Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies
di antaranya termasuk tumbuhan berkhasiat (180 spesies telah dimanfaatkan oleh
industri jamu tradisional) merupakan potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh
nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama
pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan),
dokumen Serat Primbon Jampi.
Dengan melihat jumlah tanaman di Indonesia yang berlimpah dan baru 180
tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri maka peluang
bagi profesi kefarmasian untuk meningkatkan peran sediaan herbal dalam
pembangunan kesehatan masih terbuka lebar. Standardisasi bahan baku dan obat jadi,
pembuktian efek farmakologi dan informasi tingkat keamanan obat herbal merupakan
tantangan bagi farmasis agar obat herbal semakin dapat diterima oleh masyarakat luas.
Penggunaan obat tradisional, seperti tanaman berkhasiat obat tetap
berlangsung di zaman modern ini, bahkan cenderung meningkat. Hal ini menandai
kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) dalam rangka mencapai
kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami. Dalam
upaya mencegah kematian sel dan mempercepat penyembuhan berbagai jenis luka dan
penyakit lainya masyarakat dapat memanfaatkan tanaman binahong. Berdasarkan
pengalaman masyarakat menggunakannya dengan cara tradisional, yaitu dengan
menumbuk daun binahong dan ditempelkan pada bagian yang sakit atau membasuh
luka dengan air rebusan daun binahong.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana klasifikasi dari tanaman Binahong?
2. Bagaimana penyebaran tanaman binahong di Indonesia?
3. Bagaimana budidaya dari tanaman Binahong?
4. Apa saja kandungan dari tanaman Binahong?
5. Bagaimana kegunaan tanaman Binahong di Masyarakat?
6. Bagaimana uji aktivitas dari tanaman Binahong?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari tanaman Binahong.
2. Untuk mengetahui penyebaran tanaman binahong di Indonesia.
3. Untuk mengetahui budidaya dari tanaman Binahong.
4. Untuk mengetahui kandungan dari tanaman Binahong.
5. Untuk mengetahui kegunaan tanaman Binahong di Masyarakat.
6. Untuk mengetahui uji aktivitas dari tanaman Binahong.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)

Habitus berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang, bisa mencapai


panjang lebih dari 6 m. Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah,
bagian dalam solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang
melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun
tunggal, bertangkai sangat pendek, tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung,
panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal
berlekuk, tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan,
bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan
berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5-1 cm, berbau harum.
Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak.

A. Akar
Tanaman binahong mempunyai akar tunggang yang berdaging lunak dan
berwarna coklat kotor.

B. Rhizoma
Tanaman binahong memiliki rhizoma. Rhizoma adalah batang beserta daun
yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dari ujungnya
dapat tumbuh tunas yang muncul di atas tanah dan dapat merupakan 17 suatu
tumbuhan baru.
Batang lunak, silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam
solid, permukaan halus, kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak
daun dengan bentuk tak beraturan dan bertekstur kasar.
Rhizoma adalah penjelmaan dari batang dan bukan akar, yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1 1. Beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak pernah bersifat demikian.
2 2. Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik.
3 3. Mempunyai kuncup-kuncup.
4 4. Tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, terkadang tumbuh ke
5 atas, muncul di atas tanah.
6 Rhizoma berfungsi sebagai alat perkembangbiakan dan tempat penimbunan
zat-zat cadangan makanan (Ari Setiaji, 2009).
7

8
9 C. Daun
10 Tanaman binahong berdaun tunggal, bertangkai sangat pendek
(subsessile), pertulangan menyirip, tersusun berseling, berwarna hijau muda,
berbentuk jantung (cordata), memiliki panjang sekitar 5-10 cm dan lebar sekitar 3-7
cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berbelah, tepi rata atau
bergelombang, dan permukaan halus dan licin (Suyanto, 2009).

11
Gambar 2. Daun Binahong A. Tampak depan B. Tampak belakang
12
(Sumber: Dokumen pribadi)
13
14 D. Bunga
15 Tanaman binahong memiliki bunga majemuk berbentuk tandan atau
malai panjang, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna putih
sampai krem berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota sekitar 0,5
– 1 cm dan memiliki bau yang harum (Suyanto, 2009). Menurut Rachmawati 2008,
binahong berbunga dengan bau yang khas, bunga berwarna putih, dan merupakan
bunga majemuk (infloresensi rasemosa) dan jarang berbuah.(Justin, 2005)

16
Gambar 3. Bunga binahon
17
2.2 Luka
Luka adalah suatu kerusakan integritas epitel dari kulit atau terputusnya
kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Kulit
memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya melalui proses penyembuhan luka.
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan yang berhubungan
dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka diawali dengan proses inflamasi.
(Toban,dkk, 2012)

Fase inflamasi secara klinis ditandai dengan cardinal sign: rubor, calor, tumor,
dolor serta function laesa. Proses ini terjadi segera setelah trauma.Proses
penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja
pada luka, tetapi dipengaruhi pula oleh faktor eksternal yaitu factor yang didapat dari
luar penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi:
pengobatan, infeksi, dan trauma jaringan. Proses penyembuhan luka bersifat dinamis
dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan integritas jaringan. Dengan memahami
biologi penyembuhan luka, kita dapat mengoptimalkan lingkungan jaringan dimana
luka berada. Salah satunya dengan mencegah kontaminasi pada luka karena
berdasarkan waktu kontaminasi (golden periode) yaitu dimana waktu 6-8 jam setelah
terjadi luka maka bakteri yang ada telah mencapai koloni tertentu dan mengadakan
invasi ke dalam jaringan sekitar luka atau pembuluh darah. Pada kondisi ini luka
disebut sebagai luka infeksi. Banyak cara untuk mencegah luka terhindar dari
kontaminasi bakteri agar tidak menjadi luka infeksi, salah satunya dengan cara
pengobatan tradisional yaitu menggunakan obat herbal yang salah satu kandungannya
adalah antimikroba. (Toban dkk, 2012)
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya
bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka
bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan
kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan
yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan
sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama
waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat,
2003).

Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis
maupun jaringan sebkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi
kerusakan atau gangguan integritas dan kematian sel. (Moenadjat, 2003).

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan
tingginya suhu. Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis (Moenadjat, 2003), yaitu:

1). Luka bakar derajat I


Luka bakar derajat I kerusakan terbatas pada bagian superfisial
epidermis, kulit kering, hipermik memberikan efloresensi berupa eritema, tidak
melepuh, nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan 5-10 hari.
Contohnya luka bakar akibat sengatan matahari.

2). Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah
atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi dua:
Derajat II dangkal (superficial) yaitu kerusakan yang mengenai bagian
superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat. Penyembuhan dalam waktu 10-14 hari. Derajat II dalam (deep) yaitu
kerusakan yang mengenai hamper seluruh bagian dermis, apendises kulit,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi dalam waktu >1
bulan.

3). Luka bakar derajat III


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, pendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea rusak, sudah ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Nama Ilmiah dan Taksonomi

Gambar 4. Daun Binahong

a. Sistematika Tanaman

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

b. Nama Lain
Anredera cordifolia (Ten.) Steenis memiliki nama lain, yaitu
Boussingaultiagracilis Miers, Boussingaultia cordifolia, Boussingaultia
baselloides ( Pink,2008).

c. Nama Daerah
Anredera cordifolia (Ten.) Steenis memiliki nama daerah yaitu:
Indonesia (binahong), Cina (teng sar chi), Inggris (madeira vine). (pink,
2008)
2.2 Penyebaran Tanaman Binahong di Indonesia

2.3 Budidaya Tumbuhan Binahong


Tanaman binahong cocok ditumbuhkan didaerah dataran rendah meupun
didataran tinggi mulai dari ketinggian lahan 0-1.200 m diatas permukaan air laut.
Jenis tanah yang cocok untuk menanam binahong adalah tenah jenis tanah gembur
mengandung banyak senyawa organik. Untuk memperoleh hasil pertumbuhan
organ tanaman yang baik, binahong harus ditanam pada keadaan suu lingkungan
mulai 20-38oC, kelembapan udara 87%, serta curah hujan harus mencukupi
sepanjang tahun sebanyak 800-1.200 mm/tahun.

Cara budidaya binahong ada beberapa tahap, yaitu:


1. Pemilihan bibit binahong
Bibit binahong dapat diperoleh secara vegatatif melalui pengambilan
tunas akar atau dengan stek batang lalu ditanam di media tanah. Bibit binahong
yang akan ditanam harus dengan kondisi yang sehat dengan krteria bagian organ
tanaman (batang, akar, daun) Nampak segar dan tidak ada kecacatan atau ada
sebagian tanaman yang rusak.
Sebelum bibit ditanam dilahan terbuka maka sebaiknya pertama kali
bibit vegetative ditanam terkebih dahulu diwadah/pot polybag ukuran besar
dengan media tanamnya adalah campuran antara tanah liat berhumus dengan
pupuk kandang/kompos (perbandingan 1:1). Setelah ditanam di wadah atau pot
polybag selanjutnya disiram rutin bibit pagi dan sore dengan menggunakan air
bersih. Perawatan bibit harus intensif hingga bibit menghasilkan tunas-tunas baru
pada bagian daun, batang, serta akarnya kokoh.
2. Pengolahan Lahan dan Penanaman Binahong.
Tanaman yang sudah ditanam pada wadah atau pot polybag selanjutnya
ditanam dilahan terbuka. Pengolahan lahan diawali dengan cara membuat
beberapa cangkulan tanah berbentuk persegi dengan ukuran panjang x lebar x
tinggi lubang tanam berturut-turut yaitu 30 x 30 x 30 cm. Pada bagian dasar
lubang tanam diberi pupuk kandang yang sudah dikeringkan (1/3 dari tinggi
lubang atau ketinggian 10 cm). Kemudian dimasukkan tanaman bibit
vegetative binahong yang sudah tumbuh dalam wadah polybag ke dalam
lubang tanam, lalu tutup lubang tanaman tersebut dan terakhir disiram secara
rutin hinggan tanaman berumur 1 bulan. Setelah umur 1 bulan lebih, untuk
frekuensi penyiraman dapat dikurangi, sehingga tinggal melakukan perawatan
lainya, sebab tumbuhan binahong ini termasuk tumbuhan yang tidak manja dan
dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis lingkungan asalkan kandunan
senyawa organic/unsur hara pada lahan tercukupi.
3. Perawatan Dasar Tanaman Binahong
Perawatan untuk binahong tidak jauh berbeda dengan tanaman lainnya.
Perawatan yang setidaknya harus dilakukan pekebun atau pencinta
tanaman herbal yakni dengan melakukan penyulaman, pembersihan
gulma, pendangiran/penggemburan lahan serta penyiraman dan
pemupukan:
a. Penyulaman:
Hal ini sangat penting dilakukan apabila tanaman yang
rusak, mati atau layu mendadak pada lubang tanam. Ganti
dengan tanaman bibit binahong baru.
b. Pembersihan gulma:
Tujuannya adlah untuk memastikan bahwa tanaman
terbebas dari rumput liar yang mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Pembersihan gulma dilakukan
swaktu-waktu, jika memang terlihat bahwa ada aktivitas
pertumbuhan gulma secara berlebih di arean sekitas
tanaman binahong.
c. Pendangiran:
Hal ini dilakukan bertujuan agar system aerasi dan
pengedara oksigen didalam tanah kebagian organ akar
tanaman semakin bagus. Pendangiran dilakukan dengan cara
mencangkul kecil-kecil disekitar akar tanaman dengan hati-
hati supaya tanahnya menjadi gembur dan memudahkan
dalam proses penyerapan air dan oksigen ke bagian akar
tanaman, sehingga tanaman akan semakin subur dan terlihan
bugar.
d. Penyiraman dan pemupukan:
Hal ini sangat penting dilakukan karena agar
memperoleh hasil tanaman binahong yang mempunyai
organ tanaman sehat erta dapat memperoleh bagian organ
daun yang Nampak segar, daunya lebar dan tebal.
Penyiraman tanaman bnahong dilakukan dengan cara
memberikan air bersih ke bagian akar tanaman. Sementara
itu untuk pemupukan tanaman dilakukan menggunakan 2
jenis pupuk padat dan cair. Untk pupuk padat dapat
diberikan 2x dalam sebulan yakni menggunakan pupuk
kandang/kompos yang banyak mengandung mikro nutrient.
e. Merambatkan tanaman pada tiang pengajiran
Bersamaan dengan pendaniran. Dilakukan juga kegiatan
merambatkan bagian tanaman dengan secara manual dengan
menempatkan batang yang mermbat menggunakan tangan
ke tiang ajir yang tersedia.
4. Proses pemanenan binahong:
pemanenan dapat dilakukan secara serentak atau bertahap. Namun
pemanenan binahong secara bertahap adalah hal umum yang sering dilakukan
oleh petani herbal. Ciri-ciri tanaman binahong yang siap panen menunjukkan
adanya batang yang sudah kokoh dan berwarna hijau tua, serta akarnya sudah
mulai melilit pada bebatuan/tanah. Pemanenan dilakukan dengan memetic
bagian daun muda maupun daun tua, mengambil bagian akar atau batangnya.
Karena setiap bagian organ tanaman tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan penyembuhan berbagai jenis penyakit

2.4 Kandungan Senyawa Binahong


Berikut zat-zat yang terkandung di dalam daun binahong:

A. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih
dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat
seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa dan
menghemolisis sel darah. Triterpen tertentu terkenal karena rasanya,terutama
kepahitannya. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan
akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh. Saponin dan glikosida sapogenin
adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar luas dalam tumbuhan. Dikenal dua
macam saponin, yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida dengan struktur
steroid. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter
(Robinson, 1995).
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan
busa jika dikocok di dalam air. Saponin bekerja sebagai antimikroba dengan
mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri menga
lamilisis

B. Flavonoid

Flavonoid pada daun binahong berfungsi sebagai antioksidan. Manfaat


lainnya adalah untuk melindungi struktur sel tubuh. Flavonoid mengandung senyawa
fenol. Fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam sehingga disebut juga asam
karbolat. Fenol memiliki kemampuan untuk mendenaturasi protein dan merusak
membran sel. Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga
mengakibatkan struktur protein menjadi rusak.

Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan,
yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya
sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam
vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenol telah diketahui strukturnya. Flavonoid
merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenil propanoid,dan
kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar. Beberapa golongan bahan
polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa
polifenol (Harborne, 1987).

C. Minyak atsiri

Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari
daun,bunga, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizoma. Minyak atsiri disebut juga
minyak eteris yaitu minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan
cara penyulingan, biasanya tidak berwarna terutama bila masih dalam keadaan segar,
setelah terjadi proses oksidasi dan pendamaran makin lama akan berubah menjadi
gelap, untuk menghindarinya harus disimpan dalam keadaan penuh dan tertutup rapat
(Guenther, 1987).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia


yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta berbagai
persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S) (Ketaren,
1985). Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan
eksternal, bahan analgesik, hemolitik atau enzimatik, sedativ, stimulan, untuk obat
sakit perut, bahan pewangi kosmetik dan sabun (Guenther, 1987).

Minyak atsiri juga berperan sebagai antibakteri dengan cara


menggangguproses terbentuknya membran atau dinding selsehinga tidak terbentuk,
minyak atsiri sebagai antibakteri pada umumnya mengandung fungsi hidroksil (-OH)
dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan bakteri melalui proses adsorbsi yang
melibatkan ikatan hidrogen (Ajizah, 2004).

D. Asam oleanolik

Asam oleanolik mempunyai khasiat sebagai anti inflamasi dan bisa


mengurangi rasa nyeri pada luka bakar. Kandungan nitrit oksida pada asam oleanolik
juga menjadi anti oksidan, yang dapat berfungsi sebagai toksin yang kuat untuk
membunuh bakteri. Jadi dengan adanya asam oleanik ini akan memperkuat daya tahan
sel terhadap infeksi dan memperbaiki sel sehingga sel dapat beregenerasi dengan baik.

E. Asam askorbat

Kandungan asam askorbat pada tanaman ini penting untuk mengaktifkan


enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan
kolagen yang lebih kokoh, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
F. Terpenoid

Terpenoid disebut sebagai terpene, adalah kelompok terbesar dari


senyawaalami. Banyak terpen memiliki aktivitas biologis dan digunakan untuk
pengobatanpenyakit manusia. Terpenoid memiliki aktivitas biologis untuk melawan
kanker,malaria, peradangan, dan berbagai penyakit menular (virus dan bakteri), (Wang
dkk, 2005)

G. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung nitrogen yangbersifat


basa.Sifatbasa tersebut tergantung dari adanya pasanganelektron pada
nitrogen.Sebagian besar alkaloida mempunyaikerangka dasar polisiklik termasuk
cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen yang tidak terlalu
bervariasSejumlahalkaloid alami dan turunannya telah dikembangkan sebagai
obatuntuk mengobati berbagai macam penyakit (Nahar, 2009).

Alkaloid memilikikemampuan sebagai antibakteri.Mekanisme yang diduga


adalah dengan cara mengganggukomponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,
sehinggalapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkankematian sel
tersebut (Robinson, 1995)
2.5 Penggunaan Binahong di Masyarakat

Tanaman ini memiliki berbagai Kasiat yang sangat berguna bagi kesehatan
tubuh kita. Hal ini karena tanaman ini kaya akan kandungan asam askorbat, asam
oleanolik,alkaloid, minyak atsiri, terpenoid, flavonoid, dan saponin. yang secara klinis
memang berguna untuk tubuh manusia. Berikut ini beberapa Manfaat Daun Binahong
bagi Kesehatan Tubuh diantaranya untuk penyakit dalam, Mempercepat pemulihan
kesehatan setelah operasi, melahirkan, khitan, segala luka-luka dalam, radang usus.
Melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah. Mencegah stroke,
Mencegah Tumor dan Kanker Mencegah Rheumatik, flu tulang dan sakit Persendian.
Menambah dan mengembalikan vitalitas daya tahan tubuh. Wasir (ambeien)
Menurunkan Gula darah & Kolesterol serta kadar Asam Urat dalam Tubuh
Melancarkan buang air kecil, buang air besar. Sakit perut, Maag dan membantu
menambah nafsu makan. Khasiat Daun Binahong untuk penyakit luar diantaranya
yaitu untuk sariawan berat, mimisan, gatal-gatal, penghangat badan, membantu
menghilangkan flek dan bekas luka di kulit, menghilangkan jerawat pada wajah. Akan
tetapi daun binahong lebih dominan untuk penyembuhan luka dikarekan kandungan
kimianya.

2.6 Pengujian Aktivitas


Pengujian aktivitas daun binahong dilakukan dalam beberapa uji coba seperti:
a. Pada kelinci yang dilukai pada punggung kanan dan kiri (Ariyani dkk, 2012)
Penelitian menggunakan lima ekor kelinci, satu ekor kelinci untuk melihat
struktur jaringan kulit normal kelinci. Empat ekor kelinci dibuat luka pada
punggung kanan diberikan daun binahong dan luka pada punggung kiri tidak
diberikan daun binahong. Empat ekor kelinci ini dibagi dua kelompok, yaitu
kelompok A sebanyak dua ekor kelinci yang diambil dan dilihat jaringan luka pada
hari kelima, kelompok B sebanyak dua ekor kelinci yang diambil dan dilihat
jaringan lukanya pada hari ke-14. Untuk setiap luka pada punggung kanan kelinci
diberikan lima lembar daun binahong yang ditumbuk halus kemudianditempel
pada permukaan luka segera setelah di eksisi. Hal inidilakukan sebanyak dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore hari.

Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang jelas antara penyembuhan luka
yang diberi daun binahong dan yang tidak diberi daun binahong yaitupembentukan
jaringan granulasi yang lebihbanyak dan reepitelisasi terjadi lebih cepat dengan
menggunakan daun binahong dibandingkan dengan tidak menggunakan
daunbinahong.
Penyembuhan luka kulit kelinci hari ke-5. Luka yang tidak diberi daun
binahong (panah biru), luka yang diberi daun binahong (panah hijau).

Penyembuhan luka kulit kelinci hari ke-14. Luka yang tidak diberi daun
binahong (panah biru), luka yang diberi daun binahong (panah hijau).
b. Pengobatan luka infeksi Staphylococcus aureus (Waluyo, 2001)
Pada saat pengobatan luka infeksi Staphylococcus aureus dengan
pemberian ekstrak daun binahong akan bereaksi dengan bakteri tersebut. Hal
ini akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri terhambat.
Tehambatnya perkembangan mikroba akan berperngaruh terhadap
perkembangan kerusakan jaringan yang berkurang selanjutnya proses
penyembuhan luka dapat dipercepat. Kandungan air yang cukup tinggi pada
daun binahong akan mengkondisikan luka dalam keadaan lembab dan
mendukung proses pertumbuhan jarngan baru atau proses granulasi dan
epitelisasi jaringan.
c. Pengobatan luka bakar derajat II pada tikus putih dengan membandingkan
pemberian topical daun binahong dan hidrogel (persada dkk, 2009)
Enam ekor tikus masing-masing diberi tiga perlakuan. Perlakuan terdiri
atas kelompok kontrol (K1), binahong (K2), dan hidrogel (K3). Setelah 14
hari, dilakukan pengukuran diameter luka dan sampel diambil
untukpemeriksaan mikroskopis Secara makroskopis didapatkan rata-rata
persentase kesembuhan pada K1: 25,9%, K2:69,96, dan K3: 60,67%.Pada
pemeriksaan mikroskopis didapatkan rata-rata skor pada K1: 3,7, K2: 4,5, K3:
4,5. Kesimpulannya adalah tingkat kesembuhan luka bakar derajat II dengan
pemberian binahong lebih tinggi dibandingkan hydrogel pada gambaran
makroskopis namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pada
gambaran mikroskopis.

Kulit normal tikus (K1)


Kelompok control

Kelompok Binahong (K2)

Kelompok Hidrogel (K3)


d. Pengamatan dan perbandingan dilakukan pada lamanya fase inflamasi luka
pada mencit (toban, 2012)
Objek penelitian adalah hewan mencit jantan (Mus musculus) yang berusia
2 bulan, sehat, beratnya 250 gr dan dengan status nutriasinyanbaik. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 10 ekor mencityang memenuhi kriteria sebagai
objek penelitian. Dalam melakukan penelitian ini aplikasi penggunaan daun
binahong dilakukan secara konvensional yaitu dengan cara ditumbuk sehalus
mungkin kemudian dioleskan di area luka pada kelompok perlakukan. Pengamatan
dimulai setelah objek penelitian diberi perlukaan dan dilakukan selama 4 hari
secara berkelanjutan.

Objek penelitian berjumlah 10 ekor mencit yang dibagi menjadi 2 kelompok


masing-masing terdiri dari 5 objek penelitian. Kelompok 1 sebagai kelompok
control dan kelompok 2 sebagai kelompok perlakuan. Hasil pengamatan tiap 12
jam selama 4 hari pada masing-masing kelompok.

No mencit Kelompok 1 Kelompok 2


1 48 jam 24 jam
2 96 jam 24 jam
3 84 jam 48 jam
4 96 jam 84 jam
5 96 jam 48 jam
Rata-rata 84 jam 45,6 jam

Rata-rata lama fase inflamasi pada kelompok kontrol adalah 84 jam,


sedangkan pada kelompok perlakuan lama fase inflamasi adalah 45,6 jam.
Dengan data rata-rata pada tabel 2 antara dua kelompok tersebut diperoleh
selisih 38,4 jam. Hal tersebut berarti bahwa pada kelompok perlakuan
memiliki fase inflamasi lebih cepat 38,4 jam dibandingkan dengan kelompok
perlakuan.

.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penggunaan obat tradisional, seperti tanaman binahong yang berkhasiat
obat tetap berlangsung di zaman modern ini,. Hal ini menandai kesadaran
masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) dalam rangka mencapai
kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.
Dalam upaya mencegah kematian sel dan mempercepat penyembuhan berbagai
jenis luka dan penyakit lainya masyarakat dapat memanfaatkan tanaman binahong.
Berdasarkan pengalaman masyarakat menggunakannya dengan cara tradisional,
yaitu dengan menumbuk daun binahong dan ditempelkan pada bagian yang sakit
atau membasuh luka dengan air rebusan daun binahong.

4.2 Saran
Diharapkan Mahasiswa/Mahasiswi setelah mempelajari tentang obat
herbal tanaman Binahong diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang
manfaat tanaman binahong dalam pengobatan secara herbal untuk mengatasi
berbagai penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmpnella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun


Psidium Guajava L. Bioscientie, Vol 1 no. 1

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Jilid 1. Jakarta : UI press

Harbornr, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung. ITB press

Toban,dkk. 2012. Daun Binahong Untuk Penyembuhan Luka. Yogyakarta: STIKES A.


Yani Yogyakarta

Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar: Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
OBAT HERBAL BINAHONG

Disusun

ROCHYATUN ,AMK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES TENGKU MAHARATU

2019
24

Anda mungkin juga menyukai