Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENYAKIT MENULAR
(RABIES)

Disusun oleh :
RISKI DERMAWAN B
115 016 129

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA KAMPUS


II PARIGIPROGRAM STUDI S.1 KESEHATAN
MASYARAKAT

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami

kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat

waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga

terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad

SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan

nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga

penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas

dari mata kuliah “Epidemiologi Penyakit Menular” dengan judul “PM

RABIES”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah

ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik

lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis

mohon maaf yang sebesar-besarnya.

2
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya

kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis

makalah ini.

Parigi desember2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

Isi Hal

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................. 1
BAB II PENGERTIAN
A. Pengertian Rabies ............................................................... 2
B. Etiologi ............................................................................... 2
C. Gambaran klinis .................................................................. 3
D. Trias Epidemiologi .............................................................. 3
E. Riwayat alamiah penyakit ................................................... 4
F. Variabel epidemiologi ........................................................ 5
G. Ukuran epidemiologi .......................................................... 6
H. Upaya pencegahan .............................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 9
B. Saran ................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10

4
BAB I

PENDAHLUAN

A. Latar Belakang
Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem
saraf pusat (SSP) manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%.
Penyebabnya adalah virus rabies yang termasuk genus
Lyssa virus, famili Rhabdoviridae, V i r u s r a b i e s t e r d a p a t dalam
air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada
hewanlainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui

5
jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia.
Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya
yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar,
rakun, sigung, rubah. Penyakit rabies mempunyai gejala patognomik takut
air (hydrophobia) , t a k u t s i n a r m a t a h a r i ( photophobia), takut suara,
dan takut udara (aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan air
mata berlebihan (hiperlakrimasi), air liur berlebihan (hipersalivasi),
timbul kejang bila ada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda
bekas gigitan hewan penular rabies.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi, etiologi dan gambaran klinis penyakit rabies
2. Trias epidemiologi penyakit rabies
3. Riwayat alamiah penyakit rabies
4. Variabel epidemiologi penyakit rabies
5. Ukuran epidemiologi penyakit rabies
6. Upaya pencegahan penyakit rabies
C. Tujuan
Agar dapat lebih mengetahui lebih jelas tentang epidemiologi penyakit
menular Rabies. Mulai dari pengertian, etiologi, gambaran klinis, triad,
riwayat alamiah, variabel, ukuran, dan upaya pencegahannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan
oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Hewan
berdarah panas dan manusia. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit
tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian
pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies

6
dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi da disebarkan melalui
luka gigitan atau jilatan.
B. Etiologi
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia
Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan
salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang
berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid
dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya
yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih
dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak
yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki
membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya
terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada
membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus
berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan
jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut
lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan
hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus
mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried)
atau pada suhu 40 C dapat tahan selama bebarapa tahun.
Hewan yang rentan dengan Rabies Semua hewan berdarah panas rentan
dengan Rabies. Penyakit Rabies secara alami terdapat pada :
a) Anjing
b) Kucing
c) Kera
d) Kelelawar
e) Karnivora Liar
C. Gambaran klinis
a) nyeri, bengkak, rasa terbakar, rasa gatal di sekitar luka atau goresan
b) demam

7
c) nyeri kepala
d) lemas, lemah, lelah, lesu
e) nafsu makan menurun
f) mual, muntah.
D. Trias Epidemiologi
1. Agent
Rhabdovirus dari genus Lyssavirus. Semua anggota genus ini
mempunyai persamaan antigen, namun dengan teknik antibodi
monoklonal dan nucleotide sequencing dari virus menunjukkan adanya
perbedaan tergantung spesies binatang atau lokasi geografis darimana
mereka berasal. Virus yang mirip dengan rabies yang ditemukan di Afrika
(Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada manusia
mirip seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan
pertama kali pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan
kelelawar di Australia dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia
dengan gejala penyakit seperti rabies. Virus ini untuk sementara diberi
nama ”Lyssavirus kelelawar Australia”.
Virus ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus
rabies klasik. Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus
yang mirip rabies inim dengan teknik pemeriksaan standard FA test
kemungkinan didiagnosa sebagai rabies.
2. Host
Hewan-hewan yang terkena virus rabies seperti Anjing, Kucing,
Monyet, Musang. Dan juga manusia.
3. Environment
Penyakit ini sering terjadi di lingkungan dimana anjing lebih banyak
dari pada orang yang tinggal disitu.

E. Riwayat alamiah penyakit

1. Tahap pre-patogenesis

8
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi
mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh
serangan agen penyakit, seperti gigitan hewan ataupun air liur yang
terkontaminasi virus rabies. (stage of suseptibility). Walaupun demikian
pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan
bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti
bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman
mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang peniamu. Pada tahap
ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu
masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit
penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah.
Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap
patogenesis.
b. Tahap pathogenesis
1. tahap inkubasi
Virus menyerang susunan saraf pusat. rata-rata masa inkubasi
membutuhkan waktu 3-12 minggu atau 1-3 bulan.
2. tahap penyakit dini
Timbul gejala seperti merasa nyeri, rasa panas disertai
kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala
cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.
3. tahap penyakit lanjut
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi
dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus,
ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara
keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang.
Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak
beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang
menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar
atau kaku kejang.

9
c. Tahap pasca patogenesis
Kematian, sembuh sempurna, cacat, dan kronis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.
Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi,
melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis
otot-otot pernafasan.

F. Variabel epidemiologi
1. Orang / person
a. Umur
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam
penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. 40% dari orang yang digigit
oleh hewan gila adalah anak dibawah 15 tahun.
b. Lingkungan
Lingkungan yang banyak memelihara hewan-hewan penyebar
penyakit rabies, lingkungan disekitar umah ataupun didalam rumah
sendiri.
c. kelas sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya
dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-
unsur, seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan banyak contoh
ditentukan pula tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka
tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan
dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
d. Golongan etnik

10
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan
makan, susunan genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan atau kematian.

2. tempat /place
Rabies tersebar luas diseluruh dunia, antara lain : Rusia, Argentina,
Brasilia, Australia, Israel, Spanyol, Afghanistan, Amerika Serikat,
Indonesia, dan sebagainya
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies
sebanyak 16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi
(Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang
terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
C. waktu / time
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim.

G. Ukuran epidemiologi
Sesuai data dari World Health Organization (WHO) tahun 2013,
diperkirakan 55.000 kematian di dunia disebabkan oleh penyakit ini.
Indonesia selama 4 tahun terakhir rata-rata sebanyak 143 kematian per
tahun (2013) Sulawesi Utara dengan 2.795 Kasus gigitan dan 30 kematian.

Sulawesi Utara merupakan Provinsi tertinggi kasus kematian penyakit


rabies (Subdit Pengendalian Zoonosis,Kemenkes 2014 ). Pada tahun 2013
kasus gigitan hewan penular rabies sebanyak 414 dengan 2 kematian (Dinas
Kesehatan Kota Bitung, 2013).

H. Upaya pencegahan
1. Pencegahan primer

11
a. Tidak memberikan izin untuk memasukkan atau menurunkan anjing,
kucing, kera dan hewan sebangsanya di daerah bebas rabies.
b. Memusnahkan anjing, kucing, kera atau hewan sebangsanya yang
masuk tanpa izin ke daerah bebas rabies.
c. Dilarang melakukan vaksinasi atau memasukkan vaksin rabies
kedaerah-daerah bebas rabies.
d. Melaksanakan vaksinasi terhadap setiap anjing, kucing dan kera,70%
populasi yang ada dalam jarak minimum 10 km disekitar lokasi kasus.
e. Pemberian tanda bukti atau pening terhadap setiap kera, anjing,kucing
yang telah divaksinasi.
f. Mengurangi jumlah populasi anjing liar atan anjing tak bertuan dengan
jalan pembunuhan dan pencegahan perkembangbiakan.
g. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus
didaftarkan ke Kantor Kepala Desa/Kelurahan atau Petugas Dinas
Peternakan setempat.
h. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih
dari 2 meter. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat
dengan rantai tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya harus
menggunakan berangus(beronsong).
i. Menangkap dan melaksanakan observasi hewan tersangka menderita
rabies, selama 10 sampai 14 hari, terhadap hewan yang mati selama
observasi atau yang dibunuh, maka harus diambil spesimen untuk
dikirimkan ke laboratorium terdekat untuk diagnosa.
j. Mengawasi dengan ketat lalu lintas anjing, kucing, kera dan hewan
sebangsanya yang bertempat sehalaman dengan hewan tersangka
rabies.
k. Membakar dan menanam bangkai hewan yang mati karena rabies
sekurang-kurangnya 1 meter.

2. Pencegahan Sekunder
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk meminimalkan

12
resiko tertularnya rabies adalah mencuci luka gigitan dengan sabun atau
dengan deterjen selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur.
Kemudian luka diberi alkohol 70% atau Yodium tincture. Setelah itu pergi
secepatnya ke Puskesmas atau Dokter yang terdekat untuk mendapatkan
pengobatan sementara sambil menunggu hasil dari rumah observasi hewan.
Resiko yang dihadapi oleh orang yang mengidap rabies sangat besar.
Oleh karena itu, setiap orang digigit oleh hewan tersangka rabies atau
digigit oleh anjing di daerah endemic rabies harus sedini mungkin mendapat
pertolongan setelah terjadinya gigitan sampai dapat dibuktikan bahwa tidak
benar adanya infeksi rabies

3. Pencegahan tersier
Tujuan dari tiga tahapan pencegahan adalah membatasi atau
menghalangi perkembangan ketidakmampuan, kondisi, atau gangguan
sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan
intensif yang mencakup pembatasan terhadap ketidakmampuan dengan
menyediakan rehabilitasi. Apabila hewan yang dimaksud ternyata menderita
rabies berdasarkan pemeriksaan klinis atau laboratorium dari Dinas
Perternakan, maka orang yang digigit atau dijilat tersebut harus segera
mendapatkan pengobatan khusus (Pasteur Treatment) di Unit Kesehatan
yang mempunyai fasilitas pengobatan Anti Rabies dengan lengkap.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa penyakit Rabies disebabkan oleh virus
rabi. Biasanya yang lebih rentan terkena remaja dan anak-anak yang tinggal
di daerah dimana anjing lebih banyak dari pada penghuni desa tersebut.
Rabies adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan ke manusia dari
hewan) yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini menginfeksi hewan

13
domestik dan liar, yang menyebar ke orang melalui kontak dekat dengan air
liur yang terinfeksi melalui gigitan atau cakaran.
Gejala rabies pada manusia biasanya diawali dengan demam, nyeri
kepala, sulit menelan, hipersalivasi, takut air, peka terhadap rangsangan angin
dan suara, kemudian diakhiri dengan kematian. Biasanya mulai timbul dalam
waktu 30-50 hari setelah terinfeksi.
B. Saran
Untuk mencegah penyakit ini dapat kita lakukan vaksinasi terhadap
hewan-hewan seperti Anjing, Monyet, Kucing, Musang dll. Dan apabila
tergigit oleh hewan tersebut maka kita harus cepat tanggap untuk menetralisir
virus tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Artikel penelitian, Factors Associated With Precaution Of Rabies Disease In


Makawidey Village of Aertembaga Subdistrict in
Bitung City.Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
BUKU PEDOMAN Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit)

14
Data dari WHO
*http://www.who.int/topics/rabies/en/,2011
*http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs099/en/2011
*Tomas Stargardter (http://www.who.int/rabies/en/)2011
* http://www.who.int/rabies/home_prevention/en/index.html
EPIDEMIOLOGI Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
Usman,Alie.Senin,16 Agustus 2010 15.27 wib.Indonesia Korban Rabies
Terbesar ke-Lima Asia.Tribunnews.com
Wartapedia.Monday,30 Agustus 2010 07.00 wib.Rabies Di Indonesia:125
kasus per tahun.Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai