Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TEKNIK MULTIMEDIA

IKLAN KECAP SEDAAP VERSI ANAK SD MAKAN NASI


DENGAN KECAP DAN KERUPUK

DISUSUN OLEH

Ifna Junaidi 3101 0801 1268

Al Hayat 3101 0801 1064

Jumadi 3101 0501 0510

JURUSAN SISTEM INFORMASI


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER
(STMIK) BANJARBARU
2011
1. LATAR BELAKANG

Konsep cerita dalam iklan ini adalah seorang anak SD sepulang sekolah yang sedang
bersiap-siap untuk makan dengan kecap kesukaannya, kecap Sedaap. Dia menuangkan kecap
ke semua makanannya, ke nasi, kerupuk, semua sampai hampir berwarna hitam. Setelah itu
dia makan dengan lahapnya sampai makanan di piringnya habis bahkan sampai menjilat
piringnya. Ceritanya karena kecap Sedaap. Ketika dia menambah nasi dan ingin menuangkan
kecap ke piringnya, kecapnya habis. Dan anak yang lucu itu langsung histeris berteriak,
kemudian muncullah sang ibu yang membawa kecap yang diminta si anak. Begitu ibunya
memberikan kecap Sedap dia pun gembira lagi sambil melanjutkan makan yang terlihat
urakan.

Ada hal positif dari iklan ini yaitu seorang anak saja sangat menyukai kecap tersebut
sampai dia nambah makan, berarti kecap tersebut mampu menambah nafsu makan anak.
Tidak perlu membeli susu penambah nafsu makan lagi. Cukup membeli kecap tersebut
dengan harga yang lebih murah.

Tetapi sisi negatifnya adalah iklan tersebut mengajarkan anak hanya mau makan kalau
ada kecap Sedap. Kalau kata-kata ini telah tertanam di pikiran anak bisa jadi anak tersebut
benar-benar tidak mau makan kalau tidak ada kecap Sedap. Kemudian pada adegan si anak
berteriak waktu kecap habis, dan si ibu langsung mendatanginya sambil membawa kecap
yang dia inginkan. Apakah hal tersebut adalah hal yang telah lumrah saat ini, ketika anak
meminta sesuatu dari seseorang terutama ibunya dengan cara berteriak. Sikap anak dalam
iklan tersebut berpotensi dapat menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua jika terus
ditayangkan karena akan ditiru oleh anak-anak mereka.

Pesan yang dapat diterima dari iklan ini adalah tidak masalah kalau anak-anak hanya
makan nasi dengan kerupuk dan kecap manis. Tapi, akan lebih bijaksana, kalau lauk yang
ditampilkan bukan hanya kerupuk. Walaupun tidak ingin menampilkan daging, dapat
dibuatkan lauk ikan juga. Sayur mayur sederhana ataupun sebuah jeruk. Jadi, anak yang
makan dengan lahap itu, tidak hanya dipenuhi dengan kerupuk yang tidak ada vitaminnya.
Seenak apapun dan sebergizi apapun kecap yang sedang diiklankan itu, tetap saja tidak bisa
menggantikan kualitas makanan sehat. Jadi, tampilan kerupuk dan kecap sebagai makanan
kesukaan memang tidak salah, asal jangan melupakan tambahan informasi bagaimana
makanan sehat yang sebenarnya. Kemudian masalah komunikasi si anak, sebaiknya
disampaikan dengan cara yang lebih tepat tidak hanya sekedar berteriak kepada ibunya.

1
2. PERMASALAHAN

2.1 Identifikasi Masalah

Apakah sikap anak yang tidak baik dalam iklan tersebut berpotensi dapat
menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua apabila ditiru oleh anak-anak mereka.

2.2 Rumusan Masalah

Bagaimana sebaiknya iklan itu diperbaiki agar tidak lagi berpotensi menimbulkan
kekhawatiran bagi para orang tua.

3. MENURUT KITA

Pada adegan anak makan dengan lahapnya dengan hanya kerupuk dan kecap, ada
pesan yang dapat diterima adalah tidak masalah kalau anak-anak hanya makan nasi dengan
kerupuk dan kecap manis. Tapi, apakah tidak lebih bijaksana, kalau lauk yang ditampilkan
bukan hanya kerupuk. Kalau tidak ingin menampilkan daging, buatlah lauk ikan juga. Sayur
mayur sederhana ataupun sebuah jeruk. Jadi, anak yang makan dengan lahap itu, tidak hanya
dipenuhi dengan kerupuk yang tidak ada vitaminnya seperti itu.

Banyak juga barangkali para penggemar kerupuk, apalagi kalau dimakan bersama
nasi. Tapi, janganlah terlalu naif. Seenak apapun dan sebergizi apapun kecap yang sedang
diiklankan itu, tetap saja tidak bisa menggantikan kualitas makanan sehat. Jadi, tampilkan
kerupuk dan kecap sebagai makanan kesukaan, tapi jangan lupakan juga informasikan
bagaimana makanan sehat yang sebenarnya.

Karena masyarakat gampang sekali terpengaruh dengan iklan. Kalau iklannya


mengajari anak untuk makan hanya dengan kecap dan kerupuk (kalau orang tuanya mampu)
dengan persetujuan ibunya pula, kesannya jadi tidak mendidik. Terlihat, ibunya tidak
perhatian. Tapi ajaklah anak agar mau makan makanan sehat. Tidak perlu mewah, dengan
keju atau sebagainya. Cukup nasi, ikan, sayur dan buah sederhana. Kalau anak melihat tokoh
iklan favoritnya di tv mau makan sayur, akan sedikit lebih mudah pula baginya untuk makan.

Kemudian pada adegan setelah kecapnya habis si anak berteriak-teriak seperti anak
yang tidak dituruti permintaannya. Begitu ibunya memberikan kecap Sedap ia pun gembira
lagi sambil melanjutkan makan yang terlihat urakan.

2
Apakah hal tersebut adalah hal yang telah lumrah saat ini, ketika anak meminta
sesuatu dari seseorang terutama ibunya dengan cara berteriak. Bukankah hal tersebut
membuat anak belajar, bahwa ketika saya membutuhkan sesuatu, berteriak saja maka saya
akan mendapatkannya. Tidak heran, jika kebiasaan tersebut diteruskan, anak akan berusaha
mendapatkan sesuatu dengan cara yang tidak lajim, seperti berteriak, menangis, merusak
barang, atau tindakan agresif lain. Hal ini sekaligus membuat anak tidak belajar, bagaimana
seharusnya saya mendapatkan sesuatu dengan cara yang lebih tepat. Misalnya memanggil
ibunya dengan sopan dan meminta dengan sopan pula. Atau dengan berusaha
mengambil/mencari sendiri kecap tersebut. Jika memang dia tidak bisa, barulah meminta
bantuan orang lain. Jika seperti ini, anak juga dapat belajar mandiri.

Hal lain yang tidak dipelajari oleh anak adalah kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain. Bisakah anak belajar berkomunikasi jika ia hanya berteriak langsung
mendapatkan apa yang ia inginkan? Yah, bisa saja. Tapi komunikasinya hanya sekitar
“AAAAAAAAAAAA” saja. Apakah tidak sebaiknya jika si anak pergi mendapatkan ibu
kemudian berkata:”Mama, kecapnya habis padahal nasi saya belum habis” atau yang paling
sederhana “Mama, kecapnya habis.” Atau lagi “Mama, aku mau kecap lagi”.

Jika boleh kita mengubah konsep bagian terakhir cerita iklan tersebut, kita ingin
mengubahnya begini: “Seorang anak sedang makan dengan lahapnya dengan kecap Sedaap.
Namun ketika ia menambah nasi, kecapnya habis. Kemudian ia berlari ke tempat
penyimpanan kecap dibawah wastafel cuci piring yang terjangkau olehnya. Ketika ia telah
menemukannya, ia tersenyum dengan puasnya dan kembali ke tempat duduknya, melanjutkan
makan.”

3
4. KESIMPULAN

Dalam iklan kecap sedaap ini kita perlu melengkapi makanan tersebut yang tidak
hanya kerupuk dan kecap maupun nasi saja tetapi perlu ditambahkan ikan serta sayur dan
buah yang dapat memenuhi nilai gizi yang baik. Kemudian komunikasi antara si anak dan si
ibu dalam iklan tersebut sebaiknya perlu diperbaiki dengan cara bertutur kata yang sopan.
Misalnya ”Mama, kecapnya habis padahal nasi saya belum habis” atau yang paling sederhana
“Mama, kecapnya habis.” Atau lagi “Mama, aku mau kecap lagi”. Sehingga diharapkan
dengan perbaikan ini tidak lagi berpotensi menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua.

Anda mungkin juga menyukai