Anda di halaman 1dari 8

5.

7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan Kerja Secara Umum
Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam suatu
proses perancangan pabrik dimana keselamatan kerja ini meliputi seluruh proses produksi dan
distribusi, baik barang maupun jasa. Definisi dari keselamatan kerja itu sendiri adalah keselamatan
yang berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan dan peruses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya. Bahaya yang dapat timbul sedapat mungkin dicegah dan dikendalikan dengan
pengadaan sarana penunjang keselamatan baik berupa teknologi baru yang tepat guna, peralatan
canggih, disiplin kerja serta metode penanganan bahan yang tepat.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa karyawan berkaitan dengan
pekerjaannya, mulai dari rumah hingga ke tempat kerja, dan sekembalinya kerumah melalui jalan
yang biasa ditempuh dan wajar, termasuk penyakit yang didapat akibat kerja. Keselamatan adalah
segala upaya manusia yang sudah direncanakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman,
bebeas dari ancaman bahaya dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3)
mutlak harus dilaksanakan di dalam suatu perusahaan sebagai upaya untuk mencegah dan
mengendalikan kerugian yang diakibatkan dari adanya kecelakaan, kebakaran, kerusakan harta
benda perusahaan dan kerusakan lingkungan serta bahaya – bahaya lainnya.
Usaha pencegahan kecelakaan kerja diatur dengan program dan landasan keselamatan
kerja yang merupakan bagian dari manajemen kegiatan usaha. Kegiatannya mengutamakan
tindakan pencegahan daripada tindakan penanggulangan, terutama ditujukan kepada pekerjaan
yang mengandung risiko dan tingkat kecelakaan yang tinggi. Pekerjaan yang memperhatikan peran
keselamatan kerja akan sangat membantu kelancaran usaha dan menghindari kerugian yang timbul
dalam proses produksi. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang luas, yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia. Perlindungan tersebut bertujuan agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya sehari-
hari secara aman san dapat meningkatkan produktivitas kerja yang dilakukan.
Penerapan K-3 di perusahaan ini sebagai usaha penjabaran dari Undang–Undang No. 1
tahun 1970 dan peraturan K-3 lainnya dalam melakukan perlindungan terhadap semua asset
perusahaan baik sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya.
Landasan Keselamatan Kerja

1. Idiil : Pancasila
2. Struktural : UUD 1945 Pasal 27 ayat 2
Tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

3. Operasional :
-Ketetapan MPR
-Undang-undang / Peraturan ketenagakerjaan
-Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Undang- undang tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai ketenaga kerja adalah UU
No.14 tahun 1969. Adapun beberapa pasal penting yang tercantum dalam UU tersebut adalah :

1. Pasal 3 : Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang
layak bagi kemanusiaan
2. Pasal 8 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia.
3. Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.
4. Pasal 10 : Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :
a. Norma keselamatan kerja (UU No. 1 tahun 1979)
b. Norma kesehatan kerja dari hygiene perusahaan (UU No.12 tahun 1948)
c. Norma kerja (KUH Perdata, BK.III Bab 71, dll)
d. Pemberian ganti rugi, perawatan, rahabilitasi dalam hal kecelakaan kerja. (UU No.33
tahun1947)
Menurut UU No. 1 / 1970, keselamtan kerja bertujuan untuk :
a. Melindungi tanaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya demi
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional.
b. Menjamin keselamatan tiap orang yang berada di tempat kerja.
c. Memelihara sumber produksi dan untuk menggunakannya secara aman dan efisien.

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yaitu yang


memiliki tujuan untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Member kesempatan atau jalan untuk menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada saat terjadinya kecelakaan kerja.
6. Memberi alat-alat perlindungan diri kepada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat pekerjaan baik pekerjaan fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup sesuai.
10. Memelihara suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Memberikan penyegaran udara yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
17. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai hal sekitarnya yang dapat
menimpa dan mengganggu dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kewajiban dan hak tenaga kerja adalah :

1. Memberikan keterangan apabila diminta oleh pengawas atau ahli K3.


2. Memakai alat-alat pelindung diri.
3. Menaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
4. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan yang dilakukan apabila syarat-syarat K3 pada alr
pelindung diri yang diberikan tidak menjamin keselamatan kerja.
5. Keberhasilan penerapan K3 didasarkan pada kebijaksanaan pengelolaan K3 yang diambil oleh
pemimpin perusahaan yang diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kepemimpinan yang tegas
b. Organisasi K3 di dalam struktur organisasi perusahaan
c. Sarana dan prasarana yang memadai
d. Integrasi K3 pada semua fungsi perusahaan
e. Dukungan semua karyawan dlaam melaksanakan K3

Sasaran pencapaian pengelolaan K-3 adalah meminimalkan kecelakaan yang disertai


adanya produktivitas yang tinggi sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai secara optimal.

Bahan Berbahaya
Bahan berbahaya adalah bahan yang dapat menghasilkan gas, debu atau radiasi yang dapat
menimbulkan iritasi, ledakan, korosi, keracunan, dan bahaya lainnya atau merusak bahan lain
selama pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan atau pengggunaan bahan tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diketahui beberapa hal, yaitu :

1. Sifat - sifat dari setiap jenis bahan kimia yang digunakan.


2. Cara penanganan bahan – bahan kimia tersebut.
3. Jenis bahan yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut.
4. Pencegahan dan cara pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan yang ditimbulkan oleh bahan
kimia tersebut.
5. Lambang atau symbol yang digunakan sebagai label peringatan tehadap setiap jenis bahan
kimia yang digunakan.
6. Alat perlengkapan yang digunakan untuk menjamin keselamatan para pekerja.
7. Daerah penyimpanan bahan yang mudah terbakar harus diletakkan jauh dari sumber panas
atau sesuatu yang dapat menimbulkan panas dan beri tanda larangan merokok.
8. Tempat penyimpanan dalam ruangan tertutup dan pengadaan ventilasi.
9. Penyimpanan yang melibihi kapasitas harus dihindari.
10. Proses produksi diatur sedemikian rupa sehingga kontak langsung pkerja dengan bahan
berbahaya dapat dihindari.
Tabel D.9 Risk and Safety dari Spesifikasi Bahan Baku
No. Bahan Jenis Bahaya Akut/Gejala Pencegahan Tindakan
Bahaya
1 NH4OH Kebakaran Dapat terbakar dalam Memberikan tanda Menggunakan alat
(Ammonia) kondisi normal peringatan bahwa bahan ini pemadam kebakaran
mudah terbakar dan jauhkan
dari sumber panas
Reaktivitas Stabil oleh pengaruh Simpan di dalam ruang yang -
udara maupun air tertutup rapat, dingin dan
kering
Penghirupan Dapat mengakibatkan Membuat ventilasi pada Hirup udara segar, jika
pusing dan bila dalam ruangan, penyediaan masker sukar bernafas
jumlah banyak dapat dan alat bantu pernafasan diberikan alat bantu
mengakibatkan lainnya pernafasan dan oksigen
hilang kesadaran dan segera mencari
bantuan kesehatan
Kulit Iritasi dan sensitif Penyediaan sarung tangan Membasuh kulit dengan
dan baju pelindung air secukupnya,
memindahkan baju
pelindung yang
terkontaminasi dan
segera hubungi bagian
kesehatan.
Mata Kontak dengan mata Penyediaan alat pelindung Membasuh mata
dapat berakibat iritasi mata seperti kacamata dengan air secukupnya
atau kerusakan selama 15 menit
kornea mata
2 NaOH Kebakaran Tidak mudah Memberikan tanda Menggunakan alat
padat terbakar peringatan bahwa bahan ini pemadam kebakaran
(Natrium mudah terbakar dan jauhkan
Hidroksida dari panas
Reaktivitas Bereaksi dengan air Simpan dalam ruangan yang
tertutup, rapat, dingin dan
kering
Kulit Penyediaan sarung tangan Membasuh kulit dengan
dan baju pelindung air secukupnya,
memindahkan baju
pelindung yang
terkontaminasi dan
segera hubungi bagian
kesehatan.
Mata Iritasi Penyediaan alat pelindung Membasuh mata
mata seperti kacamata dengan air secukupnya
selama 15 menit

Upaya Pencegahan Terjadinya Bahaya


Untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat bahaya dari bahan–bahan yang digunakna
dalam proses, para pekerja harus selalu mematuhi prosedur kerja yang ada, termasuk mengenakan
perlengkapan pelindung di lingkungan pabrik. Adapun tindakan preventif yang dilakukan adalah
:

1. Menyediakan peralatan pengaman yang dibutuhkan olaeh pekerja secara umum, seperti :
a. Pelindung kepala (helmet)
Dapat melindungi kepala dari percikan bahan- bahan kimia di dalam pabrik dan
benturan benda – benda keras.
b. Sepatu pengaman (safety boots)
c. Pelindung telinga
Melindungi telinga dari suara –suara bising dari peralatan pabrik.
2. Untuk menghindari adanya kebakaran akibat arus listrik diperhatikan hal – hal sebagai
berikut :
a. Untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran, maka disediakan beberapa peralatan
pemadam kebakaran seperti fire box & fire hidran dalam ruanagan serta unit pemadam
kebakaran.
b. Menggunakan isolasi pada jaringan listrik.
c. Menggunakan penangkal petir untuk peralatan tinggi.
d. Pengawasan terhadap kabel terpasang.
e. Memasang alarm pemberitahuan yang bekerja secara otomatis apabila terjadi bencana
alam.
f. Mendirikan pabrik minimal pada lokasi dimana dapat dihindari bahaya - bahaya seperti
banjir dan gempa bumi.

Bahaya yang ditimbulkan oleh manusia


Dari penelitian, kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan sebagian besar oleh
faktor manusia. Hal ini diakibatkan oleh kelalaian pekerja dalam mematuhi peraturan keselamatan
kerja, seperti :
1. Kegiatan yang menyimpang dari peraturan keselamatan kerja
2. Tidak memakai alat pelindung diri
3. Penggunaan alat tidak tepat
Untuk mengantisipasi hal-hal diatas maka hendaknya manajemen pabrik melakukan
tindakan sebagai berikut :
1. Mengadakan training atau pelatihan K3 dalam pabrik
2. Menggunakan APD dalam lokasi pabrik
3. Memasang label atau symbol bahaya untuk memudahkan pengenalan akan bahaya-bahaya
dari bahan kimia.

4. Bahaya yang ditimbulkan oleh alam


Bahaya yang ditimbulkan oleh alam alam antara lain banjir, gempa, angin rebut, atau petir.
Untuk mencegah terjadinya bahaya yang disebabkan oleh alam tersbut, ada beberapa hal yang
perlu dilakukan, antara lain :

1. Mendirikan pabrik dengan pondasi yang kuat


2. Memasang pengkal petir pada bangunan dan alat proses yang tinggi
3. Memasang alarm pemberitahuan yang bekerja otomatis apabila terjadi bencana alam.
4. Menidirkan pabrik pada lokasi yang terhindar dari bahaya banjir dan gempa bumi
5. Menyediakan daerah yang aman dalam lokasi pabrik.

Pengaturan Lingkungan Pabrik


Penataaan lingkungan pabrik juga menjadi faktor penting yang berpengaruh terhadap
keselamatan kerja, sehingga perlu juga mendapat perhatian khusus.

1. Lingkungan fisik.
Mesin peralatan kerja dan bahan produksi :
 Pengaturan letak mesin dan alat yang sedemikian rupa sehingga pekerja dapat
melakukan pekerjaan dengan leluasa dan bebas bergerak.
 Perencanaan mesin dan peralatan pabrik dengan memperhatikan segi keamanan.
 Mutu bahan dan peralatan yang dibeli terjamin.

2. Lingkungan kerja
 Penempatan mesin yang teratur sehingga jarak antar mesin cukup lebar.
 Penempatan bahan atau sampah tak terpakai pada tempatnya.
 Halaman pabrik yang bersih.
 Penerangan yang cukup pada lingkungan pabrik.
 Pemasangan system alarm dan tanda bahaya seperti fire detector dan instrumennya.
 Lingkungan pabrik yang dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup dan diberi kipas
penghisap (exhaust) untuk menjaga sirkulasi udara.
 Peringatan kembali tentang peraturan – peraturan keselamatan kerja pada waktu –
waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai