Anda di halaman 1dari 29

1

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 2

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 2


1.2 Rumusan Masalah dan Diagnosis ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Diskusi .............................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Diskusi ............................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 4

2.1 Angina ........................................................................................................................................... 4


2.2 Hipertensi ...................................................................................................................................... 8
2.3 Obat-Obatan ................................................................................................................................ 14
BAB III. PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 22

3.1 Keluhan utama ............................................................................................................................ 22


3.2 Kata kunci ................................................................................................................................... 22
3.3 Diagnosis..................................................................................................................................... 22
3.4 Tujuan Pengobatan Spesifik: ...................................................................................................... 23
3.5 P-Treatment................................................................................................................................. 23
3.6 P drug .......................................................................................................................................... 24
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................................................ 26

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 26


4.2 Saran ........................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 29
2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang laki-laki berusia 56 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS dengan keluhan rasa
tidak enak di dada bsgian depan sejak 10 hari lalu, hilang timbul. Hilang jika istirahat, 2 jam
yang lalu timbul nyeri setelah makan, menjalar ke lengan,pundak, leher, rahang dan punggung.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan berat badan 78 kg, tinggi badan 164, HR 120x/menit
irama sinus, RR 24x/menit, suhu 36,7°, BP 160/95. Pasien memiliki kebiasaan merokok 2
bungkus sehari dan jarang olahraga.

1.2 Rumusan Masalah dan Diagnosis


1.2.1 Rumusan Masalah
P-treatment dan P-drug apa yang tepat diberikan untuk pasien?
1.2.2 Diagnosis
Angina pectoris dengan hipertensi.

1.3 Tujuan Diskusi


1.3.1 Tujuan Umum
- Membuat diagnosis klinis dari penderita.
- Menghilangkan keluhan dan mencegah keparahan penyakit yang diderita.
1.3.2 Tujuan Khusus
Memberikan terapi farmakologis (P-drugs) dan non-farmakologis (P-treatment)
yang spesifik dan sesuai dengan diagnosa penyakit yang berdasarkan pemilihan obat 5
tepat yang dapat diketahui dari anamnesa yang telah dilakukan dengan penderita, yaitu
menurunkan hipertensi, menghilangkan nyeri didada agar tidak kambuh lagi.

1.4 Manfaat Diskusi


1.4.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya kegiatan diskusi mengenai obat sistem kardiovaskuler yang telah
dilaksanakan diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai farmakologi
dan terapi terkhusus untuk pengetahuan mengenai pemilihan obat yang tepat untuk
kasus sistem kardiovaskuler dengan teori yang telah didapat selama kegiatan berdiskusi.
3

1.4.2 Manfaat Praktis


Pemanfaatan dari hasil diskusi yang telah dilakukan adalah mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang didapat selama kegiatan berdiskusi dengan memberikan masukan
dan edukasi mengenai penyakit dari sistem kardiovaskuler untuk pasien dan masyarakat.
Dalam hal praktikal, mahasiswa dapat menentukan farmakologi dan terapi untuk
pengobatan sistem kardiovaskuleryang sesuai untuk pasien tersebut dalam pembelajaran,
terlebih manfaat klinis yaitu untuk mengurangi kasus sistem kardiovaskular di dunia
medis.
4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angina

2.1.1 Definisi Angina


Angina pectoris adalah suatu sindroma dengan dua ciri utama: (1) rasa nyeri yang
muncul saat kerja dari jantung meningkat dan membaik saat beristirahat; dan (2) hasil
EKG yang diperiksa saat serangan terjadi secara umum menunjukkan depresi dari
segmen ST pada pemeriksaan lead I, II, III, dan V4, tanpa elevasi timbal balik. Angina ini
lebih lanjut disebut angina klasik.

Terdapat jenis angina pectoris lain yang berbeda dari jenis klasik. Angina ini tidak
menunjukan dua karakteristik utama dari angina klasik yang disebut angina vasospastic
atau angina Prinzmetal. Nyeri terjadi pada saat subjek dalam keadaan istirahat atau dalam
kegiatan sehari-hari baik pagi maupun malam. Saat serangan terjadi segmen ST
mengalami kenaikan dan terdapat depresi timbal balik dari segmen ST pada lead
standard. Serangan angina dapat berakhir secara spontan, namun apabila terus berlanjut
dapat menyebabkan kematian (Prinzmetal, 1959).

Dan jenis angina yang terakhir adalah angina tidak stabil dimana karakteristik
angina ini adalah meningkatnya frekuensi dan keparahan serangan akibat beberapa
sumbatan arterosklerosis, agregasi platelet, dan vasospasme. Angina tidak stabil
diperkirakan merupakan penyebab cepat terjadinya infark myokard (Katzung, 2013)

2.1.2 Patofisiologi Angina


Penyebab umum iskemia jantung adalah arterosklerosis pembuluh darah koroner.
Gangguan perfusi miokardium pada insufisiensi koroner menimbulkan perubahan
biokimiawi, elektrofisiologi, dan mekanis pada jantung. Hipoksemia pada bagian jantung
yang mengalami iskemia menyebabkan pergeseran metabolisme dari aerob menjadi
anaerob, yang menghasilkan akumulasi asam laktat dan penurunan ph intrasel serta
menimbulkan nyeri angina yang khas. Berkurangnya produksi ATP menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan kemampuan mempertahankan homeostasis intrasel.
5

Iskemia jantung timbul apabila terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen


di satu pihak dengan kebutuhan oksigen otot jantung di pihak lain. Gangguan
keseimbangan ini dapat terjadi apabila suplai menurun atau kebutuhan yang meningkat.
Suplai oksigen ditentukan oleh banyaknya aliran koroner dan ekstraksi oksigen oleh otot
jantung. Oleh karena ekstraksi oksigen oleh otot jantung hampir maksimal walaupun
dalam keadaan tanpa beban tambahan, maka suplai oksigen terutama ditentukan oleh
aliran koroner.
Kebutuhan oksigen otot jantung meningkat terjadi ditentukan oleh 4 determinan
utama yaitu :(1) peningkatan frekuensi jantung, (2) kontraktilitas, (3) tekanan darah,
dan(4) volume ventrikel. Perubahan hemodinamik ini terlihat misalnya dalam keadaan
latihan fisik yang seringkali merupakan faktor pencetus timbulnya serangan angina
pektoris pada penderita dengan aterosklerosis koroner. (Setiawati dan Suyatna, 2004)

2.1.3 Golongan Obat Terkait Angina

Penyebab munculnya nyeri angina adalah ketidakseimbangan suplai oksigen dan


kebutuhan oksigen myokard. Hal ini dapat diatasi melalui dua cara yaitu dengan
meningkatkan suplai oksigen dan dengan mengurangi kebutuhan oksigen. Beberapa obat-
obatan yang dapat digunakan diantaranya adalah nitrat, Ca channel blocker, dan β blocker
yang akan dibahas pada bagian berikut.
a. Nitrat(Nitrogliserin)

Nitrogliserin (bahan aktif dalam dinamit) adalah yang paling penting dari
nitrat terapeutik dan tersedia dalam bentuk yang memberikan rentang durasi
tindakan dari 10-20 menit sampai 8-10 jam ( transdermal untuk profilaksis).
Nitrogliserin (glyceryl trinitrate) dengan cepat dimetabolisme dalam hati dan pada
otot polos-pertama ke dinitrat (gliseril nitrat), yang mempertahankan efek
vasodilatasi yang signifikan dan lebih lambat ke mononitrate, yang lebih sedikit
aktif. Karena aktivitas enzim tinggi di hati, efek first-pass untuk nitrogliserin
adalah sekitar 90%. Khasiat nitrogliserin oral mungkin hasil dari kadar gliseramil
nitrat yang tinggi dalam darah. Efek nitrogliserin sublingual terutama akibat obat
yang tidak berubah karena rute ini menghindari efek first-pass. ( Katzung,2013)
6

Cara Kerja :
Nitrat melepaskan oksida nitrat (NO) di dalam sel otot polos, mungkin
melalui aksi enzim mitokondria alde-hyde dehydrogenase-2 (ALD2). NO
merangsang guanylyl cyclase dan menyebabkan peningkatan cGMP
messenger kedua (cyclic guanosine monophosphate).

Farmakodinamik :
Nitrat menimbulkan relaksasi otot polos, termasuk arteri dan vena. Pada dosis
rendah terutama menimbulkan dilatasi vena yang menyebabkan turunnya
tekanan diastolik akhir (end-diastolic pressure) ventrikel kiri dan kanan. Pada
dosis tinggi, selain venodilatasi, arteriol perifer juga mengalami dilatasi yang
menyebabkan turunnya tekanan sistolik maupun diastolik, curah jantung
berkurang, dan frekuensi jantung meningkat (refleks takikardi). Nitrat juga
memperbaiki sirkulasi koroner dengan menimbulkan redistribusi aliran darah
pada jantung. Hal ini terjadi melalui dilatasi pembuluh darah koroner yang
besar pada daerah epikardial bukan arteriol, sehingga tidak terjadi steal
phenomenon, yaitu fenomena berkurangnya aliran darah di daerah iskemik
karena terjadinya vasodilatasi di jaringan yang sehat lebih baik.

Farmakokinetik :
Nitrat mengalami denitrasi oleh enzim glutation-nitrat organik reduktase
dalam hati. Metabolisme ini menyebabkan nitrat bersifat lebih hidrofilik dan
efek vasodilatasi akan berkurang. Karena sifat kelarutan nitrat baik dalam
lemak dan metabolisme cepat, bioavalabilitas nitrat ditentukan oleh
biotransformasinya. Kadar puncak nitroglicerin terjadi dalam 4 menit setelah
pemberian sublingual dengan waktu paruh 1-3 menit. Metabolitnya berefek
vasodilatasi lebih lemah, tetapi memiliki waktu paruh yang lebih panjang
kira-kira 40 menit.
7

Efek Samping :
- Nitrat mengendurkan otot polos bronkus, saluran pencernaan, dan saluran
genitourinari, namun efek ini terlalu kecil. Nitrogliserin intravena (kadang-
kadang digunakan pada angina tidak stabil) mengurangi agregasi trombosit.
- Relaksasi otot yang halus dengan nitrat menyebabkan tingkat vasodilatasi
yang penting, yang menyebabkan berkurangnya ukuran jantung dan curah
jantung melalui pengurangan preload. Relaksasi otot polos arteri dapat
meningkatkan aliran melalui pembuluh koroner epikard tersumbat.
Mengurangi afterload, dari pelebaran pembuluh arteri resteriolar, dapat
menyebabkan peningkatan ejeksi dan penurunan ukuran kardiak. (
Katzung,2013)
- Efek toksik nitrat yang paling umum adalah tanggapan yang ditimbulkan
oleh vasodilatasi. Ini termasuk takikardia, hipotensi ortostatik (dan sakit
kepala berdenyut dari vasodilatasi vena meningeal.

b. Ca Channel Blocker
Penghambat saluran kalsium memblokir kanal kalsium tipe L yang terdapat
tekanan, saluran kalsium yang paling penting pada otot jantung dan polos, dan
mengurangi konsentrasi kalsium intraselular dan kontraktilitas otot.
Penghambat kalsium mengendurkan pembuluh darah dan, pada tingkat lebih
rendah, rahim, bronkus, dan usus. Tingkat dan kontraktilitas jantung berkurang
oleh diltiazem dan verapamil. Karena mereka menghalangi konduksi yang
bergantung pada kalsium pada nodus atrioventrikular (AV), verapamil dan
diltiazem dapat digunakan untuk mengobati nodus nodus AV.
Penghambat saluran kalsium menyebabkan sembelit, edema pretibial, mual,
kemerahan, dan pusing. Efek samping yang lebih serius meliputi gagal jantung,
blokade AV, dan depresi nodus sinus; ini paling umum terjadi pada verapamil dan
paling tidak umum dengan dihidropiridin. (Katzung, 2013)
8

c. β Blocker
Beta blocker hanya digunakan untuk terapi profilaksis angina. Mereka tidak
memiliki efek dalam serangan akut. Mereka efektif dalam mencegah angina yang
diinduksi olahraga namun tidak efektif melawan bentuk vasospastik. Kombinasi
penghambat β dan nitrat berguna karena efek kompensasi yang tidak diinginkan.
(Katzung, 2013)

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi Hiperternsi


Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan sistolik darah melebihi 140 mmHg dan
/ atau tekanan diastolik darah melebihi 90 mmHg (WHO, 2013). Sedangkan menurut
Lingga (2012), hipertensi adalah tekanan darah tinggi permanen yang diawali oleh
peningkatan tekanan darah dari arteri yang berlangsung terus menerus dalam jangka
waktu lama.
Untuk menentukan apakah kondisi tersebut ADALAH hipertensi, diperlukan
pemeriksaan sebanyak minimal 3 kali dengan interval 2-8 pekan. Jika tekanan darah tetap
tinggi, maka hal itu merupakan indikasi terjadinya hipertensi (Lingga, 2012). Sedangkan
menurut InaSH (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), untuk menegakkan diagnosis
hipertensi diperlukan pengukuran tekanan darah sebanyak minimal 2 kali dengan interval
1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


Berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi dapat dibedakan menjadi hipertensi
primer atau esensial dan hipertensi sekunder atau non esensial. Hipertensi primer adalah
hipertensi yang tidak penyebab pastinya. Namun, hipertensi ini dipengaruhi oleh gaya
hidup yang inaktif dan pola makan yang tidak sehat. Sedangkan hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diketahui pasti penyebab terjadinya. Pada 5-10% penderita
hipertensi, penyebab nya adalah penyakit ginjal. Sedangkan pada 1-2% penderita lainnya,
hipertensi disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (Infodatin,
2014).
9

Selain daripada penyebab terjadinya, hipertensi dapat digolongkan ke dalam


beberapa kelompok berdasarkan bentuknya. Penggolongan ini membagi hipertensi
menjadi hipertensi diastolik, cmapuran (sistolik dan diastolik yang meninggi), dan
hipertensi sistolik (Infodatin, 2014).
Berdasarkan The Seventh Report of Joint National Committee (JNC 7), hipertensi
dibagi ke dalam beberapa kelompok atas dasar besar tekanan sistolik dan diastolik.
Kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

Tekanan Darah (mmHg)


Kelompok
Sistolik Diastolik
Normal ≤ 120 dan ≤ 80
Pre Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi I 140-159 atau 90-99
Hipertensi II ≥ 160 atau ≥ 100

2.2.3 Penatalaksanaan Hipertensi


Sesuai dengan panduan Infodatin (2014), penatalaksanaan hipertensi dapat
dilakukan dengan melakukan perubahan gaya hidup dan pengobatan sesuai saran dokter.
Perubahan gaya hidup dapat dimulai dengan mengurangi konsumsi garam menjadi tidak
lebih dari ¼ - ½ sendok teh per hari nya. Selain itu, penderita hipertensi disarankan untuk
menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman
beralkohol. Disamping itu, juga dianjurkan untuk berolahraga secara rutin selama 20-25
menit dengan frekuensi 3-5x per minggu.
Selain perubahan gaya hidup, penatalaksanaan hipertensi juga mencakup batasan
makanan yang dapat dikonsumsi oleh penderita hipertensi, yaitu:
1. Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh tinggi, seperti otak, minyak
kelapa, paru, ginjal, dan gajih.
2. Makanan yang diolah dengan garam natrium, seperti biskuit dan makanan
kering asin.
3. Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, korned, dan soft drink.
4. Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, abon, dan selai kacang.
10

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, dan sumber protein
hewani yang mengandung kadar kolesterol tinggi seperti daging merah dan
kuning telur.
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, terasi, saus tomat, saus sambal, dan bumbu-
bumbu penyedap yang mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol, seperti durian dan tape.

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi


Peningkatan pada tekanan darah dapat terjadi oleh karena peningkatan cardiac
output dan resistensi perifer. Kedua faktor tersebut menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi yang berujung pada hipertensi.

Meningkatnya cardiac output dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya
adalah meningkatnya kadar angiotensin II di dalam darah. Produksi angiotensin II diawali
oleh sekresi renin yang dirangsang oleh reseptor β1. Renin berperan dalam mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Lalu, angiotensin I akan diubah menjadi
angiotensin II oleh ACE (Angiotensin-Converting Enzyme). Angiotensin II kemudian
merangsang terjadinya vasokonstriksi dan meningkatkan sekresi aldosteron dalam darah.
Peningkatan kadar aldosteron akan menyebabkan retensi natrium yang kemudian diikuti
oleh retensi air. Kedua proses tersebut menyebabkan peningkatan cardiac output yang
berujung pada turut berperan dalam peningkatan tekanan darah.

Sedangkan resistensi perifer dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu viskositas


sel-sel darah dan jumlah plasma darah. Semakin tinggi viskositas sel darah dan semakin
besar jumlah plasma darah akan menyebabkan peningkatan resistensi perifer yang
berujung pada peningkatan tekanan darah.

2.2.5 Farmakologi

Bisoprolol adalahzatpenyekat(blocking)adrenoreseptor beta-1 selektif (kardioselektif)


sintetik tanpa aktivitas stabilisasi membran yang signifikan atau aktivitas simpatomimetik
intrinsic pada dosis terapi. Namun demikian, sifat kardioselektivitasnya tidaklah mutlak,
pada dosis tinggi (≥20 mg) bisoprolol fumarat juga menghambat adrenoreseptor beta-2
11

yang terutama terdapat pada otot-otot bronkus dan pembuluh darah; untuk
mempertahankan selektivitasnya, penting untuk menggunakan dosis efektif terendah.

Farmakodinamik:
Mekanisme kerja antihipertensi dari bisoprolol belum seluruhnya diketahui. Faktor-
faktor yang terlibat adalah:

1. Penurunan curah jantung


2. Penghambatan pelepasan renin oleh ginjal.
3. Pengurangan aliran tonus simpatis dari pusat vasomotor pada otak.

- Pada orang sehat, pengobatan dengan bisoprolol menurunkan kejadian takikardia


yang diinduksi oleh aktivitas fisik dan isoproterenol. Efek maksimum terjadi
dalam waktu 1-4 jam setelahpemakaian.Efektersebutmenetapselama 24 jam
padadosis ≥5 mg.
- Penelitian secara elektrofisiologi pada manusia menunjukkan bahwa bisoprolol
secara signifikan mengurangi frekuensi denyut jantung, meningkatkan waktu
pemulihan sinus node, memperpanjang periode refrakter AV node dan dengan
stimulasi atrial yang cepat, memperpanjang konduksi AV nodal.
- Bisoprolol juga dapat diberikan bersamaan dengan diuretic tiazid.
Hidroklorotiazid dosis rendah (6,25 mg) digunakan bersamaan dengan bisoprolol
fumarat untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan sampai
sedang.

Farmakokinetik:
Bioavailabilitas dosis oral 10 mg adalah sekitar 80%. Absorpsi tidak dipengaruhi oleh
adanya makanan. Metabolisme lintas pertama bisoprolol fumarat sekitar 20%. Ikatan
dengan protein serum sekitar 30%. Konsentrasi puncak plasma pada dosis 5-20 mg
terjadi dalam 2-4 jam, dan nilai puncak rata-rata berkisar dari 16 ng/ml pada 5 mg
hingga 70 ng/ml pada 20 mg. Pemberian bisoprolol fumarat sekali sehari
memperlihatkan adanya variasi kadar plasma puncak intersubyek kurang dari dua kali
lipat. Waktu paruh eliminasi plasma adalah 9-12 jam dan sedikit lebih lama pada
12

penderita usia lanjut, hal ini disebabkan menurunnya fungsi ginjal. Steady state
dicapai dalam 5 hari, pada dosis sekali sehari. Akumulasi plasmanya rendah pada
penderita usia muda dan tua; factor akumulasi berkisar antara 1,1sampai 1,3, sesuai
dengan yang diharapkan dari kinetic urutan pertama dan pemberian sekali sehari.
Konsentrasi plasma pada dosis 5-20 mg adalah proporsional. Karakteristik
farmakokinetik dari kedua enansiomer adalah serupa.

Bisoprolol fumarat dieliminasi melalui ginjal dan bukan ginjal, sekitar 50% dari
dosis, tetap dalam bentuk utuh di urin dan sisanya dalam bentuk metabolit tidak aktif.
Kurang dari 2% diekskresikan melalui feses. Bisoprolol fumarat tidak dimetabolisme
oleh sitokrom P450 II D6 (debrisoquinhidroksilase).

Pada subyek dengan bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit, waktu paruh plasma
meningkat kira-kira 3 kali lipat dari orang sehat. Pada penderita sirosis hati, eliminasi
bisoprolol fumarat lebih bervariasi dalam hal kecepatan dan secara signifikan lebih
lambat dari orang sehat, dengan waktu paruh plasma berkisar antara 8,3 hingga 21,7
jam.

Indikasi:
Bisoprolol diindikasikan untuk hipertensi, bias digunakan sebagai monoterapi atau
dikombinasikan dengan antihipertensi lain.

Kontraindikasi:

 Hipersensitif terhadap bisoprolol fumarat


 Bisoprolol dikontraindikasikan pada penderita cardiogenic shock, kelainan
jantung, AV blok tingkat II atau III, bradikardia sinus.

Dosis:
Dosis awal 5 mg sekali sehari atau dosis dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg sekali
sehari.
Pada penderita bronkospastik, gangguan hati (hepatitis atausirosis) dangan gangguan
13

ginjal (bersihan kreatinin kurang dari 40 ml/menit), dengan dosis awal 2,5 mg sekali
sehari.

Peringatan dan perhatian:

 Hati-hati bila diberikan pada penderita kelainan ginjal dan hati.


 Obat-obat golongan beta bloker sebaiknya tidak diberikan pada penderita kelainan
jantung.
 Pada penderita bronkospastik sebaiknya tidak diberikan obat-obatan golongan
beta bloker karena sifat selektivitas beta-1 yang relatif, tetapi bisoprolol dapat
digunakan secara hati-hati pada penderita bronkospastik yang tidak menunjukkan
respon atau tidak toleran terhadap pengobatan antihipertensi lain.
 Beta bloker dapat menutupi beberapa bentuk hipoglikemia khususnya takikardia.
Oleh karena itu penderita hipoglikemia atau diabetes yang mendapat insulin atau
obat-obatan hipoglikemik harus hati-hati. Begitu juga dengan penggunaan
bisoprolol fumarat.

Efek samping:

 Sistem saraf pusat: dizziness, vertigo, sakit kepala, parestesia, hipoaestesia,


ansietas, konsentrasi berkurang.
 Sistem saraf otonom: mulut kering.
 Kardiovaskular: bradikardia, palpitasi dan gangguan ritme lainnya, cold
extremities, klaudikasio, hipotensi, hipotensi ortostatik, sakit dada, gagal jantung.
 Psikiatrik: insomnia, depresi.
 Gastrointestinal: nyeri perut, gastritis, dispepsia, mual, muntah, diare,
konstipasi.
 Muskuloskeletal: sakit otot, sakit leher, kram otot, tremor.
 Kulit: rash, jerawat, eksim, iritasi kulit, gatal-gatal, kulit kemerah-merahan,
berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis eksfoliatif, vaskulitis kutaneus
 Khusus: gangguan visual, sakitmata, lakrimasi abnormal, tinitus, sakit telinga.
 Metabolik: penyakit gout.
14

 Pernafasan: asma, bronkospasme, batuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis.


 Genitourinaria: menurunnya libido/impotensi, penyakit Peyronie, sistitis, kolik
ginjal.
 Hematologi:purpura
 Lain-lain: kelemahan, letih, nyeri dada, peningkatanberatbadan.

Interaksi obat:

 Bisoprolol sebaiknya tidak dikombinasikan bersama obat-obatan golongan beta


bloker.
 Bisoprolol sebaiknya digunakan secara hati-hati bila diberikan bersamaan dengan
obat-obat penekan otot jantung atau penghambat konduksi AV seperti kalsium
antagonis [khususnya fenilalkilamin (verapamil) dan golongan benzotiazepin
(diltiazem) atau obat-obatan antiaritmik seperti disopiramid.
 Penggunaan bersama rifampisin dapat meningkatkan bersihan metabolit
bisoprolol.

2.3 Obat-Obatan
2.3.1 Isosorbid dinitrat

Isosorbid dinitrat (ISDN) adalah obat yang digunakan untuk gagal jantung, diffid
esophageal spasm, dan untuk mengobati dan mencegah rasa sakit dada akibat aliran darah
yang tidak cukup ke jantung (angina pectoris). [1]

Farmakodinamik obat :

Mekanisme kerja obat yaitu menimbulkan vasodilatasi dan mempunyai efek


antiagregasi trombosit. Obat ini juga menurunkan kebutuhan dan meningkatkan
suplai oksigen dengan cara mempengaruhi tonus vaskuler.

Farmakokinetik obat :

Isosorbid dinitrat diabsorbsi dengan baik lewat kulit, mukosa sublingual, dan oral.
dimetabolisme di dalam hati/hepar, serta diekskresi melalui ginjal. Onset 1-3
15

menit. Peningkatan kadar obat dalam darah secara cepat terjadi jika obat diberikan
secara sublingual.

Efek samping :

Sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi (dapat
terjadi bradikardi paradoksikal). Efek samping yang khas setelah injeksi meliputi
hipotensi berat, mual dan muntah, diaforesis, kuatir, gelisah, kedutan otot,
palpitasi, nyeri perut, sinkop, pemberian jangka panjang disertai dengan
methemoglobinemia

2.3.2 Aspirin
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi yang banyak digunakan sebagai golongan obat
bebas (Wilmana, 1995).
Farmakokinetik
Absorpsi
Aspirin cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan dan segera dihidrolisis
menjadi asam salisilat, dengan kadar puncak asam salisilat dalam plasma tercapai
dalam 1‐2 jam (Beckman Coulter, 2003). Sediaan tablet salut selaput
menunjukkan kecepatan absorpsi yang bervariasi,dimana konsentrasi puncak
dalam plasma tercapai dalam 4‐6 jam setelah pemberian, namun onset ini dapat
tertunda sampai 8‐12 jam pada dosis tinggi (Chyka et al., 2007). Kecepatan
absorpsi ini dipengaruhi oleh bentuk sediaan, ada tidaknya makanan
dalamlambung,tingkat keasaman lambung, dan faktorfisiologislainnya (Beckman
Coulter, 2003).
Distribusi
Di dalam sirkulasi, sebanyak 80‐90% salisilat terikat dengan protein
plasma, terutama albumin.Salisilat ini dapat didistribusikan ke hampir seluruh
cairan tubuh dan jaringan, serta mudah melalui sawar darah plasenta sehingga
dapat masuk ke dalam sirkulasi darah janin (Roy, 2007). Pada dosis rendah
16

(konsentrasi dalam plasma < 10 mg/ dL), 90%salisilat terikat oleh


albumin,sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi (> 40 mg/dl), hanya 75%
salisilat yang terikat oleh albumin.
Metabolisme
Aspirin dihidrolisis menjadi asam salisilat di dalam sistem gastrointestinal
dan sirkulasi darah (dengan waktu paruh aspirin 15menit) (Chyka et al., 2007).
Dalam bentukasamsalisilat, waktu paruh dalam plasma dalamdosisterapetik
menjadi 2‐4,5 jam, namun dalam dosis yang berlebihan (overdosis) waktu ini
dapat lebih panjang, antara 18 sampai 36 jam (Ijaz et al., 2003). Jadi dapat
dikatakan bahwa waktu paruh asam salisilatini terkait dengan dosis. Semakin
tinggi dosis aspirin yang diminum,makawaktu paruh asam salisilat juga semakin
panjang. Pada pemberian aspirin dosistinggi, jalur metabolisme asam salisilat
menjadi jenuh; akibatnya kadar asam salisilat dalam plasma meningkat tidak
sebanding dengan dosis aspirin yang diberikan (Beckman Coulter, 2003). Karena
aspirin segera dihidrolisis sebagai salisilat di dalam tubuh, maka salisilat inilah
yang bertanggungjawab terhadap terjadinya intoksikasi (Chyka et al., 2003).
Kira‐kira 80% asam salisilat dosis kecil akan dimetabolisir di hepar,
dikonjugasikan dengan glisin membentuk asam salisil urat, dan dengan asam
glukoronat membentuk asamsalisil glukoronat, dan salisil fenolat glukoronat.
Sebagian kecil dihidroksilasi menjadi asam gentisat (Ijaz et al.,
2003).Metabolisme salisilat ini dapat mengalami saturasi (kejenuhan). Pada orang
dewasa normal,saturasi kinetika salisilat terjadi pada pemberian aspirin dosis 1‐2
g. Apabila kapasitasmetabolisme initerlampaui,maka akan menyebabkan waktu
paruh asam salisilat dalam plasma semakin tinggi dan meningkatkan risiko
timbulnya efek samping. Kinetika saturasi salisilat inilah yang berperan besar
dalam kasus‐kasus intoksikasi salisilat (Chyka et al., 2007).
Ekskresi
Ekskresi asam salisilat melalui ginjal sebesar 5,6% sampai 35,6%
(Kementerian Kesehatan Malaysia [Kemkes Malaysia], 2001). Terdapat korelasi
positif antara pH urin dengan klirens asam salisilat (Rashid et al., 2003), dimana
alkalinisasi (peningkatan pH urin) akan meningkatkan klirens asam salisilat yang
17

selanjutnya meningkatkan ekskresi asam salisilat melalui urin (Buck, 2007).


Akibatnya waktu paruh asam salisilat dapat diperpanjang oleh pH urin yang
rendah (asam) dan pada fungsi ginjal yang terganggu (Kemkes Malaysia, 2001;
Chyka et al., 2007).Selain itu pada urin asam, salisilat berada dalam bentuk tidak
terion sehingga direabsorpsi kembali sehingga menyebabkan konsentrasi salisilat
dalam darah lebih tinggi.Oleh karena itu dinyatakan bahwa ekskresi salisilat
selain dipengaruhi filtrasi glomeruler juga dipengaruhi oleh reabsorpsi dalam
tubulus (Majeed, 2003).
Klirens melalui ginjal ini bisa berbeda nilainya dari nilai standar,
tergantung padapengaruh lokal daerah (Rashid et al., 2003). Bahkan variasi
kinetika ini berbeda antara laki‐laki dan perempuan dalam daerah yang sama, dan
berbeda pula dengan penduduk dari daerah yang berbeda (Ijaz et al., 2003).
Salisilat diekskresi ke dalamurin melalui prosesfiltrasi glomeruler dan
sekresi aktif tubulus. Ekskresi salisilat dalam urin adalah dalam bentuk asam
salisilat bebas (10%), asam salisilurat(75%), fenolatsalisilat(10%), asilglukoronat
(5%), dan asam gentisat (1%). (Roy, 2007).Dalamcairan tubuhlain, ekskresi
asamsalisilat bervariasi.Ekskresi asam salisilat dalam ASI dianggap tidak aman
sehingga tidak disarankan bagi ibu menyusui. Ekskresi asam salisilat dan
konsentrasinya dalam air mata bervariasi antara 1% sampai 8% daripada
konsentrasi asam salisilat plasma sebagai antiinflamasi (Kemkes Malaysia, 2001)
Farmakodinamik
Penggunaan aspirin sebagai antiinflamasi terutama adalah untuk
pengobatan rheumatoid arthritis, yaitu suatu penyakit kronissistemik yang
melibatkan banyak organ, dan dianggap sebagai penyakit autoimun. Aspirin
mampu mereduksi proses inflamasi di dalam sendi dan jaringan sehingga
mengurangi gejala dan memperbaiki mobilitas penderita. Meskipun demikian,
obat ini tidak mampu menghambat progresivitas cidera jaringan patologis (Roy,
2007).Jika dengan aspirin saja belum efektif, maka dapat diganti dengan AINS
lain, kortikosteroid, atau obat yang bersifat diseasemodifying drug. Hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa jika akan menggunakan kombinasi AINS dengan
18

obat lain untuk rheumatoid arthritis (misalnya AINS dengan methotrexate), maka
sebaiknya digunakan AINS selain aspirin (Colebatch et al., 2011).
Efek samping
- Saluran cerna : efek aspirin terhadap saluran cerna yang paling umum adalah
distress epigastrum, mual, dan muntah. Pendarahan mikroskopik saluran cerna
hamper umum terjadi pada penderita yang mendapatkan pengobatan aspirin.
Aspirin bersifat asam, pada pH lambung tidak dibebaskan, akibatnya mudah
menembus sel mukosa dan aspirin mengalami ionisasi (menjadi bermuatan
negatif), dan terperangkap, jadi berpotensi menyebabkan kerusakan sel secara
langsung.
- Darah : asetilasi irreversibel siklooksigenase trombosit menurunkan kadar
tomboksan A2
- Pernafasan : pada dosis toksis,aspirin menimbulkan depresi pernafasan dan
suatu kombinasi pernafasan yang tidak terkompensasi dan asidosis metabolic.
, mengakibatkan penghambatan agregasi trombosit dan perpanjangan waktu
pendarahan.
- Proses metabolik : dosis besar aspirin melepaskan fosforilasi oksidatif. Energi
yang dikeluarkan untuk menghasilkan ATP secara normal dikeluarkan sebagai
panas, yang menyebabkan terjadinya hipertemia.
- Hipersensitivitas : sekitar 15% pasien yang menggunakan aspirin mengalami
reaksi hipersensitivitas terutama urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema
angioneutotik (Mycek, et al., 2001).
Kontra indikasi
Aspirin tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 12 tahun karena
risiko terjadinya sindroma Reye (ditandai dengan ensefalopati non inflamatorik
akut dan hepatopati berat). Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
peningkatan kadar transaminase serum, bilirubin dan ammonia secara signifikan.
Secara histopatologi, dapat ditemukan gambaran steatosismikrovesikuler dan
edemamitokondria dengan cristae yang rusak. Sindrom ini lebih sering
terjadisetelah infeksi virus,terutama varicella dan influenza (Orlowski et al., 2002;
19

Glasgow, 2006). Dengan demikian, aspirin dan seluruh derivatnya tidak boleh
diberikan sebagai terapi gejala mirip flu pada anak‐anak.
Aspirin juga dikontraindikasikan pada ulkus lambung, hemofilia, dan penderita
gout(karena aspirin dosis kecil dapat meningkatkan konsentrasi asamurat).
Kontraindikasi lain adalah asma, penyakit alergi dan pasien dengan kelainan ginjal dan
atau hepar (Kemkes Malaysia, 2001).
Interaksi obat
Obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol clan, angiotensin
-converting enzymes.
1. Efficacy
Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuannya menghambat
enzim siklooksigenase (cyclooxygenase/COX), yang mengkatalisis perubahan asam
arakidonat menjadi prostaglandin H2,prostaglandin E2,dan tromboksan A2 . Aspirin
hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga
tidak menghambat pembentukan lekotrien (Roy, 2007).Tidak seperti AINS lainnya yang
menghambat enzim secara kompetitifsehingga bersifat reversibel, aspirin menghambat
enzim COX secara ireversibel.Hal ini disebabkan karena aspirin menyebabkan asetilasi
residu serin pada gugus karbon terminal dari enzim COX, sehingga untuk
memproduksiprostanoid baru memerlukan sintesis enzim COX baru (Vane & Botting,
2003). Hal ini penting karena terkait dengan efek aspirin, dimana durasi efek sangat
bergantung pada kecepatan turn over enzim siklooksigenase (Roy, 2007).
Mekanisme kerja aspirin terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin E2
dan tromboksan A2 . Akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari aspirin,
yaitu: (1) antiinflamasi, karena penurunan sintesisprostaglandin proinflamasi,(2)
analgesik, karena penurunan prostaglandin E2akan menyebabkan penurunan sensitisasi
akhiran saraf nosiseptif terhadap mediator pro inflamasi, dan (3) antipiretik, karena
penurunan prostaglandin E2 yang bertanggungjawab terhadap peningkatan set point
pengaturan suhu di hipotalamus (Roy, 2007).
Aspirin menghambat sintesis platelet melalui asetilasi enzim COX dalam platelet
secara ireversibel.Karena platelet tidak mempunyai nukleus, maka selama hidupnya
platelet tidak mampu membentuk enzim COX ini. Akibatnya sintesistromboksan A2
20

(TXA2 ) yang berperan besar dalam agregasi trombosit terhambat. Penggunaan aspirin
dosis rendah regular (81 mg/hari) mampu menghambat lebih dari 95% sintesis TXA2
sehingga penggunaan rutin tidak memerlukan monitoring (Harrison, 2007). Molekul
prostaglandin I 2 (PGI2 ) yang bersifat sebagai anti agregasi trombosit diproduksi oleh
endothelium pembuluh darah sistemik. Sel‐sel endotel ini mempunyai nukleus sehingga
mampu mensintesis ulang enzim COX.Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa
aspirin dosis rendah dalam jangka panjang mampu mencegah serangan infark miokard
melalui penghambatan terhadap TXA2 namun tidak terlalu berpengaruh terhadap PGI2
(Roy, 2007).
Selain melalui penghambatan terhadap COX, aspirin juga mampu mengasetilasi
enzim NitricOxide Synthase‐3 (NOS‐3) yang akan meningkatkan produksi NitricOxide
(NO). Nitric Oxide diketahui bersifatsebagai inhibitor aktivasi platelet, dengan demikian
hal ini menambah informasimengenai manfaat aspirin sebagai antiplatelet(O’Kane et al.,
2009).
2. Safety
Tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah usia 12
tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua harus hati- hati karena lebih
sering menimbulkan efek samping kardiovaskular.Obat ini tidak dianjurkan pada
trimester terakhir kehamilan karena dapat menyebabkan gangguan pada janin atau
menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak dianjurkan pula pada wanita menyusui
karena disekresi melalui air susu.
3. Suitability
Aspirin cocok digunakan sebagai obat alternative dalam kasus ini karena bentuk
sediaan oral yang memiliki onset of action paling cepat dan mudah untuk diminum.
4. Cost
Harga aspirin dalam bentuk tablet (I box berisi 100 tablet) adalah Rp 36.700,00.
Bila dibandingkan dengan pilihan anti-platelet lainnya, harga aspirin paling murah.
Dosis
Aspirin sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, sedangkan
untuk mengatasi nyeri berat (misalnya nyeri pada kanker) kadang dikombinasi dengan
21

opiat. Dosis aspirin dalam terapi berbeda tergantung pada indikasi penggunaan dan usia
pasien (Tabel 1).

Sebagai analgetik‐antipiretik, kadar asam salisilat dalam darah diharapkan kurang


dari 6 mg/dL (Roy, 2007). Hal ini dapat dicapai dengan dosis pemberian aspirin 325‐650
mg setiap 4 jam (Beckman Coulter, 2003). Untuk penggunaan sebagai antiinflamasi baik
rheumatoid arthritis maupun demam rematik, aspirin diberikan dalam dosistinggi (anak
80‐100 mg/kgBB/hari, dewasa 3‐6 g/hari) (Buck, 2007; Roy, 2007). Dosis aspirin sebesar
ini akan memberikan kadar asam salisilat dalam darah sebesar 10‐35 mg/dL (Kemkes
Malaysia, 2001).
Sebagai antiplatelet, dosisaspirin yang digunakan lebihrendah daripada dosis
untuk analgetik atau antiinflamasi, yaitu 81‐325 mg per hari (Kemkes Malaysia,
2001)atau 1‐10 mg/kgBB/hari untuk anak (Buck, 2007). Penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa pemberian aspirin 100mg sekalisehari selama 2 tahun pada pasien
tromboemboli venosa pasca terapi antikoagulan, mampu mencegah rekurensi tanpa
menimbulkan perdarahan mayor (Becattini et al., 2012).
22

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Keluhan utama


 Rasa tidak enak di dada bagian depan sejak 10 hari yang lalu
 Rasanya hilang timbul
 Mereda saat istirahat
 2 jam yang lalu timbul setelah makan
 Dirasakan menjalar ke lengan, pundak, leher, rahang, dan punggung

Keluhan penyerta

 Sesak napas

3.2 Kata kunci


 Laki-laki
 56 tahun
 Merokok 2 bungkus per hari
 Jarang berolahraga
 BB: 78 kg; TB: 164 cm
 HR: 120x/menit irama sinus
 RR: 24X/menit
 Suhu tubuh: 36,7o C
 BP: 160/95

3.3 Diagnosis
Angina pectoris digolongkan menjadi 4 kelompok berdasarkan gejala klinis dan
patofisiologinya:

1. Stable angina
 Punya pola yang regular pada seberapa seringnya, seberapa parahnya, dan
faktor yang memicunya
 Biasanya rasa tidak enak akan mereda beberapa menit saat pasien
beristirahat atau mengonsumsi obat
23

2. Unstable angina
 Tidak mengikuti pola tertentu
 Dapat muncul dengan atau tanpa faktor pemicu
 Rasa tidak enak tidak hilang hanya dengan beristirahat atau mengonsumsi
obat
3. Variant/prinzmental angina
 Terjadi karena vasospasm pada arteri koroner jantung
 Biasanya terjadi saat pasien sedang beristirahat
 Biasanya terjadi antara tengah malam hingga pagi hari
 Rasa tidak enak dapat mereda bila mengonsumsi obat
4. Microvascular angina
 Kadang disertai gejala klinis yang lebih parah dan lebih lama
 Rasa tidak enak tidak hilang hanya dengan mengonsumsi obat

3.4 Tujuan Pengobatan Spesifik:


- Obat anti platelet diberikan dengan tujuan mencegah pembentukan gumpalah darah
sehingga tidak menyumbat alirah darah pada pembuluh darah jantung.
- Obat vasodilator adalah nitrat yang di kombinasikan dengan beta blocker, bertujuan
untuk memperlebar arteri jantung dan memperlancar pemasukan darah beserta
oksigen ke jantung.
- Obat beta blocker diberikan dengan tujuan mengurangi kerja jantung dan kebutuhan
oksigen jantung.

3.5 P-Treatment
 Mengontrol emosi dan mengurangi kerja berat dimana membutuhkan banyak oksigen
dalam aktivitasnya
 Menghentikan konsumsi rokok
 Mengurangi konsumsi makanan berlemak
 Mengatur pola makan
 Mengontrol secara rutin tekanan darah
 Melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid
24

Nama Obat Efficacy (50) Safety (30) Suitability Cost (5) Total
(15)
Gliseril 5 (250) 5 (150) 6 (90) 4 (20) 510
trinitrat
Isosorbid 8 (400) 5 (150) 8 (120) 9 (45) 715
dinitrat

Atenolol 7 (350) 6 (180) 8 (120) 9 (45) 695


Bisoprolol 8 (400) 6 (180) 8 (120) 4 (20) 720

3.6 P drug
Gliseril trinitrat

1. Efficacy 5 dari 10 karena sediaannya dalam bentuk IV dan kurang cepat absorbsi
obatnya

2. Safety 5 dari 10 karena bisa menyebabkan postural hypotension

3. Suitability 6 dari 10 karena sedian suntik kurang nyaman bagi si pasien

4. Cost 4 dari 10 karena ..(citra)

Isosorbid dinitrat

1. Efficacy 8 dari 10 karena sediaan sublingual memiliki absorbsi yang cepat.

2. Safety 5 dari 10 karenabisa menyebabkan postural hypotension

3. Suitability 8 dari 10 karena sediaan sublingual masih nyaman untuk dikunsumsi bagi
si pasien

4. Cost 9 dari 10 karena (citra)


25

Atenolol

1. Efficacy 7 dari 10 karena onset of actionnya 3-4 jam

2. Safety 6 dari 10 karena jika dosisnya ditinggikan bisa memengaruhi B1 bloker sehingga
terjadi asma

3. Suitability 8 dari 10 karena sediaan oral masih nyaman untuk diminum si pasien

4. Cost 9 dari 10 karena (citra)

Bisoprolol

1. Efficacy 8 dari 10 karena onset of actionnya sekitar 2 jam

2. Safety 6 dari 10 karena jika dosisnya ditinggikan bisa memengaruhi B1 bloker sehingga
terjadi asma

3. Suitability 8 dari 10 karena sediaan oral masih nyaman untuk diminum si pasien

4. Cost 4 dari 10 karena (citra)

Pertimbangan harga obat:

1. Gliseril trinitrat :bentuk sediaan kapsul 5 mg [10 × 10's (Rp311,213/boks)]

2. Isosorbid dinitrat :bentuk sediaan sublingual tablet 5 mg [100's (Rp55,000/pak)]

3. Atenolol :bentuk sediaan tablet 50 mg [100's (Rp40,000/pak)]

4. Bisoprolol :bentuk sediaan tablet 5 mg [3 × 10's (Rp120,000/boks)]


26

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Resep:

dr. DhifaRajanagara

SIP : 011 7283 71627191

Prof. Dr. Moestopo no. 28, Surabaya

R/ Tab. sublingual Isosorbiddinitrat 5 mg No. V

s. p. r. n 1 dd 1 tab sublingual

_____________________________________________ #

R/ Tab. Bisoprolol 5 mg No. X

s. p. r. n. 1 dd 1 tab

_____________________________________________ #

R/ Tab. Aspirin 300 mg No. X

s 1 dd 1 tab

_____________________________________________ #

PRO : Camcul

Alamat : JlSrikana 80

Umur : 56 th
27

P treatment yang diberikan pada pasien adalah :

1. Monitor intake makanan dan minuman

2. Menganjurkan untuk beristirahat agar mempercepat pemulihan

3. Menganjurkan untuk mengurangi konsumsi rokok

4. Obat yang diberikan pada pasien adalah obat vasodilator, obat antiplatelets, dan obat β blocker
yaitu Isosorbid dinitrat, Aspirin, dan Bisoprolol

Cara pemberian : Sublingual(Isosorbid dinitrat)

Per Oral (Aspirin dan Bisoprolol)

Dosis: Isosorbid dinitrat 5mg sehari sekali bila diperlukan

Aspirin 300 mg sehari sekali bila diperlukan

Bisoprolol 5 mg sehari sekali bila diperlukan

4.2 Saran
Treatment yang diberikan kepada pasien adalah:

1. Aktifitas fisik: lakukan 30-45 menit/hari, 7 hari/minggu (minimal 5 hari/minggu).


Rehabilitasi pasien berisiko (pasien dengan infark miokard atau gagal jantung sebelumnya)

2. Sesuaikan berat badan: usahakan mencapai indeks massa tubuh (body mass index, BMI)
18.5-24.9 kg/m2 dan ukuran lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita dan< 90 cm untuk
pria.

3. Berhenti merokok dan hindari paparan asap rokok.

4. Kendalikan tekanan darah (TD): upayakan modifikasi pola hidup (kendalikan berat badan,
aktifitas fisik, konsumsi alcohol seperlunya, batasi asupan garam tidak melebihi satu
sendok teh perhari, konsumsi buah-buahan dan sayuran 5 porsi perhari, dan produk susu
rendah lemak). Kendalikan TD sesuai paduan Joint National Conference (JNC) VIII. Awali
28

pengobatan dengan beta blocker dan/ atau ACE inhibitor, dengan menambahkan obat-obat
lain sesuai kebutuhan pencapaian target Tekanan Darah.
29

DAFTAR PUSTAKA

UI Edisi 6
Katzung 2013
Prinzmetal dkk. 1959. Angina pectoris I. A variant form of angina pectoris: Preliminary
report. Diakses online : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0002934359900038

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38195/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=342332&val=322&title=Therapeutic
%20Drug%20Monitoring%20(TDM)%20in%20The%20Use%20of%20Aspirin%20as%20Antirh
eumatoid%20Drugs

http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-aldy4.pdf

“Isosorbid Dinitrat / Mononitrate”. Apoteker Sistem Kesehatan Masyarakat Amerika.


Diarsipkan dari asli pada tanggal 21 Desember 2016. Diakses pada 8 Desember 2016. [19
Oktober 2017] https://en.m.wikipedia.org/wiki/Isosorbide_dinitrate

https://yosefw.wordpress.com/2008/01/02/penggunaan-isosorbid-dinitrat-pada-penyakit-
jantung-iskemik/

www.dokterpost.com

http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartAttack/SymptomsDiagnosisofHeart
Attack/Angina-Chest-Pain_UCM_450308_Article.jsp#.Weidq2iCzIU

Anda mungkin juga menyukai