Anda di halaman 1dari 2

Pengasuh:

Prof. DR. H. Imam Muchlas

REKAYASA TERLAKNAT (4)


Dan hadis berikut (Terjemahnya):
Dari Ibnu Abbas bahwa Hilal
bin Umayyah menuduh istrinya berzina di zaman Nabi Saw. Hilal menuduh istrinya berzina dengan Syuraik
bin Samha`. Maka Nabi Saw bersabda: Pilih membawa bukti atau dihukum jilid punggungmu?
Hilal menjawab: Bagaimanakah
jika salah seorang dari kami melihat
istri berzina dengan seorang laki-laki,
apakah dia harus pergi mencari saksi
sebagai bukti ya Rasullullah? Beliau
bersabda: pilih membawa bukti atau
dihukum jilid punggung kamu?
Hilal berkata: Demi Allah yang
mengutus tuan dengan benar, sungguh aku yang benar dan Allah pasti
menurunkan wahyu yang menyelamatkan punggungku dari hukuman.
Maka Jibril turun menyampaikan
wahyu (Al-Quran S.24 An-Nur 6 Dan
orang-orang yang menuduh istrinya
(berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang
itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia
adalah termasuk orang-orang yang
benar)
Lalu Nabi Saw pergi memerintahkan mencari istri Hilal. Kemudian
hilal datang dan bersaksi. Tetapi Nabi
Saw bersabda: Allah mengetahui
bahwa salah seorang kalian itu bohong, maukah kalian bertobat Lalu
si perempuan itu berdiri dan bersumpah. Ketika sampai sumpahnya yang
ke-5 para sahabat menghentikannya
dan mereka berkata: Sudah cukup
kuat.
Ibnu Abbas berkata: Perempuan itu memperlambat dan mundur,
sampai aku menduga dia akan kembali Lalu perempuan itu berkata: Aku tidak mau membuka kejelekan
kaumku sepenuh hari Nabi Saw
bersabda: Perhatikanlah perempuan
itu bila dia datang dengan celak mata
yang hitam betisnya agak besar artinya untuk Syuraik bin Samha`.
Maka waktu perempuan itu
datang persis seperti yang digambarkan tadi maka Nabi Saw bersdabda: Jika seandainya belum
terjadi firman Allah berarti untuk aku
sedangkan perempuan tadi mempunyai masalah (HR Bukhari
no.4378).

24

MPA 284
283 / Mei
April2010
2010

@ Hukum zina dalam KUHP


Adapun hukuman pelaku zina
atau menuduh zina dalam Negara
yang nonmuslim, khususnya di Negara Republik Indonesia dapat
dicatat sebagai berikut:
Peringkat kedudukan hukum di
Indonesia dari atas ke bawah ialah:
i. Pancasila
ii. Ketetapan MPR.
iii.Undang-undang Dasar
iv. Undang-undang
v. Peraturan Pemerintah
vi. Peraturan Menteri, ke bawah
sampai ke kelurahan.
Dalam hal hukuman pelaku zina
diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) pasal 284 dengan keterangan:
A. Delik zina diatur dalam Pasal 284296 KUHP yang dapat dikategorikan sebagai salah satu kejahatan
terhadap kesusilaan. Delik-delik
kesusilaan dalam KUHP terdapat
dalam dua bab, yaitu Bab XIV Buku II yang merupakan kejahatan
dan Bab VI Buku III yang termasuk
jenis pelanggaran.
Pasal 284-296 mengatur tentang
zina dan sebagainya yang berkaitan
dengan perbuatan cabul atau hubungan seksual. Zina pada hakekatnya
adalah melakukan hubungan badan
di luar nikah; Sayangnya dalam pasal
284 KUHP yang berlaku sekarang mengalami penyempitan makna menjadi
zina hanya dilakukan oleh orang yang
salah satunya terikat perkawinan dengan orang lain, berarti jika orang
yang melakukan zina yang keduanya
belum memiliki tali perkawinan maka
perbuatan tersebut tidak dipidana.
Pasal 284 KUHP ini adalah DELIK ADUAN artinya tidak mungkin
perbuatan zina itu diproses peradilan
jika tidak ada yang mengadukan oleh
pihak yang dirugikan(suami atau istri)
yang dikhianati pasangannya.
Dalam RUU-KUHP pasal 420
dinyatakan: Laki-laki dan perempuan yang masing-masing tidak terikat
perkawinan yang sah melakukan persetubuhan, dan karenanya mengganggu perasaan kesusilaan masyarakat setempat, dipidana dengan penjara paling lama satu tahun atau denda Rp. 750 ribu.
Kumpul kebo pun diancam hukuman pidana. Ini diatur dalam pasal
422 RUU: Seorang yang melakukan
hidup bersama sebagai suami istri di

luar perkawinan yang sah karenanya


mengganggu perasaan kesusilaan
masyarakat setempat dipidana penjara dua tahun.
Semua itu tidak diproses-penuntutan Pengadilan kecuali atas pengaduan keluarga salah seorang sampai
derajat ketiga, kepala adat atau oleh
kepala desa atau lurah setempat.
B. Tentang perbuatan menuduh zina
tidak ada ketentuannya dalam
KUHP, tetapi yang ada ialah Delik
Aduan Pencemaran Nama Baik
atau penghinaan dan menfitnah
yang menjadi DELIK ADUAN, jika
tidak ada pengaduan, maka tidak
dapat diurus.
Dari sudut pandang KUHP yang
baru, maka Pasal 511 sampai dengan
Pasal 515 mengatur masalah penghinaan maupun fitnah khususnya yang
disiarkan dalam pemberitaan Pers.
Pasal 511 Ayat (1) RUU KUHP mengatur kriteria tindak pidana penghinaan. Unsur-unsurnya ialah:1) setiap
orang; 2) dengan lisan; 3) menghina
menyerang; 4) kehormatan atau nama
baik orang lain; 5) menuduhkan suatu
hal; 6) dengan maksud supaya hal
tersebut diketahui umum.
Pasal 511 Ayat (1) RUU KUHP
menetapkan ancaman hukuman pidana penghinaan penjara maksimal 1 tahun atau denda paling banyak Rp. 30
juta.
~ Untuk tindak pidana tersebut
yang dilakukan secara tertulis
diatur dalam Pasal 511 Ayat (2)
RUU KUHP yang menetapkan ancaman hukuman penjara paling lama 2
tahun atau denda paling banyak
Rp. 30.000.000,-.
~ Untuk tindak pidana fitnah,
diatur dalam Pasal 512 RUU KUHP.
Tindak pidana fitnah itu sendiri merupakan pengembangan dari tindak
pidana penghinaan baik yang diatur
dalam Pasal 511 Ayat (1) maupun Ayat
(2) RUU KUHP.
Tindak pidana fitnah ialah tindak
pidana penghinaan yang tidak terbukti, bagi pelaku penghinaan dituntut untuk membuktikan kebenaran apa yang dituduhkannya, dan jika apa
yang dituduhkan oleh si pelaku tersebut tidak terbukti, maka ia telah melakukan tindak pidana fitnah.
Apabila tindak pidana fitnah itu
dilakukan melalui media pemberitaan
pers maka tindak pidana fitnah tercakup dalam Pasal 511 yat (2) RUU
KUHP. Untuk tindak pidana fitnah
(Pasal 512 RUU KUHP) ancaman hukumannya adalah pidana penjara pal-

ing sedikit 5 tahun atau denda paling


sedikit Rp. 30.000.000,-maksimal Rp.
75.000.000.
Pasal 513 Ayat (1) RUU KUHP
menetapkan bahwa pelaku tidak dihukum jika dia mendapat pemaafan dari
korban fitnah atau hinaan (Pasal 513
Ayat 3 RUU KUHP) yang dilakukan
secara lisan maupun secara tertulis
Berdasarkan Pasal 512 Ayat (2)
RUU KUHP pembuktian kebenaran
tuduhan yang dibuat oleh terdakwa
penghinaan atau fitnah sepenuhnya
tergantung pada keputusan hakim,
BAB DUA
Rekayasa menuduh zina
Masalah ke-2: Bagaimana hukuman pelaku pembuat tuduhan zina dengan tuduhan yang memang buatan
hasil rekayasa? Jawaban sementara:
Pelaku yang membuat rekayasa tuduhan zina hukumnya adalah fasik, menuduh zina dan membuat persaksian
palsu maka harus dihukum dua perkara lalu dihukum seberat-beratnya.
A. Menurut Hukum Islam
1. Menuduh zina
Menurut Hukum Islam perbuatan menuduh zina khususnya yang
tidak memenuhi syarat hukum, tidak
membawa 4 orang saksi laki-laki dengan pembuktian yang sangat kuat
sekali, melihat dengan mata kepala,
pada saat yang sama dan semua persaksian serba sama, maka pelaku penuduh dihukum 80 jilid, dicap sebagai orang yang fasik dan tidak diterima menjadi saksi, sebagaimana ditentukan dalam Al-Quran S.24 An-Nur 4.
Sebaliknya jika tuduhan itu memenuhi persyaratan lengkap dan diakui sah oleh majelis hakim maka orang yang dituduh dikenakan hukuman rajam bagi yang sudah kawin
atau dipukul 100 jilid bagi yang belum
kawin ditambah hukuman dibuang
dan diasingkan satu tahun.
2. Rekayasa membuat tuduhan palsu
Allah sudah menetapkan hukum
terhadap perbuatan rekayasa (Iftira=
) diatur dalam Al-Quran,
yaitu dalam surat/ayat yang cukup
banyak: Al-Quran s3a94, s4a48,
s6a31, s6a94, ss6a144 dsb.
~ Ar-Raghib dalam Mufradat
(tth: 393) mencatat bahwa Al-Quran
mengkhususkan makna Iftira=

rekayasa itu maknanya ialah: (1)


Berbuat bohong kepada Allah, (2)
Zalim terhadap hamba Allah; (3)
Musyrik menyembah tidak menyembah Allah. Termaktub dalam Al-Quran

s4a48; s4a50; s6a140; ss5a103;


ss32a3; s46a8; s10a60; s10a37;
s11a50; s19a27.
Contohnya ialah orang yang
mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah dan sebaliknya
menghalalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah maka dia itu adalah
pembuat rekayasa bohong kepada
Allah, sebab bertentangan dengan
hakikat kebenaran. Dalam Al-Quran
Allah berfirman bahwa orang kafir
berkata:
~ Dan mereka mengatakan:
Inilah binatang ternak dan tanaman yang dilarang; tidak boleh memakannya, kecuali orang yang kami kehendaki menurut anggapan
mereka, dan ada binatang ternak
yang diharamkan menungganginya
dan binatang ternak yang mereka
tidak menyebut nama Allah di waktu
menyembelihnya, semata-mata membuat-buat kebohongan terhadap
Allah. Kelak Allah akan membalas
mereka terhadap apa yang selalu
mereka ada-adakan(138) Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan
mereka mengharamkan apa yang
Allah telah rezekikan kepada
mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk(A.6 Al-Anam 138-140)
~ Kitab Al-Irsyad ila Shahihil
Itiqadf (1h174) menyatakan bahwa
orang yang menuduh Nabi Muhammad Saw sebagai orang gila, majnun,
tukang sikhir dan sebagainya adalah
pembuat rekayasa, ini tidak benar
alias bohong.
~Kitab Al-Injil wash-Shalib
(1h183) menyatakan bahwa orang
yang mengatakan Nabi Isa itu Tuhan
adalah rekayasa, tidak benar alias
bohong.
~ Kitab Al-Bida wa Atsaruha
(1h19) menyatakan bahwa orang
yang menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah dan sebaliknya adalah rekayasa, tidak benar sama dengan bohong.
~ Kitab Ash-Shufiyah wa Thuruqiha (1h8) para tokoh Tarikat yang
mengaku atau mengakukan gurunya
sudah bertemu dengan orang yang
sudah meninggal jauh sebelumnya
maka dia termasuk rekayasa, tidak
benar alias bohong.
~ Kitab Al-Mufashshal (1h169)
mereka yang mengubah hukum halal
menjadi haram atau mengubah yang

halal menjadi haram adalah rekayasa


bohong. Menetapkan halal-haram semau gue sebagaimana yang dicontohkan dalam Al-Quran s6a136-165
dijelaskan bahwa setan itu hobinya
mengajak dan menggoda manusia ke
neraka, dengan meniru dan menaati
adat nenek moyangnya. Mereka harus diperingatkan bahwa setan itu
mengajak kepada kejahatan, sedangkan Allah itu menyuruh kepada jalan
yang baik jalan ke surga (Baca AlQuran s7a27-33)..
~ Kitab Al-Mufashshal fi Syarhi
Ayatil Wala (1h169) menyatakan
bahwa siapa yang mengaku melihat
takdir adalah rekayasa bohong.
~ Kitab Risalatut Tauhid AdDahlawi (1h127) menyatakan bahwa
orang yang menetapkan sesuatu hukum agama yang tidak bersumber dari
wahyu dari Allah adalah rekayasa bohong terhadap Allah.
~ Kitab Aqidah Ahlis Sunnah
(3h1019) faham-faham aliran ArRafidhah, faham Aliran Al-Babawiyah banyak sekali rekayasa bohong,
misalnya Nikah Mutah, Muhallil,
ajaran yang mendewa-dewakan Ali
bin Thalib dikatakan sebagai wajah
Allah dan lain-lain semua rekayasa
bohong kepada Allah.
@Niat pembuatan kepalsuan
Niat semua pelaku pembuat kepalsuan (rekayasa) itu tidak lain kecuali ingin mencari keunntungan bernilai rendah khususnya ingin mencari
kenikmatan dunia. Allah sendiri yang
menyebutkannya dalam Al-Quran
s2a41; s2a79; s2a174; s3a77, s3a187;
s3a199; s5a44; s5a106; s9a16a95.
~ Allah melarang kita semua
menjual murah ayat Allah, dengan
mencampur yang benar dicampur dengan yang salah: Allah berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Allah
mengambil janji dari orang-orang
yang telah diberi kitab (yaitu): Hendaklah kamu menerangkan isi kitab
itu kepada manusia, dan jangan kamu
menyembunyikannya. Lalu mereka
melemparkan janji itu ke belakang
punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.
Amatlah buruk tukaran yang mereka
terima(S.3 Ali Imran 187).
~ Orang-orang Ahli Kitab menjual ayat-ayat Allah dengan cara membuat, menyembunyikan, menghapus
sebagian dan membuat rekayasa kitab suci lalu mengakukannya wahyu
dari Allah, mereka berdusta kepada
Allah, maka mereka akan celaka. z
Bersambung

MPA 284 / Mei 2010

25

Anda mungkin juga menyukai