Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena


dengan petunjukNyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
makalah ini akan mambahas tentang zat aditif. Setiap poin yang dituliskan, juga akan tersaji
bersama dengan penjelasannya. Jadi, penyusun Makalah ini sudah bisa menjadi petunjuk
untuk kita semua dalam proses pembelajaran. Namun jika ada yang masih kurang, mohon
memberikan kritik dan saran. Karena walau bagaimanapun penyusun juga masih
mengharapkan kritik dan saran untuk kelengkapan makalah ini. Ucapan terimakasih kepada
Dosen penanggung jawab mata kuliah yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan juga
bermanfaat dalam perkuliahan.

Medan,28 April 2019

Laura Era Nauli Situmorang


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan adalah kebutuhan yang mutlak bagi manusia. Tanpa makanan manusia tidak
bisa menjalankan aktifitas. Mahluk hidup didunia ini perlu makan. Didalam makanan banyak
terkandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh kita. Diera globalisasi ini teknologi semakin
canggih makanan dapet dibuat dengan berbagai bentuk. Bahkan makananpun dapat dibuat
dari zat anorganik menjadi organik.
Makanan dapat juga di buat dari mikroorganisme. Maka tidak jarang makanan yang
banyak mengandung zat-zat kimia yang dapat merusak tubuh. Sebagian besar banyak
makanan yang mengandung zat-zat kimia salah satunya zat aditif. Tanpa disadari manusia
secara tidak langsung mengkonsumsi zat adiktif itu. Jadi, jika kita tidak pintar memilih
makanan maka akan mengganggu fungsi organ kita.

B. Rumusan Masalah
Dari judul makalah yang saya buat, saya dapat merumuskan masalah yaitu:
1. Apa itu zat aditif?
2. Apa saja macam –macam zat aditif pada makanan?
3. Bagaimana cara kerja analisa dan pemeriksaan pada makanan?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian dari zat aditif.
2. Mengetahui macam –macam zat aditif
3. Mengetahui cara kerja analisa dan pemeriksaan pada makanan

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini saya menggunakan metode,yaitu:
1. Metode Literatur
metode literature adalah suatu metode yang mengumpulkan data dengan melalui studi
perpustakaan yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
Dalam makalah ini banyak menggunakan metode literature karena bahan dari hasil penelitian
kurang memadai untuk membuat makalah ini, maka penulis harus mengambil bahan dari
pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zat Adiktif

Zat adiktif adalah zat aktif yang jika dikonsumsi oleh organisme hidup, maka dapat
menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan efek ketergantungan atau adiksi yang sulit
dihentikan.
Pengertian Zat Adiktif Menurut Para Ahli :
Menurut WHO dan FAO

 Zat Adiktif yaitu bahan-bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan
dalam jumlah yang sedikit. Tujuannya adalah untuk menambahkan cita rasa, warna,
bentuk, tekstur serta mempertahankan lamanya penyimpanan.
 Serta menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.329/Menkes/PER/XII/76
yaitu bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu serta kualitas makanan. Jadi dapat disimpulkan, zat aditif adalah
zat yang ditambahkan pada makana saat pengolahan makanan untuk meningkatkan
mutu makanan.

Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika adalah zat adiktif yang menghasilkan
suatu reaksi biologis pada tubuh, tetapi tidak menghilangkan kesadaran
penggunanya. Biasanya zat ini memengaruhi kerja tubuh seperti meningkatkan kewaspadaan,
melemaskan otot, atau sebagai anti depressan ringan.
Kopi dan teh adalah produk yang termasuk dalam kategori ini.
Kafein yang terkandung di dalam kopi dan teh (kopi memiliki kandungan kafein yang lebih
tinggi) dapat membuat kamu terjaga dan berkonsentrasi dengan meningkatkan kewaspadaan
pada otak.
Untuk barang yang dijual dengan bebas terbatas biasanya termasuk ke dalam
golongan antidepressant ringan, misalnya rokok atau minuman beralkohol. Nikotin dalam
rokok dapat membuat penggunanya merasa terrelaksasi dan tenang, begitu pula dengan
alkohol pada minuman beralkohol (walaupun jika dikonsumsi terlalu banyak akan
menyebabkan kondisi tidak sadar/mabuk).

B. Macam-macam Zat Adiktif

1. Zat Pewarna

Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih
segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna
yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami
Dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun
pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, warna cokelat dari buah cokelat, warna
merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari
zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk
makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia
Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan,
yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum
tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan
minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan
minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh
karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-
hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin
dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman
tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye
dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye
biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan
gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya
yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai
produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
Tabel 1.1

Contoh pewarna yang diijinkan dan tidak diijinkan

Pewarna yang
No Pewarna yang tidak diijinkan
diijinkan

1 Biru berlian Auramine Fast Yellow AB Orange G

2 Cokelat HT Orange RN Black 7984 Magenta

3 Eritrosin Metanil Yellow Ponceau SX Chrysoine

Chocolate
4 Hijau FCF Oil Yellow AB Sudan 1
Brown FB

5 Hijau S Alkanet Guinea Green B Orange GGN

Orchil and
6 Indigotin Burn Umber Violet 6 B
Orcein
Citrus Red
7 Karmoisin Oil Orange SS Ponceau 6 R
No. 2

8 Kuning FCF Fast Red E Oil Yellow

Indantherene Blue
9 Kuning Kuinoiin Butter Yellow
RS

10 Merah Alura Ponceau 3 R Chrysoidine

2. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa

Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan.
Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester.
Contoh:
Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil
propionat (rasa rum). Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak
digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenal dengan nama
vetsin.
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis padamakanan dan minuman.
Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat
pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi
juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita
akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya
menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai
sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes
melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami.
Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium
siklamat, aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi
dibandingkan pemanis alami. Garam-garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi
dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari
sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita
perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi
kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa
makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh
lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan
senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan
penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan
pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

3. Zat pemanis buatan

Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang melebihi sukrosa beberapa kali
lipat. Bahan pemanis dapat berupa pemanis alami dan buatan: Pemanis alami yang biasa
dipakai adalah gula sedangkan pemanis buatan biasa dikonsumsi oleh orang yang menderita
sakit kencing manis.
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis padamakanan dan minuman. Zat
pemanis dapat dikelompokkanmenjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat
pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah-buahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi
juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita
akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya
menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai
sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes
melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh
pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat,
aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi
dibandingkan pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi
dibandingkan kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari
sakarin memiliki kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita
perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi
kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa
makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh
lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan
senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan
penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan
pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

4. Pengawet

Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau
penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau
diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara
menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan
minuman.
Zat pengawet adalah zat - zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan
minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah,
atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur.
Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi
sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa
tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket
biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan
makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat
pengawet alami dan zat pengawet buatan.
a. Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai
untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk
mengawetkan ikan.
b. Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia.
Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau
kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat,
asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat
tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang
berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa
ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh
dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya
formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang
yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso,
ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Selain formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan
makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat
desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya
makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya
boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri
kertas, pengawet kayu, dan keramik.
Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping
bagi kesehatan, di antaranya:
a. Gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b.Gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
c. Terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
d. Menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di
negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik.
Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan
minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet
(UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga
makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
Contoh bahan pengawet dan penggunaannya:
 Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap,
acar ketimun dalam botol dan caos.
 Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju.
 Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan.
 Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan.

5. Anti oksidan

Antioksidan berfungsi melindungi makanan yang mengandung lemak atau minyak dan
ketengikan. Ketengikan terjadi karena minyak atau lemak yang terkandung dalam makanan
rusak oleh suatu proses oksidasi. Secara sederhana, oksidasi dapat dikatakan merupakan
suatu proses peruraian minyak atau lemak. Antioksidan yang ditambahkan akan menghambat
terjadinya proses oksidasi tersebut.
Termasuk antioksidan adalah:
· Butil hidroksi anisol (BRA) dan butil hidroksi toluena (BHT) ditambahkan pada makanan
yang mengandung lemak dan minyak goreng agar tidak cepat basi (tengik).
· Asam askorbat (serta garam kaliumnya, garam kalsiumnya, dan garam natriumnya)
ditambahkan ke dalam daging olahan, makanan bayi, dan kaldu.

Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Contoh :

 Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada
daging olahan, kaldu, dan buah kalengan.
 Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan
 Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan
mentega, pengemulsi, pemantap, dan pengental.
 Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang
homogen pada makanan. Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab

6. Pemutih dan pematang tepung

Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga
dapat memperbaiki mutu pemanggangan.

Contoh : Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat.

7. Pengatur keasaman

Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat


keasaman makanan.

Contoh : asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam
laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.

8. Anti kempal
Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk.

Contoh : aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja).

C. Cara kerja analisa dan pemeriksaan Zat Aditif

1. Analisis Zat Warna Pada Bahan Makanan

A. Tujuan :
-Siswa dapat menentukan jenis zat warna dalam bahan makanan.
-Siswa dapat mengidentifikasi zat warna dalam makanan yang layak konsumsi dan yang
berbahaya untuk dikonsumsi.

B. Prinsip :
Analisa zat warna sintetik dapat dilakukan dengan metoda sederhana salah satunya
dengan alat kromatografi kertas, dengan peralatan yang sederhana pula seperti gelas, air, dan
kertas saring. Sehingga tidak diperlukannya adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya
peralatan khusus. Keuntungan analisis sederhana ini adalah cara analisisnya tidak
memerlukan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun.

C. Alat dan Bahan :


1. Alat :
-Kertas Kromatografi
-Gelas Kimia 200 ml
-Benang

2. Bahan :
-Sampel yang mengandung zat warna
-Pelarut (air)

D. Prosedur Kerja :
1. Larutkan sampel zat warna ke dalam air, sehingga didapat konsentrasi 1 gr/L
2. Teteskan larutan tersebut pada ujung kertas ± 2 cm dari ujung kertas saring yang berukuran
10 x 2,5 cm
3. Masukkan kertas kromatografi ke dalam gelas kimia 200 ml yang telah diisi air
secukupnya (diletakkan 1 – 1,5 cm dari dasar gelas kimia tersebut)
4. Angkat kertas kromatografi dan keringkan di udara
5. Amati warna yang terbentuk pada rembesan kertas

2. Analisis Zat Pengawet Pada Makanan

A. Tujuan :
1. Siswa dapat mengidentifikasi jenis zat pengawet pada bahan makanan.
2. Siswa dapat menentukan jenis zat pengawet pada bahan makanan.
B. Prinsip :
-Asam Benzoat atau Asam Salisilat
Asam Benzoat dalam sampel dipisahkan dengan diekstraksi menggunakan pelarut tertentu
dalam suasana asam. Filtrat yang mengandung Asam Benzoat diuapkan dan dilarutkan,
kemudian direaksikan dengan FeCl3 sehingga menimbulkan hasil yang khas (endapan
berwarna merah).
-Asam Borat
Sampel yang diasamkan menciptakan hasil yang khas dengan turmerik yaitu noda berwarna
merah hasil reaksi turmerik dengan asam borat.

C. Alat dan Bahan :


1. Alat :
-Botol semprot
-Batang pengaduk
-Labu ekstraksi
-Corong
-Gelas kimia 250 ml
-Gelas ukur 10 ml

2. Bahan :
-n-hexana atau eter
-FeCl3 5 %
-Kertas Turmerik
-NH4OH 2 N
-HCl 6 N
-Aquadest
-Kertas saring

D. Cara Kerja :
1. Asam Benzoat atau Asam Salisilat
-Larutkan 1 gr sampel dalam 10 ml aquadest kemudian asamkan dengan beberapa tetes HCl 6
N
-Ekstraksi dua kali dengan 5 mL petroleum n-hexana atau eter kemudian saring, lalu uapkan
filtrat
-Tambahkan air pada residu, kemudian tambahkan 2 mL larutan FeCl3 5% netral sampai
terjadi endapan berwarna merah
2. Asam Borat
-Larutkan 1 gr sampel dalam 10 ml aquadest kemudian asamkan dengan beberapa tetes HCl
6N
-Saring, lalu celupkan kertas turmeric pada filtrate
-Amati perubahan yang terjadi, tambahkan NH4OH 2 N lalu HCl 6 N bila perlu dan amati
perubahannya
3. Analisa Zat Pemanis Pada Bahan Makanan

A. Tujuan :
-Siswa dapat mengidentifikasi zat pemanis pada makanan
-Siswa dapat menentukan jenis zat pemanis pada makanan

B. Prinsip :
-Siklamat
Siklamat dengan NO2 membentuk senyawa berwarna kuning. Sampel yang mengandung
siklamat akan menghasilkan hasil yang sama dengan standar

C. Alat dan Bahan :


2. Alat :
-Gelas kimia 100 ml
-Batang pengaduk
-Corong
-Ring corong

2. Bahan :
-Sampel yang mengandung zat pemanis
-NaOH 10%
-NaNO2
-BaCl2 5%
-HCl 6 N
-Aquadest

D. Cara Kerja :
1. Siklamat
-Basakan sampel dengan 1 mL larutan NaOH 10%
-Aduk sampel dan biarkan selama 5 menit
-Saring sampel, lalu tambahkan 2 mL larutan BaCl2 5%, 10 mL HCl 6N dan 0,2 gr NaNO2
-Amati perubahan yang terjadi

4. Analisa Zat Penyedap Pada Makanan

A. Tujuan :
-Siswa dapat menentukan zat penyedap MSG secara kualitatif

B. Alat dan Bahan :


1. Alat :
-Batang pengaduk
-Botol semprot
-Botol timbang
-Filler
-Lumpang + alu
-Pipet seukuran
-Neraca teknis
-Tabung reaksi
2. Bahan :
-Aquadest
-HCl 1N

C. Keselamatan Kerja :
-Gunakan APD pada saat bekerja di laboratorium
-Kerjakan sesuai dengan prosedur

D. Prosedur Kerja :
Uji kulitatif MSG
Kedalam 10 ml larutan MSG (1 : 10) tambahkan 5,6 mL HCl 1 N. Saat didiamkan terbentuk
endapan kristal putih Asam glutamate. Bila kedalam larutan keruh tersebut ditambah HCl 1 N
Asam glutamate larut dalam pengocokan.

BAB III
KESIMPULAN

· Zat aditif adalah zat-zat tambahan yang digunakan pada makanan dengantujuan tertentu.
· Tujuan penambahan zat aditif pada makanan adalah memberikan rasa sedap,
mengawetkan, memberi warna, pemanis, dan memberikan aroma.
· Contoh bahan pewarna alami adalah beta - karoten ( kuning ), klorofil ( hijau ), karamel
( cokelat hitam ) dan anato ( oranye ).
· Contoh bahan pewarna alami adalah eritrosin ( merah ), kuning FCF ( kuning ),hijau FCF
( hijau ), cokelat HT ( cokelat ), dan biru berlian ( biru ).
· Pengawet merupakan bahan yang sering digunakan untuk mengawetkan makanan
sehingga makanan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
· Pemanis adalah zat yang ditambahkan kepada makanan atau minuman sehingga
menimbulkan rasa manis.
· Anti oksidan merupakan suatu zat aditif pada makanan berupa senyawa yang mudah
teroksidasi.
· Untuk menghindari bahaya dari penggunaan zat aditif, sebaiknya kita menggunakan zat
aditif yang alami dan mengurangi penggunaan zat aditif sintesis

Anda mungkin juga menyukai