Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL KEGIATAN EKSKURSI

DI PT. SEMEN TONASA INDONESIA V


KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH :

HAYONO IRFAN
R1D116011

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2019
LATAR BELAKANG
PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur
Indonesia yang beroperasi sejak tahun 1968. Perusahaan yang berlokasi di Desa
Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan atau
berjarak sekitar 68 kilometer dari kota Makassar ini memiliki 4 unit pabrik
yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV dan Pabrik Tonasa
V yang menempati lahan seluas 715 hektar. Perseroan memiliki kapasitas
terpasang sebesar 5.980.000 ton semen per tahun, namun kemampuan
produksi semen dapat mencapai 6.700.000 ton semen per tahun. Keempat unit
pabrik tersebut menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing
590.000 ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per
tahun untuk Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V. Perseroan
berdasarkan anggaran dasar merupakan produsen semen di Indonesia yang
telah memproduksi serta menjual semen di dalam negeri dan mancanegara
sejak tahun 1968.
Sebagai perusahaan besar, PT. Semen Tonasa yang memiliki visi untuk
menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Asia dengan tingkat efisiensi
tinggi ini mendapatkan sebagian besar pendapataannya dari hasil penjualan
semen dalam negeri khususnya di kawasan Indonesia Timur.
Proses produksi perseroan bermula dari kegiatan penambangan tanah
liat dan batu kapur di kawasan tambang tanah liat dan pegunungan batu kapur
sekitar pabrik hingga pengantongan semen zak di unit pengantongan semen.
Proses produksi perseroan secara terus menerus dipantau oleh satuan Quality
Control guna menjamin kualitas produksi. Lokasi pabrik perseroan yang berada
di Sulawesi Selatan merupakan daerah strategis untuk mengisi kebutuhan
semen di Kawasan Timur Indonesia. Dengan didukung oleh jaringan distribusi
yang tersebar dan diperkuat oleh 11 unit pengantongan semen (UPS), yaitu
Pabrik PT. Semen Tonasa, Pelabuhan Biringkassi, UPS Makassar, UPS Samarinda,
UPS Banjarmasin, UPS Palu, UPS Bitung, UPS Mamuju, UPS Kendari, UPS Celukan
Bawang-Bali, dan UPS Ambon yang melengkapi sarana distribusi penjualan,
telah menjadikan perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut.

Pendapatan utama perseroan adalah hasil penjualan Semen Portland


jenis 1 atau Ordinary Portland Cement (OPC), Semen Portland Komposit atau
Portland Composite Cement (PCC), dan Semen Portland Pozzolan atau Portland
Pozzolan Cement (PPC) yang tersebar di P r o v i n s i Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Maluku, Papua, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali. PT Semen Tonasa juga
memasarkan produknya di wilayah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI
Jakarta. Tujuan ekspor PT Semen Tonasa ada di beberapa negara di kawasan
Asia. Hal ini juga didukung dengan merk produk yang solid di Kawasan Timur
Indonesia.

Perseroan berusaha secara terus menerus mempertahankan brand


image produk dengan menjaga kestabilan pasokan produk di pasar semen,
selain itu dukungan sistem distribusi yang optimal juga merupakan unsur
kesuksesan penjualan semen perseroan. Disamping itu, penjualan ekspor
juga dilakukan perseroan jika terjadi kelebihan produksi setelah
pemenuhan pasar dalam negeri. Sejak 15 September 1995 perseroan
terkonsolidasi dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (sebelumnya PT
Semen Gresik (Persero) Tbk.) menjadi sebuah holding company. Lebih dari satu
dekade perseroan berbenah dan berupaya keras meningkatkan nilai perseroan
di mata pemegang saham dan stakeholder.
Berbagai terobosan strategi dan program kerja dalam meningkatkan
kinerja perseroan secara terintegrasi terus dipacu untuk mewujudkan visi
perseroan menjadi produsen semen yang terefisien dan mempunyai
keunggulan yang kompetitif diantara para produsen semen lainnya. Di mulai
tahun 2009 sampai saat ini, perseroan melaksanakan pembangunan Pabrik
Tonasa V yang nantinya diharapkan beroperasi dengan kapasitas 2.500.000
ton pertahun dengan dukungan pembangkit listrik 2x35 MW dengan
pembiayaan proyek tersebut bersumber dari dana sendiri dan kredit
pembiayaan sindikasi perbankan nasional. Pembangkit listrik tersebut di mulai
beroperasi normal di tahun 2013.
PEMBAHASAN
1. Target Produksi
Target produksi semen yang dihasilkan oleh PT. Semen Tonasa
Indonesia unit V adalah sebesar 2.500.000 ton/tahun. Produk yang dihasilkan
adalah Ordinary Portland Cement (OPC), Portland Composite Cement (PCC)
dan Portland Pozzolan Cement (PPC). Target Produksi semen yang dihasilkan
oleh PT. Semen Tonasa Indonesia sepenuhnya tergantung dari permintaan
pasar. Pada tahun 2015, total produksi yang dicapai sekitar 1.300.000 ton
produk semen OPC dan PCC. PT. Semen Tonasa Indonesia terus meningkatkan
kualitas guna memenuhi kebutuhan konsumen di seluruh wilayah Indonesia.

2. Proses Pengolahan Dan Bahan Baku Utama


Bahan baku utama dalam pembuatan semen adalah
batugamping/batu kapur sebesar 80%, tanah liat atau lempung sebesar 10-
15%, dan pasir silika atau pasir besi sebesar 5%. Bahan baku tersebut akan
dihancurkan terlebih dahulu menggunakan Limestone Crusher dan Clay
Crusher untuk mereduksi ukuran batugamping dan tanah liat agar mudah
dalam proses penggilingan. Setelah berukuran lebih kecil, produk dari
limestone crusher dan clay crusher tersebut kemudian akan bercampur dalam
Belt Conveyor dan ditumpuk di dalam Storage Mix. Belt conveyor adalah alat
bantu yang digunakan untuk mengangkut material, dalam hal ini adalah hasil
produk dari limestone crusher dan clay crusher. Sedangkan storage mix adalah
tempat penampungan sementara dari hasil campuran olahan batugamping dan
tanah liat. Setelah itu material akan mengalami proses pre-homogenisasi
tujuannya untuk memperoleh bahan baku yang lebih homogen.
Selanjutnya, bahan baku imbuhan (pasir besi dan silica) dicampur
dengan bahan baku utama dan masuk ke proses penggilingan awal dan
pengeringan bahan baku menggunakan Vertical Raw Mix (VRM). Media
pengering tersebut memiliki suhu sekitar 300–400˚C.
Kemudian material akan mengalami proses pencampuran (Blending)
dan homogenisasi di dalam Blending Silo. Alat utama yang digunakan untuk
mencamnpur dan menghomogenkan bahan baku adalah blending silo, dengan
media pengaduk adalah udara.
Setelah mengalami homogenisasi di blending silo, material terlebih
dahulu ditampung ke dalam Kiln Feed Bin. Alat utama yang digunakan
untuk proses pemanasan awal bahan baku adalah suspension pre-heater.
Suspension preheater merupakan salah satu alat produksi untuk
memanaskan awal bahan baku sebelum masuk ke dalam rotary kiln. Material
akan masuk terlebih dahulu pada cyclone yang paling atas hingga keluar dari
cyclone kelima. Setelah itu, material akan masuk ke dalam rotary kiln.
Proses selanjutnya terjadi di dalam tanur putar atau rotary kiln. Di
dalam kiln terjadi proses kalsinasi (hingga 100%), sintering, dan clinkering.
Temperatur material yang masuk ke dalam tanur putar adalah 800 – 900˚C,
sedangkan temperatur clinker yang keluar dari tanur putar adalah 1100 -
1400˚C.
Proses selanjutnya adalah pendinginan (cooling). Alat utama yang
digunakan untuk proses pendinginan adalah clinker cooler. Selanjutnya clinker
dikirim menuju tempat penampungan clinker (clinker storage) dengan
menggunakan alat transportasi yaitu pan conveyor.
Dari clinker storage, clinker akan melalui proses penggilingan akhir.
Proses ini terjadi pada finish mill. Setelah mengalami proses ini, material clinker
akan mengalami proses separator guna memisahkan material yang lebih halus
dengan material yang kurang halus. Material semen yang lebih halus akan
dibawa udara melalui cyclone dan di transfer ke dalam cement silos
sebelum pengepakan (packing).

Gambar 1. Proses pengolahan semen di PT. Semen Tonasa Indonesia


3. Pola Peledakan
Pola peledakan yang diterapkan oleh PT. Semen Tonasa Indonesia
adalah pola peledakan corner cut beruntun dengan pola pemboran row by
row. Pola peledakan corner cut beruntun tersebut menyebabkan material
yang terlepas dari batuan induk mengarah kedepan dengan delay time
tertentu setiap lubang ledak. Lubang ledak dengan baris yang berurutan
sejajar dengan burden sangat baik dalam distribusi bahan peledak.

4. Jenis dan Masa Pemakaian Bahan Peledak


Bahan peledak yang digunakan adalah bahan peledak komersil yang
dipergunakan di bidang industri seperti ANFO. ANFO merupakan bahan
peledak yang terdiri dari Ammonium Nitrate 94,5% dan sisanya 5,5%
minyak solar sebagai bahan bakar.
PT. Semen Tonasa sangat memperhatikan keamanan dalam penggunaan
bahan peledak. Masa pemakaian bahan peledak sekitar 1 tahun, dan bahan
peledak yang telah keluar dari gudang penyimpanan HANDAK namun tidak jadi
di pergunakan akan dimusnahkan, tidak dikembalikan pada gudang
penyimpanan. Evaluasi pada gudang penyimpanan dilakukan setiap 6 bulan
sekali guna mengontrol kualitas dari bahan peledak tersebut.

5. Jarak Aman Peledakan


Saat akan dilakukan kegiatan peledakan, para pekerja dan juga alat berat
yang berada di sekitar lokasi peledakan akan dipindahkan pada jarak
aman sekitar 500 meter hingga 1 km dari area yang akan diledakkan sesuai
dengan daya ledak yang ditimbulkan guna menghidari kecelakaan akibat
kegiatan peledakan tersebut.
6. Dampak Peledakan
Potensi dampak yang timbul dari kegiatan peledak di area
pertambangan antara lain kebisingan akibat suara ledakan yang dapat
memekakkan telinga, fly ash (debu) yang dihasilkan akibat ledakan apabila
terhirup akan mengganggu saluran pernapasan, terkena percikan HANDAK
maupun material lepas dan lain sebagainya.
Upaya yang dilakukan oleh pihak K3 dari PT. Semen Tonasa Indonesia
antara lain dengan menerapkan peraturan yang melarang siapa saja baik
pekerja maupun tamu yang berkunjung ke area site tanpa menggunakan
kelengkapan safety seperti helm dan sepatu safety. Setiap akan diadakan
kegiatan peledakan, para pekerja juga diarahkan untuk berada pada jarak
aman seperti yang ditetapkan oleh pihak perusahaan.

7. Target Hasil Peledakan


Target fragmen yang dihasilkan dari kegiatan peledakan sebelum masuk
limestone crusher adalah berdiameter sekitar 100–1.500 mm. Limestone
crusher akan memecah batugamping menjadi ukuran yang lebih kecil menjadi
sekitar 5–300 mm.

8. Rangkaian Pengisian Bahan Peledak


Sebelum bahan peledak dimasukkan lubang ledak, diperiksa terlebih
dahulu apakah mengandung air atau tidak, selain itu juga dilakukan
pemeriksaan kedalam lubang ledak karena kedalaman lubang ledak dapat
berubah akibat reruntuhan batuan. Apabila lubang ledak tersebut
mengandung air maka harus dikeringkan terlebih dahulu dengan
menggunakan kayu yang ujungnya dibalut dengan kain. Kemudian bahan
peledak dimasukkan kedalam lubang ledak dengan hati- hati agar detonator
tidak lepas dari power gel. Setelah bahan peledak berada di dalam lubang ledak,
ANFO dituangkan perlahan-lahan.
Penyambungan rangkaian yang dilakukan adalah secara seri. Di
lapangan sambungan leg wire (kabel detonator) pada tiap detonator hanya
berukuran sama dangan kedalaman lubang ledak, maka diperlukan kabel
pembantu (connecting wire) untuk menghubungkan tiap-tiap leg wire sebelum
disambung dengan kabel utama (leg wire). Setelah itu dilakukan pengetesan
tahanan terhadap rangkaian dengan menggunakan om meter, lalu rangkaian
tersebut disambungkan ke exploder (blasting machine).

Anda mungkin juga menyukai