Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Antara Persepsi...

(Hanifa Amalia Barokah) 429

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KINERJA GURU BK


DENGAN KEPERCAYAAN MELAKUKAN KONSELING INDIVIDUAL

CORRELATION BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION OF COUNSELOR’S PERFORMANCE AND


THE TRUST OF INDIVIDUAL COUNSELING

Oleh: hanifa amalia barokah, program studi bimbingan dan konseling, universitas negeri yogyakarta,
hanifaamalia34@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa terhadap kinerja guru
bimbingan dan konseling dengan kepercayaan melakukan konseling individual. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. subjek dalam penelitian ini berjumlah 135 siswa kelas VIII.
Instrumen pengambilan data menggunakan skala sikap dengan uji valditas konstruk, reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan hasil 0,767 pada variabel persepsi siswa terhadap kinerja
guru bimbingan dan konseling dan 0,792 pada variabel kepercayaan melakukan konseling individual
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi siswa
terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling dan kepercayaan melakukan konseling individual yang
dilihat dari nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
Kata kunci: persepsi, kinerja, guru bimbingan dan konseling, kepercayaan,
konseling.

Abstract
This research aims to determine the correlation between students' perceptions of school
counselor’s performance with the trust of individual counseling. This research uses quantitative
approach. The subject in this research amounted to 135 students of eighth grade. The data collection
instrument uses attitude scale with construct validity test, reliability using Alpha Cronbach formula with
the result of 0,767 on students’ perception variable toward school counselor’s performance and 0,792 on
trust variable make individual counseling. The results show that the correlation between students'
perceptions of school counselor’s performance and the trust of individual counseling is positive and
significant seen from the significance value of 0.000 <0.05.

Keywords: perception, performance, school counselor, trust, counseling

PENDAHULUAN kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap


Pendidikan merupakan upaya yang dapat segala perbuatannya (Syah, 2011).
mempercepat pengembangan potensi manusia Ki Hajar Dewantara dalam Siswoyo dkk
untuk mengemban tugasnya. Melalui (2013) yang dinamakan pendidikan yaitu
pendidikan pula masyarakat tumbuh sehingga tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
mampu hidup secara cerdas, mampu Maksud ungkapan itu adalah menuntun segala
menunaikan tanggung jawab serta kewajiban. kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu
Pendidikan juga sebagai usaha secara sengaja agar mereka sebagai manusia dan sebagai
dari orang dewasa untuk meningkatkan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan
kedewasaan yang selalu diartikan sebagai dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
430 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomer 8, Agustus 2017

Secara konseptual tujuan pendidikan Pada lingkungan masyarakat penyebutan


yang hendak dicapai adalah membentuk pendidik adalah tutor, fasilitator atau instruktur.
manusia Indonesia seutuhnya, seperti Pada lingkungan sekolah biasanya disebut
dinyatakan dalam Undang Undang Republik dengan guru (Siswoyo dkk, 2013).
Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Guru sebagai komponen utama dalam
Pendidikan Nasional bahwa: pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi
“Pendidikan nasional berfungsi bahkan melampaui perkembangan dan ilmu
mengembangkan dan membentuk watak serta pengetahuan yang berkembang di masyarakat.
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam Melalui bimbingan guru di sekolah diharapkan
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mampu menghasilkan peserta didik yang
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi
didik agar menjadi manusia yang beriman dan tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, percaya diri yang tinggi.
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan
menjadi warga negara yang demokratis serta Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian
bertanggung jawab”. Negara nomor 03/ V/ PB/ 2010 nomor 14 tahun
Pendidikan sebagai pembentuk watak 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabaran
bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan Fungsional Guru dan Angka Kredit bahwa Guru
potensi peserta didik yang nantinya akan adalah pendidik profesional dengan tugas utama
menjadi manusia yang bertanggung jawab tidak mendidik, mengajar, membimbing,
terlepas dari banyaknya komponen yang ada mengarahkan, melatih, menilai, dan
untuk mendukung terlaksananya pendidikan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
nasional. Seperti halnya dikemukakan oleh anak usia dini jalur pendidikan formal,
Sutari Iman Barnadib dalam Siswoyo dkk (2013) pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pendidikan dapat dinyatakan sebagai suatu Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa
sistem dengan komponen yang saling Guru dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
berhubungan. Komponen pendidikan salah 1. Guru Kelas adalah Guru yang mempunyai
satunya yaitu pendidik. Pendidik adalah setiap tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang secara penuh dalam proses pembelajaran
lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang seluruh mata pelajaran di kelas tertentu di TK/
lebih tinggi. RA/ BA/ TKLB dan SD/ MI/ SDLB dan yang
Penyebutan nama pendidik di beberapa sederajat, kecuali mata pelajaran pendidikan
tempat memiliki perbedaan. Pendidik di jasmani dan kesehatan serta pendidikan
lingkungan keluarga dengan sebutan papa-mama agama.
atau ayah-ibu. Pada lingkungan pesantren 2. Guru Mata Pelajaran adalah Guru yang
biasanya disebut ustadz/ Ustadzah dan Kyai. mempunyai tugas, tanggung jawab,
Hubungan Antara Persepsi...(Hanifa Amalia Barokah) 431

wewenang, dan hak secara penuh dalam konseling adalah hubungan yang membantu,
proses pembelajaran pada satu mata pelajaran artinya pembimbing (Guru BK/ Konselor)
tertentu di sekolah/ madrasah. berusaha membantu si terbimbing (Konseli) agar
3. Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor tumbuh, berkembang, sejahtera, dan mandiri.
adalah Guru yang mempunyai tugas, Konselor dan konseli masing-masing
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara menampilkan keaslian diri dan dapat dipercaya.
penuh dalam kegiatan bimbingan dan Guru BK yang mau memberikan bantuan
konseling terhadap sejumlah siswa. memiliki ciri-ciri: memiliki kekuatan pribadi,
Dari tiga macam guru ada guru ramah, enerjik, skill, berwawasan dan teliti.
bimbingan dan konseling, Guru bimbingan dan Dengan sifat-sifat ini guru BK akan
konseling adalah personil sekolah yang diberi mendapatkan kepercayaan dari siswa dan
tugas penuh dalam bidang pelayanan bimbingan kepercayaan diri siswa juga semakin meningkat
dan konseling (Prayitno, 2004). Konselor (Willis, 2007).
sekolah berperan dalam memfasilitasi peserta Kepercayaan antara konselor dan konseli
didik untuk mengaktualisasikan segala potensi sangat penting dalam melakukan konseling
yang dimiliki. Layanan yang diberikan oleh individual. Kepercayaan adalah timbal balik
konselor sekolah bertujuan untuk memandirikn yang tinggi diantara individu satu dengan
peserta didik dalam pengambilan keputusan individu lainnya atau kelompok. Dalam hal ini
terhadap masalah pribadi, sosial, belajar serta timbal balik yang tinggi antara konselor dan
karirnya. Berdasarkan kurikulum SMU 1994 konseli. Artinya para anggota meyakini akan
dalam Willis (2007), kegiatan layanan integritas, karakter, dan kemampuan individu
bimbingan dan konseling terdiri dari: (1) layanan lain. Tetapi, kepercayaan itu rapuh. Diperlukan
orientasi; (2) layanan informasi; (3) layanan waktu lama untuk membangunnya, dapat dengan
bimbingan penempatan dan penyaluran; (4) mudah dirusak dan sulit untuk diperoleh kembali
layanan bimbingan belajar; (5) layanan (F.K. Sonnenberg dalam Robins (1996)). Oleh
konseling perorangan (individual); dan (6) karena itu dibutuhkan kepercayaan dari siswa
layanan bimbingan kelompok. Salah satu maupun guru BK agar konseling individual
layanan yang diberikan oleh Guru Bimbingan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan
dan Konseling adalah Konseling Individual. bersama antara konselor dan konseli.
Konseling Individual adalah bantuan Namun pada kenyataannya keberadaan
yang diberikan oleh konselor kepada seorang guru BK atau konselor sekolah masih sering
siswa dengan tujuan berkembangnya potensi dianggap sebagai polisi sekolah yang harus
siswa, mampu mengatasi masalah sendiri, dan menjaga dan mempertahankan tata tertib,
dapat menyesuaikan diri secara positif. Dalam disiplin dan keamanan sekolah. Bahkan banyak
pelaksanaan konseling individual ada yang yang beranggapan bahwa bimbingan dan
dimaksud hubungan konseling. Hubungan konseling semata-mata sebagai proses pemberian
432 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomer 8, Agustus 2017

nasihat padahal sebenarnya pemberian nasihat banyak yang nada-nadanya memandang


merupakan bagian kecil dari upaya-upaya konseling sebagai proses peraturan atau
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan pengarahan, bukan menjadi lembaga yang
konseling juga dibatasi hanya untuk orang-orang memfokuskan dirinya untuk memberikan
tertentu saja serta konselor harus aktif, bantuan kepada siswa di sekolah. Anggapan
sedangkan pihak lain pasif (Prayitno, 2004). yang melenceng tentang konselor juga pernah
Winkel (2004) mengungkapkan beberapa diungkap oleh Hart dan Prince (1970) dalam
kesalahan penilaian berkaitan dengan pelayanan Mappiare (2011), dimana beliau merumuskan
bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu (1) seperangkat pernyataan mengenai peranan
adanya pembimbing dinilai kurang bermanfaat; konselor kemudian membandingkan persepsi
(2) ruang gerak bagi guru pembimbing terlalu konselor dan kepala sekolah, hasil yang didapat
sempit; (3) tenaga bimbingan ditunjuk ternyata kepala sekolah tidak sependapat dengan
menangani setiap siswa yang bermasalah; (4) para konselor pendidikan mengenai keterlibatan
pendidikan prajabatan tenaga bimbingan kurang konselor dalam tugas perkantoran, pengadaan
memadai; (5) fungsi dan tugas guru pembimbing hubungan rahasia dengan klien, pengadaan
kurang dipahami oleh siswa, sehingga di antara konseling emosional pribadi dan sejumlah fungsi
cukup banyak siswa yang cukup bermasalah nonkonseling.
sedikit saja yang minta bantuan bimbingan. Berdasarkan hasil wawancara kepada
Penilaian yang mirip juga dikemukakan Winkel guru BK di SMP Negeri 1 Mangunjaya yang
(2004) yang di dalamnya ditunjukkan beberapa sudah dilakukan peneliti di sekolah, siswa yang
alasan profesi sebagai konselor sekolah melakukan konseling individual biasanya datang
dilecehkan. Alasan itu sebagian bersumber pada harus dipanggil guru BK terlebih dahulu karena
kurang pengertian dari luar pihak profesi, sudah melakukan kesalahan seperti sering tidak
misalnya konselor dijadikan tenaga administrasi masuk sekolah tanpa keterangan (membolos) dan
untuk mengontrol SPP, dan untuk sebagian sering terlambat karena sudah melebihi batas
berakar pada kekurangmampuan tenaga jumlah keterlambatan atau masalah lainnya yang
bimbingan sendiri sehingga kurang menegakkan menyangkut pribadi, sosial, karir dan belajar
profesionalitas serta menjalankan misi individu. Ada beberapa siswa yang memang
profesionalnya. datang sendiri untuk melakukan konseling
Hasil penelitian dan survei yang individual namun masih lebih banyak yang
dilakukan oleh Gibson terhadap 208 guru datang karena dipanggil guru BK. Guru BK juga
sekolah menengah pertama di 18 sekolah, merasa siswa sedang mengalami masalah namun
Gibson dalam jurnal yang berjudul “Teacher enggan untuk melakukan konseling individual.
opinions of High School Guidance Program” Peneliti juga melakukan wawancara kepada
dalam Mappiare (2011) menyimpulkan bahwa salah satu siswa bahwa ketika siswa tersebut
para guru tidak memahami konseling dan bahwa memiliki masalah siswa tersebut lebih memilih
Hubungan Antara Persepsi...(Hanifa Amalia Barokah) 433

untuk tidak melakukan konseling individual karena itu pembatasan masalah perlu di
kepada guru BK karena kurang percaya pada dilakukan agar peneliti tidak jauh menyimpang
guru BK. Siswa tersebut juga beranggapan dengan topik yang akan di kaji, pembatasan
bahwa guru BK hanya mengurusi siswa yang masalah pada penelitian ini adalah terfokus pada
bermasalah sehingga jika siswa melakukan permasalahan persepsi siswa terhadap kinerja
konseling individual, ia takut teman-temannya guru BK dan kepercayaan melakukan konseling
mengira bahwa ia melakukan kesalahan atau individual siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
sebagai siswa yang bermasalah. Mangunjaya.
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, peneliti ingin meneliti bagaimana METODE PENELITIAN
Hubungan Persepsi Siswa Tentang Kinerja Guru Jenis Penelitian
Bimbingan dan Konseling dengan Kepercayaan Pendekatan yang digunakan dalam
Melakukan Konseling Individual Siswa Kelas penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
VIII di SMP Negeri 1 Mangunjaya Dalam penelitian ini menggunakan metode
Berdasarkan latar belakang masalah yang penelitian korelasional.
dipaparkan diatas, maka dapat di identifikasikan
beberapa permasalahan antara lain, Siswa yang Waktu dan Tempat Penelitian
melakukan konseling individual harus dipanggil Penelitian ini dilaksanakan di SMP
guru BK terlebih dahulu, Siswa beranggapan Negeri 1 Mangunjaya yang berada di kabupaten
bahwa pekerjaan guru BK hanya untuk Pangandaran, Jawa Barat, pada bulan April
mengurusi siswa yang bermasalah, Siswa yang sampai dengan Mei 2017.
memiliki masalah memilih untuk tidak
melakukan konseling individual karena kurang Populasi dan Sampel Penelitian
percaya pada guru BK, Kesalahan persepsi Populasi penelitian ini adalah siswa kelas
tentang guru bimbingan dan konseling yang VIII di SMP N 1 Mangunjaya sebanyak 216
mengatakan bahwa guru bimbingan dan orang, kemudian diambil sampel penelitian
konseling sebagai polisi sekolah, Guru tidak sejumlah 135 orang dengan menggunakan teknik
memahami konseling dan memandang konseling Simple Random Sampling.
sebagai proses peraturan atau pengarahan, bukan
menjadi lembaga yang memfokuskan dirinya Instrumen Penelitian dan Teknik
untuk memberikan bantuan kepada siswa di Pengumpulan Data
sekolah, Siswa merasa bahwa masuk ke ruang Pengumpulan data dalam penelitian ini
bimbingan dan konseling adalah orang yang mengunakan teknik wawancara dan skala sikap.
bermasalah Skala yang digunnakan dalam penelitian ini
Berbagai permasalahan tersebut muncul adalah skala persepsi siswa terhadap kinerja guru
terkait dengan objek yang akan dikaji. Oleh bimbingan dan konseling dan skala kepercayaan
434 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomer 8, Agustus 2017

melakukan konseling individual. Menggunakan sama lain. Hasil uji homogenitas pada penelitian
uji expert judgment. Jumlah item pada variabel ini adalah 0,079 > 0,05.
persepsi siswa terhadap kinerja guru bimbingan
dan konseling sejumlah 37 item, sedangkan pada HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
variabel kepercayaan melakukan konseling Data penelitian yang akan dideskripsikan
individual sejumlah 27. Uji realibilitas terdiri dari dua variabel. Yaitu variabel persepsi
menggunakan rumus Alpha cronbach dengan siswa terhadap kinerja guru bimbingan dan
hasil 0,767 pada variabel persepsi siswa terhadap konseling yang merupakan suatu proses untuk
kinerja guru bimbingan dan konseling dan 0,792 mengenali dan menafsirkan informasi indrawi
pada variabel kepercayaan melakukan konseling berdasarkan pikiran serta pengalaman-
individual. pengalaman pribadi terhadap kinerja guru
bimbingan dan konseling.
Teknik Analisis Data Aspek untuk mengukur tingkat persepsi
Teknik analisis data yang digunakan siswa terhadap kinerja guru bimbingan dan
menggunakan uji kategorisasi, uji prasyarat yang konseling mengacu pada Peraturan Menteri
meliputi uji normalitas, uji linearitas, uji Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun
homogenitas dan uji coba hipotesis. 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling pada
Uji normalitas menggunakan teknik Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
analisis Kolmogrov Sminorv bertujuan untuk antara lain analisis kebutuhan, perencanaan,
menguji apakah data penelitian pada semua pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak
variabel memiliki distribusi normal atau tidak, lanjut pengembangan program. Sedangkan pada
uji normalitas yang telah diujikan pada variabel variabel kepercayaan melakukan konseling
persepsi siswa terhadap kinerja guru bimbingan individual yang merupakan kesediaan dari kedua
dan konseling dengan nilai sifnifikansi 0,200 (p belah pihak baik individu sebagai konseli
> 0,05) dan variabel kepercayaan melakukan maupun individu sebagai konselor untuk
konseling individual dengan nilai signifikansi melakukan kolaborasi dan tiap individu (konseli
0,200 (p > 0,05). dan konselor) memberikan manfaat untuk
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui kepentingan bersama serta setiap anggota
apakah variabel bebas dan variabel terikat memliki keyakinan akan integritas, karakter dan
memiliki hubungan linear atau tidak. Hasil uji kemampuan dalam melakukan konseling
linearitas pada penelitian ini adalah 0,575 (p > individual.
0,05). Aspek dari variabel kepercayaan
Uji homogenitas dilakukan untuk melakukan konseling individual mengacu pada
mengetahui apakah sampel yang diambil dari teori dari P.L. Schindler dan C.C. Thomas
populasi berasal dari varian yang sama dan tidak (Robins, 1996), yaitu terdiri dari integritas,
menunnjukkan perbedaan yang signifikan satu
Hubungan Antara Persepsi...(Hanifa Amalia Barokah) 435

kompetensi, loyalitas, konsistensi, dan berdasarkan batasan-batasan menurut Azwar


keterbukaan. (2015).
Data yang telah diperoleh dari Berdasarkan rumus kategori yang sudah
penyebaran skala sikap diolah. Hal tersebut ditentukan, maka selanjutnya peneliti melakukan
untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), median, pengolahan variabel persepsi siswa terhadap
modus, standar deviasi, serta distribusi frekuensi kinerja guru bimbingan dan konseling dengan
kategori masing-masing. Pengolahan hasil hasil distribusi kecenderungan tidak ada siswa
penelitian dianalisa menggunakan bantuan atau 0,00% pada kategori sangat tinggi, 14 atau
program SPSS versi 24.00 For Windows. 10,37% pada kategori tinggi, 115 atau 85,19%
Variabel persepsi siswa terhadap kinerja siswa pada kategori sedang, 6 atau 4,44% pada
guru bimbingan dan konseling terdiri dari 37 kategori rendah dan tidak ada siswa atau 0,00%
butir pernyataan dengan empat alternatif pada kategori sangat rendah. Berdasarkan data
jawaban dengan rentang skor 1 sampai dengan 4, yang telah dipaparkan di atas dapat digambarkan
dimana skor terendah 1 dan tertinggi 4. Pada melalui diagram sebagai berikut:
variabel persepsi siswa terhadap kinerja guru
bimbingan dan konseling diperoleh skor tertinggi
Persepsi Siswa Terhadap
sebesar 137 dan skor terendah sebesar 91. Hasil
Kinerja Guru BK
analisis menggunakan SPSS versi 24.00 For 150 115
windows diperoleh harga Mean (M) sebesar 100

113,25; Median (Me) sebesar 114,00; Modus 50 14


0 6 0
(Mo) sebesar 114; dan standar deviasi (SD) 0
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Sebesar 8,556. Kemudian peneliti menentukan Tinggi Rendah

kecenderungan kategori variabel persepsi siswa


Gambar 1. Prosentase Kategori Variabel
terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling
Persepsi siswa terhadap kinerja guru BK
dengan mengetahui nilai maksimum (Xmak) dan
Sedangkan pada variabel kepercayaan
nilai minimum (Xmin), nilai maksimum
melakukan konseling individual terdiri dari 27
diketahui 185; dan nilai minimum diketahui 37.
butir pernyataan dengan empat alternatif
Setelah dilakukan pengolahan diketahui nilai
jawaban dengan rentang skor 1 sampai dengan 4,
rata-rata ideal (Mi) sebesar 114; dan standar
dimana skor terendah 1 dan tertinggi 4. Pada
deviasi sebesar 7,66.
variabel kepercayaan melakukan konseling
Selanjutnya, data hasil penelitian variabel
individual diperoleh skor tertinggi sebesar 102
persepsi siswa terhadap kinerja guru bimbingan
dan skor terendah sebesar 64.
dan konseling dikategorisasikan menjadi lima
Hasil analisis menggunakan SPSS versi
kategori yaitu “sangat tinggi”, “tinggi”,
24.00 For windows diperoleh harga Mean (M)
“sedang”, “rendah”, dan “sangat rendah”
sebesar 82,53; Median (Me) sebesar 82,00;
436 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomer 8, Agustus 2017

Modus (Mo) sebesar 81; dan standar deviasi Gambar 2. Prosentase Kategori Variabel
(SD) Sebesar 7,55. Kemudian peneliti kepercayaan melakukan konseling individual
menentukan kecenderungan kategori variabel Hasil pengujian hipotesis yang telah
kreativitas dengan mengetahui nilai maksimum diolah oleh peneliti adalah terdapat hubungan
(Xmak) dan nilai minimum (Xmin), nilai yang positif dan signifikan antara persepsi siswa
maksimum diketahui 135; dan nilai minimum terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling
diketahui 27. Setelah dilakukan pengolahan dengan kepercayaan melakukan konseling
diketahui nilai rata-rata ideal (Mi) sebesar 83; individual siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
dan standar deviasi sebesar 6,33. Mangunjaya. Hasil pengujian hipotesis diatas
Selanjutnya, data hasil penelitian variabel menunjukkan bahwa nilai nilai 𝑟h𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih
kepercayaan melakukan konseling individual besar nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,472 > 0,159. Dengan
dikategorisasikan menjadi lima kategori yaitu nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000 <
“sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, 0,05.
dan “sangat rendah” berdasarkan batasan- Berdasarkan hasil analisis korelasi
batasan menurut Azwar (2015). product moment dapat diketahui bahwa terdapat
Berdasarkan rumus kategori yang sudah hubungan positif dan signifikan antara persepsi
ditentukan, maka selanjutnya peneliti melakukan siswa terhadap kinerja guru bimbingan dan
pengolahan variabel kepercayaan melakukan konseling dengan kepercayaan melakukan
konseling individual dengan hasil distribusi konseling individual serta hipotesis dalam
kecenderungan tidak ada siswa atau 0,00% pada penelitian ini diterima.
kategori sangat tinggi, 18 atau 13,33% siswa Tujuan dari dilakukannya penelitian ini
pada kategori tinggi, 108 atau 80,00% siswa adalah untuk menguji hubungan antara persepsi
pada kategori sedang, 9 atau 6,67% siswa pada siswa terhadap kinerja guru bimbingan dan
kategori rendah dan tidak ada siswa atau 0,00% konseling dengan kepercayaan melakukan
pada kategori sangat rendah. Berdasarkan data konseling individual siswa kelas VIII di SMP
diatas dapat digambarkan melalui bagan sebagai Negeri 1 Mangunjaya. Berdasarkan data
berikut: penelitian yang telah diolah oleh peneliti,
terdapat hubungan yang positif dan signifikan
Kepercayaan Melakukan
Konseling Individual antara persepsi siswa terhadap kinerja guru

120 108 bimbingan dan konseling dengan kepercayaan


100
80
melakukan konseling individual siswa kelas VIII
60 di SMP Negeri 1 Mangunjaya. Hal tersebut
40 18
20 9 ditunjukan dari nilai rhitung lebih besar dari nilai
0 0
0
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat r tabel yaitu yaitu 0,472 > 0,159 dan nilai
Tinggi Rendah
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti
penelitian ini bernilai positif dan signifikan.
Hubungan Antara Persepsi...(Hanifa Amalia Barokah) 437

Persepsi siswa terhadap kinerja guru Robins (1996) Kepercayaan adalah timbal balik
bimbingan dan konseling berdasarkan hasil yang tinggi diantara individu satu dengan
penelitian dari total responden 135 siswa berada individu lainnya atau kelompok, artinya para
pada kategori sedang. Hasil data menunjukkan anggota meyakini akan integritas, karakter, dan
bahwa mayoritas siswa memilih item pernyataan kemampuan individu lain. Berdasarkan teori
“materi yang diberikan guru BK sesuai dengan tersebut bahwa adanya suatu kepercayaan
tujuan layanan konseling”. Dan minoritas siswa apabila ada timbal balik antara kedua belah
memilih item pernyataan “layanan yang pihak (konselor dan konseli). Tetapi hasil
diberikan guru BK dilakukan di luar jam menunjukkan bahwa ketika guru BK dapat
pelajaran” itu artiya layanan yang diberikan guru bersikap jujur namun siswa kurang, ini ditujukan
BK lebih sering dilakukan pada jam pelajaran siswa lebih sering melakukan konseling
BK karena di sekolah tersebut dalam satu individual hanya ketika dipanggil guru BK saja.
minggu guru BK masuk kelas selama dua jam Dikarenakan masih ada beberapa aspek yang
pelajaran, tentu saja itu lebih banyak belum terpenuhi sehingga kepercayaan
dibandingkan jam pelajaran BK pada umumnya melakukan konseling individual berada pada
yang biasanya hanya satu jam pelajaran bahkan kategori sedang.
ada yang guru BK tidak masuk kelas. Karena Berdasarkan hasil analisis data tentang
kegiatan layanan lebih sering dilakukan di dalam hubungan antara persepsi siswa terhadap kinerja
kelas membuat siswa kurang mengikuti layanan guru bimbingan dan konseling dengan
di luar kelas namun layanan yang dilakukan pada kepercayaan melakukan konseling individual
saat jam pelajaran BK adalah layanan yang siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Mangujaya
diberikan sesuai tujuan membuat persepsi siswa diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara
terhadap kinerja guru BK berada pada kategori persepsi siswa terhadap kinerja guru bimbingan
sedang. dan konseling dengan kepercayaan melakukan
Pada penelitian ini juga diperoleh tingkat konseling individual siswa kelas VIII di SMP
kepercayaan melakukan konseling individual Negeri 1 Mangunjaya.
135 siswa berada pada kategori sedang. Hasil Guru bimbingan dan konseling
data menunjukkan bahwa mayoritas siswa merupakan tenaga pendidik yang bertugas
memilih item pernyataan “Guru BK bersikap sebagai pelaksana layanan bimbingan dan
jujur ketika melaksanakan layanan konseling” konseling di sekolah. Konseling individual
namun banyak juga siswa yang memilih item merupakan salah satu layanan yang diberikan
pernyataan “saya tidak bersikap jujur ketika oleh seorang konselor atau guru bimbingan dan
melaksanakan konseling individual” ini konseling. Menurut Juntika (2005) konseling
menunjukkan bahwa meskipun guru BK individual adalah proses belajar melalui
bersikap jujur namun siswa belum terlalu bisa hubungan khusus secara pribadi dalam
bersikap jujur. Menurut F.K. Sonnenberg dalam wawancara antara seorang konselor (guru BK)
438 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomer 8, Agustus 2017

dan konseli (siswa). Hubungan khusus antara melakukan konseling individual jika tidak
konselor dan konseli tidak sama dengan dipanggil oleh guru BK. Itu berarti tindakan
hubungan relasi antarmanusia biasa dalam siswa untuk melakukan konseling individual
kehidupan sehari-hari. Dalam hubungan konselor dipengaruhi oleh bagaimana siswa
dan konseli memiliki karakteristik seperti yang mempersepsikan seorang guru BK. Hal tersebut
dikemukakan oleh Willis (2007) bahwa seperti dijelaskan oleh Walgito (2001) bahwa
hubungan konseling itu sifatnya bermakna, tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari
maknanya adalah terjadi dalam suasana cara dia memandang. Berdasarkan penjelasan di
keakraban antara konselor dan konseli, mengacu atas dapat disimpulkan bahwa persepsi sangat
pada perkembangan dan pemecahan masalah berpengaruh dan menjadi alasan perilaku siswa
serta ada komitmen antara kedua belah pihak untuk datang ke ruang BK dengan
(konselor dan konseli). Dibutuhkan pula kepercayaannya pada guru BK.
keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan saling Kepercayaan adalah suatu kesediaan
sensitif satu sama lain (konselor dan konseli). individu untuk melakukan kolaborasi dengan
Saling menghargai adalah penting karena setiap individu lain dan berharap tiap individu
orang mempunyai keunggulan masing-masing. memberikan manfaat untuk kepentingan bersama
Konselor harus memiliki kualitas pribadi yang (timbal balik). Dalam sebuah integritas harus
menentramkan, menyenangkan, mendorong, adanya suatu persepsi, hal ini dikemukakan oleh
menghapus kepura-puraan sehingga nantinya P.L. Schindler dan C.C. Thomas dalam Robins
menjadi seorang yang dapat dipercaya. (1996) bahwa Integritas diberi nilai paling tinggi
Sebelum siswa (konseli) memilih untuk karena “tanpa suatu persepsi dari karakter moral
menjalin hubungan khusus dengan konselor orang dan kejujuran dasar orang lain, dimensi
seperti yang sudah dikemukan di atas dan yang lain dari kepercayaan itu tidak ada artinya”.
melakukan konseling individual. Siswa Berdasarkan teori di atas dapat dijelaskan
mengumpulkan sejumlah informasi yang bahwa sebelum siswa percaya untuk melakukan
berkaitan dengan konselor agar nantinya proses konseling individual harus ada suatu integritas
konseling individul berjalan efektif. Lesmana guru BK. Integritas terdiri dari bersikap jujur dan
(2008) individu jarang mengambil tindakan apa adanya. Guru BK sudah bersikap jujur
tanpa didasari oleh kegiatan mempersepsi, dengan pendapat para siswa SMP N 1
berpikir dan merasa, karena proses-proses ini Mangunjaya yang mengatakan bahwa guru BK
memberikan alasan untuk bertindak. Seperti sudah bersikap jujur dan apa adanya dari skor
dalam penelitian ini siswa berpendapat bahwa total pada skala tingkat kepercayaan siswa. Hal
guru BK hanya mengurus siswa yang tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
bermasalah sehinggaketika masuk ke ruang BK J.K Butler Jr. dan R.S. Cantell dalam Robins
adalah siswa yang bermasalah. Siswa SMP N 1 (1996) integritas meliputi kejujuran (honesty)
Mangunjaya juga bertindak untuk tidak dan bersikap sebenarnya (truthfulnes). Seperti
Hubungan Antara Persepsi...(Hanifa Amalia Barokah) 439

sudah dijelaskan di atas bahwa integritas guru SIMPULAN DAN SARAN


BK dapat terjadi jika adanya suatu persepsi, Simpulan
yaitu persepsi siswa terhadap kinerja guru Berdasarkan penelitian yang telah
bimbingan dan konseling. Menurut Barnawi dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
(2014) kinerja guru adalah tingkat keberhasilan hubungan yang positif dan signifikan antara
guru dalam melaksanakan tugas pendidikan persepsi siswa terhadap kinerja guru BK dengan
sesuai dengan tanggung jawab dan kepercayaan melakukan konseling individual,
wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang dilihat dari hasil penelitian menunjukkan 0,472 >
telah ditetapkan selama satu periode tertentu 0,159, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. semakin tinggi persepsi siswa terhadap kinerja
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan guru BK semakin tinggi pula kepercayaan
Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 Tentang melakukan konseling individual, begitu pun
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan sebaliknya.
Dasar dan Pendidikan Menengah, mekanisme Hasil penelitian ini juga menunjukkan
pengelolaan bimbingan dan konseling ditata dan bahwa variabel persepsi siswa terhadap kinerja
mencakup tahapan analisis kebutuhan, guru BK berada dalam kategori sedang sebesar
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, 85,19% dan variabel kepercayaan melakukan
dan tindak lanjut pengembangan program. konseling individual berada dalam kategori
Berdasarkan teori di atas Layanan sedang sebesar 80,00%.
konseling indivdiual adalah bagian dari kinerja Tingkatan persepsi siswa terhadap
guru BK yaitu dalam pelaksanaan yang kinerja guru BK berada pada kategori sedang
dilakukan secara langsung karena dilakukan dikarenakan intensitas layanan BK yang lebih
secara tatap muka antara kedua belah pihak banyak dilakukan pada saat jam pelajaran dan
(konselor dan konseli) tanpa adanya perantara. layanan yang diberikan sesuai dengan tujuan.
Dengan demikian kepercayaan melakukan Kepercayaan melakukan konseling individual
konseling individual dapat terbentuk karena berada pada kategori sedang dikarenakan siswa
persepsi siswa terhadap kinerja guru BK. yang belum terlalu bisa bersikap jujur. Artinya
Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi masih ada beberapa aspek yang belum terpenuhi.
persepsi siswa terhadap kinerja guru BK maka
semakin tinggi pula kepercayaan melakukan Implikasi
konseling individual, semakin rendah persepsi Persepsi siswa terhadap kinerja guru
siswa terhadap kinerja guru BK maka semakin bimbingan dan konseling dijadikan sebagai salah
rendah pula kepercayaan melakukan konseling satu adanya kepercayaan melakukan konseling
individual. individual dengan didukung adanya bimbingan,
perhatian dan peran dari pihak lain di sekolah
selain guru BK.
440 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 3, Nomer 8, Agustus 2017

Saran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia &


Berdasarkan hasil penelitian dan Presiden Republik Indonesia. (2003).
simpulan yang telah diuraikan maka peneliti Undang-undang Republik Indonesia
dapat memberikan beberapa saran sebagai Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
berikut. Pendidikan Nasional.
1. Bagi Sekolah Juntika, A. (2005). Strategi Layanan Bimbingan
Pihak sekolah diharapkan dapat lebih dan Konseling. Bandung: PT. Refika
meningkatkan kualitas pendidikan dengan Aditama.
memberikan fasilitas bimbingan dan Lesmana, J. M. (2008). Dasar-Dasar Konseling.
konseling sehingga siswa akan lebih merasa Jakarta: UI-Press.
nyaman dalam pelaksanaan layanan, Mappiare, A. (2010). Pengantar Konseling dan
khususnya konseling individual. Psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers.
2. Bagi Guru BK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Guru BK diharapkan mampu lebih Indonesia. (2014). Peraturan Menteri
meningkatkan kinerjanya dengan memilih Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111
metode pemberian layanan konseling yang Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan
tepat untuk menumbuhkan kepercayaan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
siswa serta memberikan pengetahuan Pendidikan Menengah.
tentang manfaat dan fungsi dari bimbingan Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
dan konseling agar siswa tidak memberikan Kepegawaian Negara. (2010). Peraturan
persepsi yang salah. Bersama Menteri Pendidikan Nasional
3. Bagi Peneliti Selanjutnya dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat nomor 03/ V/ PB/ 2010 nomor 14 tahun
dibantu oleh asisten penelitian agar 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
penelitian berjalan dengan lancar. Jabaran Fungsional Guru dan Angka
Kredit.Lesmana, Jeanette Murad. (2008).
Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: UI-
DAFTAR PUSTAKA
Press
Azwar, S. (2015). Sikap Manusia: Teori dan
Prayitno & Amti, E. (2004). Dasar-dasar
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Pelajar.
Rineka Cipta.
Barnawi & Arifin, M. (2012). Kinerja Guru
Robins, S.P. (1996). Perilaku Organisasi.
Profesional: Instrumen Pembinaan,
Jakarta: Prenhallindo.
Peningkatsan dan Penilaian.Yogyakarta:
Siswoyo, D., dkk. (2013). Ilmu Pendidikan.
Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta: UNY Press.
Hubungan Antara Persepsi...(Hanifa Amalia Barokah) 441

Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan dengan


Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Walgito, B. (2001). Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi.
Willis, S.S. (2007). Konseling Individual Teori
dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Winkel, W.S & Hastuti, M.M.S. (2004).
Bimbingan dan Konseling di Instritusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Anda mungkin juga menyukai