Lintang Selatan dan 103° 39 '- 105° 00' Bujur Timur. Berdasarkan Undang-
luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211,777 km2 dengan luas daratan
2.177,77 km2 (1%) dan lautan 209,654 km2 (99%), dengan batas wilayah sebagai
berikut:
Kelas 1, 0 – 2 %
Kelas 2, 2 – 8 %
Kelas 3, 8 – 15 %
Kelas 4, 15 – 25 %
Kelas 5, 25 – 40 %
Kelas 6, > 40 %
dan teguh. Sementara untuk jenis batu-batuannya, batuan Pluton Asam (Acid
Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar pada kawasan Gunung Daik
di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan endapan dari
kelurahan yang ada disana adalah 3 kelurahan. Total desa dan kelurahan ada 46
di Kabupaten Lingga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah
ini.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Lingga yaitu 609,51 km2 (29% dari total
luas daratan) yang terdiri dari 17 Desa dan 1 Kelurahan, kemudian Kecamatan
Singkep yaitu 491,90 km2 (23% dan total luas daratan) yang terdiri 9 Desa dan 2
Tabel 4.4. Kecamatan, Nama ibukota kecamatan, Jumlah Desa, dan kelurahan di
Kabupaten Lingga tahun 2007
Nama Ibu Jumlah
No Kecamatan Kota Jumlah Desa Kelurahan Total
Singkep
1 Barat Kuala Raya 5 5
2 Singkep Dabo Singkep 5 1 6
3 Lingga Daik Lingga 17 1 18
4 .Lingga Utara Duara 6 6
5 Senayang Senayang 10 1 11
43 3 46
Sumber : Statistik Kabupaten Lingga dalam Angka, 2009
4.1.3. Demografi
Dalam Angka Tahun 2009 bahwa jumlah penduduk Kabupaten Lingga adalah
sebesar 89.736 jiwa. Dari jumtah penduduk tersebut dilihat menurut jenis
kelaminnya terbagi menjadi 45.212 jiwa penduduk laki-laki dan 44.524 jiwa
rumah tangga.
Lingga yaitu sebesar 28,106 jiwa, diikuti Kecamatan Senayang sebesar 19,293
jiwa, dan Kecamatan Lingga sebesar 16.637 jiwa. Sementara kecamatan yang
berpenduduk terendah adalah Kecamatan Lingga Utara sebesar 10.445 jiwa dan
Kecamatan Singkep Barat sebesar 15.255 jiwa. Untuk kisaran umur dan status
pertumbuhan penduduk yang relatif cepat, hlt ini tertihat dari meningkatnya
Lingga yang tertinggi pada tahun 2009 adatah sebesar 89.736 jiwa dari tahun
2005 adalah sebesar 83.680 jiwa. Jenis Kelamin laki-laki memiliki tingkat
menurut struktur umur maka diketahui bahwa kelompok penduduk usia balita
struktur umur yaitu berjumlah 10.670 Jiwa, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
ketompok usia remaja dan usia pendidikan tinggi juga merupakan kelompok
penduduk dengan jumlah tertinggi kedua setelah kelompok usia balita. Semakin
tinggi usia penduduk semakin kecil jumlah penduduknya. Kelompok usia antara
pariwisata daerah merupakan salah satu peluang atau potensi untuk membuka
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring
berumur 15 tahun keatas yang bekerja, sementara tidak bekerja atau yang
atau menurun sejalan dengan perubahan yang di alami oleh penduduk itu
sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah seperti kelahiran, kematian maupun
keseluruhan. Berdasarkan data yang di lansir oteh Badan Pusat Statistik, pada
tahun 2009 terdapat 57,76 persen penduduk angkatan kerja dan 42,74 persen
4.1.4.1. pendidikan
pendidikan penduduknya.
sebesar 42,07% atau 37.757 jiwa. Kemudian Tamat SD/sederajat yaitu sebanyak
33.528 jiwa atau 37,06% dari total. jumlah penduduk di Kabupaten Lingga,
SLTP/Sederajat sebanyak 7.835 jiwa atau sebesar 8,73%. Hal ini menunjukkan
bahwa 70% lebih penduduk Kabupaten Lingga berpendidikan rendah (Tabet 8).
Tabel 4.8. Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Lingga Tahun
2009
Tingkat Pendidikan Persentase
No Jumlah Penduduk (%)
Tidak / Belum Sekolah / Tidak Tarnat
1 SD/Sederajat 37.757 42,07
2 Tamat SD/Sederajat 33.258 37,46
3 SLTP/Sederajat 7.835 8.73
4 SLTA/SMK/Sederajat 8.086 9,01
5 Diploma I/II 1,777 1,47
6 Akademi/ Diploma I/II/ Sarjana Muda 772 0.86
7 Diploma lV/ 51 /52/53 1.159 1.29
89.736 100,00
Sumber : Statistik Kabupaten Lingga Dalam Angka, 2009
4.1.4.2. kesehatan
murah, dengan harapan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik,
kecamatan. Untuk lebih jelasnya fasilitas kesehatan yang ada dapat lihat tabel 9.
orang, dokter umum 18 orang, dokter gigi 10 orang, perawat 163 orang, perawat
gigi 6 orang, dan bidan 72 orang. .Jika kondisi ini dibandingkan dengan jumlah
4.1.4.3. agama
kokoh.
peribadatan lainnya yaitu Gereja, Klenteng dan Vihara. Jumlah dan sebaran
rumah ibadah yang ada di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada Tabet 4.10.
Tabel 4.10. Fasititas Peribadatan di Kabupaten Lingga Tahun 2009
Nama
No. Kecamatan Masjid Mushola Gereja Klenteng Vihara
1 Singkep Barat 43 1 4 4 -
2 Singkep 23 38 4 1 1
3 Lingga 22 7 2 5 2
4 Lingga Utara 34 4 2 2 1
5 Senayang 32 29 1 3 -
Total 154 79 13 15 4
Sumber: Lingga Datam Angka, Tahun 2009
4.1.4.4. perekonomian
pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oteh beberapa sektor, haI ini dapat kita tihat
Tabet 4.11. Kontributor Pembetukan PDRB Kabupaten Lingga menurut Lapangan Kerja
Usaha Tahun 2009
No Lapangan Usaha Kontribusi (%)
memiliki peranan yang sangat besar dalam penciptaan nilai tambah pada
pada sektor ini adalah perikanan. Kemudian kontributor terbesar kedua adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 72,00 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa sektor ini masih menjanjikan untuk diminati oleh para
atau transit perjalanan laut. Sub sektor perdagangan besar dan eceran
adalah sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya 0,77 persen.
yang paling banyak dijalani oleh penduduk Kabupaten Lingga. Dari Tabel 4.12.
atau 8,68% dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.
sebanyak 3.989 jiwa atau 8,32% dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di
Kabupaten Lingga.
4.1.5. Perikanan
2009 dan meningkat menjadi 9.697 RTP di tahun 2010. Jumlah dan jenis RTP
prasarana perikanan tangkap terdiri dari alat dan armada penangkapan, untuk
Untuk lebih jelasnya sarana prasaran perikanan yang ada di Kabupaten Lingga
Tabel 4.14. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Produksi perikanan
Kabupaten Lingga 2009-2010
Tahun/ Unit
No Peralatan
2009 2010
1. Penangkapan lkan 9.768 9.964
2. Kapal Motor 7.691 2.715
3. Motor Tempel 99 124
4. Perahu Tanpa Motor 1.745 2.391
5. Keramba 1.021 1.025
6. Kolam 2,7 2,8
7. Rumput Laut 29 -
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga, 2011
pada tahun 2009 meningkat menjadi 21.363,000 ton pada tahun 2010. Demikian
juga dengan budidaya laut dari 164,979 ton tahun 2009 menjadi 183,127 ton
pada tahun 2010. untuk lebih tengkapnya dapat dilihat pada Tabet 4.15.
kegiatan budidaya laut. Secara rinci dapat dilihat pada Tabet 4.16.
Lingga lebih banyak dipasarkan untuk ekspor, yaitu mencapai 8.352,846 ton
pada tahun 2009 sedangkan yang dipasarkan antar pulau sebesar 6.604,576 ton
dari segi luasan bukaan lahan. Luasan bukaan lahan ini mempunyai pengaruh
diantaranya adalah bijih bauksit, bijih besi, pasir kuarsa dan batuan andesit. Bijih
bauksit kini pada umumnya dieksport ke Singapura masih dalam kondisi mentah,
bahan baku industri lainnya atau hanya sekedar dijadikan sebagai material tanah
urug. Demikian pula dengan bijih besi dan bijih bauksit yang juga masih dalam
(RRC). Sementara pasir kuarsa dan batuan granit (andesit) yang telah direduksi
Dengan demikian akan dapat memberikan nilai tambah dan mampu mensuport
kebutuhan bahan baku dalam negeri untuk industri-industri lainnya diluar sektor
Sejak sepuluh tahun terakhir pada abad ke-20 ini, kondisi kawasan
kepulauan Bintan dan Lingga telah mengalami gejala alam amat penting
terutama yang berkaitan dengan peristiwa anomali ekstrem cuaca dan iklim yang
proses pelapukan, erosi dan sedimentasi baik di darat maupun perairan laut.
lahan yang terbuka menjadi semakin luas. Dampak negatif dari perubahan luas
bukaan lahan ini akan menjadi lebih nyata ketika aktivitas manusia mulai
merambah hutan, peladangan yang dimulai sejak dekade tahun 1980 hingga
dari waktu perubahan luas bukaan lahan. Gambaran tentang perubahan luas
cm). Komposisi fragmen dan matriks telah mengalami pelapukan secara intensif
pada tahun 1924, yakni sejak diketemukannya cebakan bauksit oleh sebuah
tahun 1935 hingga tahun 1942. Pada tahun 1942 hingga 1945, usaha
(NIBEM). Setelah tahun 1959, kegiatan pertambangan bauksit ini diambil alih
Tbk.
telah dilakukan kembali kegiatan inventarisasi dan evaluasi terhadap area bekas
tambang pasir PT Anyer Raja Utama dan PT Pulau Batu Mulia. Namun dengan
kebutuhan di daerah Pulau Bintan dan sekitarnya. Kini jumlah ijin usaha
dalam tahap eksploitasi (produksi) meskipun ada sebagian yang sudah tidak aktif
lagi.
komoditi bahan tambang, yaitu: bijih timah putih (9 perusahaan) dan bijih bauksit
Butuh Data:
perairan.
dan/atau atau open pit) yang dilakukan secara berjenjang (benching). Aktivitas
peralatan berat. Beberapa jenis alat berat, seperti bouldozer digunakan sebagai
alat gali dan alat dorong dalam pekerjaan stripping dan land clearing.
sekaligus sebagai alat muat, whell loader digunakan sebagai alat muat, serta
pertambangan.
timah, bauksit, kaolin, granit, pasir kwarsa dan batu pasir. Lndustri pertambangan
pada pasca operasi akan meninggatkan banyak warisan yang memiliki potensi
bahaya dalam jangka panjang, antara lain; Lubang tambang (Pit), Air asam
panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air. Air lubang
air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Potensi bahaya akibat
menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan.
bahwa batuan limbahnya tidak menimbulkan air asam tambang. Air asam
sangat besar sekitar 97 persen dari bijih yang diolah oleh pabrik pengolahan
timah hitam, merkuri, seng, dan arsen. Ketika masuk kedalam tubuh mahluk
tumpukan material lepas terangkut oleh air hujan dan mengalir melalui sungai
yang pada ujungnya bermuara ke perairan laut. Oleh karena itu, dalam
pengelolaan pertambangan perlu dilakukan secara baik dan benar, atau paling
tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya. Kepedulian
pengapalan bahan tambang yang akan di eksport, yang pada umumnya tidak
sebagian material lepas (bijih bouksit) terbawa air hujan mengalir menuju ke laut,
yang baik dan benar (Suyartono, 2003), adalah kaidah-kaidah yang harus
penambangan hingga tahap penutupan dan paska tambang secara jelas yang
lainnya. Jika penambangannya dilakukan secara baik dan benar, niscaya dapat
fungsi lingkungan.
jenjang (benching).
Aktivitas penambangan jika tidak dikelola dengan baik dan benar berpotensi
dan terbawa aliran air menuju sungai dan bermuara di perairan. Tingkat
Disamping itu, perubahan iklim seperti suhu udara, musim dan jumlah
curah hujan juga akan berpengaruh terhadap tingkat pelapukan batuan. Pada
suhu udara sekitar 20oC, komponen oksida logam dari bauksit, yakni : Al2O3,
Fe2O3, dan SiO2 akan mudah terlarut. Cebakan bauksit residual, disamping
terdiri dari Al2O3, Fe2O3, SiO2 dan TiO2 juga mengandung unsur K, Na, Ca, Mg
CO2 bebas, larutan dalam tanah menjadi lebih bersifat asam sehingga terbentuk
akumulasi Al2O3 (Ph : 4-9, kelarutan alumina) dan terlepasnya unsur besi (Fe)
sebaliknya pada musim kemarau (kering), unsur alkali dalam larutan terjadi
substitusi dengan silika (Ph : <10, kelarutan silika). Pada daerah sub-tropis,
tambahan asam (humus) dan air hujan serta karbon dioksida (CO2) merupakan
reagen yang baik untuk mengubah batuan menjadi lempung melalui pelapukan
secara kimiawi. Karbon dan asam organik berkompeten melarutkan silikat dan
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III, bahwa perubahan sifat fisik
kandungan zat hara maupun biota perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi
air laut, pasang surut, gelombang dan angin yang merupakan penyebab utama
disebabkan oleh gejala alam seperti sejak sepuluh tahun terakhir ini, kawasan
mengalami gejala alam yang berkaitan dengan peristiwa anomali ekstrem dari
cuaca dan iklim yang berdampak pada perubahan lingkungan baik di darat
Jariong Apung (KJA) pada sekitar tahun 1978 di Indonesia, maka usaha
budidaya laut terus meningkat dari waktu ke waktu. Kondisi ini didukung oleh
pemintaan pasar komoditi ikan laut di pasar local maupun ekspor. Beberapa
jenis ikan ikan laut yang ekonomis yang dapat dibudidayakan antara lain ikan
dengan jenis ikan yang dipelihara yaitu ikan kerapu tikus, kerapu macan, kerapu
sunu dan ikan singarat. Hingga saat ini jenis yang dipelihara yang lebih dominan
adalah ikan kerapu sunu dan kerapu macan, dengan pakan ikan rucah yang
diberikan 2-3 kali/perhari. Untuk budidaya ikan kerapu sunu benih diperoleh dari
tangkapan alam sedangkan untuk ikan kerapu macan, kerapu tikus diperoleh dari
daerah lain yaitu dari Balai Budidaya laut Gondol Bali dan Balai Besar Budidaya
Laut Lampung.
Nuja dan Pulau Panjang. Untuk budidaya rumput laut jenis yang dipelihara
sebaiknya yang ditanam adalah jenis Eucema cottoni, karena jenis ini
dengan metode rakit apung, beni diperoleh dari daerah Moro Tanjung Balai
karimun.
sumberdaya alam ke arah budidaya rumput laut yang ramah lingkungan dan
Kegiatan ini diusahakan oieh 9.235 Rumah Tangga perikanan (RTP) di tahun
2009 dan meningkat menjadi 9.697 RTP di tahun 2010. Jumlah dan jenis RTP
perikanan tangkap terdiri dari alat dan armada penangkapan, untuk kegiatan
lebih jelasnya sarana prasaran perikanan yang ada di Kabupaten Lingga pada
Tabel 4.19. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Produksi perikanan
Kabupaten Lingga 2009-2010
Tahun/ Unit
No Peralatan
2009 2010
1. Penangkapan lkan 9.768 9.964
2. Kapal Motor 7.691 2.715
3. Motor Tempel 99 124
4. Perahu Tanpa Motor 1.745 2.391
5. Keramba 1.021 1.025
6. Kolam 2,7 2,8
7. Rumput Laut 29 -
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga, 2011
pada tahun 2009 meningkat menjadi 21.363,000 ton pada tahun 2010. Demikian
juga dengan budidaya laut dari 164,979 ton tahun 2009 menjadi 183,127 ton
pada tahun 2010. untuk lebih tengkapnya dapat dilihat pada Tabet 4.20.
kegiatan budidaya laut. Secara rinci dapat dilihat pada Tabet 4.21.
Lingga lebih banyak dipasarkan untuk ekspor, yaitu mencapai 8.352,846 ton
pada tahun 2009 sedangkan yang dipasarkan antar pulau sebesar 6.604,576 ton
maupun tertutup. Tempat untuk budidaya laut, demikian pula untuk air tawar,
sangat cukup, dengan suhu, salinitas dan kesuburan yang sesuai (BARDACH
et al. 1972 ). Dalam hal ini penting diperhatikan pula bahwa pengusaha
Sementara itu masalah penyediaan air bagi budidaya laut tidak sulit
dan bahkan tidak ada. Hal ini tentunya berbeda dengan budidaya air tawar
dan air payau yang dalam banyak hal harus memperhatikan tersedianya
sumber air seperti sungai, danau, atau pasang surut yang mengatur secara
adalah kualitas air yang cocok bagi kehidupan normal yang dibudidaya.
HICKLING ( 1962 ) menyebutkan misalnya bahwa dalam kolam ikan, air yang
bersifat netral atau basa nampak lebih produktif daripada air bersifat asam.
Air laut normal selalu bersifat basa dan kondisi demikian diperlukan bagi
kehidupan biota laut. Faktor-faktor lain yang mensifati kualitas air laut
pantai. Dari kegiatan penduduk yang demikian dihasilkan pula limbah rumah
laut ataupun budidaya air tawar yang dimasa silam tidak melibatkan banyak
sebagai pertimbangan.
Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif
sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka
kesalahan.
Kegiatan ini diusahakan oieh 9.235 Rumah Tangga perikanan (RTP) di tahun
2009 dan meningkat menjadi 9.697 RTP di tahun 2010. Jumlah dan jenis RTP
Untuk lebih jelasnya sarana prasaran perikanan yang ada di Kabupaten Lingga
Tabel 4.23. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana Produksi perikanan
Kabupaten Lingga 2009-2010
Tahun/ Unit
No Peralatan
2009 2010
1. Penangkapan lkan 9.768 9.964
2. Kapal Motor 7.691 2.715
3. Motor Tempel 99 124
4. Perahu Tanpa Motor 1.745 2.391
5. Keramba 1.021 1.025
6. Kolam 2,7 2,8
7. Rumput Laut 29 -
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga, 2011
pada tahun 2009 meningkat menjadi 21.363,000 ton pada tahun 2010. Demikian
juga dengan budidaya laut dari 164,979 ton tahun 2009 menjadi 183,127 ton
pada tahun 2010. untuk lebih tengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.24.
kegiatan budidaya laut. Secara rinci dapat dilihat pada Tabet 4.25.
Lingga lebih banyak dipasarkan untuk ekspor, yaitu mencapai 8.352,846 ton
pada tahun 2009 sedangkan yang dipasarkan antar pulau sebesar 6.604,576 ton
Jenis budidaya laut yang ada di Kabupaten Lingga adalah KJA dan KJT
dengan jenis ikan yang dipelihara yaitu ikan kerapu tikus, kerapu macan, kerapu
sunu dan ikan singarat. Hingga saat ini jenis yang dipelihara yang lebih dominan
adalah ikan kerapu sunu dan kerapu macan, dengan pakan ikan rucah yang
diberikan 2-3 kali/perhari. Untuk budidaya ikan kerapu sunu benih diperoleh dari
tangkapan alam sedangkan untuk ikan kerapu macan, kerapu tikus diperoleh dari
daerah lain yaitu dari Balai Budidaya laut Gondol Bali dan Balai Besar Budidaya
Laut Lampung.
Nuja dan Pulau Panjang. Untuk budidaya rumput laut jenis yang dipelihara
sebaiknya yang ditanam adalah jenis Eucema cottoni, karena jenis ini
dengan metode rakit apung, beni diperoleh dari daerah Moro Tanjung Balai
karimun.
sumberdaya alam ke arah budidaya rumput laut yang ramah lingkungan dan
Perikanan, 2001).
divisio thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal
dengan sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada
yang bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain
sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau
pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang
sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada
yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur
perairan Kabupaten Lingga. Pada tahun 2009 dan 2010 (2-3 tahun terakhir)
tingkat produktivita sektor budidaya laut lewat metode keramba jaring apung
mencapai 183,177 ton. Data produksi tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada
tabel 4.27.
Tabel 4.27. Nilai produksi KJA dan KJT Kabupaten Lingga 2009-2010
Tahun
No Indikator 2009 2010
1 Budidaya Laut 164,979 183,177
2 Budidaya Air Payau 2,886 3,031
3 Budidaya Air Tawar 6,412 6,733
4 Budidaya Rumput Laut 5.000 5.000
Sumber : Statistik Kabupaten Lingga Dalam Angka, 2011
Pengembangan budidaya ikan dengan karamba jaring apung atau
benih masih tergantung dari daerah lain. untuk ikan kerapu macan dan
2001). Perikanan budidaya laut baru dimulai awal tahun 1980-an sehingga
belum optimal dibandingkan dengan potensi yang ada di perairan laut dan
pantai. Di sisi lain komoditi perikanan budidaya laut memiliki nilai ekonomis tinggi
di pasar local dan ekspor seperti ikan kerapu, baronang, kakap, kerang mutiara
Kabupaten Lingga, baik yang berada di sekitar wilayah pesisir maupun yang di
badan perairan itu sendiri antara lain berupa angkutan kapal ferry, pertambangan
dan industri lainnya selain itu ada juga berbagai kegiatan yang memanfaatkan
kelompok baik, Pengukuran kualitas air dilakukan pada delapan titik yang ada di
Kabupaten Lingga kedelapan titik tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 4.28.
Hasil pengukuran parameter fisika, kimia, biologi, dan logam berat titik
sampling dapat dilihat pada Tabel 4.28 . Hasil menunjukkan bahwa tingkat
kualitas air dari batasan baku mutu tergolong optimal dari kategori parameter
kimia dan fisika. Pengukuran parameter logam berat didapatkan sebagian besar
parameter kimia air yang mencakup : DO, COD, nitrit, nitrat, amonium dan zat
organik (Tabel 4.28). Disamping itu juga dilakukan analisis terhadap kandungan
unsur logam berat seperti unsur : Cu, Pb, Zn, Fe, Cd, Cr dan Al. Seperti diketahui
bahwa kandungan unsur logam berat juga termasuk parameter yang diperlukan
KLH. Hasil analisis unsur logam berat di wilayah kajian tersebut disajikan pada
Tabel 4.28 walaupun tidak semua unsur logam berat dianalisis, namun paling
mg/l. Kisaran BOD lokasi penelitian menunjukkan nilai yang tinggi dengan
melewati nilai optimal baku mutu kualitas air yaitu 20 mg/l. Menurut Marganof
0,058 mg/l. Nilai nitrat tergolong melebihi batas standart baku mutu kualitas air
yaitu 0,008 mg/l. Tingginya nilai nitrat disebabkan salah satunya oleh limbah
suatu perairan dapat disebabkan oleh limbah yang berasal dari limbah domestik,
Hasil pengukuran nilai COD pada lokasi penelitian berkisar antara 28,9 –
53,2 mg/l. Dalam kisaran baku mutu kualitas air, kisaran COD ini tergolong tinggi
dengan nilai di atas border (pembatas). Pada perairan yang belum tercemar
berat nilai COD berkisar antara 20 mg/l, sedangkan pada perairan tercemar nilai
COD di atas 20 mg/l atau mencapai 200 mg/l. Beberapa biota atau tumbuhan
memiliki toleransi berbeda terhadap tingginya nilai COD suatu perairan. Menurut
Boyd (1990) COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air .
bahan organik dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan
industri. Nilai COD pada perairan tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l,
tergolong baik atau optimal untuk budidaya laut atau payau. Nilai salinitas masih
dalam rentang salinitas optimal pada baku mutu kualitas air. Menurut Prasetyarto
makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut
akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut
Kisaran pH tergolong optimal karena masih pada kisaran baku mutu air 7.00 –
8.50. Menurut Kadi dan Atmadja (1988) dalam Sirajuddin (2009) nilai pH yang
baik bagi pertumbuhan rumput laut jenis Eucheuma sp. Berkisar antara 7-9
dengan kisaran optimum 7,9 - 8,3. Lebih lanjut Luning (1990) menyebutkan
Dari beberapa parameter kimia dan logam lokasi penelitian, hanya nilai
lokasi budidaya laut. Parameter pendukung seperti COD, BOD, fosfat, nitrat, dan
seng, dan timbal pada batas nilai yang normal (di bawah baku mutu kualitas air).
Beberapa jenis logam berat lain seperti raksa, arsen, dan kromium tidak
Komponen parameter fisik air yang diamati dan akan digunakan sebagai
indikator dalam kajian ini, yakni : derajat keasaman (pH), temperatur, daya hantar
listrik (DHL), salinitas, total disolved solid (TDS), total suspended solid (TSS),
kekeruhan dan kecerahan. Hasil analisis terhadap sample air yang diambil di
lokasi wilayah kajian (Gambar 4.13 Kepulauan Lingga disajikan pada Tabel 4.29).
relatif optimal dengan nilai relatif mendekati baku mut KLH yang telah ditentukan.
Nilai TSS perairan tergolong tinggi dan melampau batas baku mutu kualitas TSS
perairan laut .
permukaan laut 29,0 – 30oC. Kisaran suhu lokasi penelitian menunjukkan suhu
optimal atau masih dalam kisaran baku mutu kualitas air (28 – 32 oC). Menurut
Prasetyarto dan Suhendar (2010), keadaan suhu perairan laut banyak ditentukan
oleh penyinaran matahari dan pola suhu di perairan laut pada umumnya makin
ke bawah makin dingin. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1993) yang menyatakan
bahwa rumput laut tumbuh dan berkembang dengan baik pada perairan yang
yang tergolong optimal sebagai lokasi budidaya laut sedangkan nilai TSS tidak
mengindikasikan nilai yang optimal atau dalam batas toleransi dikarena jauh
melampaui nilai baku mutu kualitas air sebagai kriteria lahan atau lokasi
budidaya laut.
ekosistem perairan. Hasil analisis dan identifikasi plankton dan benthos dapat
Tabel 4.30. Data Hasil identifikasi dan pencacahan plankton di stasiun pengamatan
Stasiun Pengamatan
Organisme
AL1 AL2 AL3 AL4 AL5 AL6 AL7 AL8
Protozoa
Codonellopsis sp 346 0 0 0 1634 29412 0 0
Vorticella sp 0 0 21242 0 27778 0 0 44145
Zootamnion sp 0 0 0 11016 0 0 0 0
Tintinnopsis sp 0 0 0 0 1634 0 0 0
Copepoda
Nauplius (stadia) 346 1632 5719 6528 35131 147060 2448 8175
Calanus sp 0 816 0 408 817 26144 1632 1635
Corycaeous sp 346 0 817 0 1634 0 0 0
Oncaea sp 0 0 817 408 0 0 0 0
Microsetella sp 0 0 0 0 0 0 408 0
Oithona sp 0 0 0 0 1634 19608 1224 1635
Decapoda
Mysis (larva) 0 0 0 0 0 0 0 0
Copellata
Oikopleura sp 346 0 817 0 2451 0 408 1635
Pelecypoda
Larva 0 0 0 0 11438 0 0 1635
Jumlah Individu 1384 2448 29412 18360 84151 222224 6120 58860
Jumlah Taksa 4 2 5 4 9 5 5 6
Tabel 4.31. Data hasil identifikasi dan pencacahan benthos di stasiun pengamatan
Stasiun Pengamatan
Organisme
1 2 3 4 5 6 7 8
Protozoa
Ganiada sp 0 0 0 0 22 0 0 22
Paraonis sp 0 0 22 0 0 0 22 22
Notomastus sp 0 0 22 0 0 0 0 0
Arenicola sp 0 0 22 0 0 0 0 0
Maldane sp 0 0 22 0 0 44 0 0
Onophis sp 0 176 44 0 0 22 66 0
Magelona sp 0 0 0 22 0 22 0
Lumbrineris sp 0 0 0 22 22 22 66 0
Nephtys sp 0 0 0 0 22 0 0 0
Pista sp 0 0 0 0 0 22 0 0
Aricidae sp 0 0 0 0 0 22 0 0
Drilonereis sp 0 0 0 0 0 22 0 0
Cirratulus sp 0 0 0 0 0 22 0 0
Glycera sp 0 0 0 0 0 22 0 0
Potamilla sp 0 0 0 0 0 66 0 0
Aglaophamus sp 0 0 0 0 0 22 22 0
Prinospio sp 0 0 0 0 0 0 22 0
Crustaceae 0
Alpheus sp 0 0 0 22 0 0 0 0
Callianassa sp 0 0 0 22 0 0 0 0
Oratosquilla sp 0 0 0 0 0 0 22 0
F Raninidae sp 0 0 0 0 0 0 0 0
Sipuncula 0 0 0 0 0
Golfingia sp 0 0 0 0 0 44 0 0
Palecypoda
Tellina sp 0 0 0 0 0 22 0 0
Polymesoda sp 110 0 0 0 0 0 0 0
Yoldia sp 0 0 0 22 0 0 0 0
Barbatia sp 0 0 0 0 0 22 0 0
Nemertina
Tubulanus sp 0 0 0 22 0 0 0 0
Lineus sp 0 0 0 0 0 0 44 0
Echinodermata 0 0 0 0 0
Amphyoplus sp 0 0 0 22 0 0 0 22
Jumlah individu 110 176 132 154 66 374 286 66
Jumlah Spesies 1 1 5 7 4 13 9 3
4.5.3.2. keanekaragaman, keseragaman, indeks dominasi (ID), dan
kepadatan biota perairan
Tabel 4.32. Data Hasil Analisis Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Kepadatan, dan
Dominasi Plankton
Lokasi
Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8
Codonellopsis sp 0.35 0.00 0.00 0.00 0.08 0.26 0.00 0.00
Vorticella sp 0.00 0.00 0.22 0.00 0.36 0.00 0.00 0.23
Zootamnion sp 0.00 0.00 0.00 0.30 0.00 0.00 0.00 0.00
Tintinnopsis sp 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.00 0.00 0.00
Nauplius (stadia) 0.35 0.27 0.33 0.36 0.38 0.26 0.36 0.28
Calanus sp 0.00 0.37 0.00 0.04 0.04 0.25 0.35 0.10
Corycaeous sp 0.35 0.00 0.10 0.00 0.08 0.00 0.00 0.00
Oncaea sp 0.00 0.00 0.10 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00
Microsetella sp 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00
Oithona sp 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.21 0.32 0.10
Mysis (larva) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Oikopleura sp 0.35 0.00 0.10 0.00 0.10 0.00 0.18 0.10
Larva 0.00 0.00 0.00 0.00 0.27 0.00 0.00 0.10
Jumlah Individu 1384 2448 29412 18360 84151 222224 6120 58860
Jumlah Spesies 4.00 2.00 5.00 4.00 9.00 5.00 5.00 6.00
Indeks Keragaman (H’) 1.40 0.63 0.84 0.73 1.46 0.99 1.23 0.89
Indeks Keseragaman(E) 1.00 0.90 0.52 0.52 0.66 0.62 0.77 0.50
Indeks Dominasi (C) 0.25 0.02 0.56 0.49 0.30 0.48 0.28 0.58
Kelimpahan (Ind/ m2)
Sumber : Olah data penelitian, 2013
plankton tertinggi adalah 1,460 terdapat pada stasiun pengamatan 5. Nilai indeks
berat.
Hasil analisis dan perhitungan indeks keanekaragaman (H’), indeks
keseragaman (E), indeks dominansi (ID), dan kepadatan benthos (K) dapat
dan kestabilan komunitas sedang, dan jika ditinjau dari segi lingkungan
Hasil analisis kuantitatif pada biota benthos yang hidup di lokasi penelitian
Keanekaragaman tinggi,
penyebaran jumlah individu tiap
spesies tinggi dan kestabilan
komunitas tinggi
Keanekaragaman sedang,
penyebaran jumlah individu tiap
spesies sedang dan kestabilan
komunitas sedang
Keanekaragaman rendah,
penyebaran jumlah individu tiap
spesies rendah dan kestabilan
komunitas rendah
(E) adalah :
macam jenis plankton yang hidup di suatu perairan. Semakin tinggi nilai indeks
semakin besar pula daya dukung lingkungan air dari segi biota yang hidup di
dalamnya. Faktor lain adalah karena dengan tingginya kandungan dan
budidaya laut adalah data lapangan parameter fisika dan kimia. Data hasil
budidaya laut.
Dari data parameter fisika dan kimia yang didapatkan, berikutnya adalah
lokasi penelitian. Data parameter kualitas air dikonversi dalam bobot dan skor
al., (2005) yang dimodifikasi oleh peneliti didalam melakukan metode scoring,
Tabel 4.38. Hasil Analisis dan Penilaian Nilai Parameter Kualitas Air
Bscore
No Parameter 1 2 3 4 5 6 7 8
1 salinitas 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
2 TSS 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.54 0.54 0.54
3 suhu 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.60 0.60 0.75
4 Oksigen 0.45 0.45 0.45 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60
5 pH 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60
6 Arus 0.50 0.50 0.50 0.40 0.40 0.50 0.50 0.50
7 Kedalaman 0.40 0.50 0.50 0.40 0.40 0.50 0.50 0.40
Bscore 3.88 3.98 3.98 3.93 3.93 4.34 4.34 4.39
Indeks kes. 2.77 2.65 2.65 2.81 2.81 2.89 2.89 3.14
Kategori N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1
Sumber : Olah Data Penelitian 2010
kategori lahan N1 atau kurang sesuai untuk lokasi budidaya laut dikarenakan
nilai dan skoring pembobotan tidak memenuhi kriteria lahan sesuai untuk lokasi
budidaya laut.
Tabel 4.39. Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Laut
No Indeks Kesesuaian Kriteria Kesesuaian Evaluasi / Kesimpulan
1 >4,4-5 S1 Sangat sesuai
2 >3,8-4,4 S2 Sesuai
3 >3,2-3,8 S3 Cukup sesuai
4 >2,6-3,2 N1 Kurang sesuai
5 ≤2,6 N2 Tidak sesuai
Sumber : Olah Data Penelitian 2010
Parameter kualitas air yang menjadi parameter skoring nilai dan kategori
lahan budidaya di perairan Pulau Selayar adalah parameter salinitas, TSS, suhu,
dengan program spasial. Untuk memetakan kawasan ketiga kelas lahan tersebut
dilakukan operasi tumpang susun (overlaying) dari setiap tema yang dipakai
sebagai kriteria. Hasil perkalian antara bobot dan skor yang diterima oleh
terhadap lahan ini. Pembatas ini akan meningkatkan masukan atau tingkat
ini masih dapat diatasi atau diperbaiki dengan tingkat pengelolaan tertentu.
pemberian bobot. Karena itu, variabel yang dianggap penting dan dominan
menjadi dasar pertimbangan pemberian bobot yang lebih besar dan variabel
lokasi budidaya laut ditekan oleh penurunan kualitas air pada variabel nitrat,
fosfat, dan minyak yang mempunyai nilai di atas ambang batas. Tingginya nitrat
kondisi baik atau tidak antara lain, adalah ketersedian bahan baku dan energi,
tentu interaksi antar makhluk hidup yang ada di dalam lingkungan. Dengan kata
lain daya dukung harus mampu mencakup daya dukung lingkungan fisik, biologi
sebagai bioindikator kondisi dan kualitas perairan berada pada ambang batas
rendah – sedang dengan nilai rata-rata tiap lokasi adalah 1,04 dan 1,16. Pada
hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan.
daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan berbeda-beda. Oleh karena
harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :
dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan, agar tetap mampu
dan hewan yang dapat dikumpulkan dan ditangkap per satuan luas dan waktu di
daerah itu. Menurut Khanna et al. (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi
pertumbuhan suatu populasi, di mana jumlah populasi tersebut tidak dapat lagi
didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada. Atau secara lebih
singkat dapat dijelaskan sebagai batas aktivitas manusia yang berperan dalam
3. Jumlah makhluk hidup yang dapat bertahan pada suatu lingkungan dalam
4. Jumlah populasi maksimum dari organisme khusus yang dapat didukung oleh
suatu populasi atau ukuran populasi dari suatu kelompok manusia di bawah
tersebut.
individu akan sumberdaya (SD) maka diperlukan sebuah teknologi yag dapat
populasi penghuninya.
populasi.
Misalnya hutan adalah salah satu faktor ekologi dalam sistem pendukung
menurun dengan drastis karena hutan atau tumbuhan pada umumnya habis atau
kehidupan kita akan terganggu. Hutan juga mempunyai fungsi orologi yaitu
melindungi tata air dan tanah dari erosi. Kerusakan hutan akan mengakibatkan
rusaknya tata air dan terjadinya erosi tanah. Erosi tanah akan menurunkan
mahluk hidup.
paling baik, karena dalam prosesnya akan selalu memperhatikan daya dukung
lingkungan sehingga dapat dijadikan modal pembangunan untuk generasi-
generasi selanjutnya.
dahulu nilai dari daya dukung lingkungan yang menjadi targetnya. Dalam
penentuan daya dukung suatu kawasan perlu diperhatikan setidaknya tiga aspek
utama, yaitu ekologi, ekonomi dan sosial. Hal ini penting mengingat bahwa
resiko atau bahaya yang terjadi. Dengan demikian pembangunan hanya dapat
dilakukan pada tempat yang memiliki zona potensial. Selain aspek fisik, daya
dukung juga tergantung pada kondisi sosial, masyarakat, waktu dan tempat
(Suryanto, 2007).
(1991) menjelaskan bahwa daya dukung tersebut dinilai menurut ambang batas
2. Perubahan dapat diterima, tetapi pada level tertentu dibatasi agar tidak
ini kemungkinan dapat lebih meluas dan relevan terutama untuk ambang
batas udara dan air. Contoh implementasi model ini adalah ijin
tata guna lahan (kesesuaian dan wawasan lingkungan). Dalam hal ini
teknologi, sehingga lahan digunakan secara tidak efisien dan menjadi suatu
akan berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan yang pada akhirnya
Lingkungan yang berada di sekitar kita sangat bervariasi, hal ini juga
kesuburan tanah, erosi); faktor sosial budaya dan iptek (Supardi, 1994).
Dalam UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
yakni daya dukung lingkungan alam, daya tampung lingkungan binaan dan
daya tampung lingkungan sosial. Namun, UU ini tidak merinci lebih jauh