Anda di halaman 1dari 29

Peningkatan Kemampuan Terintegrasi Siswa “Students’ Integrated Skill”

dalam Berbahasa Inggris Melalui Kegiatan Video Conference

di SMAN 3 Painan

oleh:
Mega Susilawati, M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Painan

Diajukaan sebagai salah satu syarat mengikuti seleksi guru berprestasi 2016

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KABUPATEN PESISIR SELATAN
2016
Peningkatan Kemampuan Terintegrasi Siswa “Students’ Integrated Skill”

dalam Berbahasa Inggris Melalui Kegiatan Video Conference

di SMAN 3 Painan

oleh:

Mega Susilawati, M.Pd


SMA Negeri 3 Painan, Pesisir Selatan
Email: egha2cantik@yahoo.com
HP: 085263695360

Abstract

Modern style in learning process nowadays has to find the effective way to connect the
learning income with the learning outcome. Students who learn English as their econd
or foreign Language have to find the way to practice their language with the one who
also learn it as their native, second or foreign language as well in discussing variety
topics in life. Students need to practice what they have learnt at school by having some
dialogues or discussion with others. Once the students have learnt the basic skills of
respectful dialogue, they can practice these skills on a videoconference that will
connect them directly with other Face to Faith students around the world. Using
simple internet technology, students can dialogue with other Face to Faith students
around the world, offering a vital opportunity for students to exchange views,
understand different perspectives and learn about one another's beliefs.

Key words: Communicative, technology and videoconference


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi informasi merupakan sebuah inovasi teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data
dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan
(antickcanitide, 2012). Saat ini teknologi dalam dunia pendidikan telah merambah keberbagai
mata pelajaran termasuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan bantuan kemajuan dan
pemanfaatan teknologi, proses pembelajaran Bahasa Inggris akan menjadi lebih variatif dan
innovatif. Dengan memanfaat kan fungsi teknologi secara maksimal akan membantu dalam
menciptakan variasi dari segi materi ajar, bahan ajar, metode pembelajaran sampai dengan
strategi pembelajaran. Dan hal ini tentu nantinya akan membuat peserta didik lebih termotivasi
dan bersemangat untuk mempelajari Bahasa Inggris.
Saat ini, perkembangan konsep pembelajaran dan kemajuan teknologi telah diikuti oleh
perubahan dalam system pengajaran dan pembelajaran Bahasa disekolah. Menurut Rosenberg
(2001) kelas-kelas Bahasa telah berubah secara significant menjadi sebuah lingkungan belajar
yang lebih mengedepankan pembelajaran aktif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari
pembelajaran Bahasa dari proses sebelumnya yang hanya ber fokus pada penyampaian materi
tanpa melibatkan peserta didik secara aktif, atau dulu nya pembelajaran Bahasa masih berpusat
pada guru (teacher center) akan tetapi sekarang pembelajaran lebih dipusatkan atau ditekankan
pada keterlibatan peserta didik (student center).
Perubahan sistem ini menuntut penggunakan metode pengajaran yang lebih variatif
dengan mengkombinasikan sesi tatap muka dengan kegiatan yang bersifat online atau
memanfaatkan teknologi dalam penyampaian materi. Perkembangan penggunaan teknologi
dalam kelas-kelas Bahasa telah mampu merubah lingkungan/suasana pembelajaran Bahasa yang
dulunya kaku dan tidak interaktif menjadi lingkungan atau suasana yang lebih hidup dan
interaktif. Kecanggihan teknologi sangat membantu guru dalam mengaktifkan semangat dan
keinginan siswa untuk belajar sehingga pada akhirnya membuat peserta didik memiliki
keinginan yang kuat untuk belajar Bahasa. Akan tetapi fakta dilapangan masih menunjukkan
bahwa pengajaran Bahasa inggris disekolah masih dilaksanakan secara traditional dan
konvensional dalam kata lain guru belum memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang
lebih interaktif. Hal ini menjadikan proses pembelajaran Bahasa ingrris disekolah membosankan
atau tidak menarik perhatian siswa sama sekali. Ketertarikan inilah nantinya yang akan
berdampak pada rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa dalam berbahasa Inggris. Selama ini
kemampuan berbahasa inggris siswa-siswa disekolah masih berorientasi pada kemampuan yang
bersifat teoritis saja, akan tetapi belum terlalu menyentuk aspek penerapan kemampuan
berbahasa itu sendiri yaitu: listening, speaking, reading dan writing yang lebih terpadu. Dari
permasalahan tersebut diatas, diharapkan guru dapat menerapakan sebuah kegiatan pembelajaran
yang akan mampu mengotimalkan ke empat kemampuan dasar berbahasa tersebut ditambah
dengan kemampuan berpikir kritis sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
peserta didik di era persaingan global ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, dapat di identifikasi beberapa


masalah antara lain:
1. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih rendah, karena budaya pembelajaran
di sekolah masih bersifat teacher centered (berpusat pada guru).

2. Kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran


disekolah. Penggunaan model pembelajaran yang konvensional oleh guru mengakibatkan
Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa

3. Pembelajaran yang terlaksana belum sepenuhnya mencapai tuntutan KTSP

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini dibatasi pada:
1. Kompetensi siswa yaitu kemampuan listening, speaking, reading dan writing.
2. Kompetensi pada kemampuan listening yang ingin ditingkatkan adalah kemampuan dalam
memahami pesan yang disampikan oleh lawan bicara, kemampuan dalam merespon
pernyataan yang disampaikan, serta kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik
3. Kompetensi pada kemampuan speaking yang ingin ditingkatkan adalah kemampuan siswa
dalam menyampaikan ide tentan topik yang sedang didiskusikan.
4. Sedangkan untuk kemampuan reading dan writing siswa diharapkan akan memiliki
kemampuan dalam membaca sumber-sumber referensi dan mengorganisasikan/menyusun
ide-ide tersebut sesuai dengan tema-tema yang didiskusikan dalam kegiatan video
conference.
5. Kemampuan berpikir kritis juga nantinya diharapkan dapat ditingkatkan melalui kegiatan
video conference ini.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, pembatasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka perumusan masalah pada penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan mendengar
(listening) siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
2. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan berbicara (speaking)
siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
3. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan membaca (reading)
siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
4. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan menulis (writing)
siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
5. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
(critical thingking) siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3
Painan ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan kemampuan mendengar (listening) siswa kelas X SMA N 3 Painan
melalui kegiatan Video Conference.
2. Meningkatkan kemampuan berbicara (speaking) siswa kelas X SMA N 3 Painan melalui
kegiatan Video Conference.
3. Meningkatkan kemampuan membaca (reading) siswa kelas X SMA N 3 Painan melalui
kegiatan Video Conference.
4. Meningkatkan kemampuan menulis (writing) siswa kelas X SMA N 3 Painan melalui
kegiatan Video Conference.
5. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa kelas X SMA N 3
Painan melalui kegiatan Video Conference.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam memperluas wawasan untuk
dapat digunakan dalam memperbaiki pengajaran di masa yang akan datang.
2. Masukan bagi guru bidang studi Bahasa inggris dalam rangka mencari metode alternatif
untuk meningkatkan kompetensi siswa.
3. Bagi siswa, untuk menambah pengalaman belajar dalam menguasai konsep sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
4. Bagi sekolah, dapat meningkatkan prestasi siswa dan mutu pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris
Pada hakikatnya Bahasa inggris adalah alat berkomunikasi diantara warga masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, Bahasa inggris berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengakses,
menyimpan data dan berbagai informasi. Berpijak pada fungsinya maka tujuan pembelajaran
Bahasa Inggris dalam kurikulum yang berlaku saat ini mencakup (1) mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa tersebut baik lisan maupun tulisan, kemampuan
tersebut meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca
(reading) dan kemampuan menulis (writing); (2) menumbuhka kesadaran akan hakikat dan
pentingnya Bahasa inggris sebagai salah satu Bahasa asing yang menjadi alat utama belajar; (3)
mengembangkan pemahaman keterkaitan antara Bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala
budaya. Dengan demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam
keragaraman budaya.
Untuk mencapai tujuan pengajaran Mata pelajaran Bahasa inggris diperlukan saling
keterkaitan antar komponen dalam kurikulum. Adapun standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa Inggris SMA/MA :
Mendengarkan (listening): memahami berbagai makna (interpersonal, ideasional,
tekstual) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk
deskriptif, narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
Berbicara (speaking) Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal deasional,
tekstual) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk
deskriptif, narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
Membaca (reading) Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal deasional, tekstual)
dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif,
narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
Menulis (writing) Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal deasional, tekstual)
dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif,
narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
2. Kemampuaan Terintegrasi (Terpadu)
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembeajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam inta mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat
memahani konsep konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
nyata yang menghubungkan antar konsep dalam inta mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran.
Beberapa pengertian dari konsep pembelajaran terintegrasi (terpadu) yang dikemukan
oleh beberapa pakar pembelajaran terpadu, diantaranya:
(1) Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan
variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang
dilaksanakan dalam suasana pendidikan progressif yaitu kurikulum terpadu
(integrated curriculum), hari terpadu (integrated day) dan pembelajaran terpadu
(integrated learning). Disini yang dimaksud dengan Integrated learning menunjuk
pada kegiatan belajar mengajar yang terorganisasi secara lebih terstruktur yang
bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya
(center core/center interest)
(2) Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses
pembelajaran dengan melibatkan/mengaitkan berbagai kemampuan dalam
mengolah sebuah konsep pembelajaran. Pendekatan belajar mengajar tersebut
diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta
didik. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan
anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pemahaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah mereka pahami.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
(1) Pembelajaran berpusat pada anak
(2) Menekankan pembentukkan pemahaman dan kebermaknaan
(3) Belajar melalui pengalaman langsung
(4) Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
(5) Sarat dengan muatan keterkaitan

3. Pembelajaran Berbasis IT dan Video Conference


A. Tujuan Pembelajaran
Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran merupakan wujud kemajuan dalam
dunia pendidikan yang harus dioptimalkan fungsinya, terutama dalam pelaksanaan pembelajaran
Bahasa Inggris sebagai Bahasa asing. Pemanfaatan teknologi secara baik dan optimal, akan
memberikan dampak positif terhadap keberhasilan proses pembelajaran Bahasa Inggris. Dengan
teknologi, peserta didik akan diberikan sebuah kesempatan dan peluang emas untuk mampu
menapaki komunikasi global. Hal ini sangat penting sekali mengingat bahwa untuk menghadapi
era persaingan global peserta didik perlu mendapat bekal yang memadai, dan salah satu
diantaranya adalah menguasai teknlogi dan mampu berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa
Inggris secara baik dan lancar sebagai Bahasa Internasional. Oleh sebab itu, berbagai
pembaharuan dilakukan dengan tujuan agar kedepannya peserta didik mampu bersaing dalam
kancah internasional dan memacu kompetensinya dalam skala internasional. Di sisi lain, sikap
mental dan kemandirian dalam mengakses segala informasi pembelajaran yang dibutuhkan
secara mandiri memberikan pengaruh dalam penanaman nilai-nilai kepribadian siswa agar tidak
selalu menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Bertolak dari semua permasalahan itu,
maka diperlukan sebuah program pengajaran yang mampu membantu memfasilitasi siswa dalam
mengoptimalkan kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris dan program yang membantu
mereka untuk menjadi pribadi-pribadi yang mampu berpikir kritis dalam menyikapi berbagai
permasalahan dengan baik dan bijaksana. Sebuah program yang akan menfasilitasi peserta didik
diseluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dalam konteks internasional
yang saling menghormati dan menghargai perbedaan, program yang membawa para generasi
muda harapan bangsa ini ke lingkaran pertemanan dan persaudaraan lintas benua dan samudra,
yaitu: Face to Faith salah satunya adalah program dari yayasan Tony Blair Faith Foundation.
Face to Faith adalah sebuah program dari “Tony Blair Foundation” yang diperuntukkan
untuk anak-anak usia sekolah (12-17 tahun) yang memfasilitasi peserta didik untuk melalukan
interaksi melalui video conference secara internasional dimana mereka akan memiliki
kesempatan untuk saling berdiskusi secara lebih terbuka tentang isu-isu yang biasa nya menjadi
sumber konflik yang disebabkan karena perbedaan pandangan dan persepsi diantara mereka
selama ini. Program Face to Faith membuka peluang bagi peserta didik untuk dapat
mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka menggunakan Bahasa Inggris yang sedang
dipelajari dan juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan saling menghargai dalam
komunikasi dan interaksi social.
Face to faith merupakan serangkaian kegiatan yang membuka wadah interaksi dan
komunikasi antar siswa diseluruh dunia dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai
perangkat utama dalam pelaksanaan program. Program face to faith memiliki beberapa kegiatan
yang bisa diikuti oleh siswa disekolah, salah satunya adalah program Video Conference atau
yang lebih dikenal dengan VC.

B. Face to Faith Video Conference


Video Conference adalah seperangkat teknologi terlekomunikasi interaktif yang
memungkinkan dua pihak atau lebih dilokasi yang berbeda dapat beinteraksi melalui pengiriman
dua arah audio dan video secara bersamaan. Video Conference memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar dengan komunikasi dua arah. Video Conference merupakan wahana bagi
siswa untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam melakukan komunikasi dan
berinteraksi dengan mengedepankan sikap saling menghormati dan menghargai. Kemampuan itu
akan dipraktekkan dalam berbagai dialog interaktif dengan siswa-siswa lain diseluruh dunia yang
tergabung kedalam kegiatan “Face to Faith”. Dengan menggunakan perangkat internet, maka
para siswa bisa melakukan dialog dengan siswa-siswa face to faith lainnya diseluruh dunia.
Kegiatan ini memberikan sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi peserta didik untuk bisa
saling bertukar ide, pandangan, saling memahami perbedaan perspektif dan belajar memahami
perbedaan keyakinan yang ada. Video conference merupakan sebuah program yang
pelaksanaanya menggunakan beberapa perangkat teknologi informasi. Pengaplikasian teknologi
dalam kegiatan video conference memberikan banyak manfaat, baik bagi guru maupun bagi para
peserta didik.
C. Alat yang digunakan untuk bisa menjadi bagian dari komunitas Video Conference
Program Video conference menggunakan aplikasi yang disediakan gratis oleh “Face to
Faith” yang nantinya akan menghubungkan siswa diseluruh dunia dengan menggunakan VC
platform yang disebut dengan “BlueJeans”. Aplikasi ini hampir mirip dengan aplikasi lain yang
biasa digunakan untuk video conference seperti:Skype, Yahoo Messenger, MSN Messager dan
lain-lain.
Akan tetapi untuk dapat menggunakan aplikasi ini, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
diantaranya:
a) Data Transfer: jaringan telepon analog atau digital, LAN atau internet. Dalam kegiatan
VC ini dibutuhkan jaringan internet yang stabil, paling rendah 384kbps. Oleh sebab itu,
sekolah yang ingin bergabung dalam program face to faith VC ini harus sudah
mempunyai jaringan internet.
b) Video Input: berupa kamera video atau webcam.
c) Video output: monitor computer (laptop) dan dalam kegiatan belajar disekolah,
membutuhkan sebuah proyektor (layar) disebabkan ruangan yang dipakai berukuran
cukup luas. Hal ini dilakukan agar proses VC yang terjadi dapat disaksikan oleh setiap
siswa yang berada diruangan tersebut. Penggunaan proyektor (layar) juga dapat
menstimulus siswa dalam melakukan interaksi karena mereka akan dapat melihat secara
jelas siapa orang yang menjadi lawan bicara mereka saat itu.
d) Audio input: Microphone
e) Audio ouput: Biasanya berupa pengeras suara(speakers). Penggunaan speaker dengan
kualitas bagus sangat dianjurkan, khususnya untuk proses pembelajaran Bahasa asing
(Bahasa inggris) disekolah. Karena dengan adanya pengeras suara (speaker) yang bagus
maka kegiatan listening siswa akan berjalan dengan lancar dan optimal.

D. Metode Pembelajaran dan Langkah kerja untuk kegiatan VC


Video conference menjadi salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk kegiatan
pembelajaran yang bersifat collaborative learning. Guru dapat memanfaatkan kegiatan video
conference sebagai aktifitas pembajaran Bahasa disekolah yang lebih menekankan pada kegiatan
kerja kelompok dan diskusi. Kegiatan Video conference merupakan kegiatan yang multi tasking
yang artinya kegiatan yang terdiri dari beberapa hal, maka kegiatan ini harus lah benar-benar
dilakukan dengan baik dan benar agar tidak menghilangkan fungsi nya sebagai media
pembelajaran.
Kegiatan Video Conference yang dilakukan untuk kegiatan pembelajaran mungkin akan
sedikit berbeda dengan kegiatan video conference yang dilakukan untuk kepentingan lain seperti:
bisnis. Pelaksanaan kegiatan Video conference dilakukan dengan melakukan beberapa kegiatan
sebagai sebuah proses pembelajaran/ bagian dari kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi yang
membedakan pelaksanaan VC dengan kegiatan lainnya adalah VC lebih menekankan pada
penggunaan teknologi dalam setiap kegiatannya, dimulai dari kegiatan persiapan, pelaksanaan
dan kegiatan penutup semuanya memerlukan teknologi agar hasil yang diharapkan lebih
maksimal. Pengintegrasian teknologi inilah yang menjadikan VC menjadi sebuah program yang
sangat efektif sekali dalam meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
interaksi dan komunikasi tingkat dunia atau yang lebih dikenal dengan istilah global consortium.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sutama (2014: 29)
karakter PTK secara garis besar yaitu:
1) Mengkaji permasalah situasional dan kontekstual
2) Adanya tindakan
3) Adanya evaluasi terhadap tindakan
4) Pengkajian terhadap tindakan
5) Adanya kerjasama
6) Dan adanya refleksi

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksakan pada pelajaran fisika di SMA N 3 Painan . Pemilihan tempat
penelitian didasarkan pada hal berikut yaitu: SMAN 3 Painan merupakan sekolah unggulan
kabupaten yang telah dilengkapi oleh sarana internet yang bagus sehingga penerapan proses
pembelajaran berbasis IT bisa dilaksanakan. Kemudian SMAN 3 Painan juga merupakan sekolah
yang mulai menapaki kerjasama dengan sekolah-sekolah unggul lainya baik itu yang ada
didalam negeri maupun sekolah0sekolah diluar negeri. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh satu teman sejawat sebagai observer yaitu
Ibu Darmayunita, S.Pd

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X. SMA N 3 Painan tahun ajaran 2015/2016
yang terdiri dari 4 kelas yaitu X.1, X.2, X.3 dan X.4

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini mengikuti empat tahapan yang lazim dilalui yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi , ke empat tahap dalam penelitian
tindakan tersebut membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan yang kembali kebentuk
asal (Arikunto dkk,2009:16).
Empat kegiatan utama yang lazim di lalui pada setiap siklus dalam penelitian tindakan
kelas (PTK) dapat di lihat dalam Gambar 5.

perencanaa
n
Refleksi Siklus I pelaksanaa
n
pengamatan
perencanaa
n
Refleksi Siklus pelaksanaa
II n
pengamatan
Gambar 5: siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto dkk,2009:16)
Secara jelas siklus yang terdiri dari empat langkah utama akan di jabarkan dalam dua
siklus pada penelitian tindakan kelas ini. Dimana langkah – langkah akan di tempuh sebagai
berikut :

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data yaitu: 1) observasi
digunakan untuk mendapatkan gambaran secara langsung pemahaman konsep bahasa inggris
siswa 2) catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian penting yang muncul pada saat
proses pembelajaran Bahasa Inggris melalui kegiatan Video Conference, 3) Dokumentasi topik
dan tema pembahasan dalam Video Conference, lembar tanggapan siswa dan guru setelah
kegiatan serta foto setiap pelaksanaan tindakan dan 4) wawancara dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai kemampuan komunikasi dan motivasi siswa dalam berbahasa inggris.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan proses reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. Pada proses reduksi data peneliti mengumpulkan data kemudian melakukan reduksi
data meliputi memilih data berdasarkan relevansi, menyusun data, dan penyederhanaan data dan
transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan proses dilakukan disetiap tindakan
pelaksanaan. Pada tahap penyajian data, peneliti mengumpulkan informasi kemudian disusun
dengan runtut dari data tersebut sehingga mudah dipahami dan dapat disimpulkan. Sedangkan
penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh kesimpulan yang akurat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Kegiatan Video Conference


Dalam melaksanakan kegiatan guru melakukan beberapa kegiatan yang nantinya akan
menunjang kelancaran pelaksanaan VC. Pada tahapan persiapan, guru melaksanakan peran nya
dalam mengajarkan, mengarahkan dan melatih siswa tentang strategi komunikasi dan materi-
materi yang akan dibahas dan didiskusikan. Pengintegrasian teknologi dalam fase ini akan
mempermudah siswa dan guru dalam mempersiapkan VC. Kegiatan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan VC dilakukan seperti proses kegiatan belajar mengajar regular.
No Kegiatan
1. Seperti pada kegiatan pembelajaran bahasa Inggris regular disekolah, guru
mengajarkan siswa tentang ungkapan-ungkapan yang akan digunakan untuk
menyampaikan opini dan pendapat. Proses ini sudah menjadi bagian dalam materi
pembelajaran Bahasa Inggris. Akan tetapi untuk mempersiapkan agar pelaksanaan
VC berjalan lancar, maka guru dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi didalam kelas seperti dengan penanyangan real Video
tentang: Discussion, Debate or any kind of Discussion types. Kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan video ataupun audio, akan mempermudah
siswa untuk memahami keadaan yang sebenarnya dalam pemakaian ungkapan-
ungkapan yang dipelajari.
2. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh guru sebelum kegiatan VC dilaksanakan
adalah mengajarkan kepada peserta didik tentang cara-cara atau prinsip
berkomunikasi yang baik dan benar. Prinsip dasar yang harus dipahami siswa
ketika menjalin sebuah komunikasi harus ditanamkan oleh guru. Hal ini sangat
penting, karena mereka akan berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang
budaya, agama dan ras yang berbeda diseluruh dunia. Dengan memahami prinsip-
prinsip dasar komunikasi yang baik, maka diharapkan akan menghasilkan sebuah
iklim komunikasi yang interaktif, sopan dan berterima. Siswa harus dibekali dengan
pengetahuan tentang perbedaan gaya berkomunikasi dari berbagai negara.
3. Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam
mempersiapkan VC adalah diskusi tentang topik yang akan dibahas nantinya.
Proses ini biasa nya diawali dengan pencarian berbagai sumber dan bahan kajian
yang terkait dengan topik VC. Guru bersama-sama peserta didik membahas dan
mendiskusi kan terlebih dahulu topik-topik tersebut didalam kelas. Biasanya
kegiatan ini dilakukan sebagai sebuah simulasi sebelum kegiatan VC yang
sebenarnya. Jadi para siswa akan berdialog dengan teman-teman didalam kelas
tentang topik tersebut. Agar diskusi nantinya berjalan lancar, maka siswa akan
berusaha mencari bahan atau sumber yang terkait dan biasanya mereka
mendapatkannya dari buku, koran, dan internet.
4. Setelah siswa mendiskusikan terlebih dahulu topik-topik yang akan dibahas dalam
forum VC, siswa mempersiapkan bahan yang akan mereka bagi dan presentasikan
di dalam kegiatan VC. Bahan ini bisa berupa slide power point atau pun berupa
video/short movie sesuai dengan topik diskusi. Seperti contoh: ketika melaksanakan
Video conference dengan salah satu sekolah di Melbourne, Australia dengan topik “
The Power of Story Telling”, maka siswa mempersiapkan slide power point yang
berisikan tentang berbagai cerita yang berasal dari Indonesia. Slide ini lah yang
kemudian akan mereka gunakan untuk menjelaskan kepada siswa-siswa dari
Autralia tentang berbagai macam cerita rakyat dari Indonesia. Pemanfaatan
teknologi dalam proses pembuatan bahan presentasi ini, membuka ruang kreatifitas
siswa untuk mempersiapkan diri dengan baik menggunakan media berbasis IT yang
sangat mereka sukai. Dalam proses ini para siswa melakukan collaborative learning
untuk menghasilkan slides yang baik dan menyenangkan.

Kegiatan dan proses VC


Pada kegiatan inti ini, guru tidak diikut sertakan. Guru hanya bertugas mengamati
jalannya kegiatan. Sedangkan yang bertugas untuk memandu VC adalah seorang fasilitator yang
telah ditunjukkan oleh pihak “face to faith”. Fasilitor ini lah nantinya yang akan mengatur
jalannya diskusi. Sebelum VC dimulai, biasanya fasilitator akan menghubungi guru pendamping
disekolah masing-masing untuk memastikan perangkat teknologi yang dibutuhkan dalam
kegiatan VC nantinya telah dipersiapkan dan bisa dipakai dengan baik. Diskusi ini juga
melibatkan teknisi dari pihak “face to faith” yang akan siap membantu jika terjadi ganggugan
yang bersifat teknis dengan peralatan VC. Dan setelah semuanya OK, maka fasilitator akan
mengambil alih diskusi untuk kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan dialog interaktif para
siswa dengan teman-teman mereka dari seluruh penjuru dunia. Kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan inti VC ini diantaranya:
No Kegiatan
1. Peserta didik melakukan dialog atau komunikasi yang bersifat interakstif
dengan peserta didik lain yang menjadi partner VC pada saat itu. Kegiatan VC
dari face to faith ini menitik beratkan pada topik-topik yang bersifat umum dan
social. Diantara topik-topik yang dibahas adalah:
 Lingkungan Hidup (Environtment)
Siswa bisa berdiskusi dan membahas lebih mendalam tentang berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan hidup seperti
pemanasan global (global warming) melalui sudut pandang keyakinan,
kepercayaan yang berbeda. Mereka akan saling bertukar informasi
dengan siswa lainnya di seluruh dunia tentang permasalahan lingungan
yang ada dinegara masing-masing dan dapat pula saling bertukar ide
dan pendapat tentang solusi yang dapat mereka lakukan sebagai
generasi muda terkait dengan permasalahan tersebut. Tujuan dari
diskusi dengan topik ini adalah untuk menyadarkan generasi muda
bahwa mereka memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga
kelestarian lingkungan dan akan saling mengispirasi untuk berbuat
sesuatu yang nyata untuk bersama-sama menyelamatkan lingkungan.

 Kekayaan, Kemiskinan, dana Kabaikan (Amal). Melalui Video


Conference, siswa akan mampu membahas tentang perbedaan
pandangan tentang apa yang disebut dengan kekayaan, kemiskinan dan
kebaikan dengan menekankan pada pembahasan tentang perbedaan
pandangan dunia tentang konsep “Materialistics dan Non-
Materialistics. Topik ini menjadi salah satu topik diskusi yang paling
disukai oleh para siswa dalam kegiatan video conference. Hal ini
dikarenakan, ketiga topik ini merupakan permasalahan yang sangat
nyata terpampang didepan mata. Dengan adanya diskusi yang
mendalam tentang topik ini, nantinya diharapkan para siswa memiliki
konsep yang sama tentang makna dari kekayaan, kemiskinan dan
kebaikan. Dengan tujuan akhir agar mereka mampu menjadi pribadi
prbadi yang senantiasa mau menolong sesama.

 Biasanya topik yang menjadi pilihan topik diskusi berikutnya adalah


mengenai topik-topik umum yang dibicarakan oleh semua anak muda
diseluruh pelosok dunia. Siswa bisa membahas tentang makna dari
sebuah perasaan apakah itu cinta, persahabatan, kasih sayang dan
berbagai perasaan lain yang sering dirasakan oleh anak muda melalui
sudut pandang yang lebih luas lagi, tidak hanya berdasarkan pendapat
mereka atau orang-orang terdekatnya, akan tetapi mereka dapat
mendiskusikan nya dengan teman-teman mereka dari negara yang
berbeda yang tentunya memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda
tentang konsep generasi muda dinegara mereka masing-masing.

 Topik-topik yang berkenaan dengan perayaan-perayaan khusus


diberbagai negara, akan menjadi bahan diskusi yang menyenangkan
bagi para peserta VC. Mereka sangat tertarik dan ingin sekali
mengetahui budaya dan adat yang berbeda dari masing-masing negara
peserta VC.

2. Siswa mempraktekkan teori tentang bagaimana membangun komunikasi yang


benar dan bersahaja dengan bisa saling melihat dan mendengar langsung lawan
bicara nya melalui video conference. Dengan ini siswa akan dapat mendengar
berbagai dialog atau pun aksen yang berbeda dari masing-masing peserta VC
melalui sambungan speaker. Hal ini secara langsung dimanfaatkan oleh siswa
untuk memperlancar kemampuan listening dan speaking mereka. Masing-
masing siswa dari sekolah peserta VC akan mendapatkan kesempatan dari
fasilitator untuk menyampaikan ide, pandangan serta pendapat mereka tentang
topik yang dibicarakan. Maka kemampuan berpikir cepat dan tepat sangat
diperlukan agar kegiatan VC berjalan dengan baik. Maka siswa yang diberikan
kesempatan VC ini, adalah siswa-siswa yang diharapkan mampu bersuara dan
berani dalam menyampaikan pandangan mereka.
3. Kemudian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dengan bantuan VC ini adalah
saling bertanya tentang hal-hal yang mereka kurang pahami. Kemampuan
menyimak dan bertanya yang baik akan menjadikan sebuah komunikasi
menjadi lebih interaktif .
1. Bagi siswa yang mengirimkan bahan presentasi yang telah mereka buat
sebelumnya, maka mereka diberi kesempatan untuk menjelaskan slides itu
kepada seluruh peserta VC saat itu. Biasanya bahan presentasi yang
dipersiapkan berupa power point dan video. Nah disini memungkinkan siswa
untuk unjuk kebolehan mereka dalam membuat dan menampilkan topik-topik
diskusi melalui media yang menarik dan menyenangkan. Jadi penggabungan
media presentasi seperti power point dan lain sebagainya, akan menjadikan
kegiatan VC menjadi kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh peserta didik.
a. Kegiatan Penutup (Post-Activity)
Setelah kegiatan VC berakhir, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru
bersama-sama peserta didik sebagai bahan evaluasi kegiatan
No Kegiatan
1. Guru bersama-sama siswa mendownload rekaman acara VC yang telah dilakukan
dan kemudian memutar dan menontonnya lagi bersama. Setelah itu, melakukan
analisis tentang kekurangan yang terjadi selama VC.
2. Guru memberikan beberapa penguatan terhadap materi-materi yang dirasa masih
kurang sempurna dalam pelaksanaan VC tersebut, untuk menjadi bahan perbaikan
untuk program VC berikutnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pemaparan proses yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah VC yang secara
nyata melibatkan teknologi dalam setiap proses nya, maka banyak manfaat yang didapat dari
pelaksanaan kegiatan ini, diantaranya:
1. Menjadi platform online untuk mendorong pembelajaran yang dilakukan guru disekolah
dan dapat menjadi cara yang lebih kreatif untuk melibatkan para siswa dalam
pembelajaran kolaboratif dan kognitif terdistribusi. Kegiatan video conference yang
mengintegrasikan teknologi dalam setiap tahapan kegiatannya diharapkan mampu
mendorong minat dan memotivasi siswa dalam mempelajari Bahasa Inggris.
Pembelajaran berbasis IT sangat ampuh dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk
belajar.
2. Memberikan siswa jalur untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka baik yang ada
didalam negeri ataupun dengan teman-teman mereka di luar negeri dalam suasana
akademis. Dengan adanya program pendidikan berbasis IT seperti video conference
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dan beriteraksi secara lebih
real/nyata dengan siswa dari berbagai negara. Kesempatan yang sangat langka sekali bagi
siswa untuk dapat mempraktekkan kemampuan berbahasa inggris dengan orang luar
negeri, akan tetapi Video conference membuka peluang tersebut secara gratis.
3. Videoconference dapat menjadi media yang menjembatani anak-anak muda di dunia
untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Pemahaman antarbudaya dan
meningkatkan tolerasi agama adalah maksud dari komunikasi ini sehingga terbentuk
sikap yang saling menghormati dan memahami. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan
akan lahir sikap saling pengertian dan respek satu sama lain dan dapat menghapus
stereotipe-stereotipe negatif yang selama ini ada dengan satu tujuan yaitu terciptanya
perdamaian.
4. Mengajarkan siswa untuk memupuk sikap mau bekerja sama (berkolaborasi) dan
berinteraksi dengan orang luar tanpa memandang segala bentuk perbedaan. Dan juga
mengajarkan kepada siswa untuk menjadi pribadi yang menghargai perbedaan.
5. Video Conference mengajarkan siswa mampu berpikir kritis dalam memandang sebuah
permasalahan dan menjadi siswa yang mampu memberikan solusi terhadap sebuah
permasalahan dengan mengutamakan diskusi.
6. Khusus untuk kelas Bahasa, kegiatan VC sangat bermanfaat sekali sebagai media untuk
melatih kemampuan listening dan speaking siswa. Dengan adanya kegiatan saling
mendengarkan Bahasa Inggris baik itu dari sekolah-sekolah non-English speaking
country seperti: Jordan, Egypth, India dan bahkan biasa menjadi media pembelajaran
langsung mendengar dan berbicara dengan siswa-siswa dari English Speaking Country
seperti: USA, Europe dan Australia.
Dokumentasi Kegiatan (Persiapan (Pre-Activities)

Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum Video conference: siswa berdiskusi membahas topik
VC, siswa mempresentasikan bahan yang akan dibahas dalam VC berupa slides powerpoint
Kegiatan Inti (Whilst-Activities)
Beberapa photo kegiatan VC yang telah dilakukan:
1. SMAN 3 dengan SMAN 6 Padang, Indonesia

Siswa SMAN 3 Painan melakukan test VC dengan SMAN 6 Padang yang membahas
tentang National Holiday
2. SMAN 3 Painan dengan Islamic High School, Amman Jordan

“Siswa melakukan Video Conference dengan salah satu sekolah di Amman, Jordan dengan
topik School life and Community Service
3. SMAN 3 Painan dengan St.Monica College, Melbourne Australia

Siswa-siswi SMAN 3 Painan mendapatkan kesempatan melakukan Video Conference


dengan St.Monica College, Melbourne Australia dengan topik
“The Power of Story Telling”
Siswa saling berinteraksi dan berkomunikasi melalui Video conference. Mereka
menyampaikan pandangan dan pendapat (giving opinion and view) tentang
keunikan cerita rakyat dari masing-masing negara
Kegiatan Penutup (Post-Activities)

Siswa melakukan kegiatan follow-up tentang kegiatan Video Conference yang


telah dilakukan dengan menonton rekaman kegiatan dari Youtube dan membahas
segala kekurangan yang ada dan digunakan sebagai bahan reference untuk VC
berikutnya
Daftar Rujukan

Antickcanitide. 2012. Pengertian ICT dan Sejarah Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) serta
penerapanya dalam dunia pendidikan. Retrieved Agustus 2015, dari
http://antickcanitide.wordpress.com/2012/11/05/pengertian-ict-dan-sejarah-teknologi-
informasi-komunikasi-tik-serta-penerapanya-dalam-dunia-pendidikan/

ELMO.2013. ICT Dalam Dunia Pendidikan. Retrieved Agustus 2015, dari Elmo Global:
http://www.elmoglobal.com/id/html/ict/01.aspx

Garcia, Antero, ed., 2014. Teaching in the Connected Learning Classroom. Irvine, CA: Digital
Media and Learning Research Hub.

Steketee, C. 2005. “Integrating ICT as an integral teaching and learning tool into pre-service
teacher training courses”. Issues In Educational Research, 15(1), 101-113. Retrieved
Agustus 2015, dari http://www.iier.org.au/iier15/steketee

Rosenberg, Marc. 2001. E-Learning: Strategies for delivering knowledge in the Digital Age. The
MacGraw Hill Companies. USA

http://www.tonyblairfaithfoundation.org/page/about-face-to-faith. The Tony Blair Faith


Foundation: Face to Faith (Accessed September 2015)

Anda mungkin juga menyukai