Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Cervical root syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh iritasi
atau kompresi dari akar saraf cervikal yang akan menimbulkan nyeri, ngilu,
kesemutan, kram-kram serta rasa tidak enak pada leher bagian belakang dan bisa
menjalar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah tergantung dari akar mana yang
terkena.1
Salah satu contoh penyakit cervical root syndrome adalah sindrom
radikulopati. Radikulopati berarti radiks posterior dan anterior yang terkena proses
patologik. Gangguan itu dapat setempat atau menyeluruh. 2 Radikulopati cervikalis
merupakan disfungsi dari akar saraf vertebralis. Akar saraf vertebralis yang paling
sering terkena adalah C7 sekitar 60% dan C6 sekitar 25%. Radikulopati cervikalis
adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan disfungsi dari saraf cervikalis, akar
saraf, atau keduanya. Radikulopati cervikalis adalah kerusakan atau gangguan fungsi
saraf akibat kompresi salah satu akar saraf dekat vertebra cervikalis . Kerusakan akar
saraf di daerah cervikalis dapat menyebabkan rasa sakit dan gangguan sensibilitas
pada ekstremitas atas, tergantung di mana akar yang rusak berada. 3,4
Ciri khas radikulopati cervikalis adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan
bahu yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher
dan dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa sakit pada penekanan tulang dan
kadang-kadang disertai parastesia pada lengan. Namun seringkali gejala nyeri
radikuler tersebut tidak terlokalisasi baik sesuai dermatom. Hal ini dikarenakan
adanya tumpang tindih daerah persarafan.4

Pada usia muda, radikulopati cervikalis merupakan akibat dari herniasi diskus
intervertebralis atau cedera akut yang menyebabkan rusaknya foramen dari saraf yang
keluar. Herniasi diskus intervertebralis sekitar 20-25% dari kasus radikulopati
cervikalis. Pada pasien yang lebih tua, radikulopati cervikalis sering merupakan
akibat penyempitan foramen dari pembentukan osteofit, penurunan ketinggian diskus,

1
perubahan degeneratif prosesus uncinatus vertebra dari anterior dan facet dari
posterior.3
Menurut WHO, rehabilitasi adalah semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi dampak disabilitas/handicap, agar memungkinkan penyandang cacat
berintegrasi dengan masyarakat. Dikenal :
1. Rehabilitasi medik yakni suatu proses pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan fungsional dan psikis individu dan kalau
perlu mekanisme kompensasinya agar individu dapat berdikari.
2. Rehabilitasi sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi yang bertujuan
agar penyandang cacat dapat berintegrasi ke dalam masyarakat dengan
membantunya menyesuaikan diri pada keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya dan juga dengan mengurangi beban sosial ekonomi yang dapat
menghambat proses rehabilitasinya.
3. Rehabilitasi kekaryaan (Vocational Rehabilitation) ialah pemberian pelayanan
kekaryaan berupa bimbingan kekaryaan, latihan kerja dan penempatan
selektif yang didesain untuk penyandang cacat.

Dalam upaya rahabilitasi medik mempunyai tujuan sebagai berikut :


1. Pemulihan penderita yang mengalami cacat kepada kondisi semula atau
setidaknya kembali mendekati keadaan sebelum sakit
2. Menghindarkan semaksimal mungkin timbulnya cacat sekunder
3. Masa/waktu perawatan dapat dipersingkat
4. Mengusahakan sedapat mungkin penderita dapat kembali ke pekerjaan semula
atau pekerjaan baru
5. Psikologik lebih baik oleh karena penderita tidak terlalu menderita tekanan
jiwa berat dan lama

Tujuan Rehabilitasi Medik pada cervical root syndrome: untuk mengurangi


dan menghilangkan keluhan (nyeri) yang dialami penderita.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI
Leher dimana banyak terdapat jaringan yang bisa menjadi sumber nyeri.
Biasanya rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligamen, akar saraf, faset
artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa diakibatkan oleh proses degeneratif,
infeksi/inflamasi, iritasi dan trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri
alih dari organ atau jaringan lain yang merupakan distribusi dermatom yang
dipersarafi oleh saraf cervikal.2

Gambar Dermatom

3
Radiks anterior dan posterior bergabung menjadi satu berkas di foramen
intervertebral dan disebut saraf spinal. Berkas serabut sensorik dari radiks posterior
disebut dermatom. Pada permukaan thorax dan abdomen, dermatom selapis demi
selapis sesuai dengan urutan radiks posterior pada segmen-segmen medula spinalis
C3-C4 dan T3-T12. Tetapi pada permukaan lengan dan tungkai, kawasan dermatom
tumpang tindih oleh karena berkas saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas
melainkan menyusun pleksus dan fasikulus terlebih dahulu baru kemudian menuju
lengan dan tungkai. Karena itulah penataan lamelar dermatom C5-T2 dan L2-S3
menjadi agak kabur.2
Segala sesuatu yang bisa merangsang serabut sensorik pada tingkat radiks dan
foramen interverteberal dapat menyebabkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang
berpangkal pada tulang belakang tingkat tertentu dan menjalar sepanjang kawasan
dermatom radiks posterior yang bersangkutan. Osteofit, penonjolan tulang karena
faktor kongenital, nukleus pulposus atau serpihannya dan tumor dapat merangsang
satu atau lebih radiks posterior.2
Pada umumnya, sebagai permulaan hanya satu radiks saja yang mengalami
iritasi terberat, kemudian yang kedua lainnya mengalami nasib yang sama karena
adanya perbedaan derajat iritasi, selisih waktu dalam penekanan, penjepitan dan lain
sebagainya. Nyeri radikuler akibat iritasi terhadap 3 radiks posterior ini dapat pula
dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenik yang terdiri atas nyeri yang tajam,
menjemukan dan paraestesia.2
Nyeri yang timbul pada vertebra cervikalis dirasakan di daerah leher dan
belakang kepala sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan
atas, lengan bawah atau tangan. Rasa nyeri dipicu/diperberat dengan gerakan/posisi
leher tertentu dan akan disertai nyeri tekan serta keterbatasan gerakan leher.2

EPIDEMIOLOGI
Insidens dari penderita cervical root syndrome bermacam-macam tergantung
penyebabnya. Seperti jumlah penderita spondilosis cervikal digabung dengan
penderita nyeri leher lainnya termasuk sindrom levator scapula, cervikobrakialgia dan
servikoosksipital menduduki urutan ke empat sesudah stroke.1

4
Sejumlah 45% laki-laki yang masih aktif bekerja sedikitnya pernah satu kali
menderita kaku leher (stiff neck) dan 23% sedikitnya pernah mendapat sekali
serangan brakialgia dan 51% pernah mendapat kedua serangan tadi. Kekerapan nyeri
leher hamper dua kali lipat pada umur 25-45 tahun.1

Radikulopati cervikalis terjadi pada frekuensi yang jauh lebih rendah


dibandingkan radikulopati lumbalis. Kejadian tahunan adalah sekitar 85 kasus per
100.000 penduduk.3,4
Data dari Rochester, Minnesota, menunjukkan insiden tahunan radikulopati
cervikalis sebesar 107,3 per 100.000 pada laki-laki dan 63,5 per 100.000 pada
perempuan, dengan puncaknya pada usia 50 sampai 54 tahun. Riwayat trauma dan
aktifitas fisik berlebihan mendahului timbulnya gejala sekitar 15 persen dari kasus. 5

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Penyebab paling sering radikulopati cervikalis (pada 70 sampai 75 persen dari
kasus) adalah gangguan foramen saraf spinal karena kombinasi faktor-faktor di
antaranya penurunan puncak diskus dan perubahan degeneratif dari sendi
uncovertebral anterior dan zygapophyseal sendi posterior (yaitu, spondylosis
cervical). Berbeda dengan gangguan lumbal, herniasi nukleus pulposus hanya sekitar
untuk 20 sampai 25 persen dari kasus. Penyebab lainnya yang jarang yaitu tumor
tulang belakang dan infeksi tulang belakang. 3
Penelitian pada pasien dengan penyakit diskus cervikalis menemukan bahwa
kompresi akar saraf menyebabkan nyeri anggota badan, sedangkan tekanan pada
diskus menyebabkan nyeri di leher dan perbatasan medial skapula.

FAKTOR PREDISPOSISI TIMBULNYA CERVICAL ROOT SYNDROME


Bisa bermacam-macam faktor yang menimbulkan radikulopati cervikalis antara lain:1
1. Tekanan
2. Stres
3. Postur
4. Bekerja dengan posisi leher yang menetap dalam waktu lama
5. Tidur dengan bantal yang tinggi
6. Berbaring dengan leher yang fleksi sementara membaca/nonton TV.

5
DIAGNOSIS
Anamnesis
Dalam menanggapi keluhan tentang nyeri tengkuk perlu ditanyakan lebih
lanjut mengenai ada tidaknya penjalaran nyeri serta daerah-daerah kulit yang
parestetik/hipestetik. Biasanya pertanyaan yang harus diajukan untuk melakukan
anamnesa pada penderita dengan keluhan nyeri tengkuk ialah:1

- Apakah keluhan itu didahului dengan trauma atau tidak


- Apakah datangnya mendadak atau perlahan-lahan
- Mengenai waktu dan lamanya: sudah berapa lama sakitnya
- Apakah sakitnya konstan atau intermiten
- Apakah sakitnya menjadi lebih berat atau sama seperti waktu pertama
kali terjadi
- Karakteristik sakitnya : apakah rasa terbakar, nyut-nyutan atau rasa
seperti ditusuk-tusuk
- Lokasi sakitnya : apakah menjadi hebat jika berdiri, duduk atau
berbaring
- Apakah sakitnya lebih berat kalau bergerak atau tidak bergerak
- Apakah ada gangguan sensibilitas
- Apakah ada gangguan fungsi BAB dan BAK
- Apakah penderita mempunyai problem sebelumnya
- Apakah ada keluarga penderita yang mempunyai keluhan yang sama
- Apakah sakitnya bertambah jika berada dirumah, ditempat kerja atau
dimobil
- Apakah akhir-akhir ini penderita mengalami stress fisik atau
emosional

Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, harus ditanyakan juga riwayat


kebiasaan penderita seperti : cara tidur, bekerja pada posisi yang menetap cukup lama
dan lain-lain.1
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya diperlukan untuk mengetahui penyakit penyerta
sedangkan pemeriksaan neurologis untuk mengetahui hal-hal yang lebih khusus.1
Pemeriksaan neurologis berupa : fungsi motorik, lingkup gerak sendi,
sensorik, dan refleks.
Pemeriksaan khusus untuk nyeri tengkuk ini yaitu :1

6
1. Tes Naffziger
2. Tes Distraksi
3. Tes Kompresi
4. Tes Valsava
5. Tes Adson

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain:1


1. Foto rontgen yang perlu dibuat harus mencakup foto dengan proyeksi
anteroposterior, lateral, obique kanan dan kiri.
2. EMG
3. CT Scan
4. MRI

PROBLEM REHABILITASI1
Nyeri dan atau tanpa keterbatasan ROM leher, kekakuan otot-otot leher dan
punggung, dan kelemahan otot
PENANGANAN REHABILITASI MEDIK

Medikamentosa1 : Analgetik , Muscle relaxan. Transquilizer, dan Neuroroborantia.

Program Rehabilitasi Medik


Fisioterapi: Terapi panas seperti infra red/ hot packs, diatermi ( MWD, SWD, USD) ,
terapi listrik / TENS, massage, traksi leher, Hidroterapi, dan latihan isometrik otot
leher.1
Okupasi Terapi: Latihan AKS, latihan prevokasional, proper body mechanism, dan
latihan dengan aktivitas.1
Ortotis Prosteti: Biasa dipakai cervical collar, apabila nyeri menetap, tapi harus
diiringi dengan latihan-latihan. Fungsinya untuk support, perlindungan, kestabilan,
imobilisasi, mengurangi nyeri dan sebagai alat pengingat.1
Psikolog: Mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat penyakit
untuk meningkatkan motivasi serta berusaha mengatasi penyakitnya.1
Petugas Sosial Medik: Petugas memberikan bantuan kepada penderita demi
menghadapi masalah sosial yang mempengaruhi penderita dalam hubungan dengan
penyakit dan penyembuhan.1

7
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Periksa :

B. ANAMNESIS
Jenis Anamnesis: Autoanamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada tengkuk
Nyeri pada tengkuk dialami penderita sejak ± 1 bulan yang lalu SMRS, bersifat
hilang timbul. Nyeri tengkuk dirasakan penderita seperti tertusuk-tusuk dan kaku.
Nyeri dirasakan menjalar sampai ke lengan dan jari-jari tangan kanan serta terasa
kram-kram pada lengan bawah kanan dan jari-jari tangan kanan terutama pada
malam hari. Penderita merasakan nyeri di tengkuknya menghebat bila penderita
menengok ke kiri. Nyeri terutama dirasakan pada saat beraktivitas dan kecapaian.
Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat.. Sakit kepala, pusing, panas, mual
dan muntah tidak dialami penderita. Riwayat minum obat penghilang rasa nyeri tidak
ada. Riwayat mengangkat alat berat tidak ada Riwayat trauma tidak ada. BAB/BAK :
biasa.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat MRS 1 bulan yang lalu dengan keluhan nyeri kepala yang hebat.
Penyakit darah tinggi, penyakit gula, penyakit jantung, kolesterol, asam urat,
disangkal penderita.

Riwayat penyakit keluarga :


Hanya penderita yang sakit seperti ini
Riwayat Kebiasaan :

8
Riwayat berbaring lama dengan posisi bantal tinggi ada. Penderita tidak
mempunyai kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
Riwayat sosial ekonomi :
Penderita tinggal bersama suami dan seorang anak. Penderita tinggal dirumah
semipermanen. WC dan kamar mandi terletak didalam rumah dengan tipe jongkok.
Sumber air minum PAM dan sumber listrik PLN.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda Vital : Tekanan darah = 120/80 mmHg Nadi = 80 x/menit
Respirasi = 20 x/menit Suhu = 36,5oC
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil bulat isokor kiri=kanan
Leher : Trakea letak tengah tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax : Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : SI-SII normal, bising tidak ada
Paru : Inspeksi: gerakan pernafasan simetris kiri=kanan
Palpasi : stem fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor kiri=kanan
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler, Ronki
tidak ada, wheezing tidak ada.
Abdomen : Inspeks : tampak datar, lemas
Palpasi : dinding perut supel, tonus otot abdomen normal
Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik positif normal
Ekstremitas: Akral hangat.

9
Pemeriksaan Status Neuromuskular
Status Ekstremitas Superior
Dextra Sinistra
Gerakan Normal Normal
Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus otot Normal Normal

Atrofi otot (-) (-)


Refleks fisiologis (+)Normal (+)Normal
Refleks patologis (-) (-)
Sensibilitas Hipoestesi Normal
C4,C5,C6,C7,C8

Miotom ekstremitas superior

Miotom Dextra Sinistra


C5 5 5
C6 5 5
C7 5 5
C8 5 5
T1 5 5

Status lokalis region cervikalis:


Inspeksi : edema (-), atrofi (-) deformitas (-)
Palpasi : kalor (-), krepitasi (-), nyeri tekan (+), spasme otot (+) pada
C5,C6,C7
Tes provokasi:
Kompresi : (+)
Tes Spurling : (+)
Distraksi : (+)
Nafziger : (+)
Valsava : (+)

VAS :

10
0 7 10

ROM Cervical :
Dekstra Sinistra Normal
Fleksi 0-300 Nyeri 450
Ekstensi 200 450
Laterofleksi 450 350 Nyeri 450
Rotasi 450 350 Nyeri 700

ROM Shoulder

Dekstra Sinistra Normal


Fleksi 1700 1700
Ekstensi 600 600
Abduksi 1700 1700 1700
Adduksi 400 400 400
External rotasi 900 900
Internal rotasi 700 700

DIAGNOSIS

Klinis : Cervical Root Syndrome

Topis : susp. Cervical?

Etiologi : Entrapment Radikulopati

Fungsional : Impairment

Anjuran :
X-foto cervical AP/Lateral/Oblique

Penatalaksanaan Rehabilitasi Medik


 Fisioterapi
o Evaluasi
- Kontak dan pemahaman baik
- Keterbatasan LGS pada regio cervikal
- Nyeri pada regio cervical
- Spasme otot paracervikal

11
o Program
- MWD Regio Cervical
- Gentle massages cervical
- TENS
- Stretching genue

 Okupasi Terapi
o Evaluasi
- Kontak dan pemahaman baik
- Keterbatasan LGS
- Keterbatasan AKS
o Program : Propper Neck Mechanism
 Ortotik Prostetik
Saat ini belum dibutuhkan penderita.
 Psikologi
o Evaluasi
- Kontak, komunikasi dan pengertian baik, motivasi untuk
berobat dan latihan baik, tidak ada masalah dalam keluarga
o Program
- Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga bahwa
proses rehabilitasi memerlukan waktu.
- Memberikan motivasi agar penderita rajin melakukan latihan
dirumah seperti yang telah di ajarkan dan dianjurkan untuk
control secara teratur dalam melakukan terapi
 Sosial Medik
o Evaluasi
- Kontak dan pemahaman baik.
- Biaya perawatan di rumah sakit ditanggung JAMKESMAS.
o Program
- Memberikan motivasi, edukasi, bimbingan kepada penderita
untuk tetap semangat dalam berobat dan berlatih secara teratur.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Qu ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

12
13
DAFTAR PUSTAKA

1. Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, Mogi J. Buku diktat Ilmu Kedokteran


Fisik dan Rehabilitasi. 2006. Manado. Hal 50-54
2. Anonymous. Cervical Root Syndrome. Cited: Februari, 13th 2012.
Available from:http://bimaariotejo.wordpress.con/2009/05/31/cervical-
rootsyndrome
3. Gerard A Malanga, MD. Cervical Radiculopathy. Cited: February, 13th
2012. Available from http://emedicine.medscape.com/article/94118-
clinical#showall
4. Anonymous. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana pada Radikulopati
Servikal. Cited: February, 13th 2012. Available from:
http://www.fisioindonesia.com/f/8591-pendekatan-diagnosis-raralaksana-
radikulopati-servikal.
5. Simon Carette, MD, MPhil. Cervical Radiculopathy. Cited: February, 13th
2012. Available from http://enotes.tripod.com/cervical_radiculopathy.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai