Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga mengalami

kemajuan. Begitupun dengan teknologi dan bidang industri mengalami

perkembangan yang begitu pesat, dimana kehidupan manusia menjadi lebih praktis

dengan hadirnya teknologi. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi

ini tidak hanya membawa dampak positif saja, tetapi juga membawa dampak

negatif, dimana hadirnya perindustrian, dan juga penggunaan teknologi serta

penggunaan bahan-bahan kimia membuat lingkungan tercemar dengan berbagai

limbah yang sangat berbahaya, baik itu limbah cair maupun limbah padat jika tidak

diolah dengan baik dan benar. Pencemaran lingkungan seperti ini telah terjadi

diberbagai daerah di indonesia.

Daerah Ampana merupakan salah satu tempat yang terdapat di Indonesia

yang terletak pada Kabupaten Tojo Una-Una juga dikenal sebagai tempat penghasil

ikan dan dipersiapkan sebagai daerah penghasil rumput laut tingkat kabupaten.

Sementara itu di wilayah pantai desa Uebone Kabupaten Tojo Una-Una telah

beroperasi kurang lebih sekitar satu tahun setengah tranportasi laut berupa kapal

ferri yang kurang lebih beroperasi sekitar 3 hari sekali. Berdasarkan observasi yang

telah dilakukan dan informasi dari warga sekitar, jumlah kapal yang beroperasi

perminggunya sebanyak dua unit dimana satu bertugas mengangkut penumpang

dan yang satunya lagi bertugas mengangkut barang. Jadwal keberangkatan kapal

1
2

tersebut adalah setiap hari senin kemudian kembali kepelabuhan pada hari rabu

sore, setelah itu berangkat kembali pada hari kamis pagi dan kembali lagi pada hari

sabtu sore.

Kegiatan dipelabuhan ferri ini tidak hanya dibatasi oleh aktivitas

berlalulalang kapal yang mengantarkan penumpang tetapi juga penggantian bahan

bakar minyak oleh kapal-kapal yang bersandar dipelabuhan. Setiap liter bahan

bakar dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70g senyawa Pb Tetraetil dan

0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter bensin yang dibakar jika dikonversi akan

mengemisikan 0,56g Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005). Logam berat

yang terkandung dalam bahan bakar kendaraan laut ini dapat memicu tingginya

kadar logam berat timbal dalam air laut. Logam berat yang masuk ke perairan, baik

disungai maupun dilaut dipindahkan dari badan air melalui tiga proses yaitu

pengendapan, absorbsi, dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan. Logam

berat terdapat di seluruh lapisan alam, namun dalam konsentrasi yang sangat

rendah. Dalam air laut konsentrasinya berkisar antara 10-5– 10-3ppm (purnomo

(2009); Sudarmaji dkk., (2006); Masluhkah (2007)). Hingga saat ini masih belum

ada peneliti yang meneliti tentang kadar logam berat diperairan tersebut. Melalui

penelitian ini penulis mau membukakan dan memberikan informasi tetang kadar

logam zink (Zn) dan logam timbal (Pb) yang terkandung didalam air laut dan

membuktikan apakah kadar logam berat diperairan tersebut telah melewati ambang

batas atau belum.

Kondisi ini jika tidak diperhatikan dan dibiarkan terus-menerus maka

kondisi laut beserta biotanya pada daerah tersebut akan terganggu atau bahkan
3

dampak jangka panjangnya adalah menganggu kelangsungan hidup manusia dan

merusak ekosistem dari daerah tersebut. Hal ini merugikan tentunya dari segi

ekonomi dan juga lingkungan. Oleh karena itu laut yang merupakan suatu sumber

daya alam patut kita perhatikan dan juga kita letarikan bersama.

Terdapat berbagai jenis tanaman yang tumbuh dan berkembang di

indonesia, baik tanaman yang dibudidayakan maupun tanaman yang tumbuh liar.

Salah satunya adalah nangka. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk)

merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang termasuk dalam family

Moraceae. Di Indonesia, pohon nangka dapat tumbuh hampir di setiap daerah.

Menurut Kementerian Pertanian Indonesia (2014) produksi nangka di Indonesia

dalam tiga tahun terakhir dari 2011-2013 berturut-turut mencapai (654.808,

663.930, dan 586.356) ton. Berdasarkan data di atas Indonesia berpotensi menjadi

salah satu negara yang memproduksi nangka bahkan dapat menjadi pengekspor

terbesar terbesar di Asia.

Indonesia juga memiliki pontensi yang sangat besar untuk memanfaatkan

tanaman nangka untuk meningkatkan perekonomian karena nangka juga memiliki

harga ekonomis yang tinggi dan banyak manfaat. Tanaman ini teridiri dari buah,

batang, daun dan akar. Dimana daging buah nangka muda (tewel) dimanfaatkan

sebagai makanan sayuran, dan tepung. Biji nangka digunakan sebagai bahan baku

industri makanan (bahan makan campuran), daun muda dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak. Menurut Dinas Kesehatan (1990), kandungan

karbohidrat biji nangka sebesar 36,70 persen. Kayu nangka dianggap lebih

unggul dari pada jati untuk pembuatan meubel, konstruksi bangunan pembubutan,
4

tiang kapal, untuk tiang kuda dan kandang sapi (di Priangan), dayung, perkakas,

dan alat musik, pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional

(syekhfanismd, 2013).

Daerah Ampana kecamatan Ampana kota yang berada pada kabupaten Tojo

Una-Una, Buah nangka dimanfaatkan menjadi sayuran yang dikonsumsi oleh

masyarakat, sedangkan kulit dari buah nangka tersebut tidak diolah dan dibuang

begitu saja dan pada akhirnya kulit nangka tersebut membusuk dan menimbulkan

bau tidak sedap. Kulit nangka tersebut hanya menjadi limbah organik padahal kulit

nangka tersebut dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi bahan dasar dalam

pembuatan biocharcoal. Melalui proposal ini berharap kedepannya kulit buah

nangka dapat lebih dimanfaatkan lagi, dimana kulit buah nangka dapat dijadikan

bahan pembuatan arang aktif. Dimana salah satu senyawa yang terkandung pada

kulit nangka adalah selusosa.

Menurut Saha (2004), limbah pertanian mengandung banyak bahan

lignoselulosa yang bisa didegradasi oleh selulasa. Bahan lignoselulosa merupakan

komponen organik yang berlimpah di alam, terdiri dari tiga polimer yaitu selulosa,

hemiselulosa, dan lignin. Komponen terbesar adalah selulosa (35-50)%,

hemiselulosa (20-35)%, dan lignin (10-25)%. Selulosa adalah polisakarida yang

mempunyai fungsi sebagai unsur struktural pada dinding sel tumbuhan tingkat

tinggi. Selulosa merupakan salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan

pembuatan arang aktif.

Dewasa ini telah dikembangkan metode adsorpsi dengan menggunakan

arang aktif yang menggunakan bahan dasar dari bagian tanaman tertentu.
5

Harapannya melalui proposal ini dapat membut terobosan baru untuk bahan

penggunaan arang aktif. Adsorpsi merupakan metode yang paling umum dipakai

karena memiliki konsep yang lebih sederhana dan juga ekonomis. Proses adsorpsi

yang paling berperan adalah adsorben. Saragih (2008) Adsorben merupakan zat

padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida.

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung (85-95)%

karbon. Selain digunakan sebagai bahan bakar, arang dapat pula digunakan sebagai

absorben (Penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan

kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika arang tersebut diaktivasi dengan

bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan

demikian arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia, arang yang

demikian disebut sebagai arang aktif. Disamping itu kualitas arang aktif ditentukan

dari karakteristik arang tersebut. Menurut Standar Industri Indonesia (SII No.0258-

88) syarat mutu arang aktif harus memenuhi beberapa syarat diantaranya kadar air,

jika dalam bentuk butiran sebesar 4,4% dan jika dalam bentuk padatan sebesar 15%

dan memiliki kadar abu jika dalam bentuk butiran sebesar 2,5% dan kadar air jika

dalam bentuk padatan sebesar 10%. Dari data penelitian Hendra yang melakuan

peelitian tentang biocharcoal dari kulit buah nangka didapatkan kadar air dan kadar

abu sebesar 4,4% dan 9,4%.

Karakteristik dari arang aktif yang menentukan kualias dari arang aktif itu

sendiri adalah faktor-faktor pada saat pembuatan arang aktif, yaitu sifat absorben,

sifat serapan, pH (derajat keasaman), temperatur, dan waktu kontak. Melalui

penelitian ini ingin membuktikan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
6

dari arang aktif yaitu temperatur, dimana pada penelitian ini dilakukan tiga variasi

suhu pembuata arang aktif secara berurutan sebagai berikut 300oC, 500oC, dan

600oC. ( Hendra Baloga (2017); Siti Muallifah (2009) ).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis terdorong untuk membuat

arang akif dari kulit nangka yang tidak terpakai serta meneliti kandungan logam

zink (Zn) dan timbal (Pb) serta mengaplikasikan arang aktif tersebut sebagai

absorben untuk logam yang terkandung dalam peraairan laut pada desa Uebone

Kabupaten Toju Una-Una. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis meneliti

tentang “Uji Arang aktif kulit Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Terhadap Logam Zink (Zn) dan Logam Timbal (Pb)”

1.2. Rmusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini

yaitu :

1. Bagaimana karakteristik arang aktif yang dihasilkan dari kulit buah nangka ?

2. Bagaimana pengaruh suhu dan massa terhadap arang yang dihasilkan ?

3. Berapakah konsentarsi logam seng (Zn) dan timbal (Pb) dalam air laut

dipelabuhan Uebone Kabupaten Tojo Una-Una ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :


7

1. Untuk mendesrkripsikan karakteristik arang aktif yang dihasilkan dari kulit buah

nangka

2. Untuk memperoleh suhu dan massa optimum yang digunakan untuk

menghasilkan arang aktif

3. Menentukan konsentrasi logam zink (Zn) dan timbal (Pb) dalam air laut

pelabuhan Uebone Kabupaten Tojo Una-Una

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan dapat :

a. Bagi Peneliti

1. Dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan arang aktif dari kulit buah

nangka.

2. Dapat memberikan informasi tentang suhu optimum pembuatan arang aktif dari

kulit buah nangka.

b. Bagi Masyarakat

1. Dapat memberikan informasi bahwa kulit nangka dapat digunakan sebagai

arang akif untuk mengadsoprsi timbal dan zink.

2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan logam

berat seng (Zn) dan timbal (Pb) dalam air pelabuhan Uebone Kabupaten Tojo

Una-Una.

c. Bagi Institusi
8

1. Dapat memberikan informasi tentang kapasitas jerapan arang aktif dari kulit

nangka

2. Dapat memberikan informasi kepada lembaga yang berwewenang dalam

pengolahan lingkungan perairan khususnya didaerah Ampana

1.5. Batasan Masalah

1. Karakteristik arang aktif dari kulit buah nangka yang diukur adalah kadar air,

kadar abu, dan daya serap terhadap logam seng (Zn) dan timbal (Pb)

2. Pembuatan arang aktif dari kulit buah nangka menggunakan suhu 300oC, 500oC,

dan 600oC

3. Pembuatan arang aktif ini menggunakan bantuan aktivator H2SO4

4. Analisis kadar logam seng (Zn) dan timbal (Pb) dari sampel yang diambil dari 3

titik yang berbeda masing-masing jarak ± 5 𝑚

5. Penyerapan logam dengan menggunakan berat arang aktif sektiar 30 mg, 50 mg

dan 70 mg.

Anda mungkin juga menyukai