Anda di halaman 1dari 41

SPESIFIKASI TEKNIS

A. SYARAT SYARAT UMUM

A.1. UMUM
• Tanah dan halaman untuk pembangunan akan diserahkan kepada Kontraktor
dalam keadaan seperti pada waktu peninjauan lapangan/ observasi lapangan.
• Pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor dalam keadaan selesai
keseluruhan sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diborongkan, dalam mana
termasuk juga pembetulan kerusakan yang mungkin timbul/ terjadi dalam
menyingkirkan segala bahan-bahan sisa atau bongkaran lainnya.

A.2. ALAT DAN PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN


• Kontraktor, sub-sub Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang
mengerjakan pekerjaan pelaksanaan didalam kegiatan ini, harus
menyediakan alat-alat dan perlengkapan pekerjaan sesuai dengan bidangnya
masing-masing.
• Disamping itu harus menyediakan juga :
- Buku-buku laporan ( harian, mingguan, dan bulanan )
- Rencana kerja dan menempatkan tenaga-tenaga lapangan yang
bertanggung jawab penuh untuk memutuskan segala sesuatu di lapangan
dan bertindak atas nama Kontraktor dan sub-Kontraktor yang
bersangkutan, serta berpengalaman.
- Perlengkapan pengaman/ keselamatan kerja sesuai peraturan K3
Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi RI.

A.3. BARANG CONTOH (SAMPLE)


• Kontraktor dan sub-Kontraktor diwajibkan menyerahkan barang-barang
contoh (sample) dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapat
persetujuan dari Tim Teknis/ Konsultan Supervisi/ Pemberi Tugas.
• Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti
sertifikat pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/ material-
material tersebut.

• Untuk
barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site, maka
Kontraktor dan sub-Kontraktor diwajibkan menyerahkan :

- Brosur
- Katalog
- Gambar kerja atau shop drawing
- Sample
yang dianggap perlu oleh Tim Teknis/ Konsultan Supervisi dan harus mendapat
persetujuan Tim Teknis/ Konsultan Supervisi/ Pemberi Tugas.

A.4. PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN


• Kontraktor dan sub-Kontraktor diwajibkan mengadakan pengujian atas
mutu bahan dan mutu pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan
kebutuhannya masing- masing, misalnya :
- Pengujian mutu beton
- Pengujian kabel-kabel listrik (merger)
- Pengujian kebocoran
• Semua biaya-biaya untuk kebutuhan tersebut di atas, ditanggung oleh
Kontraktor dan sub-sub Kontraktor yang bersangkutan.

A.5. GAMBAR-GAMBAR “AS BUILT DRAWING”


Kontraktor atau sub-sub kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar
“As Built Drawing” untuk Arsitektur, Struktur dan M/E sesuai dengan pekerjaan
yang telah dilakukan di lapangan secara kenyataannya, untuk kebutuhan
pemeriksaan dan maintenance dikemudian hari. Gambar-gambar tersebut
diserahkan kepada Pemilik setelah disetujui oleh Tim Teknis/ Konsultan
Supervisi diserahkan sebelum serah terima pertama.

A.6. SHOP DRAWING


Kontraktor atau Sub-Kontraktor diwajibkan membuat gambar-gambar “Shop
Drawing” setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Tim Teknis/ Konsultan Supervisi, gambar-gambar
tersebut harus diserahkan minimum 15 hari sebelum pekerjaan tersebut akan
dilaksanakan.

A.7. MATERIAL DELIVERY SCHEDULE


Kontraktor atau Sub-Kontraktor diwajibkan membuat material delivery schedule
untuk setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Tim Teknis/ Konsultan Supervisi, material delivery
schedule harus diserahkan minimum 15 hari sebelum pekerjaan tersebut akan
dilaksanakan.

B. PEKERJAAN PERSIAPAN
B.1. PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PEMATOKAN
 Kontraktor harus memulai pekerjaan dari garis-garis yang telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-
pengukuran yang dibuatnya
 Kontraktor harus menyediakan semua bahan peralatan dan tenaga kerja,
termasuk juru-juru ukur (surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan
pengukuran dan pematokan untuk setiap pekerjaan yang memerlukannya.
 Kontraktor diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur
utama selama masa pembangunan.
 Kontraktor diwajibkan melakukan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil
ketinggian tanah, lantai, letak batas-batas dengan alat-alat yang sudah
diterapkan kebenarannya.
 Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
 Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas
segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

 Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggung jawab


Kontraktor, dengan biaya sesuai kontrak.

B.2. ALAT DAN PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN


Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan pelaksanaan
dalam kegiatan ini, harus menyediakan alat-alat dan pekerjaannya sesuai
dengan bidangnya masing-masing, seperti:
 Alat-alat ukur (theodolite, waterpas dan lain-lain)
 Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
 Topi pengaman dan sepatu lapangan
Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian, mingguan),
buku petunjuk alat-alat yang akan dipakai, rencana kerja dan menempatkan
tenaga-tenaga lapangan yang bertanggung jawab penuh untuk memutuskan
segala sesuatunya di lapangan dan bertindak atas nama kontraktor.

B.3. PEKERJAAN PENGUKURAN


• Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali
lokasi renovasi dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peill
ketinggian bangunan dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya.
• Ketidak-cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan
yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk
dimintakan keputusannya.
• Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui
oleh Direksi Pengawas.
Segala pekerjaan pengukuran persiapan menjadi tanggung jawab Kontraktor
dengan biaya sesuai kontrak.

Untuk pekerjaan bongkaran, apabila terdapat bahan material utuh (asbes, eks.
Kusen, besi/ baja, dll) harus di simpan atau dipergunakan sebagaimana mestinya
oleh pihak owner, sedangkan bahan material yang berupa puing-puing bekas
bongkaran dibersihkan dan dibuang.

B.6. PERSIAPAN PENGGALIAN TANAH


• Pemborong tidak diperkenankan membasmi, menebang, atau merusak
pohon-pohon atau pagar hidup kecuali yang ada di dalam batas-batas
penggalian atau yang jelas diberi tanda pada gambar-gambar, dan harus
mendapat izin dari Tim Teknis / Konsultan Supervisi.
• Pohon-pohon yang tidak diperkenankan disingkirkan dan yang mungkin dapat
menjadi rusak karena pelaksanaan pekerjaan harus dilindungi dengan
memakai papan-papan yang kuat, diikat sekeliling batangnya.
• Sebelum memulai penggalian, Pemborong harus yakin bahwa permukaan
tanah baik setempat maupun garis transis yang tertera dalam gambar adalah
benar. Jika ia tidak merasa puas dengan ketelitian permukaan tanah, maka
dalam waktu 21 hari setelah tanggal SPK, ia harus memberitahukan secara
tertulis kepada Tim Teknis / Konsultan Supervisi.
• Tanah yang ada tanaman harus digali terpisah dari tanah yang tidak ada
tanamannya, menggalinya rata sedalam 20 cm dan tanah galiannya yang
dianggap baik dapat dipakai sebagai bahan urugan setelah mendapat
persetujuan dari tim teknis
C. PEKERJAAN GALIAN TANAH

C.1. PENGGALIAN
• Penggalian harus dilaksanakan menurut yang disyaratkan mengenai
panjangnya, dalamnya, serongan-serongan dan kelokan-kelokan yang
diperlukan untuk konstruksi pekerjaan-pekerjaan, atau seperti yang tertera
dalam gambar, dan tanah kelebihannya dipergunakan sebagai urugan atau
dibuang dengan persetujuan Tim Teknis / Konsultan Supervisi.
• Sebelum penggalian tanah untuk Parit dimulai harus dilakukan penggalian top
soil sedalam 20 cm dari permukaan tanah.
• Lapisan lumpur harus diangkat dan diganti dengan tanah urug yang
disetujui. Akar-akar bekas tanaman harus diangkat sampai bebas akar.

C.2. TULANG-BELULANG DAN BEKAS KUBURAN


Jika ditemukan tulang-belulang atau bekas kuburan di lokasi pada waktu
pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus memberikan perlindungan
secukupnya sampai Tim Teknis / Konsultan Supervisi mengadakan peninjauan
dan memberikan perintah-perintah selanjutnya. Tidak ada perpanjangan waktu
yang diberikan atas terganggunya pekerjaan yang disebabkan oleh penemuan
seperti itu.

C.3. GALIAN SUPAYA TIDAK DIGENANGI AIR


Pemborong harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air yang berasal
dari hujan, dari parit, banjir, mata air atau lain-lain sebab, dengan jalan
memompa, menimba, menyalurkan ke parit-parit atau lain-lain, dan biaya untuk
pekerjaan-pekerjaan tersebut harus dianggap telah masuk harga kontrak.

C.4 LANJUTAN PEKERJAAN SETELAH PENGGALIAN SELESAI


Pemborong tidak diperkenankan membiarkan sampai lama galian, sumuran dan
sebagainya yang tidak diperlukan, tapi harus segera setelah galian disetujui,
memulai tahap pembangunan berikutnya. Ini akan memerlukan koordinasi yang
ketat antara pihak yang bersangkutan/ terkait.

C.5. GALIAN YANG DALAMNYA MELEBIHI YANG DIKEHENDAKI


Bilamana sesuatu galian telah dilaksanakan, dalamnya melebihi yang
dikehendaki maka Pemborong harus mengisi galian yang terlalu dalam itu
dengan bahan yang sama seperti yang ditentukan untuk Parit atau dengan beton
jenis ( 1 : 3 : 5 ) atas biaya pemborong dan tidak ada penggantian pembayaran
untuk penggalian atau pengurugan kembali, juga tidak untuk pembuangan tanah
galiannya.

C.6. MENYANGGA PINGGIR-PINGGIR GALIAN


Pemborong bertanggung jawab untuk menyangga pinggir-pinggir semua galian
dan tidak ada tuntutan yang bakal dipertimbangkan untuk galian tambahan,
pekerjaan menembok bahan atau cara pembuatan lainnya dalam hal ini.
Pemborong harus bertanggung jawab atas kerusakan terhadap bangunan lain di
tempat pekerjaan atau jalan umum, gedung dan lain-lain yang diakibatkan oleh
runtuhnya pinggir-pinggir dan tanggul galian-galian.

D. PEKERJAAN BETON

D.1. LINGKUP PEKERJAAN


Bagian ini meliputi penyediaan tenaga kerja, pengadaan bahan material beserta
kelengkapan untuk konstruksi beton yang memadai berikut pemasangan sesuai
dengan gambar dan Persyaratan Teknis ini.
Kontraktor diwajibkan mempersiapkan gambar kerja ( Shop drawing ) berikut
rencana pengecorannya minimal 7 hari sebelum pekerjaan dimulai serta harus
mendapat persetujuan dari konsultan pengawas.

D.2. PENGENDALIAN PEKERJAAN


Pekerjaan ini harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03, PUBB NI-3 tahun 1970,
NI-8 tahun 1964, PBI NI-2 tahun 1971 terutama mengenai :
• Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan beton (PBI 1971 NI-2, Bagian
II Bab 3 Pasal 3.1 sampai dengan Pasal 3.9) ;
• 2. Syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan beton (PBI 1971 NI-2, Bagian II
Bab 4-5-6 seluruh pasal) ;
• 3. Syarat-syarat pekerjaan tulangan (PBI 1971 NI-2, Bagian IV Bab 8
seluruh pasal).
D.3. BAHAN-BAHAN
• Beton
Beton yang dipergunakan adalah K-175 untuk pelaksanaan Plat Lantai
Tangga, Parit dan Taman
Bahan Semen yang digunakan harus dari bahan yang bermutu baik dan
disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas. Persyaratan Bahan :
• Portland Cement
Portland Cement yang digunakan adalah Portland Cement setara ”Tiga
Roda”,
• Pasir beton
Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butiran yang bersih dan bebas dari
bahan organis, lumpur dan sebagainya, sesuai dengan persyaratan yang
tercantum didalam PBI 1971.
• Split atau kerikil beton
Split atau kerikil beton yang digunakan harus bersih dari segala macam
kotoran serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan persyaratan
yang tercantum didalam PBI 1971 ( ukuran 2/3 dan ½ ).
• Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
organis, minyak garam alkalis, asam yang dapat merusak beton.
• Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan harus dari baja mutu U-24 (≥ Ø 10) dan U-39
menurut PBI 1971 yaitu baja lunak dengan tegangan leleh 1400 kg/cm2 dan
tegangan patah minimum 2400-5-6. Untuk mutu baja yang menggunakan U-
24 terdapat pada jenis tulangan ( polos ) dengan ≥ Ø 10,
sedangkan Untuk mutu baja yang menggunakan U-39 terdapat pada jenis
tulangan (ulir) dengan Ø > 10 Tulangan yang akan digunakan harus bebas
dari kotoran-kotoran (Lumpur, lemak dan karat). Kawat pengikat tulangan
harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng. Kualitas tulangan yang
akan digunakan sekualitas keluaran Pabrik Baja Krakatau Steel.
• Bekisting
Semua pekerjaan bekisting menggunakan bahan terbuat dari Multiplex
dengan ketebalan 9 mm. Balok-balok penyangga berukuran 5/7 cm atau yang
lebih dikenal dengan nama balok kaso, sedangkan kayu yang digunakan
adalah jenis kayu yang keras.
Pasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk menahan getaran
dan kejutan gaya yang dikirim tanpa berubah bentuk. Kerapihan dan ketelitian
pemasangan bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar
menghasilkan bidang beton yang rata.
Celah-celah antara cetakan harus rapat agar pada waktu mengecor air tidak
menembus keluar. Sebelum pengecoran bagian dalam bekisting harus bersih
dari kotoran.

D.4. PELAKSANAAN
• Pekerjaan Persiapan
- Membuat shop drawing dan mengkoordinasikan / melaporkan kepada
Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan
dari Konsultan Perencana dan diketahui Pimpinan Kegiatan ;
- Memeriksa kembali gambar serta perhitungan konstruksi yang dibuat
oleh Konsultan Perencana, jika terdapat hal yang dianggap meragukan
serta membahayakan, Kontraktor Pelaksana harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan dilanjutkan
kepada Konsultan Perencana. Sebelum ada kepastian dari kebenaran
perhitungan tersebut, Kontraktor Pelaksana tidak diijinkan meneruskan
bagian pekerjaan tersebut.
• Pekerjaan Penulangan
- Pembengkokan, pemotongan dan penempatan tulangan harus sesuai
dengan gambar kerja dan mengikuti persyaratan yang tercantum di
dalam PBI 1971 (Bab 5 pasal 3-4-5) ;

- Pengikat antara tulangan pokok dan tulangan sengkang harus


dilakukan dengan kuat menggunakan kawat baja, sehingga menjamin
tulangan-tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran
dan penggetaran berlangsung;
- Rangka tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga
terdapat jarak bebas dari bekisting atau lantai kerja setebal/ sejauh
selimut beton yang diperlukan ( antara 2 cm – 2,5 cm ).

E. PEKERJAAN STRUKTUR

E.1. URAIAN UMUM


• Pemberian pekerjaan meliputi :
Pengadaan, pengelolaan, mendatangkan, pengangkutan semua bahan,
pengerahan tenaga kerja, mengadakan, mobilisasi alat pembantu dan
sebagainya yang pada waktu umumnya langsung atau tidak langsung
termasuk di dalam usaha menyelesaikan degan baiak dan menyerahkan
pekerjaan yang sempurna dan lengkap, disini juga dimaksudkan pekerjaan-
pekerjaan ataupun bagian pekerjaan yang walaupun tidak jelas disebutkan di
dalam RKS dan gambar-gambar tetapi masih berada dalam bidang
pembangunan haruslah dilaksanakan selanjutnya sesuai dengan petunjuk-
petunjuk Dirkesi Lapangan.
• Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada waktu penawaran, termasuk segala
segala sesuatu yang berada didalamnya direshkan tanggung jawabnya
kepada Kontraktor dengan Berita Acara penyerahan Lapangan.
• Oleh Kontraktor pekerjaan haruslah diserahkan dengan sempurna dalam
keadaan selesai dan berfungsi baik sesuai dengan yang disyaratkan.
• Kontraktor wajib mentaati dan melaksanakan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab berdasarkan syarat-syarat dn uraian-uraian di dalam RKS,
Risalah Rapat Pemeberian Pemjelasan, Gambar-gambar yang ada maupun
gambar-gambar susulan selama pelaksanaan, petunjuk-petunjuk teknis
maupun administrasi serta instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Pemberi
Tugas.

E.2. LINGKUP PEKERJAAN


• Pekerjaan Plat Lantai Tangga
• Pekerjaan Parit
• Pekerjaaan Taman

E.3. PENGUKURAN
• Ukuran-ukuran dan ukuran tinggi telah ditetapkan dalam gambar-gambar.
• Jika terdapat perbedaan ukuran antar gambar-gambar utama dengan gambar-
gambar perincian, maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran pada gambar
utama, Namun demikian hal-hal tersebut harus dilaporkan segera kepada
Direksi Lapangan.
• Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru sealam pelaksanaan
pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor sepenuhnya.
• Ketidakcocokan yang mungkin ada mengenai perbedaan-perbedaan antara
gambar dan kenyataan harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan,
untuk diproses secara terulis.

E.4. PERSYARATAN BAHAN SEMEN


• Semua semen yang digunakan adalah semen portland lokal.
Dengan syarat :
- Peraturan Semen Portland Indonesia (NI 8 - 1972)
- Peraturan Beton Indonesia (NI 2- 1971)
- Mempunyai seretifikat Uji (teest sertificate)
- Mendapat Persetujuan Perencana & Pengawas.
• Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis / merk semen untuk
suatu konstruksi / struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim
dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah.
• Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Harus diterimakan
dalam zak (koantong) asli dari pabriknya dalam keeadaan tertutup rapat, dan
harus disimpan digudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan tidak kena
air, diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari
lantai.Zak-zak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya
melampaui 2 m atau maximum 10 zak, setiap pengiriman baru harus ditandai
dan dipisahkan dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut
urutan pengirimannya.
• Untuk semen yang diragukan mutu dan kerusakan-kerusakan akibat salah
penyimpanan dianggap rusak, membatu, dapat ditolak penggunaannya tanpa
melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.

E.5. AGREGAT
• Semua pemakaian koral (kerikil) batu pecah (agregat kasar ) dan pasir beton,
harus memenuhi syarat-syarat :
- Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI 3 –1958)
- Peraturan Beton Indonesia (NI 2 –1971)
- Tidak mudah hancur (tetap keras), tidak porous
- Bebas dari tanah / tanah liat (tidak bercampur dengan tanah liat atau
kotoran-kotoran lainnya.
• Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dan harus memenuhi
syarat:
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24 %
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19 - 30 mm lebih dari 22 %
• Koral
(kerikil ) dan batu pecah (aagregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar
dari 38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan Pengawas.
• Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang
baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
• Pengawas dapat meminta kepada Kontrkator untuk mengadakah test kwalitas
dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh
Pengawas, setiap saat dalam laboratorium yang diakui atas biaya kontraktor.
• Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply,
maka kontraktor diwajibkan unatuk memberitahukan kepada Pengawas.
• Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.

E.6. AIR
• Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan –pekerjaan dilapangan
adalah air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia
(asam alkali) didak mengandung ornagisme yang dapat memberikan efek
merusak beton, minyak atau lemak. Memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton
Indonesia (NI 2 – 1971) dan diuji oleh Laboratorium yang diakui sah oleh yang
berwajib dengan biaya ditanggun oleh pihak Kontraktor.
• Air yang mengandung garam (air laut) tidak diperkenankan untuk dipakai.

E.7. BESI BETON (STEEL REINFORCEMENT)


• Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
- Peraturan baeton Insonesia ( NI 2 – 1971)
- Bebas dari kotoran-kotoran, laposan minyak-minyak, karat dan tidak
cacat (retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya).

- Mempunyai penampang yang sama rata.


- Ukuran disesuaiakan dengan gambar-gambar
• Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ektentuan-ketentuan di
atas, harus mendapat persetujuan Perencana / Pengawas
• Besi beton harus disupply dari satu sumber (manufacture) dan tidak
dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton
tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
• Kontraktor wajib mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai,
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Pengawas, serta menyertakan data
teknis dari pabrik pembuat baja tulangan. Batang percobaan diambil dibawah
kesaksian CM.
• Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Pengawas
Semua biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
• Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar atau mendapat
persetujuan Pengawas. Untuk hal itu sebelumnya kontraktor harus membuat
gambar pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada
Pengawas untuk mendapat persetujuannya.
• Hubungan antara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan
kawat beton, diikat dengan teguh, tidak bergeser selama pengecoran beton
dan bebas dari lantai kerja atau papan acuan.
• Sebelum beton dicor, besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karet
lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua besi beton
harus dipasang pada posisi yang tepat.
• Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang
semacam itu, harus mendapat persetujuan Perencana / Pengawas.
• Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitasnya tidak
sesuai dengan spesifikasi (R.K.S.) diatas, harus segera dikeluarkan dari site
setelah menerima instruksi tertulis dari Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam.

E.8. MUTU BETON


• Adukan (adonan) beton harus memenuhi syarat-syarat PBI – 1971 dan NI 2.
Beton harus mempunyai kekuatan karakteristik K 175 untuk pekerjaan
struktur.
• Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes) untuk
mengontrol daya kerjanya sehingga tidak ada kelebihan pada permukaan
ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan (segregation) dari agregat.
Percobaan slump diadakan menurut syarat-syarat dalam Peraturan Beton
Bertulang Indoneesia (NI 2-1971).
• Pekerjaan pembuatan adukan percobaan (trial mixes) tersebut diatas harus
dilakukan untuk menentukan beton yang baru dimulai
• Adukan beton yang dibuat setempat (site mixing) harus memenuhi syarat-
syarat :
- Membuat mix design
- Semen diukur menurut volume
- Agregat diukur menurut volume.
- Pasir diukur menurut volume
- Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin
(batch mixer)
- Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
- Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk.
- Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus
dibersihkan lebih dulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.

E.9. ADUKAN BETON


• Adukan beton harus mempunyai syarat-syarat PBI 1971 NI 2. Beton harus
mempunyai kekuatan karakteristik sesuai yang disyaratkan dalam gambar.
• Kontraktor diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixer) untuk
mengontrol daya kerjanya, sehingga tidak ada kelebihan pada permukaan
ataupun menyebabkan terjadinya pengendapan (segregasi) dari agregat.
Percobaan slump diadakan menurut syarat-syarat dalam Peraturan Beton
Indonesia (NI 2 1971)

• Pekerjaan pembuatan adukan percobaaan (trial mixes) tersebut diatas harus


dilakukan untuk menentukan komposisi adukan yang akan dipakai pada
pekerjaan beton selanjutnya dan harus mendapat persetujuan Pengawas.
E.10. FAKTOR AIR SEMEN
• Agar dihasilkan suatu konstruksi beban yang sesuai dengan yang
direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
- Faktor air semen untuk Balok, sloof dan poer maksimum 0,60.
- Faktor air semen untuk kolom, balik, pelat lantai tangga dinding, beton
dan lisplank / parapet maksimum 0,60.
- Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah
lainnya maksimum 0,55.
• Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan
suatu mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton
dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakaiplasticizer sebagai
bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat
persetujuan
dari Pengawas

E.11. TEST KUBUS/ SILINDER BETON


• Pengawas berhak meminta setiap saat kepada kontraktor unuk membuat
kubus/silinder coba dari adukan beton yang dibuat.
• Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji, sesuai
dengan PBI 1971 NI 2 atau SNI 1991 dengan nomor urut yang menerus.
• Cetakan kubus/silinder coba harus berbentuk bujur sangkar dalam segala
arah, dan memenuhi syarat-syarat dalam peraturan beton Indonesia (NI 2 –
1971).Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15x15 cm3.
• Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus
dibawah pengawasan.
• Prosedurnya harus memenuhi syarat-syarat dalam peraturan beton Indonesia
(NI 2 –1971).
• Kubus/silinder coba harus ditandai untuk identifikasi dengan suatu code yang
dapat menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang
bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat.
• Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971, bab 4,7,
termasuk juga pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian
tekanan.Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka
kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan
kontraktor harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
• Jika pengujian tekanan gagal maka perbaikan harus dilakukan dengan
mengikuti prosedur-prosedur PBI, untuk perbaikan.Semua biaya untuk
pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab kontraktor.

• Semua kubu/silinder coba jika perlu akan dicoba dalam laboratorium yang
berwenang, dan disetujui Pengawas.Laporan hasil percobaan harus
disertahkan kepada Pengawas segera sesudah selesai percobaan, paling
lambat 7 hari sesudah pengecoran, dengan mencantumkan besarnya
kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran adukan berat kubus benda
uji tersebut dan data-data lain yang diperlukan.
• Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa mutu beton yang dibuat
seperti yang ditunjukkan oleh kubus cobanya gagal memenuhi syarat
spesifikasi, maka Pengawas berhak meminta kontraktor supaya mengadakan
percobaan-percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan mengadakan
percobaan destructif.
• Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonsesia (NI.2-1971)Apabila gagal, maka bagian pekerjaan
tersebut harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan petunjuk
Pengawas.
• Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor. Kontraktor juga diharuskan
mengadakan slump test menurut syara-syarat dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (NI.2- 1971).Slump beton berkisar antar 8 cm sampai
12cm.

E.12. CETAKAN BETON/ BEKISTING


• Persyaratan Penggunaan Bahan.
- Tidak mengalami deformasi.
- Bekisting harus cukup tebal (plywood tebal min. 12 mm) dan terikat
kuat menahan beton dan beban sementara lainnya.
- Paku, angkur dan sekrup-sekrup ukuran sesuai dengan keperluan dan
cukup kuat untuk menahan bekisting agar tidak bergerak ketika
dilakukan pengecoran.Kedap air, dengan metutup semua celah
dengan “tape”, sehingga dijamin tidak timbul sirip atau adukan keluar
pada sambungan atau cairan keluar dari cetakan beton.Tahan
terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.
• Syarat Pelaksanaan Pemasangan.
- Tentukan jarak, level dan ukuran sebelum memulai pekerjaan.
- Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat (bracing), sesuai
design dan standard yang telah ditentukan, sehingga bisa dipastikan
akan menghasilkan beton yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
akan bentuk, kelurusan dan dimensi.
- Hubungan-hubungan antar papan bekisting harus lurus, dan harus
dibuat kedap air untuk mencegah keborcoran adukan atau
kemungkinan deformasi bentuk beton . Hubungan-hubungan ini harus
diusahakan seminimal mungkin.
- Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada kedua
sisinya.Pemakaian pasanagan bata untuk bekisting pondasi harus atas
seijin Direksi Lapangan.
- Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran harus
dibuang.
• Perkuatan pada bukaan di bagian-bagian yang struktural yang tidak
diperlihatkan pada gambar harus mendapatkan pemeriksaan dan persetujuan
dari Direksi.
• Pada bagian-bagian yang akan terlihat, tambahkan pingulan-pingulan
(chamfer strips) pada sudut-sudut luar (vertikal dan horisontal) dari baolik,
kolom dan dinding.
• Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :
- Deviasi garis vertikal dan horisontal :
o 6 mm, pada jarak 3.000 mm
o 10 mm, pada jarak 6.000 mm
o 20 mm, pada jarak 12.000 mm
o Deviasi pada pemotongan melintang dari dimensi kolom atau
balok atau ketebalan plat maksimal sebesar 6 mm.
• Aplikasi bahan pelepas acuan (form release agent) harus sesuai dengan
rekomendasi pabrik.
Aplikasi harus dilaksanakan sebelum pemasangan besi beton, angkur-angkur
dan bahan-bahan tempelan (embedded item) lainnya.
Bahan yang dipakai dan cara aplikasinya tidak boleh menimbulkan karat atau
mempengaruhi warna permukaan beton.
• Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak terkena
bahan pelepas acuan, bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai.
Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai, sisi dalam
bekisting harus dibasahi dengan air bersih. Dan permukaan ini harus dijaga
selalu basah sebelum pengecoran beton. Sisipan (insert), rekatan
(embedded) dan bukaan (opening).
• Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa, conduits,
sleeves dan pekerjaan lain yang akan merekat pada atau melalui / merembes
beton.

• Koordinasi bagian dari pekerjaan lain yang terlibat ketika membentuk /


menyediakan bukaan, slots, recessed, sleeves, nolts, angkur dan sisipan-
sisipan lainnya. Jangan laksanakan pekerjaan diatas jika tidak secara jelas /
khusus ditunjukkan pada gambar yang berhubungan.
• Sediakan bukaan sementara pada cetakan beton dimana diperlukan guna
pembersihan dan inspeksi. Tempatkan bukaan di bagian bawah bekisting
guna memungkinkan air pembersih keluar dari bekisting.
• Penutup bukaan sementara ini harus dengan bahan yang memungkinkan
merekat rapat, rata dengan permukaaan dalam bekisiting, sehingga
sembungannya tidak akan tampak pada permukaan beton ekspose.
• Kualitas
- Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai dengan
bentuk beton yang diinginkan, dan perkuatan-perkuatannya guna
memastikan bahwa pekerjaan telah sesuai dengan rancangan bekisting,
wedgeeties, dan bagian-bagian lainnya aman.
- Informasikan pada Direksi Lapangan jika bekisting telah dilaksanakan,
dan telah dibersihakan, guna pelaksanaan pemeriksaa. Mintakan
persetujuan Direksi terhadap bekisting yang telah dilaksanakan sebelum
dilaksanakan pengecoran beton.
- Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu lebih dari 2
(dua) kali tidak diperkenankan.
- Penambahan pada bekisting, juga tidak diperkenankan kecuali pada
buakan-bukaan sementara yang diperlukan.
- Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Direksi Lapangan.
• Pembersihan
- Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda
yang tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari
bagian dalam bekisting.
- Siram dengan air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang
benda-benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan puing-
puing tersebut telah mengalir.
- Buka bekisting secara kontinyu dan sesuai dengan standard yang berlaku
sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load) atau kedidak seimbangan
beban yang terjadi pada struktur.
- Pembukaan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati, agar peralatan-
peralatan yang dipakai untuk membuka tidak merusak permukaan beton.
-
- Untuk yang akan dipakai kembali, bekisting-bekisting yang telah dibuka
harus disimpan dengan cara yang memungkinkan perlindungan terdahap
permukaan yang akan kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.
- Dimana diperlukan perkuatan-perkuatan pada komponen-komponen
struktur yang telah dilaksanakan guna memenuhi syarat pembebanan dan
konstruksi sehingga pekerjaan–pekerjaan konstruksi di lantai-lantai
diatasnya bisa dilanjutkan.
- Pembukaan penunjang bekisting hanya bisa dilakukan setelah beton
mempunyai 75% dari kuat tekan 28 hari (28 day compressive strength)
yang diperlukan.
- Bekisting-bekisting yang dipakai untuk mematangkan (curing) beton, tidak
boleh dibongkar sebelum dinyatakan matang oleh direksi.
E.13. PERSIAPAN PENGECORAN
• Sebelum Pengecoran beton dilakukan, kontraktor wajib melaporkan kepada
konsultan pengawas untuk pemeriksaan ( berupa penggunann bahan
tulangan dan diminta persetujuannya untuk memulai pengecoran, hal ini
berlaku untuk semua pekerjaan beton bertulang.
• Sekurang-kurangnya 10 ( sepuluh ) hari sebelum pengecoran yang pertama
Kontraktor sudah membuka kubus beton minimal 20 buah dan ditest pada
laboratorium tes yang sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas lapangan
untuk usia 7 ( tujuh ) hari.
• Kekentalan campuran beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan
kerucut terpancung, ukuran bawah m = 20 cm, atas m = 10 cm dan tinggi m =
30 cm. Kerucut diisi dengan adukan beton dalam 3 lapis yang sama tebalnya
dengan masing-masing tusuk dengan besi m =50 cm sebanyak 10 kali untuk
tiap lapisnya dan dipukul-pukulkan dengan palu karet. Setelah muka bidang
atasnya merata maka 30 detik kemudian kerucut ditarik keatas dan penurunan
kerucut diukur terhadap tinggi semula.

E.14. PENGECORAN
• Pengecoran beton dapat dilakukan setelah :
- Direksi / Pengawas lapangan selesai memeriksa dan menyetujui acuan /
bekisting yang dibuat
- Direksi / Pengawas Lapangan selesai memeriksa dan menyetujui
pembesian yang akan di cor, dan harus bersih dari kotoran
- Direksi / Pengawas lapangan telah menerima Campuran Beton untuk
pengecoran.
• Untuk melindungi beton yang dicor dari cahaya Matahari, hujan maupun angin
sampai beton tersebut mengeras dengan baik dan untuk pengeringan yang
terlalu cepat, maka harus dilakukan perawatan sebagai berikut :
- Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton dibasahi sampai cetakan
tersebut di bongkar.
- Membasahi permukaan atas adukan beton selama 14 hari terus menerus
setelah adukan beton cukup keras.
• Pembongkaran Bekisting
- Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti
petunjuk Konsultan Pengawas. Beton yang masih muda tidak diijinkan
untuk dibebani segera. Setelah cetakan dibongkar permukaan beton
diperiksa, jika terdapat permukaan yang cacat akibat pembungkaran
bekisting maupun oleh proses pengecoran maka kontraktor harus segera
memperbaikinya.
- Umumnya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) hari
untuk pemikul beban dan plat lantai.
- Bahan-bahan bekas cetakan yang sudah tidak digunakan lagi harus
segera dikumpulkan serta segera dkeluarkan dari lokasi agar tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
- Seluruh pekerjaan dan pembuatan dan pembongkaran bekisting harus
sesuai dengan PBI 1971.

E.15. CEKLIST PEKERJAAN


Sebelum pelaksanaan pengecoran dilakukan, terlebih dahulu kontraktor
pelaksana membuat form cheklist pekerjaan untuk diajukan ke Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana untuk persetujuan mengenai pekerjaan
penulangan. Apabila pada pengecekan penulangan tidak sesuai dengan
gambar kerja, maka terlebih dahulu Kontraktor Pelaksana memperbaiki atau
membongkar pekerjaan tersebut sampai dengan adanya persetujuan dari
Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas serta diketahui oleh Pimpinan
Kegiatan.

F. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA


F.1. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini meliputi hal-hal mengenai pengadaan bahan-bahan dan pemasangan
semua pekerjaan pasangan batu bata merah seperti yang tertera pada gambar-
gambar.
Pelaksanaan pemasangan harus benar-benar mengikuti garis-garis ketinggian,
bentuk-bentuk seperti yang terlihat dalam gambar-gambar persyaratan disini.

F.2. PENGENDALIAN PEKERJAAN


Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada :
- PUBI
- NI-3-1982
- NI-19-1973
- SII-0021-1978
- NII-88-1972
- NI-10-1978.

F.3. BAHAN-BAHAN
• Batu bata yang digunakan adalah batu bata tamiyang. Bata harus baru,
terbakar, keras, terbuat dari tanah liat terpilih sesuai dengan persyaratan-
persyaratan dalam NI-10-1973. Bilamana tidak terdapat bahan yang sesuai
standar tersebut diatas, maka Tim Teknis dapat menentukan jenis-jenis lain
yang ada dipasaran lokal dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukannya.
• Adukan / spesi untuk seluruh dinding bata merah harus berupa campuran
1 semen : 4 pasir.
• Contoh-contoh
Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas dan persetujuan atas bahan-bahan tersebut harus sudah
didapat sebelum bahan yang dimaksud dapat dibawa ke lapangan kerja untuk
dipasang.
Pengambilan contoh atas bahan-bahan yang telah berada di lapangan akan
dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Konsultan Pengawas guna
keperluan Pengujian.
Bahan yang tidak sesuai, akan ditolak dan harus segera disingkirkan dari
lapangan dalam waktu 2 x 24 jam.
• Pekerjaan dan Penyimpanan
Bahan untuk pekerjaan pasangan harus disimpan dengan cara-cara yang
disetujui Konsultan Pengawas, untuk menghindarkan dari segala hal yang
dapat mengakibatkan kerusakan terhadap barang tersebut.

F.3. PELAKSANAAN
Pemasangan batu bata yang dilaksanakan harus dipasang tegak, dan lajur
penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, dan kecuali bilamana tidak
diperlihatkan dalam gambar-gambar maka setiap lajur naik, bata harus putus
sambungan dengan lajur dibawahnya.
Sebelum dipasang, bata harus direndam sampai gelembung airnya habis. Beton
untuk sloof, kolom praktis dan ring balok dipasang untuk setiap luas dinding
maksimum 12 m2 dengan pembesian sesuai dengan persyaratan penulangan
kolom praktis.

F.4. PERLINDUNGAN
Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum selesai, harus
ditutupi (dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
G. PEKERJAAN PLAFOND
G.1 LINGKUP PEKERJAAN
Dalam pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pekerjaan ini hingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini dilakukan meliputi
pemasangan plafond PVC ( Shunda Plafond atau Setara ) pada ruang-ruang sesuai
yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Direksi Pengawas.

G.2 PERSYARATAN BAHAN


Bahan Rangka :
a. Sebagai rangka langit-langit digunakan bahan metal furing atau Hollow Alumunium,
pola sesuai dengan gambar, yang digantungkan pada rangka atap.
b. Penutup langit-langit Kalsiboard/GRC :
Digunakan bahan PVC ( Shunda Plafond atau Setara ) yang bermutu baik, yang
disetujui Direksi Pengawas. Bahan yang digunakan harus sesuai persyaratan dan
yang telah disetujui dalam arti ketebalan, mutu, jenis dan produk dari bahan
tersebut. Alat-alat pembantu lainnya dari jenis dan ukuran disesuaikan dengan
ukuran bahan yang digunakan
c. Peng-akhiran plafon pada dinding diberikan list, yang memberikan jarak antara
plafond dengan dinding/partisi

G.3 SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

a. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-


gambar yang ada dan kondisi di lapangan (ukuran dan peil), termasuk mempelajari
bentuk, pola lay-out/ penempatan, cara pemasangan, mekanisme dan detail-
detail sesuai gambar.
b. Bilamana diinginkan, Kontraktor wajib membuat mock-up sebelum pekerjaan
dimulai dan dipasang.
c. Sebelum pemasangan, penimbunan bahan rangka, PVC dan material yang lain
ditempat pekerjaan harus diletakkan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara
yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
d. Disain dan produksi dari sistem partisi harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pengawas dan sesuai gambar rencana.
e. Pemakaian bahan dan pola pemasangan langit-langit tidak boleh menyimpang dari
persyaratan.
f. Semua rangka harus terpasang siku, rata pada permukaan bawahnya dan
sesuai peil dalam gambar dan datar (tidak melebihi batas toleransi kemiringin
yang diizinkan
dari masing-masing bahan yang digunakan).
g. Perhatikan semua sambungan dengan material lain, sudut-sudut pertemuan
dengan bidang lain. Bilamana tidak ada kejelasan dalam gambar, Kontraktor
wajib menanyakan hal ini kepada Direksi Pengawas.
h. Setelah pemasangan, Kontraktor wajib memberikan perlindungan terhadap
benturan-benturan, benda-benda lain dan kerusakan akibat kelalaian pekerjaan,
semua kerusakan yang timbul adalah tanggung jawab Kontraktor.
i. Semua panil (unit-unitnya) harus terpasang rapi dan kuat sesuai petunjuk-
petunjuk gambar.

Semua hubungan terhadap bagian dari pekerjaan lain harus diperhatikan kerapihan dan
kekuatannya. Lubang-lubang bekas pemasangan, dan penguat lain harus tidak terlihat dan
semua penguat harus terpasang baik dan dapat menjamin kekuatannya.

H. PEKERJAAN LOGAM ARSITEKTUR

H.1. LINGKUP PEKERJAAN


Meliputi semua pekerjaan logam tidak berbesi (non ferros metal) dan baja tak
berkarat (stainless steel dan kuningan) dengan segala kelengkapan
pemasangannya, seperti yang tertera pada gambar, ataupun yang tidak
dipersyaratkan secara khusus dalam persyaratan ini.
Termasuk di sini adalah :
- Kusen, dan jendela alumunium ;
- Alat perlengkapan pintu dan jendela ;
Pengendalian pekerjaan Sesuai dengan:
- NI-3-1970
- SII-0193-1978

H.2. STANDAR PEKERJAAN


• Pekerjaan fabrikasi metal harus dikerjakan oleh kontraktor yang mempunyai
spesialisasi dalam pekerjaan metal tsb dan paling sedikit mempunyai
pengalaman 5 tahun dengan menunjukkan pekerjaan yang memuaskan.
Semua bahan yang digunakan harus memenuhi standar mutu bahan yang
ditetapkan dalam British dan Amerika Standard, dan mendapat persetujuan dari
Pengawas.
• Penyimpanan
-Material harus disimpan baik, sehingga meminimalkan kemunkinan yang
terjadinya korosit/ karat ;
-Material harus diperlakukan sedemikian sehingga tidak menimbulkan cacat
atau gelembung yang merusak penampilan yang diinginkan ;
-Jika terdapat ketidak sempurnaan bahan, harus dilaporkan pada Pengawas,
dan prosudur perbaikannya harus dikonsultasikan pada Pengawas, untuk
mendapat persetujuan.

H.3. PERANCANGAN
Bahan-bahan yang akan dipasang harus sesuai dengan gambar perancangan
atau bila belum ditentukan harus lebih dahulu dibuat gambar shop drawing
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dalam bentuk dan warnanya, untuk
selanjutnya dipakai sebagai standard dalam pekerjaan.

H.4. PELAKSANAAN
• Semua bentukan yang dilas yang akan tampak, harus diratakan dan difinish
sehingga sama dengan permukaan sekitarnya ;
• Semua pengikat yang lain seperti “clip” keling dan lain-lain yang tampak harus
sama finishing dan warnanya dengan bahan yang diikatnya. Di samping itu,
pengikat yang bertemu dengan pekerjaan plesteran, harus ditekuk
membentuk “plester key” ;
• Lubang-lubang untuk sekrup dan baut harus dibor ;
• Hubungan-hubungan yang langsung berhubungan dengan udara luar harus
dibentuk sedemikian sehingga tidak menampung air ;
• Angker ke dalam tembok/ kolom praktis dan ring balok untuk alat dari
aluminium harus dari baja tak berkarat (stainless steel), khusus untuk
pemasangan semua jenis kusen ;
• Penyambungan paku keling untuk bahan-bahan aluminium harus dari bahan
aluminium.

I. CAULKING DAN SEALANT

I.1. LINGKUP PEKERJA


Meliputi semua pekerjaan yang berkenaan dengan pemasangan sealant/caulking,
termasuk kelengkapan pemasangan seperti backing strip dsb.
Caulking dan sealant dipergunakan pada join antar material berbeda pada interior
maupun exterior, untuk pekerjaan kaca, pekerjaan kusen aluminium dan
pekerjaan-pekerjaan seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar atau
petunjuk Konsultan Pengawas.

I.2. PENGENDALIAN PEKERJAAN


Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan :
-Nl-3
-ASTM D-828
-ASTM E-96
-TAPPl T-803
-TAPPl T-407

I.3. BAHAN-BAHAN
• Neoprene: dipakai pada hubungan antara kaca dengan rangka aluminium. S-Dine
Sealant 4100 (polysulfide) atau setaraf: untuk hubungan antara 2 bahan yang
berlainan. Bahan-bahan ini harus bersifat tidak menghisap, tidak membekas dan
sealant yang tampak tebalnya 1 cm dengan diberi lapisan pengisi (backing strip)
yang bersifat sama untuk mencapai ketebalan yang dibutuhkan. Sebagai bahan
pembersih untuk memasang sealant, dipakai “Xylol”, “Xylene”, atau Toluene.
• Contoh bahan
-Contoh bahan dan spesifikasi dari bahan yang akan dipakai harus diajukan
kepada pengawas untuk mendapat persetujuan.
-Pada saat diterima di site Material harus dalam keadaan utuh pada kemasannya
jelas merek dan tanggal kadaluarsanya, tertera contoh warnanya dan disimpan di
tempat dengan kondisi yang tidak menimbulkan material rusak.

I.4. PELAKSANAAN
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh kontraktor khusus pekerjaan ini dan
berpengalaman sekurangnya 5 tahun dan telah menunjukkan hasil pekerjaan
sejenis yang memuaskan.

I.5. PERSIAPAN
Bagian yang akan di caulking atau seal harus dibersihkan dari kotoran dan debu,
cat lainnya. Bagian yang sifatnya porous dibersihkan dengan cara vacum atau
blasting. Keseluruhan permukaan harus kering dan bebas dari oli/minyak.
Tipe dan konsistensi harus sesuai yang disyaratkan pabrik.
Daerah bersebelahan dengan bagian yang akan di seal atau caulked harus
dilindungi sehingga baik hasil seal atau caulkingnya rapih dan bersih.

J. PEKERJAAN KUSEN JENDELA

J.1. LINGKUP PEKERJAAN


Semua pekerjaan kusen jendela dari alumunium dengan perlengkapannya yang
diperlukan sesuai penjelasan dalam gambar-gambar.

J.2. PENGENDALIAN PEKERJAAN


Semua pekerjaan kusen dan pintu alumunium harus dikerjakan menurut instruksi
pabrik/produsen dan standar-standar antara lain:
- The Aluminium Association (AA) ;
- Architectural Aluminium Manufactures Association (AAMA) ;
- American Society for Testing Materials (ASTM).

J.3. BAHAN-BAHAN
- Kusen Aluminium ;
- Kusen aluminium yang digunakan adalah produksi setara “ALEXINDO”.
- Sealant harus dari mutu yang baik ;
- Kaca sesuai dengan poin 3.10. Pada persyaratan teknis ini.
- Karet sealer harus sesuai ukuran dan bentuknya dengan jendela dan kaca
yang dimaksud dan harus dari mutu yang terbaik.
• Gambar Rancangan Pembuatan
Pemborong diminta untuk mempersiapkan gambar kerja dengan ukuran- ukuran
yang disesuaikan di lapangan.
Pemborong diminta untuk merencanakan sistem pemasangan dengan
memperhitungkan keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat bentangan,
tekanan angin dan sebagainya, sesuai dengan rekomendasi pabrik dan peraturan-
peraturan muatan yang berlaku.

J.4. PELAKSANAAN
• Pengerjaan
Semua pengerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik dengan standar
pengerjaan disetujui Konsultan Pengawas ;
- Pemakaian alat-alat terbaik ;
- Pemasangan sambungan harus tepat tanpa cela sedikitpun ;
- Semua detail pertemuan harus runcing, halus dan rata, bersih dari goresan-
goresan, serta cacat-cacat yang mempengaruhi permukaan alumunium.
• Pemasangan
Pemasangan harus sesuai dengan gambar-gambar dan persyaratan teknis ini.
Setiap sambungan dengan dinding atau benda yang berlainan sifatnya harus
diberi sealant.
Tanda-tanda dan cacat akibat proses anodizing, yaitu “rack” atau “gipper” yang
timbul di permukaan aluminium harus dihilangkan.
• Perlindungan
Semua aluminium harus dilindungi dengan “lacquer film” atau bahan yang lain
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas ketika dibawa ke lapangan.
Perlindungan tersebut harus dibuka dimana diperlukan ketika aluminium akan
dikerjakan.Tepi-tepi kusen harus dilindungi dengan plastic tape atau zinc chromate
primer (pernis transparan) ketika pekerjaan plester dilaksanakan. Bagian-bagian
lain dapat tetap dilindungi dengan “lacquer film” sampai pekerjaan selesai.
• Weather Seal
Pemasangan kusen harus dilengkapi dengan weather seal (backing strip) di dalam
dan di luar sebagai lapisan pengisi, sebelum sealant dipasang.
• Pengujian
Jendela tipikal
Semua jendela tipikal dikerjakan lebih dahulu termasuk pemasangan kaca dan
sealant.
Contoh (sample) produksi aluminium tersebut harus ditest pada sebuah labotorium
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan test itu meliputi:
- Ketebalan lapisan ;
- Staining ;
- Berat ;
- Test korosi.
Konsultan Pengawas akan menguji kekuatan, kualitas pekerjaan dan kedap air
dari kusen tersebut, pekerjaan aluminium yang lain boleh dilanjutkan setelah
pekerjaan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

K.5. MASA PEMELIHARAAN


Bila sampai akhir masa pemeliharaan, Konsultan Pengawas berpendapat bahwa
curah hujan masih kurang untuk menguji kedapan air, maka Konsultan Pengawas
berhak menguji jendela dengan penyemprotan air secara kontinyu.
Bila terjadi keretakan, kebocoran dan sebagainya akibat hujan maupun
penyemprotan, harus diperbaiki kembali sehingga sempurna, tanpa biaya
tambahan.

L. JENDELA ALUMINIUM
Semua pekerjaan daun jendela aluminium dengan perlengkapan yang diperlukan
sesuai penjelasan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
• Bahan-bahan
Rangka aluminium untuk jendela yang ditunjukkan dalam gambar adalah
merupakan ide dasar Ahli, yang selanjutnya harus dilengkapi gambar kerja
oleh Pemborong sesuai dengan jenis profil aluminium yang akan digunakan.
Aluminium yang akan digunakan adalah produksi setara “ALEXINDO”.
Kaca, sesuai 3.10. Pada persyaratan teknis ini.
• Pelaksanaan
Lakukan pengukuran seteliti mungkin ditempat pemasangan, laporan
kelainan-kelainan yang terjadi pada Konsultan Pengawas agar mendapat
petunjuk lanjutan dan persetujuan sebelum pemasangan.

M. PEKERJAAN KACA
M.1. LINGKUP PEKERJAAN
Dalam lingkup ini meliputi pengadaan dan pemasangan kaca seperti yang tertera
dalam gambar-gambar.
Pengendalian Pekerjaan
- NI-3-1970 ;
- Keterangan dari Suplayer ;
- Persyaratan teknis.

M.2. BAHAN-BAHAN
Kaca jenis Raybend, kaca bening, kaca tempered dan kaca stopsol yang masing-
masing mempunyai ketebalan 5 dan 12 mm dipasang pada tempat-tempat
sesuai gambar pelaksanaan. Kaca-kaca tersebut harus mempunyai toleransi
ketebalan maksimal 3%, setaraf dengan produksi PT ASAHI MAS, Jakarta.
M.3. PELAKSANAAN
Kecuali dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas, kaca-kaca didatangkan ke
lapangan pekerjaan sudah dalam siap pasang.
Sebelum pemasangan, Pemborong harus mengambil ukuran-ukuran yang tepat
dari lubang-lubang/bukaan-bukaan kusen yang bersangkutan, sehingga jika ada
perubahan ukuran kaca di lapangan yang disebabkan tidak melakukan
pengukuran terlebih dahulu, menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.

N. PEKERJAAN FINISHING

N.1. PLESTER DAN ACIAN


• Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan acian seperti yang dijelaskan
dalam gambar-gambar perancangan dan petunjuk pengawas dilapangan.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan dan bahan harus sesuai dengan persyaratan dalam:
- NI-2-1971
- NI-3-1982
- NI-8-1972
- ASTM C 90-72
- ASTM B 615-72
• Bahan-bahan
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan terdiri dari
- Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat,
lumpur atau campuran-campuran lain sesuai dengan:
o NI-3 pasal 14
o NI-2 Bab 3.3
- Portland Cement
Portland Cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian yang membatu
dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam Nl-8. Dalam pekerjaan
pembangunan gedung ini menggunakan Portland Cement Setara “ TIGA
RODA “
Portland Cement ini dipakai untuk bahan plesteran dan acian pada pekerjaan
bata merah, acian pada struktur balok, plat konsol dan kolom utama.

- Air
Air harus bersih segar dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti:
minyak, asam dan unsur organik, kecuali ditunjukkan lain. Pemborong harus
menyediakan air kerja atas biaya sendiri
N.2. PERANCANGAN
• Campuran Adukan dan Plester
- Perbandingan campuran dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam
waktu 1 minggu dan tidak ada penambahan waktu lagi untuk itu.
- Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 4 ps digunakan pada daerah-daerah
seluruh dinding bata merah seperti ditunjukkan dalam gambar.
- Plester/adukan dengan campuran 1 pc : 2 ps digunakan pada daerah-daerah
basah untuk kedap air, seperti daerah toilet setinggi 160 cm dari lantai dan
daerah lainnya setinggi 20 cm dari lantai sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar.
- Plester/adukan harus dicampur dengan bahan “additive” untuk mencegah
keretakan yang tak diinginkan dan terlebih dahulu mendapat persetujuan ahli.
• Acian
Acian dibuat dalam campuran 1 pc : 2 air (volume) dan digunakan hanya pada
dinding-dinding yang akan di cat.

N.3. PELAKSANAAN
• Umum
Pergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang memadai.
Bersihkan semua permukaan yang akan dipletser dan disiram air hingga
jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Konsultan Pengawas,
dengan tebal plesteran kecuali bila dinyatakan lain adalah 20 mm dengan
toleransi minimal 15 mm dan maksimal 25 mm.
• Pencampuran
Membuat campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat
dilaksanakan bila ada izin dari Konsultan Pengawas.
• Pelaksanaan Adukan/ Plesteran
- Pesteran ke dinding bata biasa
Bersihkan permukaan dinding bata dari noda-noda debu, minyak, cat dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plester. Basahkan
sebelum pekerjaan dimulai.
- Pasang lapisan plester setebal yang diisyaratkan (20 mm), ratakan
dengan roskam kayu/almunium dengan panjang minimal 1,2 m. Basahkan
terus selama kurang lebih 3 hari.
- Untuk Pelaksanaan Acian harus rapih dan halus, sebelum diaci
permukaan plesteran atau permukaaan dinding yang akan diaci harus
disiram oleh air terlebih dahulu dan permukaan dinding plesteran harus
rata atau rapih, dan pada saat pekerjaan acian harus digosok terus
dengan amplas sampai berair dan halus, sehingga pekerjaan acian rapih
dan halus

O. PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

O.1. LINGKUP PEKERJAAN


Ini meliputi pengadaan dan pemasangan Keramik lantai seperti yang ditunjukkan
dalam gambar.
Pengendalian Pekerjaan
Seluruh Pekerjaan disesuaikan menurut standar Suplayer pengadaan.

O.2. BAHAN-BAHAN
• Keramik dinding ukuran 20 x 25 Kombinasi
• Keramik lantai 40 x 40 cm (Romangress/ setara)
• Keramik lantai Toilet dan Pantry 20 x 20 cm
• Bahan perekat
Untuk bahan perekat keramik yang akan dipergunakan untuk pemasangan
pada lantai adalah Portland Cement, biasa disaring / ayak dengan ayakan
halus dan disetujui Konsultan Pengawas.
• Contoh-contoh
Sebelum dilakukan pemasangan, Pemborong harus memberikan contoh data
teknis bahan-bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

O.3. PENYIMPANGAN
Ketika tiba di site, bahan keramik tile harus dalam keadaan dalam pak tertutup
dan bersegel, dan disimpan di ruang yang kering dan tertutup.

O.4. PEMASANGAN
• Sebelum lapisan keramik dipasang, permukaan lantai beton harus diberi
plester yang rata dan padat. Untuk lantai beton, tiap 12 m2 lantai harus dibuat
expansion joint yang gambar kerjanya diajukan kepada pengawas untuk
persetujuan sebelum pelaksanaan. Pemasangan keramik harus rata dan
toleransi nat 1,5-2 mm arah horizontal maupun vertikal tapi tidak kumulatif.
• Pengisi celah antara ubin digunakan acian portland cement putih dengan
diberi warna sesuai ubin yang dipasang yang dicampur dengan pasta khusus
pengisi nat/celah untuk keramik dan atas persetujuan Konsultan Pengawas.
• Pemotongan keramik harus menggunakan alat khusus potong keramik.
Apabila terdapat fixture saniter pada bidang tile tersebut, maka pemotongan
harus rapih dan diselesaikan/ditrim dengan rapih. Pemasangan harus
dilakukan oleh tukang yang ahli untuk pekerjaan ini.
• Konsultan Pengawas berhak menolak tukang yang dianggap tidak mampu/ahli
untuk pekerjaan dimaksud dan Pemborong harus segera mengganti dengan
tukang yang sesuai dan ahli serta disetujui oleh Konsultan Pengawas.
• Keramik yang sudah terpasang (dilantai) tidak boleh dibebani/diinjak sebelum
berumur 7 hari. Keramik harus dilindungi dengan plastik selama periode
konstruksi.

O.5. KEBERSIHAN KERJA


Segera sesudah pemasangan pekerjaan lantai, semua area harus dibersihkan
dari semen tersisa atau material lain yang mengotori dengan menggunakan alat
dan bahan khusus untuk pekerjaan ini.

P. PEKERJAAN CAT

P.1. LINGKUP PEKERJAAN


Bagian ini meliputi pengadaan cat dan pengecatan pada seluruh permukaan
dinding, langit-langit dan bagian lainnya yang tertuang dalam kontrak dan sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas

Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standar sebagai berikut:
NI-3-1970
NI-4

P.2. BAHAN-BAHAN
Cat serta pelapis-pelapis lain yang akan digunakan disini, adalah Untuk Dinding
Interior menggunakan Cat kualitas Setara DANABRITE dan Dinding exterior
menggunakan Cat weathershield kualitas Setara MOWILEX Semua cat dasar
dan cat akhir yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dari satu pabrik. Warna-
warna akan ditentukan oleh tim teknis beserta owner kemudian. Cat dinding luar
harus memenuhi persyaratan tahan terhadap cuaca.

P.3. PERSETUJUAN AHLI


Semua cat yang akan dipakai harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas sampai adanya keputusan boleh atau tidak boleh dipakai didalam
pekerjaan. Cat didatangkan kelapangan pekerjaan dalam kaleng-kaleng asli dari
pabrik, lengkap dengan cap perusahaan, merek dan sebagainya.

P.4. PELAKSANAAN
• Sebelum dilaksanakannya pengecatan bidang permukaaan yang akan dicat
harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang menempel pada
bidang yang akan dicat. Pelaksanaaan pengecatan atas semua permukaan
sesuai dengan aturan pakai yang dijelaskan oleh pabrik pembuat cat.
• Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas aturan
pemakaian cat dari pabrik pembuat cat yang disetujui Konsultan Pengawas.
• Sebelumnya dilakukan pengecatan, dilakukan pelapisan dasar dengan bahan
alkali yang kemudian dilanjutkan dengan pengecatan yang dilakukan
sebanyak dua lapis pengecatan.
• Apabila diperlukan, Kontraktor harus melakukan konsultasi kepada
pabrik/pengawas teknis pabrik sebagai yang disarankan dan disetujui
Konsultan Pengawas

Q. PEKERJAAN LISTRIK
Q.1. SPESIFIKASI KABEL LISTRIK YANG DIPERGUNAKAN ADALAH :
• Kabel Listrik NYM
• Penandaan
Kode pengenal
Huruf Kode Komponen
N = Kabel jenis standard dengan tembaga sebagai penghantar
Y = Isolasi PVC
M = Selubung PVC
re = Penghantar padat bulat
m = Penghantar bulat berkawat banyak
-I = Kabel dengan system pengenal warna inti hijau kuning
-O = Kabel dengan system pengenal warna inti tanpa hijau kuning
• Penandaan kode pengenal dilengkapi dengan luas penampang penghantar
dan tegangan pengenal.

• Tanda Pengenal Inti


Isolasi inti memiliki warna hijau-kuning, atau biru-muda, atau merah, atau
hitam, atau kuning. Khusus warna hijau-kuning tersebut pada seluruh panjang
inti dan dimaksudkan untuk penghantar tanah. Sepotong inti sepanjang 15
mm dari bagian manapun juga dari inti hijau-kuning tersebut, harus
sedemikian rupa sehingga salah satu warna meliputi permukaan tidak kurang
dari 30% dan tidak lebih dari 70% dari seluruh permukaan, sedangkan
permukaan sisanya berwarna yang lain.
• Warna Selubung Luar
Warna selubung luar kabel yang termasuk dalam spesifikasi ini harus putih
atau putih keabu-abuan atau putih kekuning-kuningan.
• Penandaan Pada Kabel
Pada permukaan luar isolasi memiliki tanda pengenal dengan cara cetak atau
timbul yang jelas dan tidak mudah terhapus, sesuai dengan SPLN 40-1,
dengan jarak antara tidak melebihi 20 cm.
• Penandaan sekurang-kurangnya adalah:
- Tanda standard SPLN 42;
- Tanda pengenal produsen;
- Kode pengenal;
- Luas penampang penghantar;
- Tegangan pengenal;
- Tanda pengenal Badan Penguji, bila telah mengadakan perjanjian
pengawasan mutu dengan Badan Pengujian.
• Bahan kabel
- Penghantar
Penghantar harus dari bahan tembaga polos yang dipijarkan sesuai
dengan SPLN 41-1.
- Isolasi
Isolasi harus terbuat dari bahan thermoplastik PVC jenis YJ/C, sesuai
dengan SPLN 41-2.
- Lapisan Pembungkus inti
Lapisan pembungkus inti harus terbuat dari komponen yang plastis, dan
sedemikian rupa sehingga mudah dibuka tanpa merusak inti-inti kabel.
- Selubung Luar
Selubung luar harus terbuat dari bahan thermoplastic PVC jenis YM/4
sesuai SPLN 41-2.

• Karakteristik kabel
- Resistans Penghantar
Resista
ns penghantar kabel yang diukur sesuai dengan SPLN 39, nilai resistans
penghantar setiap inti tidak boleh melebihi persyaratan maksimum
sebagaimana tercantum dalam SPLN 41-1.
- Resistans Isolasi pada 20 oC
Pengukuran resistans isolasi diukur sesuai dengan SPLN 39, nilai
resistans isolasi masing-masing inti terhadap inti/gabungan inti yang lain
pada kabel utuh tidak boleh kurang dari nilai spesifikasi yaitu 50
M.Ohm.Km. Apabila suhu pengukuran selain 20 oC, maka resistans
isolasi harus dikoreksi ke suhu 20 oC dengan mengalikan factor koreksi.
- Resistans isolasi Pada 70 oC
Pengukuran resistans isolasi dilaksanakan sesuai dengan SPLN 39,
antara penghantar dan air.
- Contoh uji sepanjang 5 m, setelah lapisan pembungkus inti dan selubung
luar dikupas, harus direndam dalam air pada suhu 70 oC selama
minimum 2 jam.
- Ujung-ujung inti harus menonjol diatas permukaan air, minimum 0,25 m.
Nilai resistans tidak boleh kurang dari 0,0010 M.Ohm.K untuk kabel
3x2,5re dan 0,009 M.Ohm.K untuk kabel 3x2,5rm.

• Uji Tegangan Pada Inti Kabel


- Pengujian dilakukan pada contoh uji sepanjang 5 m. selubung dan lapisan
pembungkus lainnya atau pengisi harus dikupas tanpa merusak inti-inti
kabel. Kemudian contoh uji direndam dalam air pada suhu (25 5) oC
selama minimum 1 jam; dan setiap inti harus mampu menahan tegangan
2000 Volt. Lama pengujian minimum 5 menit.
- Uji Tegangan pada Kabel Utuh
- Pengujian dilakukan pada contoh uji sepanjang minimum 10 m. Kemudian
contoh uji direndam dalam air pada suhu (25 5) oC selama minimum 1
jam; dan harus mampu menahan tegangan 2000 Volt selama maksimum
5 menit, yang dikenakan pada :
- Setiap inti dengan gabungan inti-inti yang lain dan air;
- Semua inti-inti digabungkan bersama dengan air.
• Karakteristik Hambatan Api
- Kabel harus mempunyai karakteristik memadamkan sendiri nyala apinya,
jika sumber api dijauhkan, sebagaimana pengujian dilakukan sesuai
dengan SPLN-39.
- Kuat Hantar Arus (KHA)
Kuat hantar arus maksimum didasarkan pada daya hantar arus secara
terus menerus pada suhu penghantar tidak melebihi 70 oC.
- Besarnya arus yang berlaku untuk kabel tunggal pada suhu keliling
maksimum 30 oC adalah 25 Ampere dan 40 oC adalah 22 Ampere.
- Jumlah kawat penghantar untuk jenis kabel 3x2,5re adalah 1 buah dan
untuk jenis kabel 3x2,5rm adalah 7 buah.
- Diameter kawat penghantar untuk jenis kabel 3x2,5re adalah 1,78 mm
dan untuk jenis kabel 3x2,5rm adalah 0,67 mm.
- Tebal isolasi nominal untuk jenis kabel 3x2,5re dan 3x2,5rm adalah
0,8mm.
- Tabel lapisan pembungkus inti untuk jenis kabel 3x2,5re dan 3x2,5rm
adalah 0,4 mm.
- Tebal selubung nominal untuk jenis jenis 3x2,5re dan 3x2,5rm adalah
1,2mm.
- Diameter luar untuk jenis kabel 3x2,5re adalah 10-12 mm dan untuk jenis
kabel 3x2,5rm adalah 10-12,5 mm.

Q.2. PEMASANGAN KELISTRIKAN


• Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus dikerjakan oleh tenaga ahli/
instalatir listrik yang telah mendapat ijin dari PLN.
• Semua pekerjaan harus disesuaikan dengan gambar dan petunjuk petugas
dari instalatir listrik/PLN.
• Instalasi baru dapat diterima apabila Pemborong/Kontraktor menyerahkan
KEUR VERKALRING (surat kir) dari PLN, atau dengan pengertian sampai
menyala (fungsional).
• Semua bahan yang dipergunakan harus berkualitas baik dan memenuhi
standard PLN.
• Sebelum melaksanakan pekerjaan gambar shop drawing instalasi penerangan
dan daya kepada pemberi tugas.
• Bila ada pelaksanaan pekerjaan terjadi perubahan-perubahan jumlah maupun
posisi instalasi penerangan dan daya yang disebabkan dari perubahan
perencanaan arsitekturnya maka pemborong wajib mengikuti perubahan
tersebut supaya pekerjaan instalasi penerangan dan daya sesuai dengan
yang diinginkan pemberi tugas.
• Pemborong wajib memperhatikan sistem-sistem pengamanan yang diperlukan
sesuai dengan peraturan-peraturan tentang instalasi listrik yang berlaku di
Indonesia.
• Hal-hal yang belum disebutkan dalam spesifikasi ini dan itu merupakan syarat
agar pekerjaan dapat dilaksanakan maka pemborong wajib
melaksanakannya.
• Bahan instalasi listrik yang digunakan meliputi:
- pasangan Lampu Model TL LED,
- lampu LED 8 watt merk Philips atau setara,
- lampu LED 12 watt merk Philips atau setara,
- Lampu LED Strip Roll
- pemasangan titik lampu, stop kontak, schakelar lengkap dengan
instalasinya.
• Semua bahan-bahan (lampu, stop kontak, schaklar dan lainnya) yang
digunakan untuk pemasangan instalasi listrik semua harus merupakan barang
baru, berkualitas baik dan tidak ada yang rusak yang akan menurunkan mutu,
dengan pemasangan sesuai gambar rencana.

R. PEKERJAAN SANITAIR
R.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-
alat bantu lainnya uyang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
Pekerjaan sanitary ini dipasang pada ruang toilet / kamar mandi / WC serta
seluruh detail yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.
R.2 Persyaratan Bahan
Bahan – bahan yang digunakan sebagai berikut :
-. Tandon Air Kapasitas 2000 Liter
-. Pipa PVC AW Ø 2”

S. PEKERJAAN PENUTUP
Meskipun dalam uraian Proposal Teknis ini tidak dibuatkan kata-kata yang harus
disediakan, yang harus dipasang tetapi tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan ini, maka perkataan tersebut diatas dianggap ada dan dianggap
dimuat di Proposal Teknis ini.
Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari bangunan ini tetapi tidak
diuraikan atau tidak dimuat dalam Proposal Teknis ini dan harus tetap
diselenggarakan dan diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana maka pekerjaan
tersebut dianggap diuraikan dan dimuat dalam Proposal Teknis ini untuk menuju
penyerahan serta penyelesaian yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi.
Meskipun dalam uraian Proposal Teknis ini tidak dibuatkan kata-kata yang harus
disediakan, yang harus dipasang tetapi tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan ini, maka perkataan tersebut diatas dianggap ada dan dianggap
dimuat di Proposal Teknis ini.

PEDOMAN PEMELIHARAAN BANGUNAN


1. Tujuan Pemeliharaan
Pemeliharaan bertujuan supaya sarana bangunan bertahan lama dan dapat digunakan
secara efektif dan efisien.
Pada dasarnya pemeliharaan itu bersifat perbaikan ringan.

2. Ruang Lingkup Pemeliharaan


Meliputi :
a. Perawatan
Untuk menjamin kelestarian bangunan baik fisik maupun fungsi dari bangunan
tersebut.
Bersifat perbaikan ringan atau sementara.
b. Perbaikan/Penyempurnaan
Perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan bangunan/fungsi bangunan yang
telah selesai dibangun.
Peningkatan fungsi bangunan.
Pembaharuan bangunan akibat bencana alam dan sebagainya.
Pembaharuan bangunan akibat usia yang sudah lama atau karena dilakukan
penggantian type beberapa komponen bangunan yang dianggap sudah tidak
mendukung.
c. Pengamanan
Untuk mengamankan bangunan terhadap kerusakan, gangguan dan
penyalahgunaan.
Untuk mengamankan dari binatang yang mengotori atau merusak bangunan
tersebut sebelum digunakan.
Penelitian dan persiapan untuk pengembangan lebih lanjut atas objek yang
dipelihara
Penelitian dan persiapan untuk pembangunan lebih lanjut pengembangan.
Peningkatan fungsi bangunan sesuai dengan kemajuan atau peningkatan tingkat
perekonomian warga desa.

3. Penggolongan Pekerjaan Pemeliharaan


a. Perawatan terus menerus (rutin dan teratur)
- Pembersihan
ruangan-ruangan dari sampah dan kotoran.
- Pembersihan terhadap kaca, jendela dan lain-lain.
- Pembersihan dan penyiraman WC untuk menjaga kesehatan.
b. Perawatan berkala
- Perbaikan atau pengecatan kusen-kusen, pintu, tembok, dan komponen
bangunan lainnya yang sudah terlihat kusam.
- Perbaikan penutup atap yang rusak/pecah sehingga tidak terjadi kebocoran.
- Pembersihan ruangan-ruangan dari sampah dan kotoran.
- Pembersihan terhadap kaca, jendela dan lain-lain.
c. Perbaikan darurat
- Dilakukan terhadap kerusakan yang tidak terduga sebelumnya dan berbahaya/
merugikan apabila tidak diantisipasi secepatnya.
- Perbaikan bersifat sementara dan harus cepat selesai sehingga :
o Kerusakan tidak bertambah parah
o Explotasi tidak terganggu
o Dilakukan secara swakelola
o Harus segera dilakukan perbaikan permanen.

d. Hal-hal yang perlu sehubungan dengan pemeliharaan


- Staf / karyawan yang bertugas pada instansi yang bersangkutan.
- Pekerja tetap.
- Masyarakat sekitar instansi yang bersangkutan.

4. Akibat Pemeliharaan Buruk


- Kondisi bangunan akan merosot/cepat rusak.
- Fungsi dari bangunan serta kegiatan/aktivitas dalam lingkup bangunan akan
terganggu.
- Berbahaya untuk keamanan penghuni bangunan
- Diperlukan biaya rehabilitasi yang lebih mahal.
- WC akan menjadi tidak sehat dan menimbulkan penyakit.

5. Perincian Pekerjaan Pemeliharaan


Perincian pekerjaan pemeliharaan dilaksanakan terhadap :
a. Atap.
Pekerjaan pemeliharaan atap meliputi :
- Genteng/penutup atap lainnya harus berkualitas baik, tidak mudah pecah
sehingga akan menyebabkan kebocoran.
- Genteng/penutup atap lainnya sebaiknya difinishing memakai bahan yang
tahan terhadap cuaca.
- Apabila mengalami kebocoran, harus segera diganti agar tidak merusak yang
lainnya seperti plafond, dinding, dan sebagainya.
b. Kaca
Pekerjaan pemeliharaan kaca meliputi :
- Kaca harus dibersihkan setiap hari dari segala kotoran atau debu.
- Jendela kaca engselnya diberi pelumas supaya lancar membuka dan
menutupnya.
- Kaca yang pecah agar segera diganti.
c. Dinding.
Pekerjaan pemeliharaan dinding meliputi :
- Dinding harus selalu bersih dari kotoran dan harus selalu kering.
- Dinding yang catnya telah pudar harus segera dicat kembali.
d. Lantai.
Pekerjaan pemeliharaan lantai meliputi :
- Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dan kering.
e. WC.
Pekerjaan pemeliharaan WC meliputi :
- Dibersihkan setiap hari.
- Jangan membuang air sabun dan barang lainnya yang bisa menyumbat ke
dalam closed.
- Kotoran yang ada di lantai jangan dibuang ke dalam saluran pembuangan
karena akan menyumbat saluran tersebut.

f. Peralatan yang menyangkut pekerjaan besi.


Pekerjaan pemeliharaan peralatan yang menyangkut pekerjaan besi meliputi :
- Dilakukan pengecekan berkala setiap bulan untuk memastikan bahwa
peralatan tersebut masih layak dipergunakan.
- Cat yang terkelupas segera diperbaiki agar tidak berkarat dengan cara
diampelas dahulu bagian yang terkelupas setelah bersih dari kotoran baru
dilakukan pengecatan
g. Kelistrikan dan sarana air bersih
Pekerjaan pemeliharaan listrik dan air bersih meliputi :
- Sambungan-sambungan listrik harus benar-benar tertutup rapat untuk
menghindari hubungan singkat apabila terkena air bocor dan supaya tidak
membahayakan.
- Instalasi listrik harus dicek setiap 5 (lima) tahun sekali.
- Sekring tidak terlalu besar kabelnya, sebaiknya dipergunakan yang sesuai
dengan daya listriknya.
- Apabila tidak digunakan sebaiknya dimatikan, selain untuk menghemat biaya
operasional juga memperpanjang umur daripada instalasi tersebut.
- Sumber air bersih sebaiknya diletakkan minimal dengan jarak 20 m dari bak
saluran air kotor (septictank dan peresapan).
- Saluran air bersih sebaiknya harus mempergunakan pipa PVC yang baik
mutunya dan tahan lama.
- Untuk saluran yang bocor segera diperbaiki/diganti.
- Untuk saluran yang bocor segera diperbaiki/diganti.

Anda mungkin juga menyukai