Disusun Oleh
Mitta Alvinayanti PO.71.20.1.17.046
Wahyu Kusuma Wardani PO.71.20.1.17.073
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun proposal penelitian ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pengaruh pemberian air
rebusan seledri terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Kelurahan Plaju Ulu kota
Palembang tahun 2018
Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
Metodelogi Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan baik isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan
datang.
Dalam menyelesaikan Proposal penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, saran, keterangan dan data-data. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Sherly Shobur, SKM, MKM selaku dosen pembimbing Mata kuliah Metodelogi
penelitian.
2. Ibu Hanna DL Damanik, SKM. MKM selaku dosen pembimbing Mata kuliah
Metodelogi penelitian.
3. Ibu Dr. Maksuk, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing Mata kuliah Metodelogi
penelitian.
4. Bapak Dr. Pitri Noviadi, M.Kes selaku dosen pembimbing Mata kuliah Metodelogi
penelitian.
Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dalam menambah pengetahuan atau wawasan .
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KERANGKA KONSEPTUAL........................................................................................................... 23
ii
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................................ 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
penelitian epidemologi menunjukkan peningkatan kejadian asam urat, terutama
dinegara maju seperti USA diperkirakan 13,6% dari 100.000 penduduk, karena
dinegara maju mereka mengkonsumsi makanan yang berlemak dan mengandung
kadar purin yang tinggi (Achmad, 2008). Sedangkan Prevalensi penyakit sendi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, diIndonesia 11,9%. (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan Pusat Data BPS Provinsi Sumatera Selatan asam urat merupakan
salah satu penyakit terbanyak yang diderita lansia yaitu pada tahun 2007
sebanyak 28% dari 4.209.817 lansia menderita asam urat (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan survey awal didapatkan dari Puskesmas Jaya dikelurahan
Plaju Ulu mengalami peningkatan dari tahun 2015 dengan total 6 lanjut usia
yang menderita asam urat. Untuk tahun 2016 dengan total 63 lanjut usia yang
menderita asam urat. Berdasarkan tahun 2017 dengan total 79 lanjut usia yang
menderita asam urat (Puskesmas Jaya, 2017).
Seledri yang sangat mudah ditemukan dan harganya juga sangat
terjangkau oleh masyarakat serta lingkungan yang tinggal masyarakat yang rata-
rata mengembangbiakkan tanaman seledri di area pekarangan rumah sangat
disayangkan jika tidak dimanfaatkan secara optimal. Saat ini belum ada penelitian
yang menjelaskan tentang efek samping berbahaya dari mengkonsumsi air
rebusan seledri yang sangat baik sebagai terapi penurunan kadar asam urat
(Kertia, 2009). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pemberian air rebusan seledri terhadap penurunan kadar
asam urat pada lansia.
5
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian
air rebusan seledri terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di
Kelurahan Plaju Ulu kota Palembang tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis penurunan kadar asam urat sebelum dilakukan tindakan
pemberian air rebusan seledri di Kelurahan Plaju Ulu kota Palembang
tahun 2018.
b. Menganalisis penurunan kadar asam urat sesudah dilakukan tindakan
pemberian air rebusan seledri di Kelurahan Plaju Ulu kota Palembang
tahun 2018.
c. Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia di Kelurahan Plaju Ulu kota
Palembang tahun 2018.
6
Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang pengaruh pemberian air
rebusan seledri terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
kepiting, serta beberapa buah seperti durian dan alpukat. Selain makanan
tinggi purin yang harus dihindari, beberapa makanan dengan kandungan
purin sedang juga harus dibatasi antara lain daging sapi, ikan, ayam,
udang, asparagus, bayam, daun singkong, kangkung, daun biji melinjo,
makanan yang mengandung ragi, serta kacang dan hasil olahannya seperti
tahu dan tempe. Untuk konsumsi daging, ikan, dan unggas tidak lebih dari
50- 75 gram atau 1½ potong dalam sehari, sedangkan untuk sayuran tidak
lebih dari 1 mangkuk atau 100 gram dalam sehari.
2. Minuman beralkohol
Alkohol juga diketahui menjadi salah satu faktor resiko terjadinya
penyakit asam urat. Alkohol memiliki kandungan purin di dalamnya dan
dapat memicu pengeluaran cairan. Selain itu, alkohol juga diketahui
meningkatkan kadar asam urat karena dapat memicu enzim tertentu dalam
liver untuk memecah protein dan menghasilkan lebih banyak asam urat.
3. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan diketahui dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah (hiperurisemia), seperti obat diuretik thiazide, cyclosporine,
asam asetilsalisilat atau aspirin dosis rendah, dan obat kemoterapi, maka
dari itu penggunaan obat-obatan tersebut harus sesuai dengan anjuran
dokter.
4. Kondisi medis
Kondisi medis tertentu dapat mengurangi pengeluaran asam urat,
biasanya terjadi pada penderita kelainan fungsi ginjal. Selain itu, penyakit
asam urat juga rentan terjadi pada orang yang mengalami obesitas,
diabetes, hipertensi.
9
2.1.4 Penyebab Asam Urat
Menurut Mumpuni 2016 Pada dasarnya penyebab asam urat ada dua
macam, yang menyebabkan penyakit asam urat primer dan penyakit asam urat
sekunder. Penyebab penyakit asam urat primer adalah dari dalam tubuh manusia
sendiri, sedangkan penyebab penyakit asam urat sekunder adalah dari luar tubuh
manusia.
1. Penyebab Asam Urat Primer
Penyebab asam urat primer berkaitan dengan metabolisme tubuh, tetapi
belum dapat diketahui dengan pasti secara umum, asam urat primer diduga
disebabkan oleh faktor genetika, ketidakseimbangan hormon sehingga
terjadi gangguan metabolisme termasuk pengeluaran asam urat oleh ginjal,
atau terjadi gangguan dalam ginjal yang menyebabkan semua proses
penyaringan dan pengeluaran zat-zat yang tidak diperlukan tubuh menjadi
bermasalah, sehingga terjadi penumpukan purin yang menyebabkan
terjadinya asam urat.
1. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal merupakan penyakit yang paling umum terjadi akibat
asam urat. Asam urat dan penyakit ginjal memiliki hubungan sebab-akibat.
Terganggunya fungsi ginjal juga dapat mengganggu pengeluaran asam
10
urat. Kadar asam urat yang tinggi dapat berubah menjadi batu asam urat
yang menyerang ginjal atau biasa disebut dengan batu ginjal. Asam urat
yang merupakan hasil metabolisme purin yang seharusnya dibuang melalui
urin yang diproses di ginjal. Jika kadar asam urat terlalu tinggi maka akan
terjadi penumpukan asam urat atau pengkristalan asam urat pada area
tersebut, dan jadilah batu ginjal.
2. Penyakit Jantung-Stroke
Jantung merupakan salah satu fungsi organ vital dalam tubuh manusia
karena berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Tingginya kadar asam
urat dalam darah (hiperurisemia) berkaitan dengan penyakit jantung dan
stroke.
3. Penyakit Hipertensi
Penyakit asam urat juga berkaitan dengan penyakit tekanan darah
tinggi atau hipertensi. Penyakit asam urat adalah penyakit radang sendi
akibat penumpukan asam urat dalam darah sehingga membentuk kristal-
kristal diarea sendi dan pembuluh darah kapiler. Akibatnya, persendian
akan terasa nyeri jika digerakkan. Ketika terjadi pergerakan, kristal asam
urat akan tertekan dan menusuk dinding pembuluh darah kapiler sehingga
menimbulkan nyeri. Hal tersebut juga dapat menghambat aliran darah dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
4. Penyakit Diabetes
Kadar asam urat yang tinggi berkaitan dengan adanya sindrom
metabolik. Salah satu dari kumpulan gangguan yang ada dalam sindrom
metabolik adalah peningkatan kadar gula darah. Jika gula darah tidak
terkontrol akibat asupan ataupun gangguan insulin maka akan
menyebabkan diabetes.
5. Penyakit Gangguan Penglihatan
Penyakit asam urat juga diketahui berkaitan dengan gangguan
penglihatan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kadar asam urat
yang tinggi (hiperurisemia) dalam waktu lama dapat menyebabkan
pengendapan monosodium urat (MSU) atau kristal asam urat di beberapa
bagian tubuh. Tidak hanya di persendian, penumpukan ini juga dapat
terjadi di mata sehingga menyebabkan gangguan penglihatan.
11
2.1.6 Pencegahan Asam Urat
Belum ditemukan cara yang efektif, tapi usaha pencegahan asam urat pada
umumnya adalah menghindari segala sesuatu yang dapat menjadi pencetus
serangan, misalnya latihan fisik berlebihan, stress, dan makanan yang
mengandung purin berlebihan seperti daging, jeroan (ginjal, hati), bahkan ikan
asin. Meskipun serangan berulang dapat dicegah dengan pemberian obat, tetapi
mengurangi konsumsi makanan berlemak dan alkohol dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya serangan asam urat (Mumpuni, 2016).
2.1.7 Konsep Terapi Farmakologis dan Non Farmakologis
Menurut Noormindhawati 2014, konsep terapi farmakologis dan non
farmakologis yaitu :
1. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis untuk asam urat memang tidak mampu
menyembuhkan penyakit asam urat, melainkan memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
a. Mengurangi rasa sakit
b. Mencegah peradangan
c. Mencegah serangan berikutnya
d. Mencegah komplikasi, misalnya pembentukan tofi, kerusakan sendi, dan batu
ginjal.
Jenis obat-obatan untuk mengatasi penyakit asam urat sebagai
antara lain sebagai berikut : Analgesik, antiinflamasi non steroid,
Colchine, Diuretik, Allupurinol, Kortikosteroid, Obat-obatan yang
berfungsi menurunkan pembentukan asam urat, misalnya fenofibrate dan
losarton.
2. Terapi Non Farmakologis
a. Sirsak
Sirsak merupakan buah yang cukup banyak membantu mengobati
berbagai penyakit, juga dengan penyakit asam urat. Pengobatan asam
urat dengan daun sirsak adalah dengan meminum air rebusannya.
Pengobatan asam urat dengan buah sirsak bisa dengan cara
mengonsumsinya secara langsung atau dalam bentuk jus.
b. Daun Salam
12
Untuk pengobatan penyakit asam urat, bagian yang digunakan
adalah daunnya karena daun salam mengandung flavonoid, tanin dan
minyak atsiri yang berkhasiat untuk mengatasi asam urat. Untuk
mengobati penyakit ini adalah dengan meminum air rebusannya.
c. Labu Siam
Labu siam mengandung senyawa penting, seperti alkaloid, tanin,
flavonoid, dan saponin. Senyawa tersebut sangat berkhasiat untuk
mengatasi asam urat. Saponin dalam labu siam bersifat sebagai
antibakteri. Labu siam berfungsi sebagai diuretik. Efek diuretik ini
akan memperlancar proses pembuangan kadar asam urat yang
berlebihan melalui urin. Untuk pengobatan asam urat bisa dengan
mengonsumsi labu siam secara langsung, dengan direbus terlebih
dahulu atau dikukus.
d. Cuka apel/apel
Cuka apel memiliki khasiat yang bagus untuk penyakit asam urat.
Rasa asam pada cuka apel bersifat membersihkan sehingga bisa
digunakan antiseptik. Manfaat cuka apel ini bagi penderita asam urat
adalah sebagai berikut : menghancurkan kristal asam urat, sebagai
antioksi dan sebagai analgesik, sebagai kompres, sebagai tonik
e. Kentang
Kandungan vitamin B dan potasium dalam kentang berfungsi
sebagai antiinflomasi sehingga mampu mengurangi peradangan akibat
asam urat. Pengobatan asam urat dengan kentang adalah dalam bentuk
jus.
f. Tanaman sidaguri
Tanaman sidaguri merupakan tanaman semak yang tumbuh liar di
daerah tropis dan banyak di temui di tepi sungai, tanah berumput,
sawah, selokan, maupun di bawah pohon besar. Seluruh bagiannya
dapat di manfaatkan untuk pengobatan dan pengobatannya dapat di
lakukan dengan meminum air rebusannya (Noormindhawati, 2014).
13
Tabel 2.3 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Terapi Farmakologis dan
Terapi Non Farmakologis
14
2. Usia Lanjut Dini (senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia
lanjut dini (usia 60-64 tahun)
3. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif :
(usia diatas 65 tahun) (Fatmah, 2012).
15
berikut:
1. Perubahan-perubahan Fisik
a. Sel
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya.
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,darah,
dan hati, serta terjadi penurunan jumlah sel otak.
b. Sistem persarafan
Sistem persarafan terjadi penurunan hubungan persarafan, berat
otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap orang berkurang setiap
harinya), saraf panca indra mengecil. Menjadikan penglihatan
berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa
mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
c. Sistem Pendengaran
Terjadi gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
65 tahun. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
d. Sistem Penglihatan
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan. Penurunan atau hilangnya daya
akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seorang sulit melihat dekat
yang mempengaruhi berkurangnya elastisitas lensa.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, terjadinya penurunan
elastisitas dinding aorta, kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini
menyebabkan kontraksi dan volume menurun. Curah jantung
menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
16
f. Sistem Pernapasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan
kedalaman bernafas menurun. Oksigen dalam arteri menurun menjadi
75 mmHg.
g. Sistem Pencernaan
Indera pengecap menurun, hilangnya sensitifitas saraf pengecapan
dilidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit, esophagus
mengalami pelebaran. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
mortilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
h. Sistem Reproduksi
1) Wanita
Payudara mengalami atrofi. Selain itu vulva juga mengalami
atrofi.
2) Pria
Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan seksual menetap
sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatannya baik,
yaitu:
17
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. Kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya.
k. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi. Kekakuan
dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan
paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas,
gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung. Persendian
membesar dan menjadi kaku.
2. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental, antara lain:
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Kenangan (memori)
1) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan.
2) Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk.
g. IQ (integelency quantion) perubahan spiritual.
18
d. Edema kaki
19
adalah yang cukup energi untuk mempertahankan fungsi tubuh, aktivitas
otot dan pertumbuhan serta membatasi kerusakan yang menyebabkan
penuaan dan penyakit .
2. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu zat gizi, fungsi utama
karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi sistem pencernaan dan metabolisme pada lansia dapat
berupa kekurangan bahkan kelebihan gizi (Fatmah, 2010).
3. Protein
Protein adalah suatu substansi kimia dalam makanan yang terbentuk
dari serangkaian atau rantai-rantai asam amino. Kebutuhan protein untuk
usia 40 tahun masih tetap sama seperti usia sebelumnya. Pakar gizi
menganjurkan kebutuhan protein lansia dipenuhi diri yang bernilai
biologis tinggi seperti telur, ikan, dan protein hewani lainnya karena
kebutuhan asam amino esensial meningkat pada usia lanjut.
4. Lemak
Lemak adalah penyumbang energi terbesar per gramnya dibandingkan
penghasil energi yang lain (karbohidrat dan protein). Karena kebutuhan
energi telah menurun saat seseorang berada diatas usia 40 tahun, maka
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak terutama
lemak hewani yang kaya akan asam lemak jenuh dan kolesterol.
Tabel 2.1 Asupan Kecukupan Gizi (AKG)
Asupan Laki-laki Perempuan
Kecukupan
55-64 ˃65 55-64 ˃65
Gizi (AKG)
Energi 2.250 kalori 2.050 kalori 1.750 kalori 1.600 kalori
Protein 60 gr 60 gr 50 gr 50 gr
Lemak 50 gr 45,5 gr 39 gr 36 gr
Karbohidrat 400 gr 350 gr 285 gr 248 gr
Sumber : (AKG beradasarkan WNPG, 2004).
20
diuraikan sebagai berikut :
1. Kehilangan Gigi
2. Kehilangan Indera Perasa dan Penciuman
3. Berkurangnya cairan saluran cerna (sekresi pepsin), dan enzim-enzim
pencernaan proteolitik.
4. Berkurangnya sekresi saliva
5. Penurunan motilitas usus
21
mempunyai nama latin Apium Graveolens L. Daunnya berbentuk seperti daun
pepaya, namun lebih kecil dan berwarna hijau. Si mungil seledri ini ternyata
mempunyai manfaat yang baik untuk kesehatan. Berikut manfaat seledri bagi
kesehatan : Mencegah kanker, meningkatkan aktivitas sel darah putih, membantu
dalam mengurangi asam urat, mengurangi kolesterol yang menyumbat arteri,
membantu menghindari infeksi saluran kemih, membantu mengurangi
pembengkakan dan nyeri seperti radang sendi, rematik, asam urat, membantu
menghilangkan kristal asam urat disekitar persendian, meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, mengurangi asma, melindungi kesehatan jantung, mengobati
kondisi diabetes, membantu mengurangi berat badan, menenangkan saraf,
membantu dalam perbaikan gigi dan melindungi gusi, melindungi ginjal,
melindungi hati pankreas, melindungi kantong empedu, melindungi neuritis,
mengobati sembelit, mengobati tekanan darah tinggi, mengobati radang selaput
lendir hidung, melindungi otak, mengobati asidosis
22
daunnya relatif besar, di panen dengan cara memotong batangnya
3. Seledri berumbi (A. Graveolens L.var rapaceum Alef.) yang batang dan
daunnya relatif besar, di panen hanya daunnya.
1. Analgesik 1. Sirsak
2. Antiinflamasi 2. Daun salam
3. Colchine 3. Labu siam
4. Diuretik 4. Cuka apel/apel
5. Allupurinol 5. Kentang
6. Kortikosteroid 6. Tanaman sidaguri
7. Obat-obatan yang berfungsi
menurunkan pembentukan
asam urat, misalnya
fenofibrate dan losarton.
23
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Kadar Asam Urat
24
Independen Air rebusan Seledri
variabel adalah seledri yang
direbus
Air rebusan menggunakan air
seledri Gelas Ukur - -
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
K : Subjek
I : Intervensi
26
penderita asam urat yang ada di Kelurahan Plaju Ulu kota Palembang. Jumlah
sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan rumus besar sampel
menggunakan rumus Slowvin, adapun rumus Slowvin sebagai berikut :
n= N
1+N(d)²
n= 79
1+79 (0,05)²
n= 79
1+79 (0,0025)
n= 79
1,19
n= 66,3 n= 66 (pembulatan)
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi d : tingkat signifikan (0,05)²
27
4.3 Metode pemberian air rebusan seledri
28
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin dari Poltekkes
Kemenkes Palembang untuk ditujukan kepada Kepala Bakesbangpol Kota
Palembang.
2. Setelah mendapat kan surat ijin penelitian dari Bakesbangpol, surat ijin
ditujukkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang.
3. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota
Palembang, surat ijin ditujukan kepada Kepala Puskesmas Jaya Kota
Palembang
4. Setelah mendapatkan ijin dari pihak Puskesmas Jaya Kota Palembang surat
ijin ditujukan ke Kepala Kecamatan Plaju .
5. Setelah mendapat ijin dari pihak Kecamatan Plaju Kota Palembang, surat
ijin ditujukan kepada Kepala Kelurahan Plaju Ulu Kota Palembang.
6. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud dan
tujuan serta informed consent responden. Setiap responden diberikan
kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak menjadi subjek
penelitian. Setelah calon responden menyatakan bersedia untuk mengikuti
prosedur penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani
lembar informed consent yang telah disiapkan peneliti (lampiran). Setelah
mengisi lembar informed consent, kemudian responden diminta untuk
mengisi data demografi meliputi nama, usia, dan jenis kelamin.
7. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar asam urat (pre-test) pertama kali,
selanjutnya akan dilihat setelah dilakukan intervensi selama satu minggu.
Hasil pemeriksaan kadar asam urat tersebut dicatat pada lembar observasi
kadar asam urat (lampiran).
8. Peneliti menyiapkan air rebusan seledri dan kemudian diberikan kepada
responden dan memberikan penjelasan tentang prosedur pemberian terapi
tersebut dan diberikan selama 7 hari berturut-turut.
9. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar asam urat responden kembali (post-
test) setelah dilakukan intervensi selama satu minggu. Hasilnya dicatat
pada lembar observasi kadar asam urat.
29
10. Mengumpulkan data dan untuk selanjutnya data diolah dan dianalisis.
11. Peneliti memberikan reinforcement positif pada semua responden atau
keterlibatanya dalam penelitian.
30
untuk mendeskripsikan antara pemberian air rebusan seledri terhadap
perubahan kadar asam urat. Sifat data secara umum dibedakan atas dua
macam yaitu data kategori berupa skala nominal dan ordinal, data numerik
berupa skala rasio dan interval. Pada penelitian ini, peneliti menganalisa
pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap perubahan kadar asam
urat. Semua karakteristik responden dalam penelitian ini seperti : usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan berbentuk kategori yang
dianalisis menggunakan analisa proporsi dalam tabel distribusi frekuensi.
2. Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojdo, 2012). Metode
analisis statistik yang digunakan adalah Uji Paired T-Test. Uji Paired T-
Test dilakukan karena data yang dikumpulkan dari dua sampel yang saling
berhubungan, artinya bahwa satu sampel akan mempunyai dua data. Ada
tidaknya perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi dapat diketahui melalui dua cara. Cara ini digunakan nilai
probabilitas berdasarkan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05). Dikatakan
ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan bila p≤0,05
maka H0 ditolak dan jika p ≥0,05 maka H0 diterima (Sopiyudin, 2014).
Beberapa syarat penggunaan dependen t-test :
a. Data berdistribusi normal
b. Data berskala numerik
c. kedua kelompok dipilih secara nonrandom (dipasangkan/matching)
Jika data pada penelitian tidak memenuhi atau tidak berdistribusi
normal maka alternatif uji yang bisa dilakukan adalah Uji Wilcoxon Signed
Rank Test. Sedangkan untuk varian data boleh homogen atau tidak, hal itu
bukanlah merupakan permasalahan dalam uji paired t-test
31
DAFTAR PUSTAKA
As-sayyid, prof. Dr Abdul Basith Muhammad. 2013. Kitab Obat Hijau Cara-cara
Ilmiah Sehat dengan Herbal. Solo :Tinta Medika.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Bobaya P, Bidjuni H, Kallo V. 2016. Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian
Gout Arthritis Dipuskesmas Tobelo Kecamatan Tobelo Kabupaten
Halmahera Utara. E–Jurnal Keperawatan (EKP) Volume 4 Nomor 1,
Februari 2016.
Brooker Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.
Dalimartha, Setiawan dan Dalimartha Adrian Felix. 2014. Tumbuhan Sakti Atasi
Asam Urat. Jakarta : Penebar Swadaya.
Depkes, RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia Departemen Republik Indonesia.
Jakarta.
Diah. 2011. Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Kadar Asam
Urat.
Djunaedi, Edy, Yulianti S, dan Rinata MG. 2013. Hipertensi Kandas Berkat
Herbal. Jakarta: Fmedia.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.
Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Asam Urat,
Diabetes dan Hipertensi. Yogyakarta : Araska.
Ishikawa, T. 2013. Jurnal Asam Urat Pada
Lansia.
Kemenkes. 2013.Available:
Kertia. 2011. Patofisiologi Gout Arthritis (Asam Urat)
32