diatas harus
diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut dan
minimum harus mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm.

i) Bata yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :


 Kualitas baik
 Pembakaran matang
 Warna merah (merah merata)
 Sisi dengan permukaan rata, tegak lurus runcing

40
 Keras dan tidak mudah patah
 Tidak terlihat garis-garis retak dan lubang-lubang
 Harus satu ukuran dan satu kualitas (kalau ada perbedaan tidak boleh
lebih besar dari 3 mm)
 Memenuhi syarat-syarat PUBI 1982

ii) Pemborong harus menyerahkan sample bata yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan, batu bata
yang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat harus segera dikeluarkan
dari site.
Komposisi adukan :
- Adukan waterproof (kedap air) ; 1 pc : 2 ps
- Adukan biasa ; 1 pc : 4 ps

3) Metoda Pelaksanaan :
b) Cara dan perlengkapan untuk pengangkutan bata atau adukan harus
sedemikian rupa sehingga tidak merusak bata atau menunda pemakaian
beton.

c) Setelah permukaan pondasi disiapkan dengan baik, batu bata dipasang


dengan adukan setebal antara 1.5 – 2.5 cm.

d) Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan lama atau hujan besar. Adukan
yang hanyut karena hujan harus segera disingkirkan.

e) Tidak diperkenankan berdiri diatas pekerjaan bata sebelum pasangan


mengeras.

f) Pada waktu pemasangan bata tersebut harus bebas dari air yang melekat.

g) Bata harus dipasang dengan baik, rata, horizontal, dikerjakan dengan alat-
alat pengukur datar ataupun tegak, “lot”, dan sebagainya, sambungan sama
rata, sudut persegi, nada tegak tidak segaris (silang) permukaan baik dan
rata, “bergiri” (tiap sambungan saling menutup).

h) Pada hubungan-hubungan dengan tiang-tiang beton atau pada ujung


pasangan harus bergerigi.

i) Pada penghentian-penghentian pasangan harus dipakai penggigian miring.

j) Setiap hari hanya diperkenankan memasang ketinggian hingga 1 m.

k) Jika setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada bata yang menonjol atau
tidak rata, maka bagian-bagian ini harus dibongkar dan diperbaiki kembali
atas biaya Pemborong.

l) Pemasangan bata harus dirawat / disirami dengan air sesuai dengan


persetujuan Konsultan Pengawas.

m) Sebelum pemasangan, semua bata harus dibasahi dengan air bersih sampai
jenuh atau direndam dengan air.
n) Bata yang pecah dengan ukuran yang kurang dari setengah tidak dibenarkan
untuk dipakai. Untuk yang patah dua tidak boleh melebihi 5%.

o) Adukan 1 pc : 2 ps digunakan untuk :


i) Dinding dalam, setinggi 20 cm dari lantai dalam.
ii) Dinding luar, setinggi 50 cm dari lantai dalam.
iii) Dinding kamar mandi, WC, tempat cuci, setinggi 150 cm dari lantai
dalam.

41
p) Semua pemasangan harus terikat kuat dengan kolom, dinding-dinding beton,
balok atau pelat beton dan bagian-bagian struktur lainnya, dengan memakai
stek-stek besi beton.

q) Pemasangan yang terhenti, harus dilindungi dari kerusakkan-kerusakkan dari


air hujan dan sebagainya. Segera sesudah pemasangan selesai maka adukan-
adukan yang menempel pada bata dan bagian luar dari voeg yang tidak
dipakai harus segera dibuang.

PASAL 5
PEKERJAAN PLESTERAN

I Pek. Plesteran Dinding Bata 1 : 4

1) Lingkup Pekerjaan
a) Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding dan afwerking beton ini adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat dan alat
angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga
dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

b) Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding bagian dalam


dan luar serta seluruh detail yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

2) Persyaratan Bahan
a) Semen Portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh
Pekerjaan).

b) Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.

c) Air harus memenuhi NI-3 pasal 10

d) Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan pc.

e) Penggunaan adukan plesteran :


i) Adukan 1 pc : 2 pasir dipakai untuk plesteran rapat air.
ii) Adukan 1 pc : 4 pasir dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.

3) Persyaratan Pelaksanaan
a) Plesteran dilaksanakan sesuai spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai
petunjuk dan persetujuan perencana / MK dan persyaratan tertulis dalam
uraian dan syarat pekerjaan ini.

b) Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang beton atau


pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh perencana / MK sesuai uraian
dan syarat pekerjaan yang tertulis dalam buku ini.

c) Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam


gambar Arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / tinggi / peil dan bentuk profilnya.
d) Campuran aduk perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 menit dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
i) Untuk bidang kedap air, beton, pasangan dinding batu bata yang
berhubungan dengan udara luar dan semua pasangan batu bata di bawah
permukaan tanah sampai ketinggian 30 cm dari permukaan lantai dan
150 cm dari permukaan lantai untuk kamar mandi, WC toilet dan daerah
basah lainnya dipakai adukan plesteran 1 pc : 2 pasir.

42
ii) Untuk adukan kedap air, harus ditambah dengan daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian pc : 1 bagian daily bond.

iii) Untuk bidang lainnya diperlukan plesteran campuran 1 pc : 4 pasir.

iv) Plesteran halus (acian) dipakai campuran pc dan air sampai


mendapatkan campuran yang homogen, acian dapat dikerjakan sesudah
plesteran berumur 8 hari (kering benar), untuk adukan plesteran
finishing harus ditambah dengan additive plamix dengan dosis 200-250
gram plamix untuk setiap 40 kg semen.

v) Semua jenis aduk perekat tersebut diatas harus disiapkan sedemikian


rupa sehingga selalu dalam keadaan baik dan belum mengering.
Diusahakan agar jarak waktu pencampuran aduk perekat tersebut
dengan pemasangannya tidak melebihi 30 menit terutama untuk adukan
kedap air.

e) Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan


instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan.

f) Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa


bekisting dan kemudian dikretek (scrath) terlebih dahulu dengan yang akan
menerima bahan (finishing) pada permukaan diberi alur-alur garis horizontal
atau dikretek (scrath) untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan
finishingnya, kecuali untuk yang menerima cat.

g) Pasangan kepala plesteran dibuat jarak 1 m, dipasang tegak dan menggunakan


keping-keping plywood setebal 9 mm untuk patokan kerataan bidang.

h) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom yang


dinyatakan dalam gambar atau sesuai peil-peil yang diminta gambar. Tebal
plesteran minimum 1,5 cm, jika ketebalan melebihi 2,5 cm harus diberi kawat
ayam yang membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya pada
bagian pekerjaan yang diizinkan Perencana dan atau Konsultan Pengawas

i) Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya
0,5 cm kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.

j) Untuk permukaan yang datar, harus mempunyai toleransi 5 mm untuk setiap


jarak 2 m. Jika melebihi, kontraktor berkewajiban memperbaikinya dengan
biaya atas tanggungan kontraktor.

k) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar


tidak terlalu tiba-tiba, dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindungi daya tarik panas matahari langsung dengan
bahan-bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat.
l) Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, plesteran
harus dibongkar kembali dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Perencana / MK dengan biaya atas tanggungan Kontraktor. Selama 7 (tujuh)
hari setelah pengacian selesai kontraktor harus selalu menyiram dengan air,
sampai jenuh sekurang-kurangnya 2 kali setiap hari.

m) Selama pemasangan dinding batu bata belum difinish, kontraktor wajib


memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan pengotoran
bahan lain. Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor
dan wajib diperbaiki.

43
III Pek. Waterproofing

1) Lingkup Pekerjaan
a) Adalah pengadaan bahan water proofing, penyediaan tenaga kerja dan alat
bantu untuk pemasangan lapisan water proofing sesuai dengan lokasi yang
tercantum pada gambar kerja.

b) Bila mana tidak dicantumkan pada gambar-gambar detail, maka pada setiap
pekerjaan dag atap terbuka, lantai keramik lantai dan bagian-bagian lain yang
dinyatakan dalam gambar rencana diharuskan untuk pelapisan water proofing

c) Pekerjaan terkait ; lantai toilet dan pekerjaan sanitair

2) Persyaratan Bahan dan Alat Bantu


Seperti yang telah diuraikan dalan spesifikasi teknis umum

3) Metoda Pelaksanaan
Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang berpengalaman
dan terlebih dahulu mengajukan metoda pelaksanaan sesuai dengan spsifikasi
pabrik kepada konsultan Pengawas. Terlebih dahulu kontraktor harus memeriksa :
i) Area kerja dibersihkan dari segala jenis kotoran, minyak sehingga tidak
menganggu daya lekatnya.

ii) Area kerja juga harus bebas dari lalu lintas atau kegiatan lain yang dapat
menimbulkan gangguan fisik pekerjaan.

iii) Menyiapkan sampel produk lengkap dengan brosur dan meminta persetujuan
konsultan pengawas.

PASAL 6
PEKERJAAN KOSEN , PINTU , JENDELA , KACA , SERTA PERLENGKAPAN KUNCI
DAN ALAT PENGGANTUNG

1) Lingkup Pekerjaan

a) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat Bantu lainnya


untuk melaksanakan pekerjaan pintu-jendela dan ventilasi sehingga dapat
dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.

b) Pekerjaan ini meliputi seluruh pintu dan jendela rangka aluminium, lengkap
dengan yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar rencana.

c) Pekerjaan yang berhubungan


2.3. Sealant
2.4. Pintu dan jendela rangka aluminium
2.5. Kaca dan Cermin

2) Persyaratan bahan-bahan :

a) Kosen Aluminium yang digunakan :


- Produksi : YKK / setara
- Bentuk : Sesuai shop drawing yang disetujui Konsultan Pengawas
- Warna profil : Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan
Kontraktor)
- Ukuran profil : Sesuai dalam gambar

44
b) Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan.

c) Konstruksi kosen aluminium yang dikerjakan seperti yang ditunjukan dalam


detail gambar termasuk bentuk dan ukurannya.

d) Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.

e) Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap tekanan
air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
f) Bahan yang diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan
yang dipersyaratkan.

g) Accessories
Sekrup dari stainless stell galvanized kepada tertanam, weather strip dari
vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus
ditutup caulking dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium
terbuat dari stell plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari
(13) micron sehingga dapat bergeser.

h) Bahan Finishing
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersangkutan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plaster dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment
dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation
lainnya.

i) Standard ASTM
- C 509 - Cellular Elastomeric Performed Gasket and Sealing
Material.
- C 2000 - Classification system for Rubber Products in Automatic
Applications.
- C 2287 – Non – rigid Vinyl Chloride Polymer and copolymer Moulding and
Extinasion Compounds.

3) Persyaratan Pelaksanaan :

1. Kontraktor terlebih dahulu harus menyerahkan shop drawing yang


memperlihatkan dengan jelas dimensi, hubungan-hubungan antar komponen,
cara pengangkuran dan lokasinya, penempatan hardware dan detail-detail
pemasangan untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Shop drawing harus dikoordinasikan dengan ketentuan “Ironmongery” guna
ketepatan perkuatan-perkuatan yang diperlukan serta lokasi dari hardware
tersebut.

3. Shop drawing harus memperlihatkan juga detail-detail pemasangan kaca, gasket


serta sealant.

4. Kontarktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan yang memperlihatkan


tekstur, finishing dan warna.

5. Sampul profil-profil extruded panjangnya minimum 300 mm. Untuk aluminium


sheet, ukuran 300x300 mm2, ketebalan sesuai dengan yang akan dipakai.

45
6. Semua sampul harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan, jenis alloy,
warna dan pekerjaan dimana bahan tersebut akan dipakai

7. Bahan harus didatangkan ke lapangan dalam kemasan pabrik, lengkap dengan


instruksi-instruksi pemasangan.

8. Kaca harus disimpan dan diamankan dari karat, guratan, goresan dan
kemungkinan pecah.

9. Pekerjaan ini harus di tangani oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang
tersebut diatas.

10. Pekerjaan yang ternyata dilaksanakan berdasar kan gambar-gambar yang


belum/tidak disetujui oleh konsultan pengawas,menjadi tanggung jawab
kontraktor aluminium. untuk itu pengawas berhak menolak dan menginstruksi
kan kepada kontraktor aluminium untuk membongkar pekerjaan
tersebut.semua kerugian yang di akibatkan oleh hal-hal tersebut diatas menjadi
tanggung jawab kontraktor aluminium.

11. Sebelum memulai pelaksanaan kontraktor diwajib kan meneliti gambar -


gambar dan kondasi di lapangan (ukuran dan peil lubang) dan membuat contoh
jadi untuk semua detail sambungan dan profile aluminium yang berhubungan
dengan sistem konstruksi bahan lain.

12. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan di mulai,dengan
membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Konsultan Pengawas
meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk,ukuran.

13. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasil nya
dapat dipertanggung jawabkan.

14. Pemotong aluminium hendak nya di jauh kan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaan nya.Didasarkan untuk
mengerjakan pada tempat yang aman dan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaan nya.
15. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah
bagian dalam agar sambungan nya tidak tampak oleh mata.

16. Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,
rivet, stap, dan harus cocok.Pengelasan harus rapi untuk mamperoleh kualitas
dan bentuk yang sesuai dengan gambar.

17. Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari steel plate setebal 2-
3 mm dan ditempat kan pada interval 600 mm.

18. Penyekrupan harus di pasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless stell, sedemikian rupa sehingga hari line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.00
kg/cm2.

46
19. Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm
yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.

20. Khusus untuk pekerjaan jendela geser aluminium agar diperhatikan


sebelum rangka kosen terpasang. Permukaan bidang dinding horizontal
(pelubangan dinding) yang melekat pada ambang bawah dan atas harus
waterpass.

21. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada


ruang yang di kondisi kan hendak nya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat
digunakan synthetic rubber atau bahan dari synthetic resin.Penggunaan ini pada
swing door dan double door.

22. Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar
diberi sealant supaya kedap air dan kedap udara.

23. Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk
penahan air hujan.

24. Kaca (floated glass) harus standard yang jernih, dari pabrik yang disetujui dan
yang tebalnya seperti yang disebut dalam gambar atau syarat dan spesifikasi
khusus.

25. Dempul untuk memasang kaca ke kusen-kusen kayu harus diperoleh dari
leveransir yang terkenal dan disetujui. Dempul untuk pemasangan kaca pada
waktu diterima, dikaleng, tidak boleh kering atau sudah mengeras.

26. Kaca harus dipotong menurut ukuran kusen, dengan kelonggaran sesuai standar
pabrik, lalu dipasang dan dikukuhkan memakai dempul kaca dan lat-lat kayu
dan dipaku dengan sekrup.

27. Kaca harus dipotong menurut panjang yang dikehendaki dengan diberi lowongan
sedikit lalu dimasukkan kedalam jalur kusen yang sebelumnya sudah diberi
dempul kaca.
28. Daun-daun kaca tersebut dipasang dengan kokoh memakai list kayu kecil yang
keras.

29. Kaca harus dipasang lurus dan tegak lurus, harus distel ditengah-tengah dengan
hati-hati sampai kerenggangan (clearence) yang sama.

30. Sebelum pemasangan kaca, semua kotoran dan bekas minyak harus
dibersihkan, sehingga tidak mengganggu pekerjaan perekatan.

31. Kaca diidentifikasi dengan tanda-tanda peringatan menggunakan tape atau cara
lain yang tidak membekas pada kaca setelah dibersihkan.

32. Semua pekerjaan terpasang harus dilindungi dari akibat pekerjaan lain seperti
cipratan cat, plesteran, noda atau percikan las

47
PASAL 7
PEKERJAAN LANTAI

I. PEMASANGAN LANTAI KERAMIK

1) Lingkup Pekerjaan

a) Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk


pekerjaan pasang keramik dinding dan batu krawang dan lain-lain sesuai
dengan gambar kerja dan RKS.

b) Pekerjaan pelapis dinding ini khusus untuk bagian dalam bangunan / interior,
seperti toilet dan dinding lain sesuai dengan petunjuk pada gambar rencana.

c) Lingkup pekerjaan berupa penyediaan bahan Keramik beserta bahan


perekatnya dan penyiapan bidang dinding yang akan dilapis Keramik.

2) Persyaratan Bahan :

a) Dipakai keramik produksi dalam negeri, jenis dan ukuran sesuai dengan
gambar rencana.

b) Bahan yang akan dipasang harus dipilih. Yang cacat, tidak siku, berbeda
ukuran, bergelombang permukaannya tidak boleh dipasang.

c) Bila tidak ditentukan dalam gambar, warna akan ditentukan kemudian.

d) Perekat yang dipakai adalah adukan semen pc ditambah additive dan air
(additive yang dipakai adalah yang bersifat menambah daya rekat adukan,
produk Sika atau yang setaraf).

3) Syarat-syarat Pemasangan

a) Diukur dahulu bidang-bidang yang akan ditempel / dipasang Keramik.


Pengukuran ini meliputi panjang, lebar, peil lantai, sudut-sudut dan lain-lain,
pengukuran ini perlu menentukan letak-letak Keramik, jumlah jajaran
Keramik yang akan dipasang dan pemotongan-pemotongan yang dibutuhkan.
Tindakan ini harus dirundingkan dengan pihak Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya.
b) Dibuat dahulu plesteran dasar (disini disebut adukan 1 semen : 2 pasir).
Pembuatan plesteran dasar ini bertujuan “membentuk dinding” agar tercapai
hal-hal sebagai berikut :

c) Bentuk dinding menjadi sesuai dengan yang dikehendaki apabila nanti


keramik ditempelkan.

d) Dinding tegak lurus, sesuai dengan gambar, Permukaan “rata” tetapi tidak
licin sehingga permukaan telah terbentuk dan tidak licin penempelan keramik
menjadi mudah, kokoh dan tidak bergelombang.

e) Setelah dasar selesai dibuat ditentukan dahulu garis-garis yang penting


sebagai pedoman pemasangan secara keseluruhan.

f) Pemasangan keramik pada plesteran dasar menggunakan adukan 1 pc +


additive. Tebal perekat tidak lebih dari 4 mm. Gunakan benang-benang

48
timbangan arah horizontal maupun vertical untuk meluruskan pemasangan,
besarnya siar adalah 4 mm.

g) Pengisian siar dengan adukan Sika Tile Grout + air. Permukaan harus
langsung dibersihkan dengan kain pel yang basah sampai bersih sekali.
Pembersihan ini tidak boleh sama sekali ditunda-tunda karena kotoran /
plesteran yang menempel pada keramik apabila terlanjur mengering akan
sukar sekali dibersihkan.

PASAL 8
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT

1) Lingkup Pekerjaan

a) Adalah pengadaan bahan, penyediaan tenaga kerja dan alat Bantu untuk
pekerjaan pemasangan plafond Gybsum dan list profil gypsum.

b) Kontraktor harus mengajukan literatur teknis dan petunjuk pabrik tentang


cara pemakaianya pekerjaan plafond Gybsum yang nantinya di periksa dan
disetujui oleh konsultan pengawas.

2) Persyaratan Bahan :
a) Sesuai persyaratan standarisasi yang berlaku :
1. PUBI : 54, 1982
2. PUBI : 58, 1982
3. NI : 4
4. ASTM : D – 361
5. BS No. 3900, 1970
6. AS K – 41

3) Syarat-syarat Pemasangan
a) Rangka adalah rangka fabrikasi untuk pengantung ceiling Gypsum.
Pemasangannya sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh pabrik yang
bersangkutan atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.

b) Wire rod harus digantung pada angle clip yang dipasang pada beton atau
rangka kuda-kuda, wire rod harus dapat mendukung beban minimum 222,5
kg atau sesuai persyaratan. C chanel digantung pada wire rod dengan
memakai U clamp sebagai pengikatnya. Jarak antara C chanel yang satu
dengan yang berikutnya 120 cm atau sesuai dengan gambar. Besi hollow
rangka gybsum akustic dipasang pada C chanel dengan memakai chanel
clamp. Jarak besi hollow minimal 40 cm atau sesuai gambar.

c) Semua bagian terpasang dengan baik dan struktur secara keseluruhan


merupakan penopang yang baik dari rangka ceiling (langit-langit) yang kokoh
pada tembok.

d) Seluruh permukaan langit-langit ini harus datar air (water pass). Celah-celah
harus benar-benar lurus dengan polanya sesuai dengan gambar. Setiap
pertemuan Gypsum ditutup dengan adhesive tape yang khusus disediakan
untuk itu, kemudian diratakan dengan plester plafond Gypsum sehingga
seluruh bidang langit-langit tidak terlihat sambungan plafond Gypsum dan
permukaan rata.

49
e) Semua pertemuan langit-langit dengan bidang vertikal diisi dengan wall
angles type W, kecuali pada gambar ditentukan lain

f) Pekerjaan pemasangan plafond Gypsum harus harus ditangani oleh orang


yang benar¬benar ahli dalam bidang ini.

g) Pemasangan antara sambungan gypsum board harus tepat di as rangka


metal.

h) Penempelan Gypsum pada rangka menggunakan skrup berkualitas baik.

i) Penyambungan antara antara plafond Gypsum dengan plafond Gypsum


menggunakan plaster penyambungan dan metal lath serta dempul yang
sesuai dengan spesifikasi pabrik.

j) Permukaan sambungan plafond Gypsum yang telah diberi dempul dan kering,
diampelas sehingga rata dan halus.

PASAL 9
PEKERJAAN PENGECATAN

1) Lingkup Pekerjaan

a) Adalah pengadaan bahan, penyediaan tenaga kerja dan alat Bantu untuk
pekerjaan pengecatan khususnya cat tembok .

b) Kontraktor harus mengajukan sample daftar warna dari pabrik pembuatnya, dan
brosur produk kepada Konsultan Pengawas.

c) Pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan sebaik-baiknya, dengan hasil yang


tidak menggelombang, mengelupas atau cacat lainnya.

d) Apabila terjadi hal-hal seperti diatas maka pemborong harus mengadakan


perbaikan / pengecatan ulang hingga disetujui Konsultan Pengawas, dan biaya
perbaikan tersebut diatas menjadi beban Pemborong.

2) Persyaratan Bahan :

a) Sesuai persyaratan standarisasi yang berlaku :


1. PUBI : 54, 1982
2. PUBI : 58, 1982
3. NI : 4
4. ASTM : D – 361
5. BS No. 3900, 1970
6. AS K – 41

a.1 Sifat Umum


- Tahan terhadap pengaruh cuaca ( Weather Shield )
- Tahan terhadap gesekan dan mudah dibersihkan
- Mengurangi pori-pori dan tembus uap air
- Tidak berbau
- Daya tutup cukup tinggi
- Cat dinding luar dan dalam menggunakan ICI atau setara

a.2 Data Teknis pada Suhu 200 C.


- Berat jenis rata-rata : 1,35 gr/cm3.

50
- Kepadatan rata-rata : 37 %
- Tebal pada lapisan kering : 2 (dua) kali lapisan (70 micron).

b) Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga-tenaga ahli mengecat


dengan pengawasan/petunjuk dari pabrik cat tersebut.

c) Cat yang akan digunakan berada didalam kaleng-kaleng yang masih disegel,
tidak pecah/bocor dan mendapat persetujuan Direksi.

d) Aplikasi dengan roll atau kuas (untuk bidang kecil) pengencer dengan air
bersih sebesar 0 – 5 % dari volume cairan cat.

e) Kaleng cat yang digunakan masih disegel, tidak pecah atau bocor dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Pengiriman cat harus
disertakan sertifikat dan dijamin keasliannya. Pemborong bertanggung
jawab, bahwa bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai dengan RKS.

f) Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum pengerjaan pengecatan,


Pemborong harus mengajukan daftar bahan cat kepada Konsultan
Pengawas, kemudian atas persetujuan / diketahui oleh Pemberi Tugas.
Maka Pemborong harus menyiapkan bahan cat dan bidang pengecatan
untuk dijadikan contoh warna yang akan disetujui / digunakan atas biaya
Pemborong

3) Syarat-syarat Pelaksanaan

3.1. Sebelum diadakan pengecatan dasar maka harus diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :
 Dinding dan bagian yang akan dicat harus bebas dari retak-retak, pecah
atau kotoran yang menempel harus dibersihkan.

 Permukaan dinding sudah rata / mering dan halus serta rapih, dianggap
wajar oleh konsultan Pengawas untuk dilapisi dengan cat.
 Semua proses pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat
cat tersebut.

3.2 Pelaksanaan Pengecatan Untuk Tembok


A. Cat Tembok Dalam
a) Tembok yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu untuk
mengering, setelah permukaan tembok mering / setelah diaci rapih,
maka persiapan dilakukan dengan membersihkan permukaan tembok
dari pengapuran / pengkristalan yang biasa terjadi pada tembok-tembok
baru, dengan amplas kemudian dengan lap sampai benar-benar bersih.

b) Kemudian dilapisi dengan cat dasar / primer/ berupa laisan cat alkali.

c) Pada bagian dimana banyak terjadi reaksi alkali dan rembesan air harus
diberi lapisan Wall Sealant.

d) Kemudian dicat dengan lapisan pertama.

e) Kemudian dicat dengan lapisan kedua dan seterusnya.

51
f) Cat tembok dalam menggunakan cat air sejenis nippon pain ( 3 lapis )

B. Cat Tembok Luar terlindung


Sama halnya dengan proses cat tembok dalam.

C. Cat Tembok luar tak terlindung


Sama halnya dengan proses cat tembok dalam, namun jenis cat yang dipakai
adalah jenis weather sheal setara produk ICI.

D.Cat Plafon
Jenis cat yang dipakai adalah jenis cat minyak setara Nippon Paint

PASAL 10
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

I. PENDAHULUAN

Sistem Elektrikal yang dirancang untuk digunakan di dalam pekerjaan ini didasarkan
atas uraian penugasan sebagaimana tertulis di dalam buku Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta mempertimbangkan
berbagai aspek yang lazimnya digunakan dalam merancang system Elektrikal pada
Bangunan Gedung, sesuai dengan tujuan penggunaannya, agar diperoleh hasil yang
optimal baik secara fungsi maupun penggunaannya.
Aspek-aspek tersebut antara lain adalah:
 Fungsional
 Ekonomis
 Estetis
 Keandalan
 Kemudahan perawatan dan operasional
 Keamanan
 Kenyamanan
 Keterlaksanaan
 Memenuhi persyaratan dan standar yang berlaku.

Standar, Referensi dan Landasan Hukum

Standart , referensi ataupun landasan hukum dalam pelaksanaan pekerjaan elektrikal


pada bangunan rumah sakit ini adalah sebagai berikut :

a. PUIL
b. Standar-standar PLN, TELKOM, SII, SNI.
c. Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen PU Mengenai Tata Cara
Perancangan Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung.
d. Peraturan-peraturan dan standar-standar yang ditentukan oleh VDE, DIN, NEMA,
IEC, BS, JIS, FOC, NFPA, NEC dll.
e. Peraturan-peraturan dan standar-standar lainnya.

II. PEKERJAAN SUMBER DAYA DAN DISTRIBUSI LISTRIK

Instalasi / Sistem Sumber Daya dan Distribusi Listrik dapat dibagi menjadi dua
bahagian, yaitu instalasi listrik arus kuat dan instalasi listrik arus lemah. Adapun
lingkup/jenis perkerjaan kedua system elektrikal tersebut adalah :

52
A. Instalasi Listrik Arus Kuat.
- Instalasi Penerangan.
- Instalasi Stop Kontak.
- Instalasi Penyediaan Daya (tegangan rendah dan tegangan menegah)
- Penyediaan Daya Darurat (Diesel-Generating Set)
- Instalasi Pentanahan / Grounding.
- Pemasukan Api daya listrik ke PLN
- Pengadaan AC stara panasonic

B. Instalasi Arus Lemah.


- Instalasi Deteksi Kebakaran (Fire Alarm).
- Instalasi Telephone / Komunikasi (PABX).

A.1 Instalasi Penerangan


a. Tingkat Pencahayaan.
 Tingkat penerangan / pencahayaan (illumination level) yang dirancang akan
didasarkan pada standar penerangan buatan (artificial lighting) yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan SNI T – 26 – 1991 – 03.

 Mengingat bahwa di dalam standar penerangan ini tidak diperlukan suatu angka
yang presisi disebabkan adanya maintenance factor, derajat keusangan armatur
dan lampu (depreciation), kondisi lingkungan dan sebagainya, maka penerangan
yang dihasilkan akan relatif (sedikit) lebih besar dari standar penerangan
tersebut.

 Untuk mencapai kriteria hemat energi, besar pengunaan daya penerangan akan
dibatasi tidak lebih dari 15 W/m2.

 Dalam hal ini akan digunakan lampu dan perlengkapan dari jenis hemat energi,
misalnya lampu TL (fluorescent) yang dilengkapi low loss ballast dan power
correction capasitor untuk penerangan umum (general lighting) dan lampu PL /
SL untuk lampu estetika (down light).

 Armatur lampu untuk setiap pengunaan akan dipilih sesuai dengan kebutuhan
dengan memperhatikan efek silau (glare effect) yang ditimbulkan.

 Sedapat mungkin dihindarkan pengunaan lampu pijar yang tidak hemat energi.

 Untuk daerah – daerah tertentu yang dipersyaratkan tidak boleh terjadi


pemadaman lampu sama sekali, koridor tertentu, ruang kerja dan lain
sebagainya akan digunakan armature lampu yang dilengkapi dengan emergency
kit.

 Untuk penerangan pada saat pertandingan malam hari yang memerlukan daya
listrik yang cukup besar dipakai intlasi listrik dari penyediaan daya darurat dari
Genset.

b. Sistem Distribusi
 Penyediaan daya penerangan dilakukan secara radial melalui panel penerangan
(LP) di masing-masing bagian, terpisah dari panel daya stop kontak.

53
 Masing-masing panel penerangan mendapat satuan daya langsung dari panel
sub-distribusi (SDP) melalui kabel NYY / NYFGbY sesuai dengan kebutuhan.

 Alat pengaman kabel yang digunakan adalah MCB, MCCB atau ACB.

A.2 Instalasi Stop Kontak


a. Umum
 Instalasi stop-kontak merupakan instalasi penyediaan daya di sisi pengunaan
melalui titik-titik outlet (power receptacle outlet) yang akan ditempatkan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing ruang.

 Penyediaan daya stop-kontak ini akan dihitung berdasarkan kebutuhan rata-rata


200 VA pertitik stop kontak 1 fasa dan 1000 VA (atau 3000 VA – sesuai
kebutuhan ) pertitik stop-kontak 3 fasa.

b. Sistem Distribusi

 Keseluruhan stop-kontak akan dicatu dari panel daya yang terpisah dari panel
penerangan untuk membatasi dan mempermudah penelusuran gangguan
(trouble shooting).

 Jenis kabel instalasi stop-kontak adalah kabel NYM 3 x 2.5 mm2 diletakkan
didalam konduit high-impect heavy-duty yang digelar di atas cable tray.

 Faktor pengisian konduit maksimum 40 % untuk menjamin transfer panas kabel


dengan baik.

 Masing-masing panel stop-kontak mendapat catuan daya langsung dari panel


sub distribusi (SDP).

A.3 Instalasi Penyediaan Daya


Instalasi penyediaan daya yang dimaksud adalah instalasi penyediaan daya dan
distribusi tegangan rendah (3 fasa – 220/380 V, 50 Hz ) dan instalasi penyaluran
daya tegangan menengah PLN (3 fasa – 20 kV, 50 Hz ).

a. Sistem Distribusi
Instalasi penyediaan tegangan rendah dan distribusinya, dimulai dari titik terminal
tegangan rendah trafo distribusi 20 kV / 400 V menuju ke panel utama tegangan
rendah (LVMDP) dan selanjutnya ke panel-panel sub distribusi daya (SDP), panel
daya (PP)dan panel-panel penerangan (LP).
Sistem distribusi daya tegangan rendah akan dirancang secara radial mengikuti
standar PUIL, yaitu sistem PNP (Pentanahan Netral Pengaman) dengan sistem 3
fasa – 4 kawat pada tegangan normal 220/380 V, 50 Hz.

b. Panel Tegangan Rendah


1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus
ada seperti yang ditunjukkan pada gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk
beroperasi pada 220/380V, 3 phasa, 4 kawat, 50 Hz dan solidity grounded dan
harus dibuat mengikuti standart PUIL, IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.

2. Panel-panel harus terbuat dari plat besi setebal minimal 2 mm dengan rangka
besi dan seluruhnya harus di lapisi zichromate dan cat duco dua kali dan harus di

54
cat dengan cat bakar, dimana warna dan cat akan ditentukan kemudian oleh
pihak Owner. Pintu panel-panel harus dilengkapi dengan master key.

3. Konstruksi dalam panel – panel serta letak dari komponen-komponen dan


sebagainya harus diatur sedemikian rupa sehingga perbaikan- perbaikan ataupun
penyambungan – penyambungan pada komponen tersebut dapat mudah
dilaksanakan tanpa mengganggu komponen lainnya.
4. Ukuran tiap – tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan
keperluannya dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Spare space harus
disediakan sesuai gambar.

5. Body/badan panel harus ditanahkan secara sempurna.

Accecories Panel
Bus bar, terminal – terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnya harus
buatan pabrik dan berkualitas dan dipasang di dalam panel dengan kuat dan tidak
boleh ada bagian yang bergetar.

Busbar
 Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-
T, 1 busbar netral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhitungkan dengan besar arus yang mengalir dalam busbar tersebut tanpa
menyebabkan kenaikan suhu lebih besar dari 65 o C. Untuk itu penampang
busbar harus sesuai ketentuan dalam PUIL.

 Setiap busber copper harus diberi warna sesuai dengan peraturan PLN, dimana
lapisan warna busbar tersebut harus tahan terhadap panas yang timbul.

 Busbar adalah batang tembaga murni dengan minimum conduktivitas 98%,


rating amper sesuai gambar.

 Busbar harus dicat sesuai dengan kode warna PUIL sebagai berikut :
Phasa : Merah, Kuning dan Hitam
Netral : Biru
Ground : Hijau / Kuning

Circuit Breaker
 Penggunaan MCCB untuk :
- Outgoing pada PDTR.
- Incoming pada kabel beban sampai dengan minimal 20A 1 phase.
- Breaking capasity sesuai dengan gambar perencanaan.

 Penggunaan MCB :

 Cicuit breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneuose magnetic unit.

 Main Circuit Breaker dari setiap panel emergensi harus dilengkapi shunttrip
terminal.

Alat Ukur

55
Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan
getaran . Untuk Amperemeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan
skala linier dan ketelitian 1% dan bebas pengaruh induksi serta bersertifikat tera
dari LMK / PLN ( minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur ). Komponen-
komponen pengukuran yang dipakai :
- KW Meter
- Amperemeter
- Volmeter
- Frequency Meter
- Cos Phi Meter
-
c. Kabel Tegangan Rendah.
Untuk keperluan penyaluran daya secara radial antar panel, terdapat dua cara
instalasi yang harus dilakukan, yaitu melalui tanah (mengunakan kabel NYFGbY)
dan melalui shaft / ruang di atas ceiling (mengunakan kabel NYY).
Sedangkan penyaluran daya ke peralatan – peralatan listrik (motor-motor, unit-
unit air conditioner dan peralatan lainnya) mengunakan kabel daya jenis NYY.
Luas penampang kabel daya distibusi tersebut minimum, sesuai dengan beban
yang dipikul kabel tersebut standar minimum kabel daya sebagaimana disebutkan
di dalam PUIL.
Sedangkan kabel instalasi penerangan dan stop-kontak biasa dirancang
mengunakan kabel jenis NYM dengan luas penampang minimum 2.5 mm 2.
Perhitungan dimensi kabel yang digunakan dihitung berdasarkan arus yang akan
mengalir (ditentukan oleh arus maksimum dan faktor kebutuhan), panjang kabel ,
metode instalasi dan besar tegangan jatuh yang diijinkan.

Dalam hal ini besar tegangan jatuh yang diijinkan untuk sistem distribusi adalah.
 untuk beban motor : sampai 6 %
 untuk beban penerangan : sampai 3%
Selanjutnya, perhitungan tegangan jatuh dilakukan dengan persamaan berikut :

√3 x L x I x DF x PF
VD = volt
56 x N x A
Dalam hal ini :
L : panjang kabel [m]
I : arus maksimum [A]
DF : demand factor / faktor kebutuhan,
= 0.7 untuk penyediaan daya penerangan dan stop-kontak
= 0.8 untuk penyediaan daya mesin A/C
= 0.5 – 0.6 untuk penyediaan daya pompa
= 1.0 untuk penyediaan daya lift dan deep well
= 0.9 untuk penyediaan daya trafo
= 1.0 untuk penyediaan daya genset
56 : conductivity tembaga
N : jumlah konduktor per phasa
A : luas penampang konduktor [mm2]

Jatuh tegangan dalam persen :

VD
VD(%) = x 100%

56
380

d. Sistem Pengaman dan Perhitungan Arus Gangguan

Untuk mendapatkan sistem pengamanan yang baik terhadap gangguan pada


instalasi listrik, digunakan prinsip pengamanan bertingkat melalui pemilihan –
pemilihan ranting arus yang tepat pada seluruh panel yang ada.
Adapun jenis-jenis gangguan pada instalasi listrik yang diperhatikan :
1 Gangguan beban lebih (overload), diamankan oleh mekanisme tripinverse
time / long tame delayed (bimetal) pada MCCB dan MCB, atau dengan relay
thermis pad sistem kontrol motor.

2 Gangguan arus lebih (overcurrent) akibat hubungan singkat pada jaringan


instalasi, diamankan oleh mekanisme trip instantaneous / non delayed
(magnetic) pada MCCB dan MCB, atau dengan fuse pada sistem kontrol
motor.

3 Gangguan kualitas (penurunan tegangan atau ketidakseimbangan fasa


ataupun kehilangan fasa), diamankan oleh peralatan failure relay yang
dipasangkan pada peralatan kontrol motor

Seluruh batasan (rating) dan tingkat kemampuan dari peralatan pengaman dipilih
sedemikian rupa, sehingga diperoleh selectivity yang baik (dikatakan juga
mempunyai diskriminasi yang baik).
Selanjutnya kapasitas pemutusan, (breaking capacity) dari masing-masing
peralatan pengaman (ACB, MCCB dan MCB ) ditentukan berdasarkan perhitungan
arus hubung-singkat yang terjadi disisi “down stream” dari peralatan pengaman
yang bersangkutan.

Dalam perhitungan arus hubung-singkat (hs) ini, diasumsikan sebagai berikut :


 MVA hs dari sumber (PLN), P1 : 500 MVA
 jenis gangguan hubungan singkat : 3 ph – simetris
 koefisien hs TM (c1) : 1.1
 koefisien hs sisi TR (c2) : 1.0
 impedansi kabel : resistif dan
induktif
 impedansi hs : nol
Besarnya arus hubungan singkat dapat dihitung persamaan sebagai
berikut :

CxV
I hs =
V3 x Z
dalam hal ini :
c = c1 = 1.1 untuk sisi MT 20 kV
c = c2 = 1.0 untuk sisi TR 220 / 380 V
Z = impedansi jaringan sampai titik gangguan hubung
singkat.

57
Dari hasil perhitungan dapat diketahui besar arus hubung singkat di setiap titik
panel, sehingga dapat di tentukan breaking capacity peralatan pengaman yang
harus di pasang pada panel bersangkutan.

PASAL 11
PEKERJAAN SANITAIR/SANITASI

1) Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, penyetelan dan pengetesan
dari semua peralatan instalasi sanitair, pekerjaan plumbing dan septik tank
yang disebutkan dalam spesifikasi ini.

b) Pekerjaan terkait : Water proofing, Keramik kamar mandi, pasangan dinding/


plesteran

2) Persyaratan bahan
a) Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan pada Konsultan Pengawas
beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
b) Jika dipandang perlu diadakannya penukaran/penggantian bahan, pengganti
harus disetujui Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang dilakukan oleh
Kontraktor.

3) Metoda Pelaksanaan
a) Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang
ada dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai
gambar.

b) Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antar gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.

c) Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada


kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

d) Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk


kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.

e) Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/menganti bila ada kerusakan yang


terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor,
selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik.

f) Pekerjaan Kloset/ bak air/ tangki polytank


i. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala peralatannya
sesuai dengan yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing
type yang dipilih.

ii. Peralatan dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

iii. Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar


untuk itu serta petunjuk-petunjuk dari produsennya dalam brosur.
Pemasangan harus baik, rapi, waterpass dan dibersihkan dari semua
kotoran dan noda, dan penyambungan pada instalasi plumbingnya tidak
boleh ada kebocoran-kebocoran.

58
iv. Untuk kedudukan dasar kloset papan jati tua tebal 3 cm dan telah
dicelupkan kedalam larutan pengawet tanah air, dibentuk seperti dasar
kloset. Kloset disekrup pada papan tersebut dengan sekrup kuningan.

g) Pekerjaan Kran
i. Semua kran yang dipakai adalah kran standard atau setara. Ukuran
disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai dengan gambar
plumbing dan brosur alat-alat sanitair. Keran-keran tembok dipakai yang
mempunyai ring ring dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding.

ii. Stop kran digunakan yang standard dengan bahan Stainlesteel , diameter
dan penempatan disesuaikan dengan gambar.

iii. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar.

h) Pekerjaan Floor drain


i. Floordrain yang digunakan adalah Metal vechroom, lobang diameter 2”
dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floordrain dan
dopverchrom dengan draad.

ii. Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar untuk itu.

iii. Floor drain yang dipasang yang telah diseleksi baik, yang tidak cacat dan
disetujui oleh konsultan Pengawas.

iv. Pada tempat-tempat yang akan dipasang Floor drain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran
sesuai dengan ukuran Floor drain tersebut.

v. Hubungan pipa metal dengan beton/lantai menggunakan perekat beton


kedap air Embeco ex. MTC pada lapisan teratas setebal 5 mm diisi dengan
lem araldit ex Ciba.

i) Pekerjaan pasang pipa PVC


i. Sebelum pasir urug ditebar, pipa PVC ditanam seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana. Kontraktor harus memperhatikan elevasi kemiringan
pipa mulai dari out let pembuangan sampai ke lokasi sump pit. Pemasangan
elbow harus tersambung dengan rapi.

ii. Pipa yang menebus balok sloof, plat lantai harus dilengkapi dengan detail
gambar khusus perkuatan struktur untuk mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas. / Direksi Pekerjaan

iii. Sparing pipa PVC yang menembus lantai diberi pengamanan / ditutup
sementara untuk mencegah benda-benda asing masuk kedalam pipa yang
dapat menyebabkan resiko tersumbat.

iv. Setiap jalur pipa yang tertanam dibawah Lantai harus diuji test kebocoran
sebelum urugan tanah dan pasir dilaksanakan.

Pasal 12
PEKERJAAN PENUTUP

1. Harus diperhatikan betul oleh pemborong segala pekerjaan angkutan bahan-bahan,


puing puing bekas pekerjaan pembersihan setelah pekerjaan berakhir.

59
2. Segala peraturan yang tercantum dalam bestek dan gambar-gambar serta risalah
Aanwijzing merupakan lampiran dari Kontrak yang tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan untuk hal ini pemborong dianggap mengerti.

3. Pemborong harus mengikuti peraturan dari Departemen dan Dinas Tenaga kerja
untuk mengatur upah tenaga buruh.

4. Tentang lampiran Bill Of Quantity yang diberikan ini hanya ancar-ancar saja.
Pemborong harus tetap menghitung sendiri apabila dalam perhitungan perencanaan
Bill of Quantity dirasakan kurang maka pemborong supaya mengajukan perubahan
pada waktu aanwijizing dan apabila ada perubahan, maka akan dimuat pada risalah
aanwijizing dalam hal ini yang mengikat adalah Gambar dan bestek.

5. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan ini yang tidak teruraikan
dan termuat dalam bestek ini, tetapi harus diselenggarakan dan diselesaikan oleh
kontraktor, harus dianggap pekerjaan itu telah diuraikan/ dimuat dalam bestek ini
untuk menuju Penyerahan pekerjaan yang lengkap dan sempurna, sesuai menurut
pertimbangan Direksi.

Demikianlah spesifikasi teknis ini dibuat untuk sebagai pedoman didalam pelaksanaan
nantinya.

DISUSUN OLEH :

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Drg. Yusi Prastiningsih


NIP. 19720319 200012 2 002

60
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS MEKANIKAL

LINGKUP PEKERJAAN MEKANIKAL


Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan mekanikal yang dijelaskan baik
dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan, dimana
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini. Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban
Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan
pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup pekerjaan mekanikal yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan sistem Air-Bersih
2. Pekerjaan Pemipaan Air Kotor

4.1. PEKERJAAN SISTEM AIR BERSIH

a. Uraian Lingkup Pekerjaan

1. Pengadaan dan pemasangan Pipa Penyediaan Air Bersih secara lengkap dari instalasi
existing sehingga sistem dapat bekerja secara baik.

b. Persyaratan Bahan, Peralatan & Pengerjaan

4.1.1. Persyaratan Pemipaan Air Bersih

a. Persyaratan Pemipaan
1. Pipa dan fitting air bersih di luar dan di dalam gedung harus menggunakan
bahan jenis Poly Prophylene (PPR).
2. Pemipaan secara umum harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum
pada pasal terdahulu dan segala sesuatu yang tercantum dalam buku
Pedoman Plambing Indonesia.
3. Contoh-contoh bahan dan konstruksi harus diajukan kepada Direksi
Pengawas/Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui, selambat-
lambatnya 3 (tiga) minggu sebelum pembuatan dan pemasangan.
4. Pemasangan pipa datar harus dibuat dengan kemiringan 1/1000 ke arah
katup/flange pembuangan (drain valve/flange) dan pipa naik/turun harus benar-
benar tegak.
5. Pemasangan pipa mendatar dalam bangunan harus dibuat dengan
kemiringan 1/1000 menuju ke arah pipa tegak/riser.
6. Belokan harus menggunakan long-radius elbow, penggunaan short elbow,
standard elbow, bend dan knee sama sekali tidak diperkenankan.
7. Fitting, peralatan bantu, peralatan ukur dan lainnya yang memiliki tahanan aliran
yang berlebih tidak diperkenankan dipasang kecuali yang disyaratkan pada
buku ini.
8. Pada belokan dari pipa datar ke pipa tegak harus dipasang alat pengumpul
kotoran yang tertutup (capped dirt pocket).
9. Semua alat ukur harus dalam batas ukur yang baik dan mempunyai ketelitian
yang sewajarnya untuk pengukuran.

61
10. Selama pemasangan berjalan, Kontraktor harus menutup setiap ujung pipa
yang terbuka untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lainnya, dengan
dop/blind flange untuk pipa baja dan copper, pemanasan press untuk pipa
PPR/PVC.
11. Setiap jaringan yang telah selesai dipasang, harus ditiup dengan udara kempa
(compressed air) untuk jangka waktu yang cukup lama, agar kotoran kotoran
yang mungkin sudah masuk ke dalam pipa dapat terbuang sama sekali.
12. Ketentuan/Persyaratan teknis tentang instalasi pemipaan, peralatan bantu, dan
yang lainnya telah diuraiakan pada pasal terdahulu

4.1.2. Persyaratan Desinfektan

1. Desinfeksi dilakukan setelah seluruh sistem


pemipaan air bersih dapat berfungsi dengan baik, dan sebelum penyerahan pertama.
2. Desinfeksi dilakukan dengan memasukkan
Chlorine ke dalam sistem dengan cara injeksi.
3. Dosis Chlorine adalah 50 ppm.
4. Setelah 16 jam, seluruh sistem pipa harus
dibilas dengan air bersih sehingga kadar Chlor tidak melebihi 0,2 ppm.

4.1.3. Pengujian Instalasi Pemipaan

1. Pengujian dilakukan untuk


menguji hasil pekerjaan penyambungan pipa-pipa serta kondisi dari pipa-pipa yang
telah dipasang.
2. Pengujian dilakukan
setelah seluruh sistem pemipaan selesai dikerjakan dan siap untuk dilakukan
pengujian.
3. Pengujian dilakukan
dengan memberikan tekanan hidrostatik pada sistem pemipaan, tekanan yang
2
diberikan adalah 1,5 kali tekanan kerja, minimum 10 kg/cm .
4. Pengujian dilakukan
selama 8 jam, tanpa terjadinya penurunan tekanan.
5. Apabila terjadi penurunan
tekanan, maka Kontraktor harus mencari sebab-sebabnya dan melakukan
penggantian bila keadaan mengharuskan.
6. Perbaikan yang sifatnya
sementara tidak diizinkan.
-

4.2. PEKERJAAN PEMIPAAN AIR KOTOR

4.2.1. Uraian Lingkup Pekerjaan

1. Pemipaan air kotor dalam bangunan dari sanitary fixtures sampai tersambung
dengan pipa utama Instalasi ke Septik Tank.

4.2.2. Persyaratan Bahan dan Peralatan

a. Pipa dan Fitting


1. Untuk sistem pemipaan tegak, Pipa dan fitting yang digunakan dalam sistem
pemipaan ini harus dari jenis PVC AW
2. Fitting dapat juga dari merk lain selama ada jaminan dari pabrik pembuat pipa
bahwa pipa yang diproduksi oleh pabrik itu meng- gunakan fitting standard yang
diproduksi oleh pabrik lain yang ditentukan olah pabrik pembuat pipa tersebut.

62
3. Untuk hal tersebut di atas Kontraktor harus menyediakan potongan pipa dari
berbagai ukuran yang akan digunakan dan membuat contoh sambungan (mock
up) antara pipa dengan pipa dan pipa dengan fitting untuk ditunjukkan kepada
Manajemen Konstruksi dan mendapat persetujuan untuk penggunaan pipa dan
fitting tersebut serta memberikan jaminan purna jual untuk pipa dan fitting
tersebut.
4. Persyaratan material (kelas, standard dan lainnya), ketentuan cara pemasangan
seperti yang dicantumkan pada bab terdahulu 'Persyaratan Teknis ME'.
b. Sambungan
1. Untuk pipa dengan diameter 100 Mm atau lebih kecil menggunakan perekat
solvent cement.
2. Untuk pipa dengan diameter lebih besar dari 100 mm menggunakan sambungan
dengan rubber-ring bell and spigot.

4.2.3. Persyaratan Pelaksanaan

a. Pemipaan
1. Fitting harus terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa.
2. Fitting harus dari jenis "injection moulded" sedangkan "Welded fitting" sama
sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan dalam sistem pemipaan.
3. Setiap sambungan berubah arah dibuat dengan WYE-45, TEE Sanitair atau
COMBINATION WYE-45 atau LONG RADIUS BEND dengan floor clean out.
4. Pipa vent service harus dipasang tidak kurang 15 cm di atas muka banjir alat
sanitair tertinggi dan dibuat dengan kemiringan minimum sebesar 1%.
5. Kemiringan pipa dibuat sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Pipa vent yang menembus atap harus dipasang sekurang-kurangnya 15 cm di
atas atap dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
7. Untuk pipa vent mendatar, jarak tumpuan sama dengan jarak tumpuan pada pipa
air kotor dan bekas.
8. Dalam pemasangan jaringan pemipaan ini, harus diadakan koordinasi dengan
pekerjaan-pekerjaan struktur mengingat adanya penembusan-penembusan
beton lantai maupun dinding.
9. Pemasangan dan penempatan pipa-pipa ini disesuaikan dengan gambar
pelaksanaan dan dimensi dari masing-masing pipa tercakup pula dalam gambar
tersebut.
10. Di setiap floor drain dilengkapi dengan UTrap, untuk mencegah masuknya gas
yang berbau kedalam ruangan.
11. Pada saluran buangan dari prepation area dapur, sebelum masuk ke inlet, sistem
permipaan air kotor bangunan, harus dipasang penyaring kotoran untuk
mencegah penyumbatan di dalam pipa, dan penyaringan lemak menggunakan
instalasi grease trap seperti dalam gambar. Bahan penyaring kotoran terbuat
stainless steel.
12. Pada jalur perpipaan air kotor dan bekas yang mengandung lemak dipasang
floor clean out di setiap belokan dan pada pipa vertikal utama (di setiap pintu
shaft).
13. Sedangkan jalur pemipaan buangan dari laboratorium, area kamar operasi dan
lain-lain, air yang mengandung infeksius dibuang ke bak netralisasi / prefilter
terlebih dulu.
14. Begitu juga pemipaan buangan dari area dapur umum harus dipisahkan dari
lemak di bak penangkap / grease trap.

63
15. Persyaratan material (kelas, standard dan lainnya), ketentuan cara pemasangan
seperti yang dicantumkan pada bab terdahulu 'Persyaratan Teknis ME'.

b. Pengujian Sistem
1. Semua lubang pada pipa pembuangan ditutup.
2. Seluruh sistem pemipaan diisi air sampai ke lubang vent tertinggi.
3. Pengujian dinyatakan berhasil dan selesai bila tidak terjadi penurunan muka-air
setelah lewat 6 (enam) jam.

4.2.4. Daftar Material

No Matrial Merk

ATP
1. Pipa Air Bersih
Toro,Genova,SD,Coestherm,

2. Pipa Air Kotor,Bekas & Hujan Wavin,Rucika,Banlon

3. Valve Kitzawa,Toyo,Reser

64
BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS LISTRIK ARUS KUAT

5.1. PERSYARATAN SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK

1. Umum.

Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini. Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban pemborong
untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada
pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

2. Lingkup Pekerjaan.

1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan dan pemasangan semua material,


peralatan, tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning
dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh instalasi listrik seperti dipersyaratkan
dalam buku ini dan seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar perencanaan listrik.
Dalam Pekerjaan ini harus termasuk sertifikat pabrik dari peralatan yang akan dipakai
dan pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak
mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk
keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem distribusi listrik.
2. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan, dimana
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis
ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai
dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
3. Sebagai dijelaskan pada gambar-gambar rancangan, pemborong wajib melakukan
pengadaan, pemasangan, pengujian serta menyerahkan dalam keadaan baik dan siap
dipakai, seluruh instalasi tenaga & penerangan yang meliputi beberapa pekerjaan
sebagai berikut :
a. Panel Daya Tegangan Rendah
b. Kabel Daya Tegangan Rendah
c. Instalasi Daya
d. Instalasi Penerangan
e. Fixture Lampu
f. Sistem Pembumian Pengaman
g. Peralatan Penunjang Instalasi

2.1. Panel Daya Tegangan Rendah

65
Pekerjaan ini meliputi Panel Low Voltage Main Distribution / LVMDP, Sub
distribution Panel, Panel-panel Daya dan Panel Penerangan termasuk seluruh
peralatan peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi
listrik.
2.2. Kabel Daya Tegangan Rendah
Pekerjaan ini meliputi kabel utama dari Panel Genset ke panel LVMDP, kemudian
kabel-kabel yang digunakan untuk menghubungkan panel satu dengan panel
lainnya serta harus termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
2.3. Instalasi Daya.
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk menghubungkan
panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-peralatan listrik, seperti
Exhaust Fan, Motor-motor Listrik pada peralatan Sistem Mekanikal serta peralatan
lain sesuai dengan Gambar Perencanaan dan Buku Persyaratan Teknis.
2.4. Instalasi Penerangan.
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan panel-panel
penerangan dengan fixture lampu, baik di dalam maupun di luar bangunan, sesuai
dengan Gambar Perencanaan dan Buku Persyaratan Teknis.
2.5. Fixture Lampu.
Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah armature lampu, fitting, ballast, starter,
capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain yang berhubungan dengan
item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang dipilih.
2.6. Sistem Pembumian Pengaman.
Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda
pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan
peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh
peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
2.7. Peralatan Penunjang Instalasi.
Pekerjaan ini meliputi junction box, conduit, sparing, doos outlet daya, doos saklar,
doos penyambungan, doos pencabangan, elbow, metal flexible conduit, klem dan
peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan Sistem Distribusi
Listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan
jelas di dalam Gambar Perencanaan.

5.1.1. Persyaratan Panel Tegangan Rendah


1. Konstruksi Box Panel
 Panel tegangan rendah harus mengikuti standart VDE / DIN dan juga harus
mengikuti peraturan IEC dan PUIL 2000 .
 Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan
sesuai peraturan-peraturan yang berlaku dengan terlebih dahulu telah disetujui oleh
direksi lapangan.
 Panel-panel harus dibuat dari plat baja tebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus dizinchromat dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat dengan cat
bakar, warna abu-abu merk ICI atau yang setaraf.
 Panel terbuat dari plat baja dengan rangka terbuat dari besi siku dengan ukuran
minimal 40x40x4 mm (free standing) atau plat besi yang terbentuk (wall mounted).
 Rangka utama harus diberi tutup dari bahan plat baja dengan dengan ketebalan
sebagai berikut:

Panel Dinding Pintu

66
LVMDP, SDP, SDP-FH 2 mm 3,0 mm

LP, PP 1,6 mm 2,0 mm

 Plat tutup harus dikerjakan dengan baik dan setiap siku dari plat tutup ini harus
benar-benar 90o. Plat penutup kerangka panel harus disekrup dengan rapi yang
dilengkapi cincin plastic sebelum cincin besi terhadap kerangka panel. Plat penutup
ini harus dapat dilepas-lepas.
 Panel dilengkapi dengan tutup atas atau tutup bawah yang dapat dilepas-lepas dan
harus disiapkan lubang serta Compression Cable Glad untuk setiap incoming dan
outgoing feeder.
 Pada dinding belakang atau/dan samping diperlukan membuat lubang-lubang
ventilasi yang cukup. Lubang ventilasi ini harus dibuat dengan cara punch dan rapi.
Pada bagian dalam dari dinding yang diberi ventilasi yang di-punch harus dilengkapi
tambahan dinding yang diberi lubang punch, hal ini untuk menjaga masuknya
benda-benda atau tusuk akan pada bagian bagian yang bertegangan dari peralatan
panel.
 Engsel yang digunakan harus kuat dan tidak menonjol dan harus diusahakan
tersembunyi serta rapi. Kunci dan handle pintu harus dari type Spagnolet dengan
tungkai penguat bawah dan atas dan dari bahan yang dilapisi vernikel.
 Rangka, penutup, cover plate dan pintu seluruhnya harus diberi cat dasar dan
dilapisi dengan powder coating warna abu-abu.
 Panel yang berada di luar bangunan harus mempunyai index protection 557.
 Ukuran panel diusahakan standart ukuran panel dan disediakan ruang yang cukup
apabila terdapat penambahan peralatan.
 Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding) dan busbar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel
pentanahan.
2. Busbar dan Terminal Penyambungan
1. Panel harus sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar
dimana busbar pentanahan terpisah.
2. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan bahan perak. Galvanisasi
ini, termasuk pula bagian- bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu
kabel dan lain lain.
3. Pemasangan kabel (untuk semua ukuran luas penampang kabel) pada busbar
dan terminal penyambungan harus menggunakan sepatu kabel.
4. Busbar dan terminal penyambungan harus disusun dan dipegang oleh isolator
dengan baik, sehingga mampu menahan electro mechanical force akibat arus
hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi.

3. Circuit Breaker
1. Circuit breaker yang digunakan dari jenis MCB, MCCB dan ACB yang dilengkapi
dengan thermal overcurrent release dan electromagnetic overcurrent release
yang rating ampere trip-nya dapat diatur (adjustable).
2. Outgoing circuit breaker dari Panel khusus untuk motor-motor harus dilengkapi
dengan proteksi kehilangan arus satu phasa.
3. Circuit Breaker untuk proteksi motor-motor listrik harus menggunakan Circuit
Breaker yang dirancang khusus untuk pengaman motor (Circuit Breaker tipe M).
4. Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang tercantum
dalam Gambar Perencanaan.
5. Tipe Circuit Breaker yang digunakan adalah,
a. < 32 Ampere tipe MCB,

67
b. 40 > sampai dengan 63 Ampere tipe MCCB Fix,
c. < 80 Ampere tipe MCCB Adjustable.

4. Pemasangan Komponen Panel


1. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan
sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan
perbaikan-perbaikan, penyambungan -penyambungan pada komponen-
komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen
lainnya.
2. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-
T, 1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut
tanpa menyebabkan suhu yang lebih dari 650 C. Setiap busbar copper harus
diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan untuk memberi
warna busbar dan saluran harus dari jenis dan tahan terhadap kenaikan suhu
yang diperbolehkan.
3. Pada bagian atas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm di- bawah
ambang atas panel atau disesuaikan dengan kebutuhan) harus disediakan
tempat untuk pemasangan lampu indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian
tersebut merupakan bagian yang terpisah dari pintu panel dan kedudukannya
menetap (fixed).
4. Pada circuit breaker, sepatu kabel, kabel incoming dan outgoing serta terminal
penyambungan kabel harus diberi indikasi/label/ sign plates mengenai nama
beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label ini harus terbuat
dari plat aluminium atau sesuai standard DIN 4070.
5. Komponen-komponen pengaman yang dapat dipakai adalah :
a. MCCB
b. Miniatur circuit breaker
- rated current : sesuai gambar
- breaking capacity : sesuai standart PLN & Gambar
0
- permitted ambient stemp : 55 C
- Overload release : sesuai gambar
c. Auxiliary relay
6. Komponen-kompoen pengukur yang dapat dipakai :
a. Current Transformer
b. KWH meter
c. Ampermeter
d. Voltmeter
e. Frequency meter
7. Pemasangan MCB harus menggunakan Omega Rail sedangkan pemasangan
MCCB dan komponen komponen lain, seperti magnetic contactor, time switch
dan lain lain harus menggunakan dudukan plat. Pemasangan komponen-
komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak akan lepas oleh
gangguan mekanis.
8. Jika di dalam Gambar Perencanaan dinyatakan ada spare, maka spare tersebut
harus terpasang secara lengkap atau sesuai dengan keterangan pada gambar.
9. Semua Circuit Breaker harus diberi label/signplate yang terbuat dari Alumunium
mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label
itu harus terbuat dari plat alumunium atau sesuai standard DIN-4070.

5. Gambar Skema Rangkaian Listrik

68
1. Panel harus dilengkapi dengan gambar skema rangkaian listrik, lengkap dengan
keterangan mengenai bagian instalasi yang diatur oleh panel tersebut.
2. Gambar skema rangkaian listrik dibuat dengan baik, dilaminasi plastik dan
ditempelkan pada pintu luar panel bagian dalam.

5.1.2. Persyaratan Kabel Tegangan Rendah


Umum
1. Persyaratan teknis ini berlaku untuk:
a. Kabel daya,
b. Instalasi daya,
c. Instalasi penerangan.
2. Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara
panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu yang
dibutuhkan.
3. Yang dimaksud dengan instalasi daya adalah kabel yang menghubungkan
panel-panel daya dengan beban-beban stop kontak, peralatan Sistem Tata
Udara dan Penghawaan (Smoke Vestibule Ventilator, Exhaust Fan), peralatan
Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Hydrant Pump, Jockey Pump, Fuel Transfer
Pump), Pompa Air Bersih, Elevator dan lain-lain, sesuai dengan Gambar
Perencanaan. Didalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya,
conduit, sparing, doos untuk outlet daya/penyambungan/ pencabangan, flexible
conduit dan peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi daya.
4. Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel-kabel yang
menghubungkan antara panel-panel penerangan dengan fixture- fixture lampu
penerangan buatan. Di dalam instalasi penerangan ini harus sudah termasuk
semua jenis/tipe saklar, conduit, sparing, doos untuk
saklar/penyambungan/pencabangan, metal flexible conduit dan
peralatanperalatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempur-naan sistem
instalasi penerangan buatan.

Jenis Kabel
Jenis Kabel Tegangan Rendah yang akan dipakai untuk instalasi daya dan instalasi
penerangan:
1. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min.0,6 kv
dan 0,5 kv untuk kabel NYM
2. Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah : jenis NYFGbY
dan NYM dan NYA.
3. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada direksi.
2
4. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm .
Persyaratan Pemasangan
1. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN
dan PUIL 2000 atau peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.
2. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak
akan lepas atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.
3. Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari pembelokan
tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.

69
4. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior tape
dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.
5. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan. Penyambungan kabel untuk
pencabangan harus dilakukan di dalam junction box atau doos sesuai dengan
persyaratan.
6. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan
tidak boleh melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat kabel.
7. Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung
akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga
bagian konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.
8. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m di
setiap ujungnya

Pemasangan kabel di dalam tanah


Pemasangan kabel di dalam tanah dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Ditanam langsung di dalam tanah,
2. Ditanam di dalam tanah dengan dilindungi pipa GIP.
Kabel ditanam langsung di dalam tanah
Kabel daya listrik yang ditanam langsung di dalam tanah harus mempunyai
kedalaman minimal 70 cm di bawah permukaan tanah dengan cara penanaman
kabel sebagai berikut:
1. Disediakan galian kabel dengan kedalaman minimal 80 cm dan lebar galian
sesuai dengan jumlah kabel yang akan ditanam.
2. Diberi alas pasir setebal 10 cm.
3. Gelarkan kabel yang akan ditanam dan disusun serapi mungkin.
4. Timbuni lagi dengan pasir setebal 10 cm dan di atas pasir tersebut diberi bata
pelindung sebanyak 6 (enam) buah per meter.
5. Timbuni dengan tanah urug halus serta tanah galian dan usahakan tanah galian
yang digunakan bebas dari kerikil yang dapat merusak isolasi kabel.
Kabel ditanam di dalam tanah dilindungi dengan pipa GIP
1. Kabel listrik yang ditanam di dalam tanah dengan menggunakan pipa GIP
sebagai pelindung harus dilengkapi dengan bak kontrol berukuran sesuai
Gambar Perencanaan. Bak kontrol tersebut dipasang pada setiap pembelokan,
pencabangan atau daerah daerah tertentu lainnya sesuai dengan modul pipa.
2. Setiap pipa hanya digunakan untuk sebuah kabel berinti banyak untuk sistem 3
phasa atau empat kabel berinti tunggal untuk sistem 3 phasa.
3. Pipa tersebut harus mempunyai diameter dalam 1,5 kali total diameter luar
kabel yang dilindunginya.
4. Apabila kabel sistem 3 phasa yang ditanam dalam tanah lebih dari satu buah,
maka kabel kabel tersebut harus disusun sejajar dengan jarak satu sama lain
minimal sebesar 7 cm.
5. Bak kontrol yang digunakan harus terbuat dari beton dan dilengkapi dengan
tutup yang memakai handle dan harus mudah dibuka.
6. Pada ujung pipa pelindung kabel harus dibentuk seperti corong, dihaluskan
sehingga bebas dari hal-hal yang dapat merusak kabel. Setelah kabel dipasang
lubang ujung kabel tersebut harus disumbat dengan bahan karet atau bahan
bahan lain yang tidak merusak kabel dan tidak mudah rusak.

70
Pemasangan Kabel di dalam Bangunan
Pemasangan kabel di dalam bangunan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Pada rak kabel,
- Di dalam dinding.
Pemasangan kabel pada rak kabel
Pemasangan kabel pada rak kabel harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kabel harus diatur rapi
2. Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cm dengan perkuatan
mur baut pada dudukan/struktur rak.
3. Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit (di
dalam High Impact Conduit).
4. Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel di dalam conduit kecuali di
dalam kotak sambung atau kotak cabang.

Pemasangan kabel di dalam dinding


Pemasangan kabel dalam dinding harus memperhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Kabel harus dilindungi dengan sparing.
2. Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam dalam High Impact Conduit)
sebelum ditutup tembok harus disusun rapi dan diklem pada setiap jarak 60 cm.
Jika sparing tersebut berjumlah cukup banyak, maka perkuatan tersebut harus
dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem dan kawat ayam
sehingga tersusun rapi dan kokoh.
3. Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi
dengan 'metal flexible conduit' serta pertemuan antara conduit/sparing dengan
metal flexible conduit harus dilakukan dengan cara klem.
4. Untuk instalasi kabel expose harus di dalam RSC (Rigid Steel Conduit).

5.1.3. Instalasi Daya & Instalasi Penerangan


Instalasi daya dan instalasi penerangan yang dimaksud terdiri dari kabel tegangan rendah baik yang
berinti tunggal maupun berinti ganda, berikut dengan instalasi penunjangnya yang terdiri rigid
conduit & flexible conduit serta outlet daya dan saklar untuk penyalaan atau pemadaan (On Off)
lampu penerangan.

Rigid Conduit
1. Pemakaian conduit disini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi daya,
instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu pemasangannya
harus dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan dengan pekerjaan Finishing
Arsitektur.
2. Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan dengan
penggunaan jalur untuk utilitas lain seperti instalasi komunikasi, fire alarm, sound
system, matv, ducting AC dan lain-lain sehingga tersusun rapi, kokoh dan tidak
saling mempengaruhi.
3. Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau mengganggu
instalasi utilitas lainnya.
4. Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar diperkirakan tidak mungkin lagi untuk
dilaksanakan, maka Kontraktor wajib mencari jalur lain sehingga pelaksanaan
mudah dan tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap harus sesuai dengan
persyaratan.
5. Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan pipa
conduit di atas plafond harus menggunakan doos dan diantara doos tersebut
dipasang flexible conduit.Pemasangan flexible conduit tersebut harus dilakukan
dengan cara klem.

71
6. Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1 (satu)
kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan grounding,
baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain.
7. Conduit untuk instalasi listrik harus berjarak minimum 50 cm dari pipa air panas.
8. Conduit yang dipasang secara exposed menggunakan Rigid Steel Conduit
(RSC) type thickwall dengan ketebalan minimum 2 mm dan conduit-conduit yang
ditanam di dalam tembok atau beton menggunakan High Impact Conduit.
9. Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1,5 kali
dari total diameter luar kabel yang dilindunginya dan ukuran minimum sebesar
3/4" (minimum diameter dalam adalah 19 mm, atau dinyatakan lain pada
gambar). Oleh karena itu, kontraktor sebelum memasang conduit harus
rekonfirmasi dahulu terhadap kabel yang akan dilindunginya.
10. Ujung ujung conduit harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak merusak isolasi
kabel.
11. Conduit untuk keperluan instalasi satu dengan instalasi lainnya harus dibedakan
dengan cara dicat finish dengan warna yang berbeda sebagai berikut :
a. Instalasi listrik : warna hitam,
b. Instalasi fire alarm : warna merah,
c. Instalasi tata suara : warna putih,
d. Instalasi telepon : warna kuning,
12. Penyusunan konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling
menyimpang.
13. Jumlah sparing (conduit yang ditanam di dalam beton) harus disediakan
minimum sebanyak 120 % dari jumlah kabel yang akan melewatinya atau
minimum mempunyai satu buah sparing lebih banyak dari jumlah kabel yang
akan melewatinya.
14. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuat
sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
15. Kotak-kontak yang khusus dipasang di dalam outlet box dibawah lantai, harus
dari jenis yang sesuai dengan box dan underfloor duct, rata dengan permukaan
lantai, tahan injakan serta dengan sistem tutup pengaman lubang kotaknya.
Metal Flexible Conduit
Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel :
1. Yang ke luar dari conduit dan masuk ke dalam sparing.
2. Yang ke luar dari conduit ke titik titik lampu.
3. Yang ke luar dari conduit ke mesin mesin atau beban-beban yang lainnya.
4. Pembelokan instalasi.
5. Dan keperluan lain seperti tercantum di dalam Gambar Perencanaan
6. Penyambungan flexible conduit dengan conduit lain harus dilakukan di dalam
doos penyambungan.
7. Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali total
diameter luar kabel yang dilindunginya.
8. Flexible conduit yang digunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk
menahan gangguan gangguan mekanis yang mungkin terjadi.
9. Pemasangan flexible conduit harus menggunakan klem.
Outlet Daya
1. Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SNI, SPLN,
VDE/DIN atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
2. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
a. Rating tegangan : 250 Volt
b. Rating arus : 16 A atau seperti Gambar Perencanaan
c. Tipe pemasangan : recessed

72
3. Outlet daya dan plug harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik
pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.
4. Outlet daya untuk peralatan Kitchen, Laundry, Koridor, Machine Lift Room harus
dilengkapi dengan lampu indikator, saklar dan label
5. Outlet daya yang digunakan jenis putas & tusuk kontak yang dilengkapi dengan
protector.
6. Outlet untuk Gondola menggunakan jenis 'Waterproof'.
7. Kontraktor harus mengkoordinasikan warna, bentuk dan ukuran outlet daya
dengan pihak Perencana Arsitektur/Interior.
8. Outlet daya dipasang pada dinding atau partisi harus menggunakan doos
dengan ketinggian pemasangan 90 cm untuk ruang kerja, sedangkan pada area
untilitas dan koridoor, penempatan outlet pada ketinggian 30 cm dari permukaan
lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior.
9. Tata letak outlet daya sesuai dengan Gambar Perencanaan dan harus
dikoordinasikan dengan tata letak furnitures.

Saklar Lampu Penerangan


1. Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN, SNI dan VDE/DIN
atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
2. Saklar harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a. Rating tegangan : 250 Volt
b. Rating arus : minimal 10 A
c. Tipe : recessed
3. Saklar lampu harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik pembuat,
standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.
4. Saklar harus dipasang pada dinding atau partisi dengan ketinggian 120 cm dari
permukaan lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior. Pemasangan saklar
harus menggunakan doos.
5. Tata letak saklar harus sesuai dengan Gambar Perencanaan dan
dikoordinasikan dengan Perencana Interior.

Pemasangan Kotak-kotak Dan Saklar


1. Kontak dan kontak dan saklar yang dipasang pada dinding tembok bata adalah
type pemasangan masuk / inbow (flush – mounting).
2. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemasangan masuk dan
dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk kotak-kontak dan 1400
mm untuk saklar.
3. Kontak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 10A dan
mengikuti standart VDE, sedangkan kontak-kontak khusus (outbow) mempunyai
rating 15A dan mengikuti standart VDE atau BS dengan lubang bulat.
4. Flush-box (inbow doos) untuk tempat saklar, kontak-kontak dinding dan push
button harus dipakai dari jenis bahan bakelite atau metal.
5. Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab harus type
water dicht (bila ada).
6. Kontak-kontak dinding dipasang 30 cm dari permukaan lantai atau sesuai
gambar dan pada ruang-ruang yang basah / lembab harus jenis water dicht (WD)
sedang untuk saklar dipasang 140 cm dari permukaan lantai.

Rak Kabel
1. Rak kabel yang digunakan untuk menyanggqa kabel-kabel daya kabel instalasi
daya, penerangan serta kabel instalasi arus lemah.

73
2. Rak kabel terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm yang dilapisi Hot Dipped
Galvanised dengan ketebalan lapisan minimum 50 M dan disesuiakan dengan
standart BS 729 (dalam shaft).
3. Rak kabel harus dilengkapi dengan tutup (cover) rakrung penyangga kabel, jarak
antar ruang penyangga kabel maximum 50 cm.
4. Penggantung rak kabel dipasang pada plat beton dengan anchor bolt dan harus
kuat untuk menyangga rak kabel beserta isiannya serta harus tahan pula
menahan gangguan-gangguan mekanis
5. Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang
terbuat dari bahan besi.

5.1.4. Sistem Pembumian Untuk Pengaman


Ketentuan umum
1. Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian
dari badan-badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik
yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak
bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke
badan peralatan kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan.
2. Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia dari
bahaya tegangan sentuh pada saat terjadinya gangguan. Dalam hal ini semua
bagian dari sistem listrik harus ditanahkan.
3. Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang bersifat
konduktif harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.
4. Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, SPLN dan standard-
standard lain yang diakui di Negara Republik Indonesia.

Konstruksi
1. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-
benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem ini.
2. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga
dengan konstruksi seperti Gambar Perencanaan.
3. Elektrode pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanized minimum
berdiameter 1 ½ “ diujung pipa tersebut diberi / dipasang copper rod sepanjang
0,5 m. Elektrode pentanahan yang dipantek dalam tanah minimal sedalam 6 m
atau sampai menyentuh permukaan air tanah.
4. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding
rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
5. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang
terjadi harus lebih kecil dari 50 Volt.
6. Nilai tahanan grounding system untuk panel-panel adalah maximum 0.2 ohm,
diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut.

Kawat Pentanahan
1. Kawat pertanahan dapat dipergunakan kawat telanjang (BCC = bare Copper
Conductor)
2. Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal berpenampang sama
dengan penampang kabel masuk (incoming feeder) untuk penampang kabel
2
yang lebih kecil dari 50 mm

74
Pemasangan
1. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding
rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing masing
titik grounding rod mempunyai tahanan tidak ebih dari 1 Ohm.
2. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup. Tutup bak
kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini
mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat
pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus
sesuai dengan Gambar Perencanaan.
3. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan
gangguan mekanis.
4. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam di dalam
tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan
peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
5. Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini
dilakukan di dalam bak kontrol.
6. Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di dalam
Gambar Perencanaan.
7. Sistem pembumian harus terpisah dari sistem pembumian :
a. Pembumian instalasi sistem penangkal petir,
b. Pembumian sistem telepon,
c. Pembumian sistem tata suara,
d. Pembumian sistem pengindera kebakaran/fire alarm.
e. Pembumian sistem MATV.
f. Pembumian sistem jaringan komputer LAN dan komputernya sendiri

5.2. PERSYARATAN SISTEM PENERANGAN

1. Persyaratan Umum

1. Untuk memastikan kemampuan distribusi cahaya, semua produk yang


ditawarkan harus menyertakan perhitungan pencahayaan dengan sampling area
untuk menunjukkan kontur isoline dari penyebaran distribusi cahaya, kurva
fotometrik termasuk Light Output Ratio – LOR, DLOR, ULOR & TLOR, supplier
juga harus menyertakan jaminan keaslian produk dan garansi untuk semua tipe
armature.
2. Semua armature lampu harus dibuat oleh satu pabrikan dengan kualitas yang
sesuai dengan Standar IEC.

2. Klasifikasi Lampu Penerangan

Dalam spesifikasi ini lampu penerangan diklasifikasikan dalam kategori lampu penerangan dalam,
lampu penerangan luar dan Lampu penerangan darurat.

2.1. Lampu Penerangan Dalam.


Lampu penerangan dalam yang dimaksud adalah lampu penerangan di dalam gedung dikategorikan
sebagai berikut :
- Lampu penerangan normal (normal lighting) yaitu lampu penerangan buatan
dengan intensitas penerangan yang sesuai persyaratan untuk menjamin
kelancaran kegiatan dalam gedung.

75
2.1.1. Armature Lampu Recessed Mounted
1. Louvre Aluminium
2. Armatur lampu harus terbuat dari plat baja tebal 0,7mm (termasuk finishing)
dengan penyelesaian cat bakar, dengan kapasitas lampu sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.
3. Housing dan plates, socket bridges, reflector, saluran kabel dan penutup ballast:
terbuat dari baja cold rolled (tebal 0.5 mm). Housing juga harus sesuai dengan
klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar Internasional IEC 598.
4. Cover depan harus berbentuk Louvre dengan standarisasi M6 dengan reflektor
optik berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal
untuk mencapai illuminasi yang tinggi.
5. Armature dibuat sedemikian rupa hingga ballast dapat diperbaiki atau diganti
tanpa melepas housing armature tersebut.

2.1.2. Cover Prismatic


1. Armature lampu harus terbuat dari plat baja tebal 0,7mm (termasuk finishing)
dengan penyelesaian cat powder putih (ISO 2913-60) , dengan kapasitas lampu
sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.
2. Housing armature terbuat dari plat baja cold rolled berkekuatan tinggi dengan
finishing cat bubuk berwarna putih (ISO 2913 – 60), menjamin refleksi yang tinggi
(reflection rate diatas 0,8), setiap sambungan disambung dengan pengelasan
halus dan dijamin kualitas dan kekuatannya.
3. Armature memiliki Cover Prismatic yang terbuat dari plat polimer PMMA yang
tahan terhadap benturan. Cover juga memiliki proteksi UV untuk menjamin
stabilitas dan penyebaran cahaya yang baik.

2.1.3. Lighting fixtures untuk lampu TLD


1. Tebal plat besi untuk lighting fixtures tersebut minimum 0,7 mm
2. Tabung TLD yang dapat dipakai adalah jenis cool daylight / 54.
3. Fitting lampu dari type yang tidak menggunakan mur baut
4. Semua armatur harus dicat bakar bebas dari karat dan lecet-lecet , dengan ICI
acrylic paint warna putih, contoh harus disetujui oleh direksi lapangan.
5. Konstruksi armatur pada umumnya harus memberikan effisiensi penerangan
yang maksimal, rapih kuat serta sedemikian rupa sehingga pekerjaan-pekerjaan
seperti penggantian lampu, pembersihan, pemeriksaan dan pekerjaan
pemeliharaan dengan mudah dapat dilaksanakan.
6. Starter yang dipasang dengan radio interference suppression dalam tabung
(rumah) yang aman dari polycarbonate putih dengan kapasitas tinggi.
7. Kabel instalasi dalam armature (khususnya untuk lampu TL) dari jenis NYM 3 x
2
2,5 mm
8. Pada semua armatur harus dibuat mur dan baut sebagai tempat terminal
pentanahan (grounding).

2.1.4. Armature Lampu Balk TL T5


1. Armatur lampu harus terbuat dari plat baja dengan penyelesaian cat bubuk
warna putih, dengan kapasitas lampu 1 x TL.T5 18 Watt atau sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.
2. Housing, sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar
Internasional IEC 598.
O
3. Pegangan lampu: Terbuat dari plastik tahan panas hingga suhu 105 C, berwarna
biru transparant
4. Armature harus dilengkapi dengan aksesoris berupa reflektor aluminium dengan
finishing cat putih atau cover prismatic PMMA.
5. Instalasi armature pada ceiling harus mudah dilakukan.

76
2.1.5. Armature Lampu Dust Proof
1. Armature lampu Dust Proof menggunakan lampu TL.T5 28 Watt/865. Armature harus
memenuhi standar indeks proteksi IP66 dan harus sesuai dengan standar IEC598.
Housing terbuat dari polycarbonate berkualitas tinggi sehingga armature lampu dijamin
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap benturan. Cover lampu bening terbuat dari
clear polycarbonate dan dilengkapi dengan anti-UV.
2. Bracket terbuat dari stainless steel dan harus mudah dipasang pada plafond, lampu
dipasang di permukaan plafond (surface mounting). Housing harus dilengkapi dengan
sealer pada sambungan covernya sehingga menjamin debu, kotoran, dan air tidak
masuk ke dalam kompartment armature tersebut.

3. Persyaratan Teknis Fixture Penerangan

3.1. Armature Lampu


1. Armatur-armatur lampu harus memenuhi persyaratan teknis, bentuk dan
penampilan sesuai dengan Gambar Perencanaan.
2. Armatur-armatur lampu merupakan produk pabrikan ( Complite Set ) dengan
standard kualitas yang baik.
3. Armatur-armatur lampu yang terbuat dari plat baja harus mempunyai ketebalan
plat minimal 0,7 mm termasuk finish, dicat dasar dengan meni tahan karat dan
dicat finish warna putih atau sesuai petunjuk Perencana Interior. Pengecatan ini
menggunakan cat bakar.
4. Armatur lampu untuk lampu TL, PL, SL harus dilengkapi dengan komponen-
komponen lampu berupa ballast, starter dan kapasitor dengan kualitas terbaik.
5. Pemasangan armatur harus dipasang dengan baik dan kokoh sehingga tidak
mudah terlepas oleh gangguan-gangguan mekanis. Cara pemasangan lampu
harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.

3.2. Lampu Penerangan Buatan


1. Jenis-jenis lampu harus sesuai dengan gambar Gambar Perencanaan.
2. Lampu-lampu yang digunakan harus mempunyai kualitas terbaik.
3. Lampu TL, SL, PAR, HPLN harus dipilih dari jenis lampu yang mempunyai
efisiensi tinggi.
4. Semua lampu yang digunakan harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
- Tegangan kerja : 220 Volt - 240 Volt
- Konsumsi daya : sesuai dengan gambar perencanaan
- Frekuensi : 50 Hertz

3.3. Pemasangan Fixture Lampu Penerangan


1. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafon dari
arsitek dan disetujui oleh MK / direksi.
2. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang
terbuat dari bahan aluminium dan harus mempunyai dudukan / gantungan
tersendiri.
3. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.
4. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kotak harus di dalam kotak
terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan
dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimanan tebal kotal terminal tadi
minimum 4 cm.

77
5.3. DAFTAR MATERIAL
Pabrik pembuat bahan dan peralatan dalam spesifikasi ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :

1. Material Listrik Arus Kuat

No Material Merk

1 Panel PanaPanel,Simetri,Cipta Panel,OniPanel


2 Komponen Panel MG,LS,ABB,Schneider
(ACB,MCCB,MCB)
3 Transformator Unindo, Trafindo atau setaraf

4 Diesel genset
Engine Cummins, Perkins, Deutz, atau setaraf
Alternator AVK, Stamford, Leroesommer
5 Armatur Lampu ( komplit Set). Artolite, Simplex,Metosu, Saka

6 Lampu TLD
- Fluorescent Philips
- Starter Philips
- Fitting Philips
- Pabrik pembuat Armatur La
7 Saklar & Stop Kontak Schneider,MK,Berker, Clipsal, Legrand,
ABB
8 Kabel. Kabelindo,Metal,Tranka
Suprime.
9 Conduit,TeeDos Clipsal,EGA

78
79

Anda mungkin juga menyukai