Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

PHYSIOLYSIS

PEMBIMBING :

dr. Totot Mudjiono, M.Kes., Sp.OT

PENYUSUN :

Felisia Yunita 1522317025

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT DR.RAMELAN SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2019

1
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
DEFINISI ................................................................................................................. 4
PHYSIOLISIS PADA DEFORMITAS MADELUNG ........................................... 4
PHYSIOLYSIS PADA ANGULASI IBU JARI ..................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

Deformitas muskuloskeletal merupakan suatu kelainan dan trauma

pada sistem muskuloskeletal yang bermanifestasi dari bentuk yang abnormal

dari ekstremitas. Deformitas dapat terjadi baik pada tulang, sendi , dan lain

sebagainya.

Deformitas pada tulang dapat terjadi karena pertumbuhan abnormal

bawaan pada tulang, kelainan penyembuhan fraktur, pertumbuhan berlebih

pada tulang, dan gangguan pertumbuhan lempeng epifisis. Gangguan pada

epifisis dapat terjadi baik karena trauma dan bawaan.

Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis terjadi pada anak –

anak. Gangguan pada epifisis dapat menimbulkan deformitas sehingga juga

terjadi penurunan fungsi. Beberapa contoh kelainannya adalah deformitas

madelung, sindrom rubinstein-taybi, dan lain sebagainya.

Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis membutuhkan operasi

apabila sampai mengganggu fungsi dari daerah yang terkena. Operasi yang

banyak dikerjakan awalnya dengan metode corrective osteotomy. Namun,

secara teknis metode ini memiliki banyak tantangan karena dapat

menimbulkan komplikasi yaitu osteonekrosis, pemotongan yang berlebihan

dan inkomplit, dan jejas pada lempeng epifisis. Oleh karena itu, ditemukan

suatu metode operatif yang baru dan kurang invasif yaitu physiolysis. Referat

ini akan membahas penggunaan physiolysis pada beberapa kelainan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Physiolysis merupakan suatu prosedur memotong suatu zona abnormal

pada lempeng pertumbuhan. Kelainan pada lempeng pertumbuhan dapat

menimbulkan banyak deformitas sehingga diperlukan suatu prosedur untuk

mencegah atau setidaknya mengkontrol deformitas yang terjadi. Physiolysis

umumnya diikuti dengan prosedur fat graft.

B. PHYSIOLYSIS pada DEFORMITAS MADELUNG

Deformitas madelung adalah subluksasi ujung distal ulna, biasanya

bilateral dan jarang ditemukan. Penyebabnya adalah displasia epifisis sehingga

pertumbuhan epifisis radius distal terganggu. Pada pemeriksaan tampak

penonjolan ujung distal ulna pada bagian dorsum tangan dan terdapat

keterbatasan gerak fleksi pergelangan tangan dan supinasi lengan bawah.

Lesi prinsip pada deformitas madelung adalah pada epifisis radius

distal yang tumbuh asimetris. Physiolysis merupakan suatu prosedur untuk

memotong zona yang abnormal tersebut kemudian mengganti dengan lemak.

Prosedur ini sering juga disebut sebagai Langenskiöld procedure. Tujuan dari

prosedur physiolysis adalah untuk mengembalikan kemampuan pertumbuhan

serta menurunkan deformitas.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Vickers et al, phyisiolysis

memberikan hasil yang baik. Di dalam penelitiannya, dikatakan bahwa

4
prosedur physiolysis yang dilakukan lebih awal dapat mencegah terjadinya

deformitas madelung atau setidaknya dapat mengkontrol deformitas.

Gambar A menunjukkan bentukan dari pergelangan tangan yang tipikal

pada deformitas madelung

Gambar B menunjukkan hasil roentgenogram posisi AP dari pergelangan

tangan. Tampak caput ulnar bertumpuk dengan os.lunatum dan os.triquetrum

Gambar c menunjukkan hasil roentgenogram posisi lateral dari pergelangan

tangan yang tampak subluksasi dorsal dari caput ulnar dan pergeseran palmar

dari tulang carpal

5
Gambar A menunjukkan hasil 2 bulan post physiolysis sedangkan gambar B

dan gambar C menunjukkan hasil 5 bulan post physiolysis.

Gambar di atas menunjukkan physiolysis dengan free fat graft pada

deformitas madelung. Gambar B menujukkan pada area titik – titik merupakan

area dimana tulang diambil dan digantikan dengan free fat graft.

6
C. PHYSIOLYSIS PHALANX DELTA ( koreksi angulasi ibu jari ) pada

SINDROM RUBINSTEIN-TAYBI

Sindrom Rubinstein-taybi merupakan suatu kondisi yang jarang terjadi

yang dihubungkan dengan angulasi radial yang berat dari ibu jari dan juga

mengenai phalanx delta. Phalanx delta merupakan lempeng pertumbuhan

longitudinal yang abnormal. Hal ini dapat mengakibatkan suatu deformitas

angular yang mengakibatkan penurunan fungsi menjumput oleh ibu jari yang

merupakan suatu indikasi operatif untuk memperbaiki phalanx delta.

Prosedur operasi yang dikenal awalnya adalah corrective osteotomy.

Prosedur ini memiliki banyak tantangan secara teknis karena dapat terjadi

pemotongan berlebihan dan pemotongan inkomplit, jejas pada lempeng

pertumbuhan, dan osteonekrosis terutama pada anak – anak. Untuk mencegah

terjadinya hal tersebut, physiolysis mulai dikenalkan sebagai prosedur operatif

untuk memperbaiki deviasi dari phalanx delta. Selain itu, physiolysis merupakan

prosedur yang kurang invasif dibandingkan dengan corrective osteotomy.

Prosedur physiolysis diikuti dengan free fat graft untuk mencegah terjadinya fusi

pada daerah lempeng epifisis.

Penelitian yang dilakukan oleh Iba et al mengatakan bahwa physiolysis

yang dikerjakan pada phalanx delta adalah prosedur yang efektif untuk

memperbaiki angulasi ibu jari terkait dengan sindrom Rubinstein-Taybi. Pada

penelitian ini, hasil dari physiolysis diamati setelah 52 bulan post operasi.

7
Gambar di atas menunjukkan temuan preoperatif pada pasien dengan

sindrom Rubinstein-Taybi yang mengalami angulasi radial yang berat dari kedua

ibu jari. Pada pemeriksaan radiologi, ditemukan adanya phalang delta proksimal

pada kedua ibu jari.

8
Gambar diatas menunjukkan temuan 52 bulan post operasi. Sudut

angulasi dari ibu jari berkurang setelah physiolysis.

9
Gambar diatas menunjukkan physiolysis pada phalanx delta. Pemotongan

pada bagian tengah dari zona lanjutan epifisis dan kemudian daerah yang sudah

dipotong digantikan dengan free fat graft dari jaringan lokal.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Bednar MS, Bindra RR, Light TR. Epiphyseal bar resectionand fat
interposition for clinodactyly. J Hand Surg Am.2010;35(5):834-7.
2. Iba K, Wada T, Yamasita T. Correction of Thumb Angulations After
Physiolysis of Delta Phalanges in a Child with Rubinstein-Turby Sindrome.
Departmen of Orthopedic Surgery.2015.
3. Ishigaki D, Ogino T, Takahara M, Kikuchi N, Watanabe T.Pysiolysis and free
fat graft for congenital growth plate disorders.J Jpn Soc Surg Hand.
2007;24(3):306-11.
4. Jain A, Rehman S, Smith G. Long-term results following osteotomyof the
thumb delta phalanx in Rubinstein-Taybi syndrome. J Hand Surg
2010;35E:296–301.
5. Kay SP, McCombe DB, Kozin SH. The pediatric hand: Deformities of the
hand and finger, Clinodactyly. In Wolfe SW, Hotchkiss RN, Pederson WC,
Kozin SH, editors. Green’s operative hand surgery. 6th ed. New York:
Churchill Livingstone; 2011. p 1353–7.
6. Vickers D, Nielsen G. Madelung deformity: surgical prophylaxis(physiolysis)
during the late growth period by resection of the dyschondrosteosis lesion. J
Hand Surg Br.1992;17(4):401-7.
7. Zhang G, Kato H, Yamazaki H. Physiolysis for correction ofthe delta phalanx
in clinodactyly of the bilateral little fi ngers.Hand Surg. 2005;10(2-3):297-302.

11

Anda mungkin juga menyukai