Anda di halaman 1dari 7

Tujuan utama penggilingan dalam pengolahan teh hitam adalah :

Mememarkan dan menggiling seluruh bagian pucuk agar sebanyak mungkin sel – sel daun
mengalami kerusakan sehingga proses fermentasi dapat berlangsung secara merata.

Memperkecil daun agar tercapai ukuran yang sesuai dengan ukuran grade – grade teh yang
diharapkan oleh pemasaran.
Memeras cairan sel daun keluar sehingga menempel pada seluruh permukaan partikel –
pertikel teh (tea particle) di pabrik teh (Tea Factory).

Mesin – mesin dan peralatan yang digunakan terdiri dari :


Mesin penggilingan Open Top Roller( OT ) yaitu sebuah selinder yang terbuka di bagian
atasnya dan bergerak memutar horizontal di atas sebuah meja yang dilengkapi dengan jalur –
jalur gigi dan kerucut tumpul pada titik pusatnya, alat ini terbuat dari bahan metal yang tahan
karat dimana kecepatan putarannya 42 rpm.

Mesin penggiling press Cap Roller ( PC ) yang bentuknya sama dengan OT. Hanya saja
penekan atau press cap untuk memberikan tekanan pada teh yang sedang digiling.

Mesin giling Rotervance ( RV ) yaitu sebuah silinder yang berukuran garis tengah inci ( 20
cm ) yang diletakan horizontal. Di dalam selinder ini terdapat as yang dilengkapi dengan sirip
– sirip spiral pengisi. Pada bagian ujung terdapat plat pengatur tekanan berbentuk silang. As
berputar dengan kecepatan 40 – 46 rpm tergantung dari kebutuhan. Mesin ayak pemecah
gumpalan teh atau Ballbreaker sifter ( BBS ). yang berputar horizontal dengan rpm 140
dilengkapi dengan konveyor pengisi untuk mengatur kerataan jumlah teh yang diayak.

Proses penggilingan pucuk layu dapat juga dikatakan proses sortasi basah., karena pada tahap
ini hasil penggilingan akan berbentuk beberapa jenis bubuk teh :
bubuk – 1,
bubuk- 2,
bubuk-3,
bubuk-4 dan
yang paling kasar disebut badag.

Bubuk –1 dihasilkan dari pengayakan hasil pertama dari gilingan kedua dan demikian
selanjutnya. Urutan proses penggilingan di pabrik teh Maleber disusun sebagai berikut ( salah
satu dari program giling ) :

gilingan pertama menggunakan OT selama 40 Menit

gilingan kedua : seluruh hasil gilingan pertama digiling ulang dengan rotervane 8”
pengayakan hasil gilingan rotervane 8” (bubuk–1).

Penggilingan ketiga menggunakan PC untuk sisa pengayakan ke-1 pengayakan hasil gilingan
PC ( bubuk – 2 ).

Penggilingan keempat menggunakan PC untuk sisa pengayakan ke-2 pengayakan hasil


gilingan PC ( bubuk –3 dan badag ) Penggilingan PC memakan waktu 30 menit dengan
pemberian tekanan 2 x 10 menit dan melepas tekanan ( Kirab ) 2 x 5 menit.
Berbagai jenis program digunakan dalam praktek oleh pabrik – pabrik teh hitam di Indonesia.
Dalam hal ini yang diperhatikan adalah bahwa proses penggilingan ini disertai oleh proses
fermentasi.

Proses fermentasi memerlukan pengaturan waktu yang tepat. Oleh sebab itu setiap program
giling harus di tunjang oleh kelengkapan mesin yang tepat dan cukup jumlahnya dengan
layout penempatan yang tepat pula. Kesemuanya disesuaikan pula dengan potensi hasil
kebunnya. Mutu hasil akhir pengolahan teh hitam yang mantap ( konstan ) dari hari ke hari,
merupakan tujuan yang utama.

Didalam tahap proses penggilingan ini pula, dipersiapkan dan dibentuk ukuran teh, sehinnga
pada tahap sortasi teh tersebut sudah dalam ukuran yang sama. Hasil penggilingan dan
pengayakan basah yang baik, adalah yang dapat menghasilkan persentase yang setinggi
mungkin untuk bubuk 1 dan 2 dengan ukuran teh yang kecil. Persentase bubuk 1 dan bubuk 2
harus sama dengan persentase bagian muda atau halus dari analisa pucuknya, dan kisama
pula dengan persentase mutu ke 1 hasil sortasi keringnya.

Waktu lama fermentasi dihitung ketika pucuk layu masuk kedalam mesin giling petama
sampai bubuk hasil giling pertama dimasukan kedalam mesin pengering. Agar semua bubuk
basah yang dihasilkan setiap penggilingan mengalami waktu lama fermentasi yang sama,
diperlukan perhitungan penyesuaian output gilingan dan input ( kapasitas ) mesin
pengeringnya .

Untuk itu setiap bubuk hasil penggilingan harus ditimbang dan dicatat. program giling diatas
ternyata dapat menghasilkan bubuk 1 dan bubuk 2 masing –masing 30 % dan 40 % ( jumlah
78 % sampai 80 %)

Ruang proses penggilingan pucuk memerlukan kelembaban udara 95 % untuk menjaga agar
tidak terjadi penguapan air dari teh yang sedang digiling. Khususnya bubuk basah yang
sedang menungggu giliran masuk kedalam mesin pengering.
Pengurangan kadar air dalam bentuk basah dapat menghambat proses oksidasi. Udara dalam
ruangan harus segar dan cukup karena proses oksidasi memerlukan oksigen yang cukup pula.
Karena teh sangat peka terhadap bau-bauan, maka ruangan dan peralatan harus dijaga agar
selalu bersih dan tidak bau. Air yang bersih untuk mencuci peralatan dan lantai ruangan harus
cukup tersedia.

Keausan (wear) adalah hilangnya materi dari permukaan benda padat sebagai akibat dari
gerakan mekanik. Keausan umumnya dianalogikan sebagai hilangnya materi sebagai akibat
interaksi mekanik dua permukaan yang bergerak slidding dan dibebani. Ini merupakan
fenomena normal yang terjadi jika dua permukaan saling bergesekan, maka akan ada keausan
atau perpindahan materi yang terjadi antara dua benda yang bergesekan.

Contohnya uang logam manjadi tumpul setelah lama dipakai akibat bergesekan dengan kain
dan jari manusia. Pensil mejadi tumpul akibat bergesekan dengan kertas, jalan kerena
menjadi legok atau tumpul akibat digelindingi oleh roda kereta terus menerus..

Hanya makhluk hidup (sendi tulang) yang tidak rusak akibat keausan disebabkan memilki
kemampuan penyembuhan diri. Dengan pertumbuhan. Namun ada juga organ yang tidak
punya kemampuan pulih, misalnya gigi. Studi tentang keausan secatra sistematik dihampat
oleh dua faktor utama yaitu;

1. Adanya sejumlah mekanisme proses keausan yang bekerja terpisah.

2. Kesulitan mengukur jumlah kecil materi yang terlibat.

Kesulitan ini dapat diatas menggunakan teknik penelusuran (tracer techniques) isotop
radioaktif yang memungkinkan pengukuran jumlah kecil.

Dikenal ada jenis keausan 4 jenis keausan yaitu sebagai berikut :

Adhesive wear

Adhesive wear adalah jenis yang paling umum, timbul apabila terdapat gaya adesi kuat
diantara dua materi padat. Apabila dua permukaan ditekan bersama maka akan terjadi kontak
pada bagian yang menonjol. Apabila digeser maka akan terjadi penyambungan dan jika
geseran dilanjutkan akan patah. Dan jika patahan tidak terjadi pada saat penyambungan maka
yang timbul adalah keausan. Keausan adesi tidak diinginkan karena dua alasan :

Kehilangan materi pada akhirnya membawa pada menurunnyanya unjuk kerja suatu
mekanisme.

Pembentukan partikel keausan pada pasangan permukaan slidding yang sangat rapat dapat
menyebabkan mekanisme terhambat atau bahkan macet, padahal umur peralatan masih baru.

Keausan adesi beberapa kali lebih besar pada kondisi tanpa pelumasan dibandingkan kondisi
permukaan yang diberikan pelumas dengan baik.
Faktor yang menyebabkan adhesive wear :

ü Kecenderungan dari material yang berbeda untukmembentuk larutan padat atau senyawa
intermetalik.

ü Kebersihan permukaan.

Jumlah keausan melalui mekanisme adhesif ini dapat dikurangi dengan cara ,antara lain :

ü Menggunakan material keras.

ü Material dengan jenis yang berbeda, misal berbeda struktur kristalnya.

Keausan abrasi (abrasive wear)

Keausan abrasi (abrasive wear) terjadi apabila permukaan yang keras bergesekan dengan
permukaan yang lebih lunak., meninggalkan goresan torehan pada permukaan lunak.

Abrasi juga bisa disebabkan oleh patahan partikel keras yang bergeser diantara dua
permukaan lunak. Fragmen abrasif yang ada dalam fluida mengalir cepat juga dapat
menyebabkan tertorehnya permukaan, jika membentur permukaan pada kecepatan tingiii.
Karena keausan abrasi terjadii oleh adanya partikel lebih keras dari permukaan masuk sistem,
maka pencegahannya adalah dengan mengeliminasi komtaminan keras.
Faktor yang berperan dalam kaitannya dengan ketahanan material terhadap abrasive
wear antara lain:

 Material hardness
 Kondisi struktur mikro
 Ukuran abrasif
 Bentuk

Bentuk kerusakan abrasif permukaan akibat keausan abrasive, antaralain :

 Scratching
 Scoring
 Gouging

Keausan korosif

Keausan korosif terjadi setiap kali gas atau cairan kimia mengenai permukaan yang dibiarkan
terbuka oleh proses pergeseran. Biasanya, ketika permukaan, produk korosi (seperti platina)
cenderung tinggal di permukaan, sehingga memperlambat laju korosi. Tapi, jika pergeseran
terus menerus terjadi, aksi geser menghilangkan endapan permukaan yang seharusnya
melindungi terhadap korosi lebih lanjut, yang dengan demikian terjadi lebih cepat.
Permukaan yang telah mengalami keausan korosif umumnya memiliki matte, penampilan
relatif lancar.
Kelelahan permukaan

Kelelahan permukaan biasanya ditemukan pada benda yang menggunakan tekanan tinggi
misalnya gerakan rolling, seperti yang dari roda logam pada trek atau bantalan bola bergulir
di mesin. Tekanan menyebabkan retakan dibawah permukaan untuk membentuk baik
bergerak atau komponen stasioner. Retakan ini tumbuh, partikel besar yang terpisah dari
permukaan dan kemudian terjadi pitting. Surface fatigue adalah bentuk paling umum dari
keausan yang mempengaruhi elemen bergulir seperti bantalan atau gigi.

Meskipun proses keausan umumnya dianggap sebagai berbahaya, dan dalam situasi praktis
kebanyakan begitu, memiliki beberapa manfaat praktis juga. Sebagai contoh, banyak metode
menghasilkan permukaan pada objek diproduksi tergantung pada keausan abrasif, di
antaranya pengamplasan, lapping dan polishing.

Banyak alat tulis, terutama pensil, krayon, dan kapur, tergantung untuk efek mereka terhadap
keausan adesif. Penggunaan lainnya terlihat pada keausan gigi seri hewan pengerat. Gigi-gigi
telah keras enamel menutupi sepanjang permukaan melengkung luar tetapi hanya dentin
lunak pada permukaan bagian dalam.

Sumber :

http://www.agussuwasono.com/artikel/mechanical/521-pelumasan-dan-teknologinya.html
http://ftkceria.wordpress.com/2012/04/28/uji-keausan-wear/

Anda mungkin juga menyukai