Anda di halaman 1dari 3

3.

Tujuan Reintervensi
Tujuan intervensi baru adalah untuk mendapatkan perawatan endodontik yang dapat
mengembalikan fungsi dan kenyamanan gigi yang telah dirawat, memberikan perbaikan yang
lengkap pada struktur pendukung. Reintervensi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok
besar :
 Reintervensi konvensional: ketika protocol perawatan dilakukan melalui saluan akar
dalam kasus dimana perawatan awal tidak selesai atau dihentikan oleh endodontis
sebelumnya, dan dalam kasus yang telah selesai namun perawatan yang tidak adekuat
menjadi gagal.
 Reintervensi bedah: ketika protokol perawatan dilakukan setelah eksposur pembedahan
pada bagian apical gigi. Pembedahan endoodntik atau apical tidak akan dibahas pada
buku ini, namun akan dibahan pada volume publikasi dengan penerbit yang sama.
4. Evaluasi Kesuksesan dan Kegagalan Endodontik
Prognosis dalam kedokteran gigi dalam didefinisikan sebagai prediksi kesuksesan atau kegagalan
pada intrevensi atau perawatan sepanjang waktu. Interpretasi kesuksesan dalam kasus perawatan
endodontik dapat bervariasi diantara para dokter gigi sebab kemampuan, latihan keprofesionalan
dan metode penilaian masing-masing individu, merupakan tambahan pada beberapa faktor
biologis dan terapeutik yang digambarkan dalam literature. Metode penilaian yang digunakan
dalam perawatan endodontik berdasarkan pada kriteria klinis, radiografis dan histologis.
Dalam beberapa tahun ini, penggunaan cone beam computed tomography (CBCT) telah
direkomendasikan sebagai follow-up standar pada lesi apikal. CBCT, khususnya CBCT small-
field-of-view, memperlihatkan tampakan tiga dimensi struktur anantomi, mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan gambar seperti superimposisi atau distorsi. Berdasarkan beberapa penulis,
CBCT menurunkan terjadinya hasil kesalahan, dan dapat digunakan untuk mendiagnosis dan
penilian anatomis, follow-up kasus, kontrol kualitas perawatan, dan untuk aplikasi intraoperatif.

Kriteria Klinis
Tanda dan gejala ketika terjadi inflamasi dan infeksi, indikatif untuk perawatan awal endodontik,
dan disertai beberapa tanda seperti :
 Nyeri
 Edema intra dan ekstraoral
 Fistula
 Kehilangan fungsi mastikasi
Harus ditekankan setidaknya satu dari tanda dan gejala yang dibutuhkan sebagai penanda dan
persistensi yang harus disadari sebagai sebuah kegagalan. Sedikit ketidaknyamanan pada 24-48
jam setelah intervensi endodoktik, meskipun sampai beberapa hari pada beberapa kasus, dapat
disadari sebagai kriteria kegagalan.
Sebaliknya, tidak adanya gejala klinis tidak selalu merupakan tanda dari kesuksesan, namun
dalam beberapa kasus, kelainan apikal dapat memakan waktu yang lama untuk manifestasi
klinis.

Gambar. 1-1. Perawatan yang diawali oleh klinisi dan dirujuk ke endodontis karena kesulitan
dalam mengakses saluran akar mesipbukal (MB). (A) Radiografi awal. (B) File yang dimasukkan
menunjukkan ledge pada saluran akar MB. (C) Mendapatkan kembali akses ke saluran akar. (D)
Radiografi akhir
Gambar 1-2. Open akses pada gigi oleh klinis setelah sesi instrumentasi, Perawatan tidak
dilanjutkan oleh pasien, yang baru dating kembali 3 bulan stelah sesi awal dengan keluhan nyeri.
(A) Radiografi awal – open akses pada gigi. Perhatikan lesi tulang periradikuler yang meluas.
(B) 3 tahun follow-up setelah reintervensi menunjukkan penyembuhan yang sangat baik.
Gambar 1-3. Pasien dirujuk ke endodontis karena lokasi saluran akar yang sulit (kavitas pulpa
terkalsifikasi). (A) Radiografi awal – akses kavitas telah dipreparasi. Perhatikan adalah karies
yang menginduksi mikroleakage korona. (B) Radiografi akhir setelah reintervensi endodontik

Anda mungkin juga menyukai