DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Angina
Terdapat jenis angina pectoris lain yang berbeda dari jenis klasik. Angina ini tidak
menunjukan dua karakteristik utama dari angina klasik yang disebut angina vasospastic
atau angina Prinzmetal. Nyeri terjadi pada saat subjek dalam keadaan istirahat atau dalam
kegiatan sehari-hari baik pagi maupun malam. Saat serangan terjadi segmen ST
mengalami kenaikan dan terdapat depresi timbal balik dari segmen ST pada lead
standard. Serangan angina dapat berakhir secara spontan, namun apabila terus berlanjut
dapat menyebabkan kematian (Prinzmetal, 1959).
Dan jenis angina yang terakhir adalah angina tidak stabil dimana karakteristik
angina ini adalah meningkatnya frekuensi dan keparahan serangan akibat beberapa
sumbatan arterosklerosis, agregasi platelet, dan vasospasme. Angina tidak stabil
diperkirakan merupakan penyebab cepat terjadinya infark myokard (Katzung, 2013)
Nitrogliserin (bahan aktif dalam dinamit) adalah yang paling penting dari
nitrat terapeutik dan tersedia dalam bentuk yang memberikan rentang durasi
tindakan dari 10-20 menit sampai 8-10 jam ( transdermal untuk profilaksis).
Nitrogliserin (glyceryl trinitrate) dengan cepat dimetabolisme dalam hati dan pada
otot polos-pertama ke dinitrat (gliseril nitrat), yang mempertahankan efek
vasodilatasi yang signifikan dan lebih lambat ke mononitrate, yang lebih sedikit
aktif. Karena aktivitas enzim tinggi di hati, efek first-pass untuk nitrogliserin
adalah sekitar 90%. Khasiat nitrogliserin oral mungkin hasil dari kadar gliseramil
nitrat yang tinggi dalam darah. Efek nitrogliserin sublingual terutama akibat obat
yang tidak berubah karena rute ini menghindari efek first-pass. ( Katzung,2013)
6
Cara Kerja :
Nitrat melepaskan oksida nitrat (NO) di dalam sel otot polos, mungkin
melalui aksi enzim mitokondria alde-hyde dehydrogenase-2 (ALD2). NO
merangsang guanylyl cyclase dan menyebabkan peningkatan cGMP
messenger kedua (cyclic guanosine monophosphate).
Farmakodinamik :
Nitrat menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena. Pada dosis
rendah terutama menimbulkan dilatasi vena yang menyebabkan turunnya
tekanan diastolik akhir (end-diastolic pressure) ventrikel kiri dan kanan. Pada
dosis tinggi, selain venodilatasi, arteriol perifer juga mengalami dilatasi yang
menyebabkan turunnya tekanan sistolik maupun diastolik, curah jantung
berkurang, dan frekuensi jantung meningkat (refleks takikardi). Nitrat juga
memperbaiki sirkulasi koroner dengan menimbulkan redistribusi aliran darah
pada jantung. Hal ini terjadi melalui dilatasi pembuluh darah koroner yang
besar pada daerah epikardial bukan arteriol, sehingga tidak terjadi steal
phenomenon, yaitu fenomena berkurangnya aliran darah di daerah iskemik
karena terjadinya vasodilatasi di jaringan yang sehat lebih baik.
Farmakokinetik :
Nitrat mengalami denitrasi oleh enzim glutation-nitrat organik reduktase
dalam hati. Metabolisme ini menyebabkan nitrat bersifat lebih hidrofilik dan
efek vasodilatasi akan berkurang. Karena sifat kelarutan nitrat baik dalam
lemak dan metabolisme cepat, bioavalabilitas nitrat ditentukan oleh
biotransformasinya. Kadar puncak nitroglicerin terjadi dalam 4 menit setelah
pemberian sublingual dengan waktu paruh 1-3 menit. Metabolitnya berefek
vasodilatasi lebih lemah, tetapi memiliki waktu paruh yang lebih panjang
kira-kira 40 menit.
7
Efek Samping :
- Nitrat mengendurkan otot polos bronkus, saluran pencernaan, dan saluran
genitourinari, namun efek ini terlalu kecil. Nitrogliserin intravena (kadang-
kadang digunakan pada angina tidak stabil) mengurangi agregasi trombosit.
- Relaksasi otot yang halus dengan nitrat menyebabkan tingkat vasodilatasi
yang penting, yang menyebabkan berkurangnya ukuran jantung dan curah
jantung melalui pengurangan preload. Relaksasi otot polos arteri dapat
meningkatkan aliran melalui pembuluh koroner epikard tersumbat.
Mengurangi afterload, dari pelebaran pembuluh arteri resteriolar, dapat
menyebabkan peningkatan ejeksi dan penurunan ukuran kardiak. (
Katzung,2013)
- Efek toksik nitrat yang paling umum adalah tanggapan yang ditimbulkan
oleh vasodilatasi. Ini termasuk takikardia, hipotensi ortostatik (dan sakit
kepala berdenyut dari vasodilatasi vena meningeal.
b. Ca Channel Blocker
Penghambat saluran kalsium memblokir kanal kalsium tipe L yang terdapat
tekanan, saluran kalsium yang paling penting pada otot jantung dan polos, dan
mengurangi konsentrasi kalsium intraselular dan kontraktilitas otot.
Penghambat kalsium mengendurkan pembuluh darah dan, pada tingkat lebih
rendah, rahim, bronkus, dan usus. Tingkat dan kontraktilitas jantung berkurang
oleh diltiazem dan verapamil. Karena mereka menghalangi konduksi yang
bergantung pada kalsium pada nodus atrioventrikular (AV), verapamil dan
diltiazem dapat digunakan untuk mengobati nodus nodus AV.
Penghambat saluran kalsium menyebabkan sembelit, edema pretibial, mual,
kemerahan, dan pusing. Efek samping yang lebih serius meliputi gagal jantung,
blokade AV, dan depresi nodus sinus; ini paling umum terjadi pada verapamil dan
paling tidak umum dengan dihidropiridin. (Katzung, 2013)
8
c. β Blocker
Beta blocker hanya digunakan untuk terapi profilaksis angina. Mereka tidak
memiliki efek dalam serangan akut. Mereka efektif dalam mencegah angina yang
diinduksi olahraga namun tidak efektif melawan bentuk vasospastik. Kombinasi
penghambat β dan nitrat berguna karena efek kompensasi yang tidak diinginkan.
(Katzung, 2013)
2.2 Hipertensi
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, dan sumber protein
hewani yang mengandung kadar kolesterol tinggi seperti daging merah dan
kuning telur.
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, terasi, saus tomat, saus sambal, dan bumbu-
bumbu penyedap yang mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol, seperti durian dan tape.
Meningkatnya cardiac output dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya
adalah meningkatnya kadar angiotensin II di dalam darah. Produksi angiotensin II diawali
oleh sekresi renin yang dirangsang oleh reseptor β1. Renin berperan dalam mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Lalu, angiotensin I akan diubah menjadi
angiotensin II oleh ACE (Angiotensin-Converting Enzyme). Angiotensin II kemudian
merangsang terjadinya vasokonstriksi dan meningkatkan sekresi aldosteron dalam darah.
Peningkatan kadar aldosteron akan menyebabkan retensi natrium yang kemudian diikuti
oleh retensi air. Kedua proses tersebut menyebabkan peningkatan cardiac output yang
berujung pada turut berperan dalam peningkatan tekanan darah.
2.2.5 Farmakologi
yang terutama terdapat pada otot-otot bronkus dan pembuluh darah; untuk
mempertahankan selektivitasnya, penting untuk menggunakan dosis efektif terendah.
Farmakodinamik:
Mekanisme kerja antihipertensi dari bisoprolol belum seluruhnya diketahui. Faktor-
faktor yang terlibat adalah:
Farmakokinetik:
Bioavailabilitas dosis oral 10 mg adalah sekitar 80%. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan. Metabolisme lintas pertama bisoprolol fumarat sekitar 20%. Ikatan
dengan protein serum sekitar 30%. Konsentrasi puncak plasma pada dosis 5-20 mg
terjadi dalam 2-4 jam, dan nilai puncak rata-rata berkisar dari 16 ng/ml pada 5 mg
hingga 70 ng/ml pada 20 mg. Pemberian bisoprolol fumarat sekali sehari
memperlihatkan adanya variasi kadar plasma puncak intersubyek kurang dari dua kali
lipat. Waktu paruh eliminasi plasma adalah 9-12 jam dan sedikit lebih lama pada
12
penderita usia lanjut, hal ini disebabkan menurunnya fungsi ginjal. Steady state
dicapai dalam 5 hari, pada dosis sekali sehari. Akumulasi plasmanya rendah pada
penderita usia muda dan tua; factor akumulasi berkisar antara 1,1sampai 1,3, sesuai
dengan yang diharapkan dari kinetic urutan pertama dan pemberian sekali sehari.
Konsentrasi plasma pada dosis 5-20 mg adalah proporsional. Karakteristik
farmakokinetik dari kedua enansiomer adalah serupa.
Bisoprolol fumarat dieliminasi melalui ginjal dan bukan ginjal, sekitar 50% dari
dosis, tetap dalam bentuk utuh di urin dan sisanya dalam bentuk metabolit tidak aktif.
Kurang dari 2% diekskresikan melalui feses. Bisoprolol fumarat tidak dimetabolisme
oleh sitokrom P450 II D6 (debrisoquinhidroksilase).
Pada subyek dengan bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit, waktu paruh plasma
meningkat kira-kira 3 kali lipat dari orang sehat. Pada penderita sirosis hati, eliminasi
bisoprolol fumarat lebih bervariasi dalam hal kecepatan dan secara signifikan lebih
lambat dari orang sehat, dengan waktu paruh plasma berkisar antara 8,3 hingga 21,7
jam.
Indikasi:
Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bias digunakan sebagai monoterapi atau
dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
Kontraindikasi:
Dosis:
Dosis awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg sekali
sehari.
Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atausirosis) dangan gangguan
13
ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit), dengan dosis awal 2,5 mg sekali
sehari.
Efek samping:
Interaksi obat:
2.3 Obat-Obatan
2.3.1 Isosorbid dinitrat
Isosorbid dinitrat (ISDN) adalah obat yang digunakan untuk gagal jantung, diffid
esophageal spasm, dan untuk mengobati dan mencegah rasa sakit dada akibat aliran darah
yang tidak cukup ke jantung (angina pectoris). [1]
Farmakodinamik obat :
Farmakokinetik obat :
Isosorbid dinitrat diabsorbsi dengan baik lewat kulit, mukosa sublingual, dan oral.
dimetabolisme di dalam hati/hepar, serta diekskresi melalui ginjal. Onset 1-3
15
menit. Peningkatan kadar obat dalam darah secara cepat terjadi jika obat diberikan
secara sublingual.
Efek samping :
Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi (dapat
terjadi bradikardi paradoksikal). Efek samping yang khas setelah injeksi meliputi
hipotensi berat, mual dan muntah, diaforesis, kuatir, gelisah, kedutan otot,
palpitasi, nyeri perut, sinkop, pemberian jangka panjang disertai dengan
methemoglobinemia
2.3.2 Aspirin
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi yang banyak digunakan sebagai golongan obat
bebas (Wilmana, 1995).
Farmakokinetik
Absorpsi
Aspirin cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan dan segera dihidrolisis
menjadi asam salisilat, dengan kadar puncak asam salisilat dalam plasma tercapai
dalam 1‐2 jam (Beckman Coulter, 2003). Sediaan tablet salut selaput
menunjukkan kecepatan absorpsi yang bervariasi,dimana konsentrasi puncak
dalam plasma tercapai dalam 4‐6 jam setelah pemberian, namun onset ini dapat
tertunda sampai 8‐12 jam pada dosis tinggi (Chyka et al., 2007). Kecepatan
absorpsi ini dipengaruhi oleh bentuk sediaan, ada tidaknya makanan
dalamlambung,tingkat keasaman lambung, dan faktorfisiologislainnya (Beckman
Coulter, 2003).
Distribusi
Di dalam sirkulasi, sebanyak 80‐90% salisilat terikat dengan protein
plasma, terutama albumin.Salisilat ini dapat didistribusikan ke hampir seluruh
cairan tubuh dan jaringan, serta mudah melalui sawar darah plasenta sehingga
dapat masuk ke dalam sirkulasi darah janin (Roy, 2007). Pada dosis rendah
16
obat lain untuk rheumatoid arthritis (misalnya AINS dengan methotrexate), maka
sebaiknya digunakan AINS selain aspirin (Colebatch et al., 2011).
Efek samping
- Saluran cerna : efek aspirin terhadap saluran cerna yang paling umum adalah
distress epigastrum, mual, dan muntah. Pendarahan mikroskopik saluran cerna
hamper umum terjadi pada penderita yang mendapatkan pengobatan aspirin.
Aspirin bersifat asam, pada pH lambung tidak dibebaskan, akibatnya mudah
menembus sel mukosa dan aspirin mengalami ionisasi (menjadi bermuatan
negatif), dan terperangkap, jadi berpotensi menyebabkan kerusakan sel secara
langsung.
- Darah : asetilasi irreversibel siklooksigenase trombosit menurunkan kadar
tomboksan A2
- Pernafasan : pada dosis toksis,aspirin menimbulkan depresi pernafasan dan
suatu kombinasi pernafasan yang tidak terkompensasi dan asidosis metabolic.
, mengakibatkan penghambatan agregasi trombosit dan perpanjangan waktu
pendarahan.
- Proses metabolik : dosis besar aspirin melepaskan fosforilasi oksidatif. Energi
yang dikeluarkan untuk menghasilkan ATP secara normal dikeluarkan sebagai
panas, yang menyebabkan terjadinya hipertemia.
- Hipersensitivitas : sekitar 15% pasien yang menggunakan aspirin mengalami
reaksi hipersensitivitas terutama urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema
angioneutotik (Mycek, et al., 2001).
Kontra indikasi
Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 12 tahun karena
risiko terjadinya sindroma Reye (ditandai dengan ensefalopati non inflamatorik
akut dan hepatopati berat). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
peningkatan kadar transaminase serum, bilirubin dan ammonia secara signifikan.
Secara histopatologi, dapat ditemukan gambaran steatosismikrovesikuler dan
edemamitokondria dengan cristae yang rusak. Sindrom ini lebih sering
terjadisetelah infeksi virus,terutama varicella dan influenza (Orlowski et al., 2002;
19
Glasgow, 2006). Dengan demikian, aspirin dan seluruh derivatnya tidak boleh
diberikan sebagai terapi gejala mirip flu pada anak‐anak.
Aspirin juga dikontraindikasikan pada ulkus lambung, hemofilia, dan penderita
gout(karena aspirin dosis kecil dapat meningkatkan konsentrasi asamurat).
Kontraindikasi lain adalah asma, penyakit alergi dan pasien dengan kelainan ginjal dan
atau hepar (Kemkes Malaysia, 2001).
Interaksi obat
Obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol clan, angiotensin
-converting enzymes.
1. Efficacy
Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuannya menghambat
enzim siklooksigenase (cyclooxygenase/COX), yang mengkatalisis perubahan asam
arakidonat menjadi prostaglandin H2,prostaglandin E2,dan tromboksan A2 . Aspirin
hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga
tidak menghambat pembentukan lekotrien (Roy, 2007).Tidak seperti AINS lainnya yang
menghambat enzim secara kompetitifsehingga bersifat reversibel, aspirin menghambat
enzim COX secara ireversibel.Hal ini disebabkan karena aspirin menyebabkan asetilasi
residu serin pada gugus karbon terminal dari enzim COX, sehingga untuk
memproduksiprostanoid baru memerlukan sintesis enzim COX baru (Vane & Botting,
2003). Hal ini penting karena terkait dengan efek aspirin, dimana durasi efek sangat
bergantung pada kecepatan turn over enzim siklooksigenase (Roy, 2007).
Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin E2
dan tromboksan A2 . Akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari aspirin,
yaitu: (1) antiinflamasi, karena penurunan sintesisprostaglandin proinflamasi,(2)
analgesik, karena penurunan prostaglandin E2akan menyebabkan penurunan sensitisasi
akhiran saraf nosiseptif terhadap mediator pro inflamasi, dan (3) antipiretik, karena
penurunan prostaglandin E2 yang bertanggungjawab terhadap peningkatan set point
pengaturan suhu di hipotalamus (Roy, 2007).
Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam platelet
secara ireversibel.Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama hidupnya
platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesistromboksan A2
20
(TXA2 ) yang berperan besar dalam agregasi trombosit terhambat. Penggunaan aspirin
dosis rendah regular (81 mg/hari) mampu menghambat lebih dari 95% sintesis TXA2
sehingga penggunaan rutin tidak memerlukan monitoring (Harrison, 2007). Molekul
prostaglandin I 2 (PGI2 ) yang bersifat sebagai anti agregasi trombosit diproduksi oleh
endothelium pembuluh darah sistemik. Sel‐sel endotel ini mempunyai nukleus sehingga
mampu mensintesis ulang enzim COX.Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa
aspirin dosis rendah dalam jangka panjang mampu mencegah serangan infark miokard
melalui penghambatan terhadap TXA2 namun tidak terlalu berpengaruh terhadap PGI2
(Roy, 2007).
Selain melalui penghambatan terhadap COX, aspirin juga mampu mengasetilasi
enzim NitricOxide Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan meningkatkan produksi NitricOxide
(NO). Nitric Oxide diketahui bersifatsebagai inhibitor aktivasi platelet, dengan demikian
hal ini menambah informasimengenai manfaat aspirin sebagai antiplatelet(O’Kane et al.,
2009).
2. Safety
Tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah usia 12
tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua harus hati- hati karena lebih
sering menimbulkan efek samping kardiovaskular.Obat ini tidak dianjurkan pada
trimester terakhir kehamilan karena dapat menyebabkan gangguan pada janin atau
menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak dianjurkan pula pada wanita menyusui
karena disekresi melalui air susu.
3. Suitability
Aspirin cocok digunakan sebagai obat alternative dalam kasus ini karena bentuk
sediaan oral yang memiliki onset of action paling cepat dan mudah untuk diminum.
4. Cost
Harga aspirin dalam bentuk tablet (I box berisi 100 tablet) adalah Rp 36.700,00.
Bila dibandingkan dengan pilihan anti-platelet lainnya, harga aspirin paling murah.
Dosis
Aspirin sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, sedangkan
untuk mengatasi nyeri berat (misalnya nyeri pada kanker) kadang dikombinasi dengan
21
opiat. Dosis aspirin dalam terapi berbeda tergantung pada indikasi penggunaan dan usia
pasien (Tabel 1).
Keluhan penyerta
Sesak napas
3.3 Diagnosis
Angina pectoris digolongkan menjadi 4 kelompok berdasarkan gejala klinis dan
patofisiologinya:
1. Stable angina
Punya pola yang regular pada seberapa seringnya, seberapa parahnya, dan
faktor yang memicunya
Biasanya rasa tidak enak akan mereda beberapa menit saat pasien
beristirahat atau mengonsumsi obat
23
2. Unstable angina
Tidak mengikuti pola tertentu
Dapat muncul dengan atau tanpa faktor pemicu
Rasa tidak enak tidak hilang hanya dengan beristirahat atau mengonsumsi
obat
3. Variant/prinzmental angina
Terjadi karena vasospasm pada arteri koroner jantung
Biasanya terjadi saat pasien sedang beristirahat
Biasanya terjadi antara tengah malam hingga pagi hari
Rasa tidak enak dapat mereda bila mengonsumsi obat
4. Microvascular angina
Kadang disertai gejala klinis yang lebih parah dan lebih lama
Rasa tidak enak tidak hilang hanya dengan mengonsumsi obat
3.5 P-Treatment
Mengontrol emosi dan mengurangi kerja berat dimana membutuhkan banyak oksigen
dalam aktivitasnya
Menghentikan konsumsi rokok
Mengurangi konsumsi makanan berlemak
Mengatur pola makan
Mengontrol secara rutin tekanan darah
Melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid
24
Nama Obat Efficacy (50) Safety (30) Suitability Cost (5) Total
(15)
Gliseril 5 (250) 5 (150) 6 (90) 4 (20) 510
trinitrat
Isosorbid 8 (400) 5 (150) 8 (120) 9 (45) 715
dinitrat
3.6 P drug
Gliseril trinitrat
1. Efficacy 5 dari 10 karena sediaannya dalam bentuk IV dan kurang cepat absorbsi
obatnya
Isosorbid dinitrat
3. Suitability 8 dari 10 karena sediaan sublingual masih nyaman untuk dikunsumsi bagi
si pasien
Atenolol
2. Safety 6 dari 10 karena jika dosisnya ditinggikan bisa memengaruhi B1 bloker sehingga
terjadi asma
3. Suitability 8 dari 10 karena sediaan oral masih nyaman untuk diminum si pasien
Bisoprolol
2. Safety 6 dari 10 karena jika dosisnya ditinggikan bisa memengaruhi B1 bloker sehingga
terjadi asma
3. Suitability 8 dari 10 karena sediaan oral masih nyaman untuk diminum si pasien
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Resep:
dr. DhifaRajanagara
s. p. r. n 1 dd 1 tab sublingual
_____________________________________________ #
s. p. r. n. 1 dd 1 tab
_____________________________________________ #
s 1 dd 1 tab
_____________________________________________ #
PRO : Camcul
Alamat : JlSrikana 80
Umur : 56 th
27
4. Obat yang diberikan pada pasien adalah obat vasodilator, obat antiplatelets, dan obat β blocker
yaitu Isosorbid dinitrat, Aspirin, dan Bisoprolol
4.2 Saran
Treatment yang diberikan kepada pasien adalah:
2. Sesuaikan berat badan: usahakan mencapai indeks massa tubuh (body mass index, BMI)
18.5-24.9 kg/m2 dan ukuran lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita dan< 90 cm untuk
pria.
4. Kendalikan tekanan darah (TD): upayakan modifikasi pola hidup (kendalikan berat badan,
aktifitas fisik, konsumsi alcohol seperlunya, batasi asupan garam tidak melebihi satu
sendok teh perhari, konsumsi buah-buahan dan sayuran 5 porsi perhari, dan produk susu
rendah lemak). Kendalikan TD sesuai paduan Joint National Conference (JNC) VIII. Awali
28
pengobatan dengan beta blocker dan/ atau ACE inhibitor, dengan menambahkan obat-obat
lain sesuai kebutuhan pencapaian target Tekanan Darah.
29
DAFTAR PUSTAKA
UI Edisi 6
Katzung 2013
Prinzmetal dkk. 1959. Angina pectoris I. A variant form of angina pectoris: Preliminary
report. Diakses online : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0002934359900038
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38195/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=342332&val=322&title=Therapeutic
%20Drug%20Monitoring%20(TDM)%20in%20The%20Use%20of%20Aspirin%20as%20Antirh
eumatoid%20Drugs
http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-aldy4.pdf
https://yosefw.wordpress.com/2008/01/02/penggunaan-isosorbid-dinitrat-pada-penyakit-
jantung-iskemik/
www.dokterpost.com
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartAttack/SymptomsDiagnosisofHeart
Attack/Angina-Chest-Pain_UCM_450308_Article.jsp#.Weidq2iCzIU