PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
1.1. UMUM
Pengadaan segala bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan kerja dan alat-alat bantu
untuk penyelesaian seluruh Pekerjaan Rehabilitasi Gedung Pelayanan dengan tahapan
pekerjaan sebagai berikut :
- LANTAI SATU
I. PEKERJAAN ARSITEKTUR
- Pekerjaan pendahuluan
- Pekerjaan dinding
- Pekerjaan plesteran
- Pekerjaan kozen pintu dan jendela
- Pekerjaan plafond
- Pekerjaan lantai
- Pekerjaan pengecatan
- LANTAI DUA
I. PEKERJAAN ARSITEKTUR
- Pekerjaan dinding
- Pekerjaan plesteran
- Pekerjaan kozen pintu dan jendela
- Pekerjaan plafond
- Pekerjaan lantai
- Pekerjaan pengecatan
2) Menyediakan Tenaga kerja, tenaga ahli dan peralatan kerja termasuk alat-alat
berat yang memadai baik dalam jumlah dan kualifikasi sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan.
1
3) Mempersiapkan sarana-sarana penunjang pekerjaan dan segala sesuatu yang
termasuk dalam lingkup pekerjaan yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan
dan Gambar.
PASAL 2
PERATURAN-PERATURAN
Kecuali ditentukan lain dalam Dokumen Pengadaan ini, maka Peraturan –peraturan
tersebut di bawah ini berlaku mengikat dan kontraktor di anggap telah mengetahui
dan memahaminya termasuk apabila ada segala perubahan dan tambahannya yang
berlaku sampai masa di terbitkan Dokumen Pengadaan ini. sebagai berikut :
1) Perpres No.54 Tahun 2010 dan Perpres No.70 Tahun 2012.
2) Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau
Algemene Voorwaarden Voor de Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare
Werkwn (AV) 1941.
3) Peraturan Pembebanan Bangunan Indonesia ( PBBI )
4) Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan Bangunan ( PUBB – NI .3 )
5) Peraturan SNI Beton untuk Bangunan Gedung 2002 ( 03-2847-2002).
6) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung(SNI 03-2847-
2002).
7) Peraturan Pembuatan campuran beton (SNI T-15-1990-03).
8) Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
9) Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
10) Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
11) Peraturan Bata merah (SII 0021-78).
12) Peraturan Umum Instalasi Indonesia ( PTUL – 1971 )
13) Peraturan Instalasi Listrik (SNI 0225-87-D)
14) Peraturan Umum Instalasi Air ( AWI )
15) Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A).
16) Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
17) Peraturan Kran Rumah Tangga (SNI 0122-1987-A).
18) Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
19) Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-f).
20) Peraturan umum tentang Pelaksanaan Instalasi Listrik (PUIL) 1979 atau PLN
setempat.
21) ASTM C144 untuk aggregate, C150 untuk portlan cement
22) Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh instansi Pemerintah
setempat, yang berhubungan dengan permasalahan bangunan.
Apabila penjelasan dalam Dokumen Pengadaan ini belum lengkap maka kontraktor
wajib untuk mengikuti sebagaimana ketentuan dan peraturan yang tercantum dalam
pasal 2.(1) sampai dengan pasal 2 (22)
PASAL 3
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN
3.1. AIR
1) Air yang di pergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-
garam, bahan organis atau lainnya yang dapat merusak beton dan tulangan
beton. PH air antara 7 – 8
2) Air yang di pergunakan untuk adukan beton konstruksi harus menurut, sesuai
dengan SNI-T-15-1990-03 serta PUBI-9 standard untuk air agregat.
2
3.2. PASIR ATAU AGREGAT HALUS
1) Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari desintegrasi alami
batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.
2) Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
1) Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan yang diperoleh dari pemecahan batu dan atau batu alam sungai (
batu kelapa). Agregat kasar adalah agregat besar butir lebih besar dari 5 mm.
2) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-
butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya. Butir-
butir Agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
4) Agregat kasar tidak boleh mengadung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
zat-zat yang reaktif alkali.
5) Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga
perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau bekas-bekas
tulangan.
3.4. SEMEN
1) Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi (Semen Type I), berat
dan volumenya tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada zak semen.
Pada umumnya tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.
3
3) Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.
1) Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari kotoran-
kotoran, lemak, kulit giling, karat lepas dan bahan-bahan lain yang dapat
mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
2) Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail.
3) Mutu baja tulangan menggunakan fy 420 MPa untuk baja ulir Ø > 13 mm dan fy
420 untuk baja polos untuk Ø < 13 mm.
4) Baja tulangan tidak boleh disimpan / ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi di
beri alas / ganjal berupa balok-balok. Penimbunan di tempat terbuka dalam waktu
lama harus di hindarkan.
3.6. KAYU
2) Ukuran-ukuran kayu yang tercantum dalam gambar rencana dan detail adalah
ukuran terpasang.
1) Mutu bata yang digunakan adalah batu bata lokal dari jenis kelas I menurut NI 10
dengan bentuk standard batu bata tidak menampakkan adanya retak–retak yang
merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan
lainnya, dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam dalam
air. Ukuran batu bata yang lebih kecil dari ½ bata tidak dibolehkan.
2) Tumpukan batu bata berada diatas tanah yang rata dan tumpukan harus rapi,
sehingga tidak mudah pecah atau patah. Batu bata dihindarkan dari pembebanan
barang–barang yang berat dan sebaiknya ditutup terpal plastic sehingga terjaga
dari panas dan hujan
3.8. BAHAN-BAHAN LAINNYA
1) Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan disini
akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
4
4) Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
PASAL 4
PEKERJAAN PENDAHULUAN
4.1. UMUM
1) Daerah kerja seperti yang ditunjukkan di gambar rencana harus dibersihkan dari
semua benda-benda yang akan menghambat pembangunan.
2) Kebenaran pengukuran vertikal maupun horizontal sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor. Apabila terjadi kesalahan pengukuran, maka
kontraktor harus segera memperbaiki dan sepenuhnya beban biaya ditanggung
oleh kontraktor.
PASAL 5
PEKERJAAN STRUKTUR
5.1.1. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan
seluruh struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit,
sesuai dengan Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana yang ditentukan
oleh konsultan Pengawas.
b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton.
c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan
dalam Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau Seksi
lain yang berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana
diperintahkan oleh konsultan Pengawas.
d) Syarat dari SNI Beton Thn 2002 harus diterapkan sepenuhnya pada semua
pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat
pertentangan dengan ketentuan dalam Spesifikasi lainnya, dalam hal ini
ketentuan dalam Spesifikasi ini yang harus dipakai.
5
3) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta
hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam
Standar Rujukan dalam Pasal 5.1.1.(5) di bawah ini.
4) Toleransi
a) Toleransi Dimensi :
i) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. = + 5 mm
ii) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m = + 15 mm
iii) Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara kepala jembatan
= - 0 dan + 10 mm
b) Toleransi Bentuk :
i) Persegi (selisih dalam panjang diagonal) = 10 mm
ii) Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud)
untuk panjang s/d 3 m = 12 mm
iii) Kelurusan atau lengkungan panjang 3 m-6 m = 15 mm
iv) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m = 20 mm
5) Standar Rujukan
Standar Industri Indonesia (SII) :
SII-13-1977 (AASHTO M85 - 75) : Semen Portland
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2
6
Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23 - 90) : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Lapangan.
SNI 03-1968-1990 (AASHTO T27 - 88) : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
Agregat Halus dan Kasar.
SNI 03-2417-1991(AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Los Angeles.
SNI 03-3407-1994 (AASHTO T104 - 86) : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk
Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat
dan Magnesium Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 (AASHTO T112 - : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan
87) Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat.
SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126 - 90) : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda
Uji Beton di Laboratorium.
SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141 - 84) : Metode Pengambilan Contoh Untuk
Campuran Beton Segar.
AASHTO :
AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.
7
campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3.(3), harus mengikuti petunjuk
yang diperintahkan oleh konsultan Pengawas dan dapat meliputi :
5.1.2 BAHAN
1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen
Portland yang memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Terkecuali diperkenankan oleh konsultan Pengawas, bahan tambahan
(aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak
boleh digunakan.
2) Air
a) Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak,
garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan diuji sesuai dengan; dan
harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui dapat
diminum dapat digunakan tanpa pengujian.
b) Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian
air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan
pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air yang
diusulkan dan dengan memakai air suling atau minum.
8
2” 50,8 - 100 - - -
1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 - 100 100 -
3/4” 19 – 35 - 70 - 90 - 100 100
1/2” 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100
3/8” 9,5 100 10 – 30 - 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 - 100 0-50 - 10 0 - 10 0 - 15
No.8 2,36 - - 0-50 - 50-5
No.16 1,18 45 – 80 - - - -
No.50 0,300 10 – 30 - - - -
No.100 0,150 2 - 10 - - - -
4) Sifat-sifat Agregat
a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras,
kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal
(boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan
pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang
diberikan dalam Tabel 6.1.2.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai
dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.
1) Rancangan Campuran
Campuran beton yang digunakan adalah beton dengan kekuatan karakteristik fc’
31.2 MPa dan fc’ 35 MPa atau lainnya sesuai yang tercantum dalam gambar.
Kekuatan karakteristik yang dimaksud adalah sesuai dengan ketentuan SNI Beton
untuk Bangunan Gedung 2002 ( SNI 03-2847-2002 ) dan sesuai dengan batas-
batas yang diberikan dalam Tabel 6.1.3.(1).
9
K400 25 0,45 370
K400 19 0.45 400
K350 37 0,45 315
K350 25 0,45 335
K350 19 0,45 365
K300 37 0,45 300
K300 25 0,45 320
K300 19 0,45 350
K250 37 0,50 290
K250 25 0,50 310
K250 19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250
10
2) Campuran Percobaan
a) Dalam melakukan pencampuran beton, baik semen, agregat, maupun air
harus dicampur dengan perbandingan berat. Apabila akan dilakukan dengan
perbandingan volume, Kontraktor harus mengajukan metoda dan alat
penakar kepada Konsultan pengawas untuk disetujui. Adukan beton dibuat
dengan menggunakan alat pengaduk mesin (bacthmixer), type dan
kapasitasnya harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas.
b) Metoda pengadukan, kecepatan pengadukan harus disesuaikan dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat mesin tersebut. Kapasitas mesin pengaduk
tidak boleh dilampaui. Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah
semua bahan berada dalam mesin pengaduk. Mesin pengaduk yang sudah
tidak dipakai dalam waktu 30 menit harus dibersihkan terlebih dahulu
sebelum digunakan untuk menghindarinya adanya kotoran beton yang sudah
mengeras dalam mesin pengaduk.
c) Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan
disaksikan oleh konsultan Pengawas, yang menggunakan jenis instalasi dan
peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.
d) Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan
sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal 6.1.3.(5) di bawah.
3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel
6.1.3.(5), atau yang disetujui oleh konsultan Pengawas, bila pengambilan
contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990
(AASHTO T22), Pd M-16-1996- 03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
11
rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil
tindakan -tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28
hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang
tidak sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(10) di atas.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari
rumus yang diuraikan dalam Pasal 6.1.6.(2).(c).
4) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)
Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang
semula dirancang oleh konsultan Pengawas, maka Kontraktor akan
melakukan perubahan pada berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan
dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga
rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian kuat tekan
yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air
atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah
disetujui oleh konsultan Pengawas.
b) Penyesuaian Kekuatan
Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh konsultan
Pengawas.
b) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada konsultan Pengawas dan bahan baru
tidak boleh digunakan sampai konsultan Pengawas menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas
hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
5) Penakaran Agregat
a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap Penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
12
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan
dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan
jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan agregat dengan air
secara berkala. Pada saat penakaran, agregat harus telah dibasahi paling
sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari
tumpukan agregat.
6) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
ditambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan
sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m3.
c) Konsultan Pengawas akan memeriksa seluruh acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton.
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh konsultan Pengawas, sisi-sisi
samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi yang
diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum
pengecoran beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari
adukan yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan
selama pengecoran, pemadatan dan perawatan. Acuan untuk dinding beton
ekspos terbuat dari multiplek tebal 9 mm.
c) Acuan yang terbuat dari pasangan bata harus memenuhi spesifikasi bahan
dan pemasangan yang disyaratkan.
13
3) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan konsultan Pengawas secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24
jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton
dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Konsultan Pengawas akan
memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa
acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan
tertulis dari konsultan Pengawas.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran,
atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan
oleh konsultan Pengawas berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan
tambah (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Pengawas.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah
pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding
beton, tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling
struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air. Bilamana beton dicor di
dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu 48 jam
setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau
metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus
digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh konsultan
Pengawas. Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup
sehingga memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh
selama pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus
ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran
dilanjutkan. Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan
campuran beton di bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
14
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga
campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum
pengecoran beton baru ini, bidang-bidang kontak beton lama harus disapu
dengan adukan semen dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
Balok :
Tulangan utama 2,5 cm
Tulangan pembagi 1,5 cm
Pelat :
Tulangan utama 1,5 cm
Tulangan pembagi 1,0 cm
Pada pengakhiran tulangan 2,5 cm, > 2 x diameter
15
pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya
pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh konsultan Pengawas.
1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau
struktur busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai seperti pda
tabell 5.1.5.(1) di bawah ini
16
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung
pada keadaan cuaca.
c) Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai
mengeras dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling
sedikit selama 21 hari.
17
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang
tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan
tambah (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
1) Cara Pengukuran
a) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar atau yang diperintahkan oleh konsultan Pengawas.
b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk cetakan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
d) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur atau beton tidak bertulang. Beton Struktur haruslah beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai K250 atau lebih
tinggi dan Beton Tak Bertulang haruslah beton yang disyaratkan atau
disetujui untuk K175 atau K125. Bilamana beton dengan mutu (kekuatan)
yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu
(kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai
beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
3) Dasar Pembayaran
a) Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak
untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan pengukuran yang
ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
b) Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata
Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah
untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan
untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam Seksi ini.
Nomor Mata
Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
6.1.(1) Beton K400 Meter Kubik
6.1.(2) Beton K350 Meter Kubik
6.1.(3) Beton K300 Meter Kubik
18
6.1.(4) Beton K250 Meter Kubik
6.1.(5) Beton K175 Meter Kubik
6.1.(6) Beton K125 Meter Kubik
6.1.(7) Beton K100 Meter Kubik
5.2.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
konsultan Pengawas.
2) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detail pelaksanaan untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam Dokumen
Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh staf Teknis Kegiatan setelah
peninjauan kembali rancangan awal telah selesai menurut Spesifikasi ini.
4) Standar Rujukan
A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detailing Reinforced Concrete
Structures, American Concrete Institute.
AASHTO M31M - 90 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete C
Reinforcement.
AASHTO M32 – 90 : Cold Drawn Steel Wire for Concrete Reinforcement.
AASHTO M55 - 89 : Welded Steel Wire Fabrics for Concrete Reinforcement.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and
Railway Bridges.
5) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
i) 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau
terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran. Seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 6.2.1.(1) untuk beton yang terendam/
tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah
tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan.
ii) 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bias
dicapai, atau untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan
akibat karat pada baja tulangan dapat menyebabkan berkurangnya
umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di
atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung
dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif lainnya
Tabel 6.2.1. (1) Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan
Untuk Beton Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai
19
Batang 25 mm dan lebih besar 6,0
8) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala
hal tidak membebaskan Kontraktor atas tanggung jawabnya untuk
memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang
disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi rancangan
dalam Gambar, harus atas biaya Kontraktor.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diijinkan dalam
pekerjaan :
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315;
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau
Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing);
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih
atau oleh sebab lain.
20
d) Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja ( los pekerja) untuk
pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan
tulangan yang telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan
persediaan (stok) batang Lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan
sebagaimana yang diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian.
5.2.2 BAHAN
1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan yang digunakan adalah baja ulir dengan tegangan leleh baja
4200 kg/cm2 dan baja polos dengan tegangan leleh baja 2400 kg/cm2.
Sesuai dengan gambar. Baja-baja tulangan yang digunakan tidak boleh
ditekuk dan memiliki ukuran yang penuh, sesuai dengan gambar. Baja
tulangan ini harus bebas dari karat, lemak nabati maupun hewani.
1) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh konsultan Pengawas, seluruh baja tulangan
harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315,
menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-
lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara
panas di lapangan disetujui oleh konsultan MK, tindakan pengamanan harus
diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah
banyak.
21
atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak
diperkenankan.
h) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi
dengan adukan semen acian (semen dan air saja).
i) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk
kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.
1) Cara Pengukuran
a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima
oleh konsultan Pengawas. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung
dari panjang aktual yang dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar,
dan satuan berat dalam kilogram per meter panjang untuk batang atau
kilogram per meter persegi luas anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh
konsultan Pengawas akan didasarkan atas berat nominal yang disediakan
oleh pabrik baja, atau bila konsultan Pengawas memerintahkan, atas dasar
pengujian penimbangan yang dilakukan Kontraktor pada contoh yang dipilih
oleh konsultan Pengawas.
b) Penjepit, pengikat, pem isah atau bahan lain yang digunakan untuk
penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan
dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.
2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di
atas, harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran yang
ditunjukkan di bawah ini, dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas, dimana
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pemasokan,
pembuatan dan pemasangan bahan, termasuk semua pekerja, peralatan,
22
perkakas, pengujian dan pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan
yang memenuhi ketentuan.
Pasal 6
PEKERJAAN WATER PROOFING
2) Kontraktor harus membuat shop drawing yang memeprlihatkan lay out ruangan-
ruangan atau area yang akan di water proofing. Pekerjaan kamar mandi dan WC
menggunakan SIKA TOP 144 dengan ukuran sesuai dengan gambar rencana.
Pemasangannya diletakkan diatas lantai kerja yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan produk water proofing yang dipakai.
3) Persyaratan standar mutu bahan adalah seperti NI-3, ASTM-828. Kontraktor tidak
dibenarkan merubah standar dengan cara apapun tanpa izin dari konsultan
Pengawas.
Pasal 7
PEKERJAAN PASANGAN BATA
7.1. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta
material bantu lainnya. Pekerjaan terkait lainnya dengan pekerjaan
kolom/ ring balok praktis, plesteran dan acian pada pekerjaan
plesteran.
1) Bahan bata kelas I, terbahkar matang, tidak keropos, bata pecah tidak boleh
lebih dari 5% dari total pengunaan.
2) Adukan seperti yang dijelaskan pada spesifikasi adukan pasangan bata dan
plesteran.
23
4) Kontraktor harus memperhatikan keadaan struktur yang akan mendukung
atau mendapat pembebanan pasangan bata. Bila Struktur tersebut belum
sempurna/ belum boleh dibebani, maka pasangan bata harus di tunda
dahulu sampai mendapat izin persetujuan dari konsultan Pengawas.
Pasal 8
PEKERJAAN PLESTERAN
8.1. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan bantu
untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran sesuai dengan gambar rencana.
b) Khusus untuk tenaga kerja plesteran di syaratkan tenaga ahli yang spesial
dalam bidang plesteran. Kontraktor diharuskan membuat contoh hasil
pekerjaan plesteran dengan ukuran 2 x 1,5 m2 sebagai pedoman hasil
plesteran yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
1) Semen yang digunakan sama dengan jenis semen yang disetujui untuk pekerjaan
pasangan bata dan pekerjaan beton. Pasir pasang harus bebas dari lumpur dan
bahan organik. Pasir harus di ayak dengan ketentuan garadasi ukuran berkisar
1,2 mm ( pasir halus) sampai 1,5 mm -2 mm. ( pasir kasar )
2) Air yang digunakan tidak mengandung minyak, garam atau basa. Kontraktor
harus mengajukan contoh air yang dilengkapi hasil analisa lab untuk mendapat
persetujuan konsultan Pengawas.
4) Campuran Adukan
a) Plesteran biasa memakai campuran 1 pc : 4 pasir kasar
b) Plesteran kedap air memakai campuran 1 pc : 2 pasir kasar
c) Skim coat atau acian memakai campuran pc dan air secukupnya.
24
Pasal 9
PEKERJAAN KAYU
9.1 UMUM
2) Kayu yang dipakai harus berkualitas baik, harus betul-betul kering, tidak gubal,
lurus, tidak cacat/bermata kayu dan cacat lainnya yang mempengaruhi kekuatan
kayu.
Pasal 10
PEKERJAAN PINTU, JENDELA &VENTILASI
10.1. UMUM
1) Uraian
1) Bentuk dan jenis konstruksi pintu dan jendela dibuat sesuai dengan gambar
rencana.
2) Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap tipe harus disertai test minimum
100 kg/m2. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap
tekanan air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
25
3) Bahan yang akan diproses fabrikasi harus terseleksi terlebih dahulu sesuai bentuk
toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan yang
disyaratkan.
4) Persyaratan bahan yang digunakan harus sesuai dengan rencana dan kualitas
standard yang berlaku :
(1). C 509 - Cellular Elastomeric Performed Gasket and Sealing
Material
(2). C 2000 - Classification system for Rubber Production in Automatic
Application
(3). C 2287 - Non – rigid Vinyl chloride Polymer and Copolymer moulding
and extination Compounds.
5) Kusen Almunium yang digunakan :
- Produksi : YKK / setara
- Bentuk Profil : Sesuai gambar.
- Warna profil : Ditentukan kemudian
- Ukuran profil : Sesuai dengan gambar
6) Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat dari
pekerjaan Almunium serta memnuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik yang
bersangkutan.
8) Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.
9) Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 M3/hr dan terhadap tekanan air
15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
10) Bahan yang akan diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk, toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelenkungan dan perwarnaan yang
dipersyaratkan.
11) Untuk keseragaman warna disyaratkan, sebelum proses fabrikasi warna profil-
profil harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu fabrikasi unit-unit,
jendela, pintu partisi, dan lain-lain, profil harus diseleksi lagi warnanya sehingga
dalam setiap unit didapatkan warna yang sama. Pekerjaan memotong punch dan
drill, dengan mesin harus sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang telah
dirangkai untuk jendela. Dinding dan pintu mempunyai toleransi toleransi ukuran
untuk tinggi dan lebar : 1 mm sedangkan untuk diagonal 1 mm.
12) Sekrup dari stainless steel galvanized kepala tertanam, weather strip dari vynil,
pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan almunium harus ditutup
caulkin dan sealant. Angur-angkur untuk rangka kosen almunium terbuat dari
steel pelat tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari 13 mikron
sehingga dapat bergeser.
13) Bahan finishing Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang
bersentuhan dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plester dan bahan
lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corosive
treatment dengan insulating varnish saperti asphatic varnish atau bahan
insulation lainnya.
14) Kontraktor almunium terlebih dahulu harus menyerahkan shop drawing kepada
pengawas sebelum memberi pekerjaan, untuk mendapat persetujuan Pengawas.
26
15) Harus memperhatikan dengan jelas dimensi, sistem konstruksi, hubungan-
hubungan antar komponen, cara pengukuran dan lokasinya, penempatan
hardware dan detail-detail pemasangannya.
18) Shop drawing harus memperlihatkan juga detail-detail pemasangan kaca, gasket
serta sealant.
19) Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) set contoh semua bahan yang akan
memperlihatkan texture, finishing dan warna. Sampul profil-profil extruded
panjangnya minimum 300 mm. Untuk almunium sheet, ukuran 300 x 300 mm2,
ketebalannya sesuai dengan yang akan dipakai.
20) Semua sampul harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan, jenis, alloy,
warna dan pekerjaan dimana bahan tersebut akan dipakai.
PASAL 11
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
11.1. UMUM
1) Uraian Pekerjaan:
PASAL 12
PEKERJAAN PELAPIS LANTAI
12.1. UMUM
1) Uraian
a) Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS
27
b) Bahan penutup lantai adalah Granit ukuran 60x60, dan vinyl atau sesuai
yang tertera pada gambar dengan warna dan motif yang sesuai dengan
gambar atau sesuai dengan persetujuan konsultan pengawas.
1) Sebelum pemasangan, contoh bahan terlebih dahulu harus disetujui oleh Direksi.
Semua granit yang dipakai harus bebas dari gores, cacat, retak dan pecah.
2) Lantai yang akan dipasang terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran sampah dan
debu serta minyak dan bahan lainnya yang dapat menghilangkan atau
mengurangi daya rekat spesi dengan lantai.
6) Pemotongan granit harus menggunakan tile cutter, dan permukaan granit harus
rata dan rapi. Seluruh permukaan harus dibersihkan dari sisa-sisa pasta dan
material lainnya.
7) Pemasangan harus rata air (water pas), rapi dengan siar yang lurus. Setiap
pekerjaan yang tidak memenuhi kriteria tersebut harus dibongkar dan diperbaiki.
Semua biaya yang dikeluarkan menjadi tanggungan kontraktor.
8) Aturan yang tidak tercantum dalam RKS ini mengacu pada standard peraturan
yang berlaku dan aturan yang ditetapkan atau disetujui oleh Konsultan Pengawas.
PASAL 13
PEKERJAAN PELAPIS DINDING
13.1. UMUM
1) Uraian
a) Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS
PASAL 14
PEKERJAAN PENGECATAN
14.1. UMUM
1) Uraian Pekerjaan
a) Kontraktor harus mengajukan literatur teknis dan petunjuk pabrik tentang
cara pemakaianya.
28
b) Kontraktor harus mengajukan sample daftar warna dari pabrik pembuatnya.
3) Cat yang akan digunakan berada didalam kaleng-kaleng yang masih disegel, tidak
pecah/bocor dan mendapat persetujuan Direksi.
29
harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat
yang ada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk
perawatan oleh Pemberi Tugas.
PASAL 15
PEKERJAAN MEKANIKAL
15.1. UMUM
1) Uraian Pekerjaan
a) Yang termasuk dalam pekerjaan pemasangan mekanikal ini adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan alat-alat bantu yang
digunakan dalam pekerjaan saniitair / plumbing hingga tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaiannya.
b) Pekerjaan pemasangan kloset, keran, bak mandi, floor drain, saluran air
kotor, air bersih, dll.
1. Closet Duduk
- Warna : Ditentukan kemudian
- Type : …………….
- Produksi : American Standart
2. Wastafel lengkap
- Warna : Ditentukan kemudian
- Type : …………….
- Produksi : American Standart
3. Kran air
- Warna : standar
- Type : …….
- Produksi : Standard
4. Floor Drain
- Warna : Stanless steel
- Type : …….
- Produksi : Standar
5. Kran Air
- Warna : Ditentukan kemudian
- Type :
- Produksi : American Standart
30
Pasal 16
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
16.1 UMUM
3) Seluruh pekerjaan instalasi Listrik yang akan dilaksanakan harus dikerjakan sub
kontraktor yang berpengalaman di bidangnya.
4) Semua material yang disuplai dan dipasang oleh kontraktor harus baru, dari
produk yang berkualitas. Kontraktor harus menyertakan lampiran material yang
terperinci dari semua bahan yang akan dipasang dengan keterangan minimal ada
nama pabrik produsen, nama produk, mertek dan spsifikasi type bahan.
5) Daftar pengajuan material ini adalah mengikat, lengkap dan apabila terbukti ada
perbedaan antara pengajuan material dengan yang dipasang, maka MK berhak
untuk menolak dan memerintahkan kontraktor mengganti material tersebut
sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam BQ maupun gambar rencana.
11) Semua Instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 (tiga) core
dan core yang ketiga merupakan jaringan pentahanan disatukan kecanel listrik.
12) Semua Panel listrik harus diberi pentahanan dengan kawat BC yang ukurannya
sesuai gambar.
13) Semua pipa dari bahan metal yang terpasang dalam tanah harus diberi
perlindungan anti karat.
31
14) Sistem Tegangan Listrik menggunakan tegangan listrik 380 Volt / 3 Phase / 50
Hz dan 220 Volt / 1 Phase / 50 Hz.
18) Apabila ada perbedaaan antara pengukuran di lapangan dengan gambar, ajukan
data-data kepada Direksi Pelaksana.
19) Kontraktor harus membuat gambar kerja yang memuat gambar denah, potongan
atau detail sesuai keadaan sebenarnya di lapangan, dengan mendapat
persetujuan dari Direksi Pelaksana.
21) Semua bahan Instalasi dan peralatan sebelum dibeli, dipesan, masuk site atau
dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi Pelaksana.
22) Kontraktor harus dapat menjaga keadaan site tempat bekerjanya selalu bersih
selama pemasangan instalasi, semua sisa bahan dan sampah harus diangkut dari
site. Pada akhir penyelesaian, kontraktor harus memeriksa keseluruhan
pekerjaan dan harus dalam keadaan rapi, bersih, dan siap digunakan.
32
24) Gambar-gambar Kerja
Setelah daftar bahan dari perusahaan dengan keadaan lapangan / lokasi
pemakaian disetujui oleh Perencana, Pelaksana harus menyerahkan gambar-
gambar kerja atau pelaksanaan untuk mendapat persetujuan Direksi/Pengawas.
Dalam gambar kerja ini dengan jelas harus terlihat dan dijamin bekerjanya alat-
alat didalam sistem secara keseluruhan. Bila dirasa perlu adanya perubahan-
perubahan atau penyimpangan dari pada sistem yang direncanakan sehubungan
dengan daftar bahan yang diajukan tanpa merubah fungsi sistem serta maksud
sistem semula/sebenarnya, dapatlah diajukan dengan memberikan alasan yang
tepat. Perubahan diatas harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas dan
tidak membawa akibat tambahan biaya bagi Pemberi Tugas.
27) Contoh
Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan/material yang akan dipasang untuk
meminta persetujuan Pemberi Tugas / Perencana dan semua biaya berkenaan
dengan penyerahan contoh-contoh ini menjadi tanggung jawab Pelaksana.
28) Garansi
Semua pekerjaan, bahan dan perlengkapan harus digaransikan selama 120
(seratus dua puluh hari), semua bahan, material, perlengkapan dan pekerjaan
yang tidak baik harus secepatnya diganti serta diperbaiki oleh Pelaksana tanpa
Biaya Tambahan.
b) Semua kabel harus dipasang lurus atau sejajar dan jari-jari lengkungan
tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik pembuatnya.
c) Kabel-kabel feeder harus diklem dengan klem khusus atau dengan besi siku
yang dicat anti karat.
d) Kabel-kabel yang turun dari plafond ke stop kontak dengan saklar melalui
dinding bata memakai pipa PVC. Diameter pipa yang digunakan disesuaikan
dengan kabel yang dipakai.
g) Kabel-kabel yang dipasang di dalam dak beton, kolom beton, dinding beton
harus menggunakan pipa PVC.
33
h) Hantaran-hantarannya yang tidak ditarik diatas langit-langit seperti
pemasangan pada kolom beton, maka pipa-pipa sudah harus dipersiapkan
sebelum pengecoran beton dilakukan, termasuk kotak-kotak saklar dan lain
sebagainya.
o) Semua kabel dikedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel merk yang
jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
q) Pada raute kabel setiap 25 meter dan setiap belokan harus ada tanda arah
jalannya kabel.
b) Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan bata
merah diberi pasir dan ditanam minimal sedalam 60 cm.
c) Untuk yang melintasi dibawah jalan harus ditanam sedalam 90 cm, dengan
perlindungan pipa GIP yang diameternya disesuaikan dengan jumlah kabel.
Demikian pula untuk kabel instalasi yang harus dipasang didalam tanah
tidak melintasi jalan sedalam 60 cm dengan perlindungan pipa GIP.
d) Kabel-kabel yang ditarik didalam selokan, kabel harus saling terpisah dan
selokan kabel ini harus berjarak tidak kurang dari 30 cm dari pipa-pipa gas,
air dan lain-lainnya.
e) Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang didalam tanah harus bersih
dari bahan-bahan yang dapat merusak isolasi kabel seperti : Alas galian
(lubang) dilapisi dengan pasir setebal 7,5 cm sebelum kabel diletakkan,
kemudian kabel ditutup dengan pasir sesuai dengan gambar kerja dan
dipadatkan, diatasnya diberi bata dan ditutup dengan tanah urug.
34
3) Penyambungan Kabel Penerangan NYM dan Stop Kontak.
a) Semua penyambungan kabel dilakukan dalam kotak penyambungan yang
khusus, Pelaksana harus memberikan brosur mengenai cara-cara
penyambungan yang dinyatakan oleh pabrik, sebelum memasangnya.
c) Semua kabel type NYY/NYFGbY tidak boleh ditanam secara langsung dalam
tembok, apabila melintas dalam tembok harus dilindungi dengan pipa PVC
kelas AW dengan ukuran diameter yang lebih besar.
b) Sparing pipa menggunakan pipa galvanis yang ukurannya dua tingkat pipa
instalasi dari merk : PPI atau Bakrie.
35
d) Semua teknik pelaksanaannya itu yaitu : percabangan, pembelokkan dan
sebagainya harus mengunakan fitting-fitting yang sesuai yaitu : Socket,
Elbow, T-doos, Terminal, Isolasiban, klem besi dan lain-lain
9) Grounding
a) Semua panel, lighting fixtures, stop kontak dan bagian-bagian metal yang
berhubungan dengan instalasi harus digrounding.
b) Setiap bagian instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan
sesudah bagian tertutup sehingga hasil baik menurut PLN, spesifikasi dan
pabrik.
d) Semua panel listrik sebelum dipasang dan sesudah dipasang harus diuji
tegangan dan tahanan isolasi dalam kondisi baik. Juga harus diuji sistem
kerjanya sesuai spesifikasi yang diisyaratkan.
36
Pasal 17
ADMINISTRASI PROYEK
1) Laporan Proyek
a) Kontraktor harus membuat Laporan fisik proyek berupa : Laporan Harian,
Laporan Mingguan & Laporan Bulanan dikumpulkan pada setiap akhir bulan.
b) Konsultan Pengawas akan memeriksa kebenaran laporan yang dibuat
kontraktor.
2) Dokumentasi Foto Proyek
a) Foto proyek diambil pada awal proyek sampai akhir pekerjaan dinyatakan
selesai 100%
b) Tahapan pengambilan dokumen rekaman proyek diatur sedemikian rupa
sehingga point-point pekerjaan penting tidak terlewatkan.
c) Pengambilan photo rekaman proyek juga dilakukan setiap bulannya sebagai
lampiran kelengkapan administrasi pada saat pengajuan laporan bulanan.
d) Photo yang diambil harus menggambarkan kegiatan pelaksanaan pada saat
: 0% , 30% , 60% , 80% dan 100%.
Pasal 18
SERAH TERIMA PEKERJAAN
18.1. UMUM
Pekerjaan seluruhnya harus sudah diserahkan secara lengkap dan baik kepada
Direksi Teknisatau Pemberi Tugas sebagaimana tercantum didalam surat
perjanjian pekerjaan ini.
Pasal 19
PENUTUP
1) Semua syarat-syarat yang tercantum didalam spesifikasi teknis umum ini harus
dilaksanakan dengan baik dan benar oleh kontraktor serta mengikuti petunjuk-
petunjuk Teknis dari Direksi Teknis Kegiatan dan konsultan Pengawas.
2) Semua ketentuan–ketentuan yang belum tertuang dalam spesifikasi teknis umum
ini akan diatur pada waktu Aanweijzing, Petunjuk Teknis lainnya yang dianggap
perlu, akan dijelaskan oleh Direksi Teknis Kegiatan pada saat mulai pelaksanaan
dan sedang berlangsung kegiatan pekerjaan.
3) Walaupun spesifikasi teknis umum ini tidak lengkap dicantumkan satu persatu
mengenai bahan dan lain-lain, tapi tercantum dalam Aanweijzing, maka pekerjaan
tersebut harus dikerjakan dan bukan merupakan pekerjaan tambahan.
37
BAGIAN II - SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS
PASAL 1
DATA TEKNIS PEKERJAAN
PASAL 2
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Adalah papan nama berukuran 1.00 x 0.60 m’ yang dipasang pada jalan
lingkungan yang berada di dekat lokasi pekerjaan . Papan nama proyek
mencantumkan identitas pekerjaan seperti : Nama pekerjaan , Nama – nama
Rekanan terkait , Jangka Waktu Pekerjaan , dan lain – lain yang dianggap perlu.
Contoh :
38
PASAL 3
PEKERJAAN STRUKTUR BETON
1) Lingkup Pekerjaan
a) Adalah pekerjaan pemasangan beton kolom praktis dengan dimensi
penampang seperti yang tercantum dalam detail gambar rencana. Lingkup
pekerjaan mulai pengadaan bahan, tenaga kerja, alat bantu , perakitan
tulangan baja, pembuatan bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting
yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis umum.
3) Metoda Pelaksanaan.
a) Pekerjaan Fabrikasi Pembesian
i) Fabrikasi penulangan kolom dibuat berdasarkan bar bending schedule
(jadwal pembengkokan pembesian) untuk mengetahui prioritas
pelaksanaan pembesian atau urutan pembuatan/fabrikasi pembesian
berdasarkan kebutuhan dilapangan.
ii) Pemasangan kayu 6/12 dasar pijakan untuk pipe support. Pipe support
dipasang dan dikunci pada kayu 6/12 dan ujung atas pipe support dikunci
ke balok pengkaku 6/12
39
e) Pekerjaan Pengecoran
Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, maka semua persyaratan pelaksanaan
pengecoran kolom berpedoman dengan Spesifikasi teknis umum Pekerjaan
Beton.
f) Pekerjaan akhir
Pembongkaran bekisting, perawatan beton, dan perapihan beton ekspos seperti
yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis umum
PASAL 4
PEKERJAAN DINDING BATA
1) Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan untuk
pekerjaan pasangan bata dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan RKS.
2) Persyaratan Bahan-bahan :
a) Semen
Semen untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya seperti semen yang
ditentukan untuk pekerjaan beton.
b) Pasir
Pasir untuk pekerjaan pasangan harus sama kualitasnya dengan pasir yang
ditentukan untuk pekerjaan beton. Gradasi pasir yang dipakai minimum 0,35
mm. Kadar Lumpur maksimum 5 %.
c) Air
Air yang dipakai untuk pekerjaan pasangan harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam pekerjaan beton.
d) Bata
Bata harus bata biasa dari tanah liat, hasil produksi lokal dengan ukuran
10x5x20 cm yang dibakar dengan baik dan bersudut runcing dan rata, tanpa
cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang diperoleh di
suatu daerah mungkin berbeda dengan ukuran tersebut diatas harus
diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut dan
minimum harus mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm.
40
Keras dan tidak mudah patah
Tidak terlihat garis-garis retak dan lubang-lubang
Harus satu ukuran dan satu kualitas (kalau ada perbedaan tidak boleh
lebih besar dari 3 mm)
Memenuhi syarat-syarat PUBI 1982
ii) Pemborong harus menyerahkan sample bata yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas Lapangan, batu bata
yang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat harus segera dikeluarkan
dari site.
Komposisi adukan :
- Adukan waterproof (kedap air) ; 1 pc : 2 ps
- Adukan biasa ; 1 pc : 4 ps
3) Metoda Pelaksanaan :
b) Cara dan perlengkapan untuk pengangkutan bata atau adukan harus
sedemikian rupa sehingga tidak merusak bata atau menunda pemakaian
beton.
d) Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan lama atau hujan besar. Adukan
yang hanyut karena hujan harus segera disingkirkan.
f) Pada waktu pemasangan bata tersebut harus bebas dari air yang melekat.
g) Bata harus dipasang dengan baik, rata, horizontal, dikerjakan dengan alat-
alat pengukur datar ataupun tegak, “lot”, dan sebagainya, sambungan sama
rata, sudut persegi, nada tegak tidak segaris (silang) permukaan baik dan
rata, “bergiri” (tiap sambungan saling menutup).
k) Jika setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada bata yang menonjol atau
tidak rata, maka bagian-bagian ini harus dibongkar dan diperbaiki kembali
atas biaya Pemborong.
m) Sebelum pemasangan, semua bata harus dibasahi dengan air bersih sampai
jenuh atau direndam dengan air.
n) Bata yang pecah dengan ukuran yang kurang dari setengah tidak dibenarkan
untuk dipakai. Untuk yang patah dua tidak boleh melebihi 5%.
41
p) Semua pemasangan harus terikat kuat dengan kolom, dinding-dinding beton,
balok atau pelat beton dan bagian-bagian struktur lainnya, dengan memakai
stek-stek besi beton.
PASAL 5
PEKERJAAN PLESTERAN
1) Lingkup Pekerjaan
a) Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding dan afwerking beton ini adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat dan alat
angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran, sehingga
dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
2) Persyaratan Bahan
a) Semen Portland harus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh
Pekerjaan).
3) Persyaratan Pelaksanaan
a) Plesteran dilaksanakan sesuai spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai
petunjuk dan persetujuan perencana / MK dan persyaratan tertulis dalam
uraian dan syarat pekerjaan ini.
42
ii) Untuk adukan kedap air, harus ditambah dengan daily bond, dengan
perbandingan 1 bagian pc : 1 bagian daily bond.
i) Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda jenisnya yang bertemu dalam satu
bidang datar, harus diberi naat (tali air) dengan ukuran lebar 0,7 cm dalamnya
0,5 cm kecuali bila ada petunjuk lain di dalam gambar.
43
III Pek. Waterproofing
1) Lingkup Pekerjaan
a) Adalah pengadaan bahan water proofing, penyediaan tenaga kerja dan alat
bantu untuk pemasangan lapisan water proofing sesuai dengan lokasi yang
tercantum pada gambar kerja.
b) Bila mana tidak dicantumkan pada gambar-gambar detail, maka pada setiap
pekerjaan dag atap terbuka, lantai keramik lantai dan bagian-bagian lain yang
dinyatakan dalam gambar rencana diharuskan untuk pelapisan water proofing
3) Metoda Pelaksanaan
Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang berpengalaman
dan terlebih dahulu mengajukan metoda pelaksanaan sesuai dengan spsifikasi
pabrik kepada konsultan Pengawas. Terlebih dahulu kontraktor harus memeriksa :
i) Area kerja dibersihkan dari segala jenis kotoran, minyak sehingga tidak
menganggu daya lekatnya.
ii) Area kerja juga harus bebas dari lalu lintas atau kegiatan lain yang dapat
menimbulkan gangguan fisik pekerjaan.
iii) Menyiapkan sampel produk lengkap dengan brosur dan meminta persetujuan
konsultan pengawas.
PASAL 6
PEKERJAAN KOSEN , PINTU , JENDELA , KACA , SERTA PERLENGKAPAN KUNCI
DAN ALAT PENGGANTUNG
1) Lingkup Pekerjaan
b) Pekerjaan ini meliputi seluruh pintu dan jendela rangka aluminium, lengkap
dengan yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar rencana.
2) Persyaratan bahan-bahan :
44
b) Persyaratan bahan yang digunakan harus memenuhi uraian dan syarat-syarat
dari pekerjaan aluminium serta memenuhi ketentuan-ketentuan dari pabrik
yang bersangkutan.
d) Ketahanan terhadap air dan angin untuk setiap type harus disertai hasil test,
minimum 100 kg/m2.
e) Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr dan terhadap tekanan
air 15 kg/m2 yang harus disertai hasil test.
f) Bahan yang diproses fabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan
bentuk toleransi ukuran, ketebalan, kesikuan, kelengkungan dan pewarnaan
yang dipersyaratkan.
g) Accessories
Sekrup dari stainless stell galvanized kepada tertanam, weather strip dari
vinyl, pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus
ditutup caulking dan sealant. Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium
terbuat dari stell plate tebal 2-3 mm, dengan lapisan zink tidak kurang dari
(13) micron sehingga dapat bergeser.
h) Bahan Finishing
Treatment untuk permukaan kosen jendela dan pintu yang bersangkutan
dengan bahan alkaline seperti beton, aduk atau plaster dan bahan lainnya
harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive treatment
dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation
lainnya.
i) Standard ASTM
- C 509 - Cellular Elastomeric Performed Gasket and Sealing
Material.
- C 2000 - Classification system for Rubber Products in Automatic
Applications.
- C 2287 – Non – rigid Vinyl Chloride Polymer and copolymer Moulding and
Extinasion Compounds.
3) Persyaratan Pelaksanaan :
45
6. Semua sampul harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan, jenis alloy,
warna dan pekerjaan dimana bahan tersebut akan dipakai
8. Kaca harus disimpan dan diamankan dari karat, guratan, goresan dan
kemungkinan pecah.
9. Pekerjaan ini harus di tangani oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang
tersebut diatas.
12. Prioritas proses fabrikasi, harus sudah siap sebelum pekerjaan di mulai,dengan
membuat lengkap dahulu shop drawing dengan petunjuk Konsultan Pengawas
meliputi gambar denah, lokasi, merk, kualitas, bentuk,ukuran.
13. Semua frame/kosen baik untuk dinding, jendela dan pintu dikerjakan secara
fabrikasi dengan teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasil nya
dapat dipertanggung jawabkan.
14. Pemotong aluminium hendak nya di jauh kan dari material besi untuk
menghindarkan penempelan debu besi pada permukaan nya.Didasarkan untuk
mengerjakan pada tempat yang aman dan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaan nya.
15. Pengelasan dibenarkan menggunakan non-activated gas (argon) dari arah
bagian dalam agar sambungan nya tidak tampak oleh mata.
16. Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup,
rivet, stap, dan harus cocok.Pengelasan harus rapi untuk mamperoleh kualitas
dan bentuk yang sesuai dengan gambar.
17. Angkur-angkur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari steel plate setebal 2-
3 mm dan ditempat kan pada interval 600 mm.
18. Penyekrupan harus di pasang tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti
karat/stainless stell, sedemikian rupa sehingga hari line dari tiap sambungan
harus kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 1.00
kg/cm2.
46
19. Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10-25 mm
yang kemudian diisi dengan beton ringan/grout.
22. Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding agar
diberi sealant supaya kedap air dan kedap udara.
23. Tepi bawah ambang kosen exterior agar dilengkapi flashing untuk
penahan air hujan.
24. Kaca (floated glass) harus standard yang jernih, dari pabrik yang disetujui dan
yang tebalnya seperti yang disebut dalam gambar atau syarat dan spesifikasi
khusus.
25. Dempul untuk memasang kaca ke kusen-kusen kayu harus diperoleh dari
leveransir yang terkenal dan disetujui. Dempul untuk pemasangan kaca pada
waktu diterima, dikaleng, tidak boleh kering atau sudah mengeras.
26. Kaca harus dipotong menurut ukuran kusen, dengan kelonggaran sesuai standar
pabrik, lalu dipasang dan dikukuhkan memakai dempul kaca dan lat-lat kayu
dan dipaku dengan sekrup.
27. Kaca harus dipotong menurut panjang yang dikehendaki dengan diberi lowongan
sedikit lalu dimasukkan kedalam jalur kusen yang sebelumnya sudah diberi
dempul kaca.
28. Daun-daun kaca tersebut dipasang dengan kokoh memakai list kayu kecil yang
keras.
29. Kaca harus dipasang lurus dan tegak lurus, harus distel ditengah-tengah dengan
hati-hati sampai kerenggangan (clearence) yang sama.
30. Sebelum pemasangan kaca, semua kotoran dan bekas minyak harus
dibersihkan, sehingga tidak mengganggu pekerjaan perekatan.
31. Kaca diidentifikasi dengan tanda-tanda peringatan menggunakan tape atau cara
lain yang tidak membekas pada kaca setelah dibersihkan.
32. Semua pekerjaan terpasang harus dilindungi dari akibat pekerjaan lain seperti
cipratan cat, plesteran, noda atau percikan las
47
PASAL 7
PEKERJAAN LANTAI
1) Lingkup Pekerjaan
b) Pekerjaan pelapis dinding ini khusus untuk bagian dalam bangunan / interior,
seperti toilet dan dinding lain sesuai dengan petunjuk pada gambar rencana.
2) Persyaratan Bahan :
a) Dipakai keramik produksi dalam negeri, jenis dan ukuran sesuai dengan
gambar rencana.
b) Bahan yang akan dipasang harus dipilih. Yang cacat, tidak siku, berbeda
ukuran, bergelombang permukaannya tidak boleh dipasang.
d) Perekat yang dipakai adalah adukan semen pc ditambah additive dan air
(additive yang dipakai adalah yang bersifat menambah daya rekat adukan,
produk Sika atau yang setaraf).
3) Syarat-syarat Pemasangan
d) Dinding tegak lurus, sesuai dengan gambar, Permukaan “rata” tetapi tidak
licin sehingga permukaan telah terbentuk dan tidak licin penempelan keramik
menjadi mudah, kokoh dan tidak bergelombang.
48
timbangan arah horizontal maupun vertical untuk meluruskan pemasangan,
besarnya siar adalah 4 mm.
g) Pengisian siar dengan adukan Sika Tile Grout + air. Permukaan harus
langsung dibersihkan dengan kain pel yang basah sampai bersih sekali.
Pembersihan ini tidak boleh sama sekali ditunda-tunda karena kotoran /
plesteran yang menempel pada keramik apabila terlanjur mengering akan
sukar sekali dibersihkan.
PASAL 8
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
1) Lingkup Pekerjaan
a) Adalah pengadaan bahan, penyediaan tenaga kerja dan alat Bantu untuk
pekerjaan pemasangan plafond Gybsum dan list profil gypsum.
2) Persyaratan Bahan :
a) Sesuai persyaratan standarisasi yang berlaku :
1. PUBI : 54, 1982
2. PUBI : 58, 1982
3. NI : 4
4. ASTM : D – 361
5. BS No. 3900, 1970
6. AS K – 41
3) Syarat-syarat Pemasangan
a) Rangka adalah rangka fabrikasi untuk pengantung ceiling Gypsum.
Pemasangannya sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh pabrik yang
bersangkutan atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
b) Wire rod harus digantung pada angle clip yang dipasang pada beton atau
rangka kuda-kuda, wire rod harus dapat mendukung beban minimum 222,5
kg atau sesuai persyaratan. C chanel digantung pada wire rod dengan
memakai U clamp sebagai pengikatnya. Jarak antara C chanel yang satu
dengan yang berikutnya 120 cm atau sesuai dengan gambar. Besi hollow
rangka gybsum akustic dipasang pada C chanel dengan memakai chanel
clamp. Jarak besi hollow minimal 40 cm atau sesuai gambar.
d) Seluruh permukaan langit-langit ini harus datar air (water pass). Celah-celah
harus benar-benar lurus dengan polanya sesuai dengan gambar. Setiap
pertemuan Gypsum ditutup dengan adhesive tape yang khusus disediakan
untuk itu, kemudian diratakan dengan plester plafond Gypsum sehingga
seluruh bidang langit-langit tidak terlihat sambungan plafond Gypsum dan
permukaan rata.
49
e) Semua pertemuan langit-langit dengan bidang vertikal diisi dengan wall
angles type W, kecuali pada gambar ditentukan lain
j) Permukaan sambungan plafond Gypsum yang telah diberi dempul dan kering,
diampelas sehingga rata dan halus.
PASAL 9
PEKERJAAN PENGECATAN
1) Lingkup Pekerjaan
a) Adalah pengadaan bahan, penyediaan tenaga kerja dan alat Bantu untuk
pekerjaan pengecatan khususnya cat tembok .
b) Kontraktor harus mengajukan sample daftar warna dari pabrik pembuatnya, dan
brosur produk kepada Konsultan Pengawas.
2) Persyaratan Bahan :
50
- Kepadatan rata-rata : 37 %
- Tebal pada lapisan kering : 2 (dua) kali lapisan (70 micron).
c) Cat yang akan digunakan berada didalam kaleng-kaleng yang masih disegel,
tidak pecah/bocor dan mendapat persetujuan Direksi.
d) Aplikasi dengan roll atau kuas (untuk bidang kecil) pengencer dengan air
bersih sebesar 0 – 5 % dari volume cairan cat.
e) Kaleng cat yang digunakan masih disegel, tidak pecah atau bocor dan
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Pengiriman cat harus
disertakan sertifikat dan dijamin keasliannya. Pemborong bertanggung
jawab, bahwa bahan cat adalah tidak palsu dan sesuai dengan RKS.
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
Permukaan dinding sudah rata / mering dan halus serta rapih, dianggap
wajar oleh konsultan Pengawas untuk dilapisi dengan cat.
Semua proses pengecatan harus mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat
cat tersebut.
b) Kemudian dilapisi dengan cat dasar / primer/ berupa laisan cat alkali.
c) Pada bagian dimana banyak terjadi reaksi alkali dan rembesan air harus
diberi lapisan Wall Sealant.
51
f) Cat tembok dalam menggunakan cat air sejenis nippon pain ( 3 lapis )
D.Cat Plafon
Jenis cat yang dipakai adalah jenis cat minyak setara Nippon Paint
PASAL 10
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
I. PENDAHULUAN
Sistem Elektrikal yang dirancang untuk digunakan di dalam pekerjaan ini didasarkan
atas uraian penugasan sebagaimana tertulis di dalam buku Kerangka Acuan Kerja
(KAK) dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta mempertimbangkan
berbagai aspek yang lazimnya digunakan dalam merancang system Elektrikal pada
Bangunan Gedung, sesuai dengan tujuan penggunaannya, agar diperoleh hasil yang
optimal baik secara fungsi maupun penggunaannya.
Aspek-aspek tersebut antara lain adalah:
Fungsional
Ekonomis
Estetis
Keandalan
Kemudahan perawatan dan operasional
Keamanan
Kenyamanan
Keterlaksanaan
Memenuhi persyaratan dan standar yang berlaku.
a. PUIL
b. Standar-standar PLN, TELKOM, SII, SNI.
c. Peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen PU Mengenai Tata Cara
Perancangan Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung.
d. Peraturan-peraturan dan standar-standar yang ditentukan oleh VDE, DIN, NEMA,
IEC, BS, JIS, FOC, NFPA, NEC dll.
e. Peraturan-peraturan dan standar-standar lainnya.
Instalasi / Sistem Sumber Daya dan Distribusi Listrik dapat dibagi menjadi dua
bahagian, yaitu instalasi listrik arus kuat dan instalasi listrik arus lemah. Adapun
lingkup/jenis perkerjaan kedua system elektrikal tersebut adalah :
52
A. Instalasi Listrik Arus Kuat.
- Instalasi Penerangan.
- Instalasi Stop Kontak.
- Instalasi Penyediaan Daya (tegangan rendah dan tegangan menegah)
- Penyediaan Daya Darurat (Diesel-Generating Set)
- Instalasi Pentanahan / Grounding.
- Pemasukan Api daya listrik ke PLN
- Pengadaan AC stara panasonic
Mengingat bahwa di dalam standar penerangan ini tidak diperlukan suatu angka
yang presisi disebabkan adanya maintenance factor, derajat keusangan armatur
dan lampu (depreciation), kondisi lingkungan dan sebagainya, maka penerangan
yang dihasilkan akan relatif (sedikit) lebih besar dari standar penerangan
tersebut.
Untuk mencapai kriteria hemat energi, besar pengunaan daya penerangan akan
dibatasi tidak lebih dari 15 W/m2.
Dalam hal ini akan digunakan lampu dan perlengkapan dari jenis hemat energi,
misalnya lampu TL (fluorescent) yang dilengkapi low loss ballast dan power
correction capasitor untuk penerangan umum (general lighting) dan lampu PL /
SL untuk lampu estetika (down light).
Armatur lampu untuk setiap pengunaan akan dipilih sesuai dengan kebutuhan
dengan memperhatikan efek silau (glare effect) yang ditimbulkan.
Sedapat mungkin dihindarkan pengunaan lampu pijar yang tidak hemat energi.
Untuk penerangan pada saat pertandingan malam hari yang memerlukan daya
listrik yang cukup besar dipakai intlasi listrik dari penyediaan daya darurat dari
Genset.
b. Sistem Distribusi
Penyediaan daya penerangan dilakukan secara radial melalui panel penerangan
(LP) di masing-masing bagian, terpisah dari panel daya stop kontak.
53
Masing-masing panel penerangan mendapat satuan daya langsung dari panel
sub-distribusi (SDP) melalui kabel NYY / NYFGbY sesuai dengan kebutuhan.
Alat pengaman kabel yang digunakan adalah MCB, MCCB atau ACB.
b. Sistem Distribusi
Keseluruhan stop-kontak akan dicatu dari panel daya yang terpisah dari panel
penerangan untuk membatasi dan mempermudah penelusuran gangguan
(trouble shooting).
Jenis kabel instalasi stop-kontak adalah kabel NYM 3 x 2.5 mm2 diletakkan
didalam konduit high-impect heavy-duty yang digelar di atas cable tray.
a. Sistem Distribusi
Instalasi penyediaan tegangan rendah dan distribusinya, dimulai dari titik terminal
tegangan rendah trafo distribusi 20 kV / 400 V menuju ke panel utama tegangan
rendah (LVMDP) dan selanjutnya ke panel-panel sub distribusi daya (SDP), panel
daya (PP)dan panel-panel penerangan (LP).
Sistem distribusi daya tegangan rendah akan dirancang secara radial mengikuti
standar PUIL, yaitu sistem PNP (Pentanahan Netral Pengaman) dengan sistem 3
fasa – 4 kawat pada tegangan normal 220/380 V, 50 Hz.
2. Panel-panel harus terbuat dari plat besi setebal minimal 2 mm dengan rangka
besi dan seluruhnya harus di lapisi zichromate dan cat duco dua kali dan harus di
54
cat dengan cat bakar, dimana warna dan cat akan ditentukan kemudian oleh
pihak Owner. Pintu panel-panel harus dilengkapi dengan master key.
Accecories Panel
Bus bar, terminal – terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnya harus
buatan pabrik dan berkualitas dan dipasang di dalam panel dengan kuat dan tidak
boleh ada bagian yang bergetar.
Busbar
Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-
T, 1 busbar netral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhitungkan dengan besar arus yang mengalir dalam busbar tersebut tanpa
menyebabkan kenaikan suhu lebih besar dari 65 o C. Untuk itu penampang
busbar harus sesuai ketentuan dalam PUIL.
Setiap busber copper harus diberi warna sesuai dengan peraturan PLN, dimana
lapisan warna busbar tersebut harus tahan terhadap panas yang timbul.
Busbar harus dicat sesuai dengan kode warna PUIL sebagai berikut :
Phasa : Merah, Kuning dan Hitam
Netral : Biru
Ground : Hijau / Kuning
Circuit Breaker
Penggunaan MCCB untuk :
- Outgoing pada PDTR.
- Incoming pada kabel beban sampai dengan minimal 20A 1 phase.
- Breaking capasity sesuai dengan gambar perencanaan.
Penggunaan MCB :
Cicuit breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneuose magnetic unit.
Main Circuit Breaker dari setiap panel emergensi harus dilengkapi shunttrip
terminal.
Alat Ukur
55
Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan
getaran . Untuk Amperemeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan
skala linier dan ketelitian 1% dan bebas pengaruh induksi serta bersertifikat tera
dari LMK / PLN ( minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur ). Komponen-
komponen pengukuran yang dipakai :
- KW Meter
- Amperemeter
- Volmeter
- Frequency Meter
- Cos Phi Meter
-
c. Kabel Tegangan Rendah.
Untuk keperluan penyaluran daya secara radial antar panel, terdapat dua cara
instalasi yang harus dilakukan, yaitu melalui tanah (mengunakan kabel NYFGbY)
dan melalui shaft / ruang di atas ceiling (mengunakan kabel NYY).
Sedangkan penyaluran daya ke peralatan – peralatan listrik (motor-motor, unit-
unit air conditioner dan peralatan lainnya) mengunakan kabel daya jenis NYY.
Luas penampang kabel daya distibusi tersebut minimum, sesuai dengan beban
yang dipikul kabel tersebut standar minimum kabel daya sebagaimana disebutkan
di dalam PUIL.
Sedangkan kabel instalasi penerangan dan stop-kontak biasa dirancang
mengunakan kabel jenis NYM dengan luas penampang minimum 2.5 mm 2.
Perhitungan dimensi kabel yang digunakan dihitung berdasarkan arus yang akan
mengalir (ditentukan oleh arus maksimum dan faktor kebutuhan), panjang kabel ,
metode instalasi dan besar tegangan jatuh yang diijinkan.
Dalam hal ini besar tegangan jatuh yang diijinkan untuk sistem distribusi adalah.
untuk beban motor : sampai 6 %
untuk beban penerangan : sampai 3%
Selanjutnya, perhitungan tegangan jatuh dilakukan dengan persamaan berikut :
√3 x L x I x DF x PF
VD = volt
56 x N x A
Dalam hal ini :
L : panjang kabel [m]
I : arus maksimum [A]
DF : demand factor / faktor kebutuhan,
= 0.7 untuk penyediaan daya penerangan dan stop-kontak
= 0.8 untuk penyediaan daya mesin A/C
= 0.5 – 0.6 untuk penyediaan daya pompa
= 1.0 untuk penyediaan daya lift dan deep well
= 0.9 untuk penyediaan daya trafo
= 1.0 untuk penyediaan daya genset
56 : conductivity tembaga
N : jumlah konduktor per phasa
A : luas penampang konduktor [mm2]
VD
VD(%) = x 100%
56
380
Seluruh batasan (rating) dan tingkat kemampuan dari peralatan pengaman dipilih
sedemikian rupa, sehingga diperoleh selectivity yang baik (dikatakan juga
mempunyai diskriminasi yang baik).
Selanjutnya kapasitas pemutusan, (breaking capacity) dari masing-masing
peralatan pengaman (ACB, MCCB dan MCB ) ditentukan berdasarkan perhitungan
arus hubung-singkat yang terjadi disisi “down stream” dari peralatan pengaman
yang bersangkutan.
CxV
I hs =
V3 x Z
dalam hal ini :
c = c1 = 1.1 untuk sisi MT 20 kV
c = c2 = 1.0 untuk sisi TR 220 / 380 V
Z = impedansi jaringan sampai titik gangguan hubung
singkat.
57
Dari hasil perhitungan dapat diketahui besar arus hubung singkat di setiap titik
panel, sehingga dapat di tentukan breaking capacity peralatan pengaman yang
harus di pasang pada panel bersangkutan.
PASAL 11
PEKERJAAN SANITAIR/SANITASI
1) Lingkup Pekerjaan
a) Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pemasangan, penyetelan dan pengetesan
dari semua peralatan instalasi sanitair, pekerjaan plumbing dan septik tank
yang disebutkan dalam spesifikasi ini.
2) Persyaratan bahan
a) Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan pada Konsultan Pengawas
beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
b) Jika dipandang perlu diadakannya penukaran/penggantian bahan, pengganti
harus disetujui Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang dilakukan oleh
Kontraktor.
3) Metoda Pelaksanaan
a) Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang
ada dan kondisi dilapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan,
pemasangan sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai
gambar.
b) Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antar gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas.
ii. Peralatan dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi
baik, tidak ada bagian yang gompal, retak atau cacat-cacat lainnya dan
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
58
iv. Untuk kedudukan dasar kloset papan jati tua tebal 3 cm dan telah
dicelupkan kedalam larutan pengawet tanah air, dibentuk seperti dasar
kloset. Kloset disekrup pada papan tersebut dengan sekrup kuningan.
g) Pekerjaan Kran
i. Semua kran yang dipakai adalah kran standard atau setara. Ukuran
disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai dengan gambar
plumbing dan brosur alat-alat sanitair. Keran-keran tembok dipakai yang
mempunyai ring ring dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding.
ii. Stop kran digunakan yang standard dengan bahan Stainlesteel , diameter
dan penempatan disesuaikan dengan gambar.
iii. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku,
penempatannya harus sesuai dengan gambar.
iii. Floor drain yang dipasang yang telah diseleksi baik, yang tidak cacat dan
disetujui oleh konsultan Pengawas.
iv. Pada tempat-tempat yang akan dipasang Floor drain, penutup lantai harus
dilobangi dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran
sesuai dengan ukuran Floor drain tersebut.
ii. Pipa yang menebus balok sloof, plat lantai harus dilengkapi dengan detail
gambar khusus perkuatan struktur untuk mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas. / Direksi Pekerjaan
iii. Sparing pipa PVC yang menembus lantai diberi pengamanan / ditutup
sementara untuk mencegah benda-benda asing masuk kedalam pipa yang
dapat menyebabkan resiko tersumbat.
iv. Setiap jalur pipa yang tertanam dibawah Lantai harus diuji test kebocoran
sebelum urugan tanah dan pasir dilaksanakan.
Pasal 12
PEKERJAAN PENUTUP
59
2. Segala peraturan yang tercantum dalam bestek dan gambar-gambar serta risalah
Aanwijzing merupakan lampiran dari Kontrak yang tidak dapat dipisahkan dan
merupakan satu kesatuan untuk hal ini pemborong dianggap mengerti.
3. Pemborong harus mengikuti peraturan dari Departemen dan Dinas Tenaga kerja
untuk mengatur upah tenaga buruh.
4. Tentang lampiran Bill Of Quantity yang diberikan ini hanya ancar-ancar saja.
Pemborong harus tetap menghitung sendiri apabila dalam perhitungan perencanaan
Bill of Quantity dirasakan kurang maka pemborong supaya mengajukan perubahan
pada waktu aanwijizing dan apabila ada perubahan, maka akan dimuat pada risalah
aanwijizing dalam hal ini yang mengikat adalah Gambar dan bestek.
5. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari pekerjaan ini yang tidak teruraikan
dan termuat dalam bestek ini, tetapi harus diselenggarakan dan diselesaikan oleh
kontraktor, harus dianggap pekerjaan itu telah diuraikan/ dimuat dalam bestek ini
untuk menuju Penyerahan pekerjaan yang lengkap dan sempurna, sesuai menurut
pertimbangan Direksi.
Demikianlah spesifikasi teknis ini dibuat untuk sebagai pedoman didalam pelaksanaan
nantinya.
DISUSUN OLEH :
60
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS MEKANIKAL
1. Pengadaan dan pemasangan Pipa Penyediaan Air Bersih secara lengkap dari instalasi
existing sehingga sistem dapat bekerja secara baik.
a. Persyaratan Pemipaan
1. Pipa dan fitting air bersih di luar dan di dalam gedung harus menggunakan
bahan jenis Poly Prophylene (PPR).
2. Pemipaan secara umum harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum
pada pasal terdahulu dan segala sesuatu yang tercantum dalam buku
Pedoman Plambing Indonesia.
3. Contoh-contoh bahan dan konstruksi harus diajukan kepada Direksi
Pengawas/Manajemen Konstruksi untuk diperiksa dan disetujui, selambat-
lambatnya 3 (tiga) minggu sebelum pembuatan dan pemasangan.
4. Pemasangan pipa datar harus dibuat dengan kemiringan 1/1000 ke arah
katup/flange pembuangan (drain valve/flange) dan pipa naik/turun harus benar-
benar tegak.
5. Pemasangan pipa mendatar dalam bangunan harus dibuat dengan
kemiringan 1/1000 menuju ke arah pipa tegak/riser.
6. Belokan harus menggunakan long-radius elbow, penggunaan short elbow,
standard elbow, bend dan knee sama sekali tidak diperkenankan.
7. Fitting, peralatan bantu, peralatan ukur dan lainnya yang memiliki tahanan aliran
yang berlebih tidak diperkenankan dipasang kecuali yang disyaratkan pada
buku ini.
8. Pada belokan dari pipa datar ke pipa tegak harus dipasang alat pengumpul
kotoran yang tertutup (capped dirt pocket).
9. Semua alat ukur harus dalam batas ukur yang baik dan mempunyai ketelitian
yang sewajarnya untuk pengukuran.
61
10. Selama pemasangan berjalan, Kontraktor harus menutup setiap ujung pipa
yang terbuka untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lainnya, dengan
dop/blind flange untuk pipa baja dan copper, pemanasan press untuk pipa
PPR/PVC.
11. Setiap jaringan yang telah selesai dipasang, harus ditiup dengan udara kempa
(compressed air) untuk jangka waktu yang cukup lama, agar kotoran kotoran
yang mungkin sudah masuk ke dalam pipa dapat terbuang sama sekali.
12. Ketentuan/Persyaratan teknis tentang instalasi pemipaan, peralatan bantu, dan
yang lainnya telah diuraiakan pada pasal terdahulu
1. Pemipaan air kotor dalam bangunan dari sanitary fixtures sampai tersambung
dengan pipa utama Instalasi ke Septik Tank.
62
3. Untuk hal tersebut di atas Kontraktor harus menyediakan potongan pipa dari
berbagai ukuran yang akan digunakan dan membuat contoh sambungan (mock
up) antara pipa dengan pipa dan pipa dengan fitting untuk ditunjukkan kepada
Manajemen Konstruksi dan mendapat persetujuan untuk penggunaan pipa dan
fitting tersebut serta memberikan jaminan purna jual untuk pipa dan fitting
tersebut.
4. Persyaratan material (kelas, standard dan lainnya), ketentuan cara pemasangan
seperti yang dicantumkan pada bab terdahulu 'Persyaratan Teknis ME'.
b. Sambungan
1. Untuk pipa dengan diameter 100 Mm atau lebih kecil menggunakan perekat
solvent cement.
2. Untuk pipa dengan diameter lebih besar dari 100 mm menggunakan sambungan
dengan rubber-ring bell and spigot.
a. Pemipaan
1. Fitting harus terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa.
2. Fitting harus dari jenis "injection moulded" sedangkan "Welded fitting" sama
sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan dalam sistem pemipaan.
3. Setiap sambungan berubah arah dibuat dengan WYE-45, TEE Sanitair atau
COMBINATION WYE-45 atau LONG RADIUS BEND dengan floor clean out.
4. Pipa vent service harus dipasang tidak kurang 15 cm di atas muka banjir alat
sanitair tertinggi dan dibuat dengan kemiringan minimum sebesar 1%.
5. Kemiringan pipa dibuat sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6. Pipa vent yang menembus atap harus dipasang sekurang-kurangnya 15 cm di
atas atap dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
7. Untuk pipa vent mendatar, jarak tumpuan sama dengan jarak tumpuan pada pipa
air kotor dan bekas.
8. Dalam pemasangan jaringan pemipaan ini, harus diadakan koordinasi dengan
pekerjaan-pekerjaan struktur mengingat adanya penembusan-penembusan
beton lantai maupun dinding.
9. Pemasangan dan penempatan pipa-pipa ini disesuaikan dengan gambar
pelaksanaan dan dimensi dari masing-masing pipa tercakup pula dalam gambar
tersebut.
10. Di setiap floor drain dilengkapi dengan UTrap, untuk mencegah masuknya gas
yang berbau kedalam ruangan.
11. Pada saluran buangan dari prepation area dapur, sebelum masuk ke inlet, sistem
permipaan air kotor bangunan, harus dipasang penyaring kotoran untuk
mencegah penyumbatan di dalam pipa, dan penyaringan lemak menggunakan
instalasi grease trap seperti dalam gambar. Bahan penyaring kotoran terbuat
stainless steel.
12. Pada jalur perpipaan air kotor dan bekas yang mengandung lemak dipasang
floor clean out di setiap belokan dan pada pipa vertikal utama (di setiap pintu
shaft).
13. Sedangkan jalur pemipaan buangan dari laboratorium, area kamar operasi dan
lain-lain, air yang mengandung infeksius dibuang ke bak netralisasi / prefilter
terlebih dulu.
14. Begitu juga pemipaan buangan dari area dapur umum harus dipisahkan dari
lemak di bak penangkap / grease trap.
63
15. Persyaratan material (kelas, standard dan lainnya), ketentuan cara pemasangan
seperti yang dicantumkan pada bab terdahulu 'Persyaratan Teknis ME'.
b. Pengujian Sistem
1. Semua lubang pada pipa pembuangan ditutup.
2. Seluruh sistem pemipaan diisi air sampai ke lubang vent tertinggi.
3. Pengujian dinyatakan berhasil dan selesai bila tidak terjadi penurunan muka-air
setelah lewat 6 (enam) jam.
No Matrial Merk
ATP
1. Pipa Air Bersih
Toro,Genova,SD,Coestherm,
3. Valve Kitzawa,Toyo,Reser
64
BAB IV
PERSYARATAN TEKNIS LISTRIK ARUS KUAT
1. Umum.
Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini. Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban pemborong
untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada
pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
2. Lingkup Pekerjaan.
65
Pekerjaan ini meliputi Panel Low Voltage Main Distribution / LVMDP, Sub
distribution Panel, Panel-panel Daya dan Panel Penerangan termasuk seluruh
peralatan peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi
listrik.
2.2. Kabel Daya Tegangan Rendah
Pekerjaan ini meliputi kabel utama dari Panel Genset ke panel LVMDP, kemudian
kabel-kabel yang digunakan untuk menghubungkan panel satu dengan panel
lainnya serta harus termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
2.3. Instalasi Daya.
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk menghubungkan
panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-peralatan listrik, seperti
Exhaust Fan, Motor-motor Listrik pada peralatan Sistem Mekanikal serta peralatan
lain sesuai dengan Gambar Perencanaan dan Buku Persyaratan Teknis.
2.4. Instalasi Penerangan.
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan panel-panel
penerangan dengan fixture lampu, baik di dalam maupun di luar bangunan, sesuai
dengan Gambar Perencanaan dan Buku Persyaratan Teknis.
2.5. Fixture Lampu.
Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah armature lampu, fitting, ballast, starter,
capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain yang berhubungan dengan
item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang dipilih.
2.6. Sistem Pembumian Pengaman.
Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda
pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan
peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh
peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.
2.7. Peralatan Penunjang Instalasi.
Pekerjaan ini meliputi junction box, conduit, sparing, doos outlet daya, doos saklar,
doos penyambungan, doos pencabangan, elbow, metal flexible conduit, klem dan
peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan Sistem Distribusi
Listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan
jelas di dalam Gambar Perencanaan.
66
LVMDP, SDP, SDP-FH 2 mm 3,0 mm
Plat tutup harus dikerjakan dengan baik dan setiap siku dari plat tutup ini harus
benar-benar 90o. Plat penutup kerangka panel harus disekrup dengan rapi yang
dilengkapi cincin plastic sebelum cincin besi terhadap kerangka panel. Plat penutup
ini harus dapat dilepas-lepas.
Panel dilengkapi dengan tutup atas atau tutup bawah yang dapat dilepas-lepas dan
harus disiapkan lubang serta Compression Cable Glad untuk setiap incoming dan
outgoing feeder.
Pada dinding belakang atau/dan samping diperlukan membuat lubang-lubang
ventilasi yang cukup. Lubang ventilasi ini harus dibuat dengan cara punch dan rapi.
Pada bagian dalam dari dinding yang diberi ventilasi yang di-punch harus dilengkapi
tambahan dinding yang diberi lubang punch, hal ini untuk menjaga masuknya
benda-benda atau tusuk akan pada bagian bagian yang bertegangan dari peralatan
panel.
Engsel yang digunakan harus kuat dan tidak menonjol dan harus diusahakan
tersembunyi serta rapi. Kunci dan handle pintu harus dari type Spagnolet dengan
tungkai penguat bawah dan atas dan dari bahan yang dilapisi vernikel.
Rangka, penutup, cover plate dan pintu seluruhnya harus diberi cat dasar dan
dilapisi dengan powder coating warna abu-abu.
Panel yang berada di luar bangunan harus mempunyai index protection 557.
Ukuran panel diusahakan standart ukuran panel dan disediakan ruang yang cukup
apabila terdapat penambahan peralatan.
Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang diketanahkan
(grounding) dan busbar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel
pentanahan.
2. Busbar dan Terminal Penyambungan
1. Panel harus sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar
dimana busbar pentanahan terpisah.
2. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan bahan perak. Galvanisasi
ini, termasuk pula bagian- bagian yang menempel pada busbar, seperti sepatu
kabel dan lain lain.
3. Pemasangan kabel (untuk semua ukuran luas penampang kabel) pada busbar
dan terminal penyambungan harus menggunakan sepatu kabel.
4. Busbar dan terminal penyambungan harus disusun dan dipegang oleh isolator
dengan baik, sehingga mampu menahan electro mechanical force akibat arus
hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi.
3. Circuit Breaker
1. Circuit breaker yang digunakan dari jenis MCB, MCCB dan ACB yang dilengkapi
dengan thermal overcurrent release dan electromagnetic overcurrent release
yang rating ampere trip-nya dapat diatur (adjustable).
2. Outgoing circuit breaker dari Panel khusus untuk motor-motor harus dilengkapi
dengan proteksi kehilangan arus satu phasa.
3. Circuit Breaker untuk proteksi motor-motor listrik harus menggunakan Circuit
Breaker yang dirancang khusus untuk pengaman motor (Circuit Breaker tipe M).
4. Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang tercantum
dalam Gambar Perencanaan.
5. Tipe Circuit Breaker yang digunakan adalah,
a. < 32 Ampere tipe MCB,
67
b. 40 > sampai dengan 63 Ampere tipe MCCB Fix,
c. < 80 Ampere tipe MCCB Adjustable.
68
1. Panel harus dilengkapi dengan gambar skema rangkaian listrik, lengkap dengan
keterangan mengenai bagian instalasi yang diatur oleh panel tersebut.
2. Gambar skema rangkaian listrik dibuat dengan baik, dilaminasi plastik dan
ditempelkan pada pintu luar panel bagian dalam.
Jenis Kabel
Jenis Kabel Tegangan Rendah yang akan dipakai untuk instalasi daya dan instalasi
penerangan:
1. Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min.0,6 kv
dan 0,5 kv untuk kabel NYM
2. Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah : jenis NYFGbY
dan NYM dan NYA.
3. Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada direksi.
2
4. Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm .
Persyaratan Pemasangan
1. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN
dan PUIL 2000 atau peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.
2. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak
akan lepas atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.
3. Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari pembelokan
tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
69
4. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior tape
dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.
5. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan. Penyambungan kabel untuk
pencabangan harus dilakukan di dalam junction box atau doos sesuai dengan
persyaratan.
6. Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan
tidak boleh melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat kabel.
7. Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung
akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga
bagian konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.
8. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m di
setiap ujungnya
70
Pemasangan Kabel di dalam Bangunan
Pemasangan kabel di dalam bangunan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Pada rak kabel,
- Di dalam dinding.
Pemasangan kabel pada rak kabel
Pemasangan kabel pada rak kabel harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kabel harus diatur rapi
2. Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cm dengan perkuatan
mur baut pada dudukan/struktur rak.
3. Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit (di
dalam High Impact Conduit).
4. Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel di dalam conduit kecuali di
dalam kotak sambung atau kotak cabang.
Rigid Conduit
1. Pemakaian conduit disini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi daya,
instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu pemasangannya
harus dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan dengan pekerjaan Finishing
Arsitektur.
2. Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan dengan
penggunaan jalur untuk utilitas lain seperti instalasi komunikasi, fire alarm, sound
system, matv, ducting AC dan lain-lain sehingga tersusun rapi, kokoh dan tidak
saling mempengaruhi.
3. Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau mengganggu
instalasi utilitas lainnya.
4. Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar diperkirakan tidak mungkin lagi untuk
dilaksanakan, maka Kontraktor wajib mencari jalur lain sehingga pelaksanaan
mudah dan tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap harus sesuai dengan
persyaratan.
5. Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan pipa
conduit di atas plafond harus menggunakan doos dan diantara doos tersebut
dipasang flexible conduit.Pemasangan flexible conduit tersebut harus dilakukan
dengan cara klem.
71
6. Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1 (satu)
kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan grounding,
baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain.
7. Conduit untuk instalasi listrik harus berjarak minimum 50 cm dari pipa air panas.
8. Conduit yang dipasang secara exposed menggunakan Rigid Steel Conduit
(RSC) type thickwall dengan ketebalan minimum 2 mm dan conduit-conduit yang
ditanam di dalam tembok atau beton menggunakan High Impact Conduit.
9. Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1,5 kali
dari total diameter luar kabel yang dilindunginya dan ukuran minimum sebesar
3/4" (minimum diameter dalam adalah 19 mm, atau dinyatakan lain pada
gambar). Oleh karena itu, kontraktor sebelum memasang conduit harus
rekonfirmasi dahulu terhadap kabel yang akan dilindunginya.
10. Ujung ujung conduit harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak merusak isolasi
kabel.
11. Conduit untuk keperluan instalasi satu dengan instalasi lainnya harus dibedakan
dengan cara dicat finish dengan warna yang berbeda sebagai berikut :
a. Instalasi listrik : warna hitam,
b. Instalasi fire alarm : warna merah,
c. Instalasi tata suara : warna putih,
d. Instalasi telepon : warna kuning,
12. Penyusunan konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling
menyimpang.
13. Jumlah sparing (conduit yang ditanam di dalam beton) harus disediakan
minimum sebanyak 120 % dari jumlah kabel yang akan melewatinya atau
minimum mempunyai satu buah sparing lebih banyak dari jumlah kabel yang
akan melewatinya.
14. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuat
sleeve dari pipa galvanis dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
15. Kotak-kontak yang khusus dipasang di dalam outlet box dibawah lantai, harus
dari jenis yang sesuai dengan box dan underfloor duct, rata dengan permukaan
lantai, tahan injakan serta dengan sistem tutup pengaman lubang kotaknya.
Metal Flexible Conduit
Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel :
1. Yang ke luar dari conduit dan masuk ke dalam sparing.
2. Yang ke luar dari conduit ke titik titik lampu.
3. Yang ke luar dari conduit ke mesin mesin atau beban-beban yang lainnya.
4. Pembelokan instalasi.
5. Dan keperluan lain seperti tercantum di dalam Gambar Perencanaan
6. Penyambungan flexible conduit dengan conduit lain harus dilakukan di dalam
doos penyambungan.
7. Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali total
diameter luar kabel yang dilindunginya.
8. Flexible conduit yang digunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk
menahan gangguan gangguan mekanis yang mungkin terjadi.
9. Pemasangan flexible conduit harus menggunakan klem.
Outlet Daya
1. Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SNI, SPLN,
VDE/DIN atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
2. Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
a. Rating tegangan : 250 Volt
b. Rating arus : 16 A atau seperti Gambar Perencanaan
c. Tipe pemasangan : recessed
72
3. Outlet daya dan plug harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik
pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.
4. Outlet daya untuk peralatan Kitchen, Laundry, Koridor, Machine Lift Room harus
dilengkapi dengan lampu indikator, saklar dan label
5. Outlet daya yang digunakan jenis putas & tusuk kontak yang dilengkapi dengan
protector.
6. Outlet untuk Gondola menggunakan jenis 'Waterproof'.
7. Kontraktor harus mengkoordinasikan warna, bentuk dan ukuran outlet daya
dengan pihak Perencana Arsitektur/Interior.
8. Outlet daya dipasang pada dinding atau partisi harus menggunakan doos
dengan ketinggian pemasangan 90 cm untuk ruang kerja, sedangkan pada area
untilitas dan koridoor, penempatan outlet pada ketinggian 30 cm dari permukaan
lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior.
9. Tata letak outlet daya sesuai dengan Gambar Perencanaan dan harus
dikoordinasikan dengan tata letak furnitures.
Rak Kabel
1. Rak kabel yang digunakan untuk menyanggqa kabel-kabel daya kabel instalasi
daya, penerangan serta kabel instalasi arus lemah.
73
2. Rak kabel terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm yang dilapisi Hot Dipped
Galvanised dengan ketebalan lapisan minimum 50 M dan disesuiakan dengan
standart BS 729 (dalam shaft).
3. Rak kabel harus dilengkapi dengan tutup (cover) rakrung penyangga kabel, jarak
antar ruang penyangga kabel maximum 50 cm.
4. Penggantung rak kabel dipasang pada plat beton dengan anchor bolt dan harus
kuat untuk menyangga rak kabel beserta isiannya serta harus tahan pula
menahan gangguan-gangguan mekanis
5. Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang
terbuat dari bahan besi.
Konstruksi
1. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-
benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem ini.
2. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga
dengan konstruksi seperti Gambar Perencanaan.
3. Elektrode pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanized minimum
berdiameter 1 ½ “ diujung pipa tersebut diberi / dipasang copper rod sepanjang
0,5 m. Elektrode pentanahan yang dipantek dalam tanah minimal sedalam 6 m
atau sampai menyentuh permukaan air tanah.
4. Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding
rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
5. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang
terjadi harus lebih kecil dari 50 Volt.
6. Nilai tahanan grounding system untuk panel-panel adalah maximum 0.2 ohm,
diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut.
Kawat Pentanahan
1. Kawat pertanahan dapat dipergunakan kawat telanjang (BCC = bare Copper
Conductor)
2. Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal berpenampang sama
dengan penampang kabel masuk (incoming feeder) untuk penampang kabel
2
yang lebih kecil dari 50 mm
74
Pemasangan
1. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding
rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing masing
titik grounding rod mempunyai tahanan tidak ebih dari 1 Ohm.
2. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup. Tutup bak
kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini
mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat
pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus
sesuai dengan Gambar Perencanaan.
3. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan
gangguan mekanis.
4. Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam di dalam
tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan
peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
5. Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini
dilakukan di dalam bak kontrol.
6. Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di dalam
Gambar Perencanaan.
7. Sistem pembumian harus terpisah dari sistem pembumian :
a. Pembumian instalasi sistem penangkal petir,
b. Pembumian sistem telepon,
c. Pembumian sistem tata suara,
d. Pembumian sistem pengindera kebakaran/fire alarm.
e. Pembumian sistem MATV.
f. Pembumian sistem jaringan komputer LAN dan komputernya sendiri
1. Persyaratan Umum
Dalam spesifikasi ini lampu penerangan diklasifikasikan dalam kategori lampu penerangan dalam,
lampu penerangan luar dan Lampu penerangan darurat.
75
2.1.1. Armature Lampu Recessed Mounted
1. Louvre Aluminium
2. Armatur lampu harus terbuat dari plat baja tebal 0,7mm (termasuk finishing)
dengan penyelesaian cat bakar, dengan kapasitas lampu sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.
3. Housing dan plates, socket bridges, reflector, saluran kabel dan penutup ballast:
terbuat dari baja cold rolled (tebal 0.5 mm). Housing juga harus sesuai dengan
klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar Internasional IEC 598.
4. Cover depan harus berbentuk Louvre dengan standarisasi M6 dengan reflektor
optik berstruktur khusus sehingga menghasilkan intensitas cahaya yang optimal
untuk mencapai illuminasi yang tinggi.
5. Armature dibuat sedemikian rupa hingga ballast dapat diperbaiki atau diganti
tanpa melepas housing armature tersebut.
76
2.1.5. Armature Lampu Dust Proof
1. Armature lampu Dust Proof menggunakan lampu TL.T5 28 Watt/865. Armature harus
memenuhi standar indeks proteksi IP66 dan harus sesuai dengan standar IEC598.
Housing terbuat dari polycarbonate berkualitas tinggi sehingga armature lampu dijamin
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap benturan. Cover lampu bening terbuat dari
clear polycarbonate dan dilengkapi dengan anti-UV.
2. Bracket terbuat dari stainless steel dan harus mudah dipasang pada plafond, lampu
dipasang di permukaan plafond (surface mounting). Housing harus dilengkapi dengan
sealer pada sambungan covernya sehingga menjamin debu, kotoran, dan air tidak
masuk ke dalam kompartment armature tersebut.
77
5.3. DAFTAR MATERIAL
Pabrik pembuat bahan dan peralatan dalam spesifikasi ini pada dasarnya adalah sebagai berikut :
No Material Merk
4 Diesel genset
Engine Cummins, Perkins, Deutz, atau setaraf
Alternator AVK, Stamford, Leroesommer
5 Armatur Lampu ( komplit Set). Artolite, Simplex,Metosu, Saka
6 Lampu TLD
- Fluorescent Philips
- Starter Philips
- Fitting Philips
- Pabrik pembuat Armatur La
7 Saklar & Stop Kontak Schneider,MK,Berker, Clipsal, Legrand,
ABB
8 Kabel. Kabelindo,Metal,Tranka
Suprime.
9 Conduit,TeeDos Clipsal,EGA
78
79