Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok

Sosial Budaya Indonesia


“Unsur Kebudayaan Suku Bali”

Dosen Pengampu : Fajrianoor Fanani, S.Sos, M.I.Kom

Disusun Oleh :

G.331.17.0081 Putra Arin Wiratama


G.331.17.0094 Kurnia Novianti
G.331.17.0130 Maulana Rahmat Alfarkhan
G.331.17.0084 Intan Tiara Rizki
G.331.17.0146 Muhammad Ardiansyah

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


S1 ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
2018
SOAL NO 1 :

Setelah Indonesia merdeka terdapat perdebatan mengenai bentuk negara ini, sebagian
menuntut model negara kesatuan dan sebagian lagi menuntut model federasi. Menurut
kelompok anda model manakah yang paling sesuai untuk Indonesia? Jelaskan mengapa?

JAWABAN :

Menurut Kami, penganut aliran kepercayaan memiliki kedudukan yang sama


dengan pemeluk enam Agama yakni Agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha dan Kong Hu Cu yang telah diakui oleh pemerintah dalam memperoleh hak terkait
administrasi kependudukan.

Dalam uji materi yang diajukan oleh Nggay Mehang Tana, Pagar Demanra Sirait,
Arnol Purba, dan Carlim dengan nomor perkara 97/PUU-XIV/2016. Hakim berpendapat
bahwa kata “Agama” dalam Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 64 ayat (1) bertentangan denga UUD
1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat secara bersyarat sepanjang tidak
termasuk penganut aliran kepercayaan. Dengan demikian, aliran kepercayaan dapat
dicantumkan pada kolom Agama KK dan KTP.

Sebut saja salah satunya Sunda Wiwitan, dalam sebuah artikel yang kami kutip dari
mojok.co, Sunda Wiwitan mempercayai Tuhan sebagai Hyang Maha Tunggal Esa. Ada
kepercayaan satu kekuasaan tunggal yang dinamai Sanghyang Keresa (Yang Maha Kuasa).
Menurut kami hal ini sejalan dengan sila pertama pada Pancasila.

Begitu juga beberapa sistem kepercayaan lainnya, kami berpendapat bahwa mereka
masih tetap memiliki satu Tuhan, meskipun dalam penyebutannya berbeda-beda. Dengan itu
kami perbendapat bahwa ini tetap sesuai dengan sila pertama dalam Pancasila.
SOAL NO 2 :

Setelah Indonesia merdeka terdapat perdebatan mengenai bentuk negara ini, sebagian
menuntut model negara kesatuan dan sebagian lagi menuntut model federasi. Menurut
kelompok anda model manakah yang paling sesuai untuk Indonesia? Jelaskan mengapa?

JAWABAN :

NKRI harga mati, itulah yang sering kita dengar dalam berbagai kesempatan. Secara
tidak langsung hal itu merupakan sebuah penekanan dan juga memperjelas. Bahwa sistem
Negara Kesatuan yang selama ini digunakan oleh negara Indonesia, merupakan sesuatu yang
final dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Sehingga kata “Federasi” atau yang lainnya
merupakan kata yang haram dan tabu untuk Sistem Politik di Indonesia.

Beragamnya masyarakat di Indonesia adalah suatu alasan terbesar kenapa para tokoh
– tokoh nasional masih takut untuk menerapkan sistem federasi untuk Indonesia. Berbeda
dengan Amerika yang jumlah etnis dan sukunya tidak seberagam Indonesia, masyarakat di
Amerika tetap bisa dipersatukan dengan wadah negara federal. Namun jika bentuk federal
digunakan sebagai sistem di Indonesia, dikhawatirkan akan banyak wilayah yang ingin
mengakomodir kepentingannya sendiri dan pada akhirnya mereka akan membentuk negara
baru.
Negara Kesatuan merupakan sistem yang menurut Kami paling cocok dterapkan di
Indonesia. Denga adanya otonomi daerah, diharapkan pembangunan bisa berjalan merata
karena masing – masing daerah diberikan kewenangan untuk mengurus daerahnya sendiri.
Karena dengan pemerataan infrastruktur dan ekonomi maka setiap masyarakat di berbagai
wilayah di Indonesia akan merasakan “Kehadiran Negara”. Sehingga rasa persatuan dan
kesatuan akan selalu muncul di hati masyarakat Indonesia.
SOAL NO 3 :

Saat ini terdapat kritik terhadap status keistimewaan pada beberapa daerah yang
memilikinya (cth. Aceh dan Yogya) karena membebaskan mereka dari beberapa peraturan
atau perundangan pusat. Setujukah anda dengan konsep keistimewaan ini? Jelaskan
mengapa?

JAWABAN :

Daerah istimewa adalah suatu daerah yang berhak megatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri seperti daerah lainnya, namun dengan mengingat hak asal – usul daerah itu
yang besifat istimewa. Daerah istimewa memiliki hak asal – usul dan pada zaman sebelum
terbentuknya Republik Indonesia sudah memiliki wilayah kekuasaan dengan sistem
pemerintahan sendiri yang bersifat istimewa. Kedua daerah tersebut sudah terbentuk dengan
bentuk, juga struktur kepemimpinan yang berbeda dari daerah lainnya. Negarapun akhirnya
mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Masing-masing daerah juga memiliki
kekuatan masing-masing dn pendukung yang mendukung mereka sebagai daerah “istimewa”.

Khusus untuk kepala daerah istimewa, merupakan calon yang dipilih oleh anggota
DPRD dari keturunan keluarga pemimpin/raja yang berkuasa di wilayah itu sebelum
terbentuknya Republik Indonesia dengan mempertimbangkan kecakapan, kejujuran,
kesetiaan, serta adat istiadat daerah itu. Sehingga kami setuju dengan konsep
keistimewaan di beberapa wilayah Indonesia. Karena sistem kerajaan masih tetap berjalan
hingga saat ini. Selain itu seluruh masyarakat di daerah tersebut masih memegang teguh
budaya dan mengakui raja sebagai pemimpin. Hal tersebut merupakan alasan kuat mengapa
perlu konsep keistimewaan dengan berdasarkan Undang – Undang yang berlaku di Indonesia.

Perjuangan para pemimpin dan rakyat dari wilayah itu pada saat perjuangan
kemerdekaan Indonesia juga menjadi pertimbangan bahwa mereka berhak mendapatkan
pengakuan sebagai daerah istimewa. Tidak dapat dipungkiri jika melihat sejarah
kemerdekaan, kontribusi dearah istimewa tersebut sangat besar. Pemikiran hebat para raja
pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia menjadi sesuatu yang sangat berperan untuk
keberhasilan perjuangan kemerdekaan. Karena bagaimanapun, masyarakat dalam wilayah
tersebut tetap berpegang pada rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.
Persamaan latar belakang sejarah, senasib dan seperjuangan dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia adalah alasan yang kuat untuk tetap setia kepada Tanah Air
Indonesia. Sejalan dengan semboyan kita Bhinneka Tunggal Ika, berbeda – beda tetapi tetap
satu. Sebagai referensi kita bisa melihat dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai