Anda di halaman 1dari 4

Pemeriksaan Klinis Status Lokalis

Pada pemeriksaan ini bisa menggunakan instrument seperti sonde dan


kaca mulut. Pada pemeriksaan ini dapat dilihat keadaan gigi (meliputi kebersihan
mulut, keadaan gigi geligi, posisi gigi geligi, spasing, drafting, dan oklusi).

1. Inspeksi

Memeriksa dengan mengamati obyek (gigi) bagaimana dengan warna,


ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan, permukaan jaringan, permukaan,
karies, abrasi, dan resesi.

2. Perkusi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak
keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan
menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil
yang bias dan membingungkan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada
tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari
permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota. Gigi yang
dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio
sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan
gerakan pasien saat merasa sakit .

3. Sondasi

Merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggerakkan


sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas
atau tidak(Tarigan, 1994).

4. Probing

Bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan


menggunakan alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe
ke dalam attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari
gigi pasien yang sakit.

Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Vitalitas
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu
gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Digunakan untuk mengetahui apakah
saraf sensori masih bisa melanjutkan rangsang atau tidak. Terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
a. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas
dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap
perubahan termal (Grossman, dkk,1995).
1. Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan,
yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant
(-50oC). Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut
:
1) Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan
menggunakan cotton roll maupun rubber dam.
2) Mengeringkan gigi yang akan dites.
3) Apabila menggunakan etil klorida maupunrefrigerant dapat
dilakukan dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
4) Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
5) Mencatat respon pasien.

Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin


dengan keluhan nyeri tajam yang singkat maka menandakan
bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada respon atau pasien
tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis
pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi
tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva
(Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena
tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan
(metamorfosis kalsium).

b. Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat


menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang
diberikan terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan
berbagai bahan yaitu gutta perca panas, compound panas, alattouch
and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik
(Grossman, dkk,1995). Gutta perca merupakan bahan yang paling
sering digunakan dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
1) Isolasi gigi yang akan di periksa.
2) Gutta perca dipanaskan diatas bunsen.
3) Gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi.

Apabila tidak ada respon maka oleskan pada sepertiga servikal


bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi
stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif
atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital
(Walton dan Torabinejad, 2008).

2. Tes kavitas,
Bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi gigi.
Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap pulpa hingga timbul
rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller.
Hasil vital jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit (Grossman, dkk,
1995).

3. Tes jarum miller


Diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat karies atau tes
kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga
ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah negatif yang
menandakan bahwa gigi sudah nonvital, sebaliknya apabila terasa nyeri
menandakan gigi masih vital (Walton dan Torabinejad, 2008).

4. Tes elektris
Merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik,
untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic Pulp Tester
(EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau
labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi
yang sudah dibersihkan diberi konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan
sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh
dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan
alat pemacu jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau
hangat dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat
dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik,
keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa
faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi,
akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis (Grossman,
dkk, 1995).

Anda mungkin juga menyukai