DISUSUN
Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang tema Pola
Tanaman dan Irigasi ini dengan judul “PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
DRAINASE KOTA MEDAN.
Dalam menyelesaikan makalah ini saya telah berusaha sebaik mungkin untuk
mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan,
pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna.
Apabila banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi
penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Karena kesalahan ada di pribadi kami dan
kesempurnaan milik ALLAH SWT. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi
pembaca yang budiman.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai
aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada
sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut genangan
air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak akan
menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat,
apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan. Drainase juga
merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya).
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.Drainase juga diartikan
sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas,
dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah
permkaantanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah
becek, genangan air dan banjir.
3
B. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui kondisi system drainase di helvetia
2. Mengetahui permasalahan yang sering terjadi pada system drainase
3. Mengetahui solusi untuk menanggulangi permasalahn pada system drainase perkotaan.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah makalah ini adalah :
1. Bagaimana kondisi drainase
2. Apa saja permasalahan dengan system drainase
3. Bagaimana solusi untuk menanggulangi drainase
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Karena drainase merupakan komponen penting dalam tata ruang maupun infrastruktur suatu
kawasan yang memiliki banyak manfaat, maka keberadaanya harus senantiasa kita jaga dan
rawat dengan sebaik mungkin. Salah satunya dengan cara menghindari perilaku manajemen
sampah buruk yang dapat menyebabkan tersumbatnya sistem drainase. Pada akhirnya bisa terjadi
banjir.
Kondisi drainase primer dan sekunder yang berada di Kawasan Helvetia sebagian dari
saluran yang ada tidak lagi sesuai dengan fungsinya, dimensi penampang yang tidak
beraturan, kurangnya perawatan maupun sistem pengaliran dan pembuangan yang tidak
sesuai lagi dengan lingkungan. Mengingat begitu banyaknya kerugian yang ditimbulkan
oleh banjir atau genangan, maka perlu direncanakan dengan cermat penanganan kelebihan
air pada daerah tersebut, hal ini merupakan alasan mendasar untuk menganalisis kapasitas
dan sistem drainase pada kawasan Helvetia.
Adapun lokasi yang diambil pada kawasan Drainase Helvetia Kota Medan yang
dipusatkan di Kecamatan Medan Helvetia dikarenakan di wilayah ini rawan terjadi
genangan. Data mengenai curah hujan harian maksimum wilayah kecamatan Medan
Helvetia didapat melalui Stasiun Klimatologi Sampali Medan. Luas total area wilayah
Medan Helvetia adalah 1.316 Ha. Dengan luas area genangan sebesar 1,46 km² = 146
Ha apakah masih mencukupi untuk mengalirkan serta membuang air yang berasal dari
daerah tangkapan air tersebut disepanjang drainase primer dan sekunder pada saat banjir
(curah hujan tinggi). Berdasarkan hasil analisa hidrologi dan uji sebaran distribusi,
digunakan distribusi Log Person type III sehingga di dapat intensitas curah hujan
maksimum (I maks)= 14,644 mm/jam, debit banjir rencana maksimum (Q)= 5,646 m³/det
dan waktu konsentrasi (tc)= 1,087 jam.
Dari hasil Q analisis rancangan dan Q analisis kapasitas saluran di atas dibuat
perbandingan hasil perhitungan untuk mengetahui kondisi drainase primer kawasan Medan
Helvetia dari analisa didapat Drainase Primer sebesar 1,7188 m3/det pada Q Eksisting
Saluran. Untuk Q Rancangan didapat sebesar 0,5646 m3/det pada kondisi 10
tahun.Perencanaan Drainase
6
Gambar pengembangan jaringan saluran drainase kota medan
7
C. P e r m a s a l a h a n - p e r m a s a l a h a n p a d a s i s t e m d r a i n a s e perkotaan.
a . Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir.
b . Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana
perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi
semrawut. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoalan
drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga disebabkan oleh
tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli terhadap permasalahan
yang dihadapi oleh kota.
c . lemahnya koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain.
Sehingga sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase dan pipa air bersih
(PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya.
d. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar bahwa system drainase
sangat penting dalam lingkungan masyarakat karena apabila dalam suatu daerah jika
tidak terdapat system drainase maka tidak ada jalan air dan akan sering terjadi banjir.
e. Banyaknya timbunan sampah dapat membuat penyempitan parit-parit sehingga ketika
musim penghujan parit-parit tidak dapat menampung banyaknya volume air akibatya
akan terjadi banjir
Banyaknya timbunan sampah sehingga pada saat musim penghujan sering terjadi banjir
f. Banyaknya timbunan sampah sehingga air sangat sulit melewati parit-parit
g. Banyaknya timbunan sampah di system drainase juga dapat menyebabkan terjadinya
pendangkalan
8
Ø Membuat Bank Sampah dan mengelompokan sesuai dengan kategori sampah seperti
sampah kering, sampah basah dan sampah-sampah logam agar lingkungan bersih nyaman
serta tidak mengganggu system drainase yang ada.
Ø Solusi untuk permasalahan diatas terutama sampah yaitu dari kesadaran masingmasing
warganya untuk memiliki pola pikir bersih dan sehat maka akan tercipta lingkungan yang
bersih dan sehat pula.
Ø Lahan yang kurang memang sulit untuk membuat system drainase yang baik, namun pada
era global ini banyak sekali para pakar Teknik Sipil mengembangkan Tekhnologi System
Drainase pada lingkungan yang padat penduduk sehingga dapat meminimalisir terjadinya
banjir.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan sistem drainase perkotaan harus dilakukan secara komprehensif dan
terpadu sehingga tidak terjadi kerancuan dalam pelaksanaan.
Terjadi banjir pada dan genangan air pada daerah helvetia kota pada saat terjadi hujan
Sistem drainase diwilayah kota memiliki berbagai permasalahan yang kompleks
Perlu kesadaran masyarakat dalam kepedulian terhadap lingkungan sekitar
B. Saran
1. Dalam perencanaan dimensi saluran drainase perkotaan, akan lebih efisien apabila
membuat konstruksi lebar dasar saluran yang kecil dan memperbesar tinggi
saluran tetapi dalam batas kewajaran. Karena terbatasnya lahan di perkotaan dan
untuk menghindari terjadinya penggusuran tempat pemukiman.
2. Pada perencanaan sistem drainase perkotaan sebaiknya menggunakan data
curah hujan jam-jaman dan sangat dianjurkan untuk menggunakan hasil
pengukuran curah hujan dengan alat ukur otomatis.
10