di SMAN 3 Painan
oleh:
Mega Susilawati, M.Pd
Guru SMA Negeri 3 Painan
Diajukaan sebagai salah satu syarat mengikuti seleksi guru berprestasi 2016
di SMAN 3 Painan
oleh:
Abstract
Modern style in learning process nowadays has to find the effective way to connect the
learning income with the learning outcome. Students who learn English as their econd
or foreign Language have to find the way to practice their language with the one who
also learn it as their native, second or foreign language as well in discussing variety
topics in life. Students need to practice what they have learnt at school by having some
dialogues or discussion with others. Once the students have learnt the basic skills of
respectful dialogue, they can practice these skills on a videoconference that will
connect them directly with other Face to Faith students around the world. Using
simple internet technology, students can dialogue with other Face to Faith students
around the world, offering a vital opportunity for students to exchange views,
understand different perspectives and learn about one another's beliefs.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi merupakan sebuah inovasi teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data
dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan
(antickcanitide, 2012). Saat ini teknologi dalam dunia pendidikan telah merambah keberbagai
mata pelajaran termasuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan bantuan kemajuan dan
pemanfaatan teknologi, proses pembelajaran Bahasa Inggris akan menjadi lebih variatif dan
innovatif. Dengan memanfaat kan fungsi teknologi secara maksimal akan membantu dalam
menciptakan variasi dari segi materi ajar, bahan ajar, metode pembelajaran sampai dengan
strategi pembelajaran. Dan hal ini tentu nantinya akan membuat peserta didik lebih termotivasi
dan bersemangat untuk mempelajari Bahasa Inggris.
Saat ini, perkembangan konsep pembelajaran dan kemajuan teknologi telah diikuti oleh
perubahan dalam system pengajaran dan pembelajaran Bahasa disekolah. Menurut Rosenberg
(2001) kelas-kelas Bahasa telah berubah secara significant menjadi sebuah lingkungan belajar
yang lebih mengedepankan pembelajaran aktif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari
pembelajaran Bahasa dari proses sebelumnya yang hanya ber fokus pada penyampaian materi
tanpa melibatkan peserta didik secara aktif, atau dulu nya pembelajaran Bahasa masih berpusat
pada guru (teacher center) akan tetapi sekarang pembelajaran lebih dipusatkan atau ditekankan
pada keterlibatan peserta didik (student center).
Perubahan sistem ini menuntut penggunakan metode pengajaran yang lebih variatif
dengan mengkombinasikan sesi tatap muka dengan kegiatan yang bersifat online atau
memanfaatkan teknologi dalam penyampaian materi. Perkembangan penggunaan teknologi
dalam kelas-kelas Bahasa telah mampu merubah lingkungan/suasana pembelajaran Bahasa yang
dulunya kaku dan tidak interaktif menjadi lingkungan atau suasana yang lebih hidup dan
interaktif. Kecanggihan teknologi sangat membantu guru dalam mengaktifkan semangat dan
keinginan siswa untuk belajar sehingga pada akhirnya membuat peserta didik memiliki
keinginan yang kuat untuk belajar Bahasa. Akan tetapi fakta dilapangan masih menunjukkan
bahwa pengajaran Bahasa inggris disekolah masih dilaksanakan secara traditional dan
konvensional dalam kata lain guru belum memanfaatkan sumber-sumber pembelajaran yang
lebih interaktif. Hal ini menjadikan proses pembelajaran Bahasa ingrris disekolah membosankan
atau tidak menarik perhatian siswa sama sekali. Ketertarikan inilah nantinya yang akan
berdampak pada rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa dalam berbahasa Inggris. Selama ini
kemampuan berbahasa inggris siswa-siswa disekolah masih berorientasi pada kemampuan yang
bersifat teoritis saja, akan tetapi belum terlalu menyentuk aspek penerapan kemampuan
berbahasa itu sendiri yaitu: listening, speaking, reading dan writing yang lebih terpadu. Dari
permasalahan tersebut diatas, diharapkan guru dapat menerapakan sebuah kegiatan pembelajaran
yang akan mampu mengotimalkan ke empat kemampuan dasar berbahasa tersebut ditambah
dengan kemampuan berpikir kritis sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
peserta didik di era persaingan global ini.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini dibatasi pada:
1. Kompetensi siswa yaitu kemampuan listening, speaking, reading dan writing.
2. Kompetensi pada kemampuan listening yang ingin ditingkatkan adalah kemampuan dalam
memahami pesan yang disampikan oleh lawan bicara, kemampuan dalam merespon
pernyataan yang disampaikan, serta kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik
3. Kompetensi pada kemampuan speaking yang ingin ditingkatkan adalah kemampuan siswa
dalam menyampaikan ide tentan topik yang sedang didiskusikan.
4. Sedangkan untuk kemampuan reading dan writing siswa diharapkan akan memiliki
kemampuan dalam membaca sumber-sumber referensi dan mengorganisasikan/menyusun
ide-ide tersebut sesuai dengan tema-tema yang didiskusikan dalam kegiatan video
conference.
5. Kemampuan berpikir kritis juga nantinya diharapkan dapat ditingkatkan melalui kegiatan
video conference ini.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, pembatasan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka perumusan masalah pada penelitian sebagai berikut :
1. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan mendengar
(listening) siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
2. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan berbicara (speaking)
siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
3. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan membaca (reading)
siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
4. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan menulis (writing)
siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3 Painan ?
5. Apakah kegiatan Video Conference dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
(critical thingking) siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas X SMA N 3
Painan ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan kemampuan mendengar (listening) siswa kelas X SMA N 3 Painan
melalui kegiatan Video Conference.
2. Meningkatkan kemampuan berbicara (speaking) siswa kelas X SMA N 3 Painan melalui
kegiatan Video Conference.
3. Meningkatkan kemampuan membaca (reading) siswa kelas X SMA N 3 Painan melalui
kegiatan Video Conference.
4. Meningkatkan kemampuan menulis (writing) siswa kelas X SMA N 3 Painan melalui
kegiatan Video Conference.
5. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa kelas X SMA N 3
Painan melalui kegiatan Video Conference.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam memperluas wawasan untuk
dapat digunakan dalam memperbaiki pengajaran di masa yang akan datang.
2. Masukan bagi guru bidang studi Bahasa inggris dalam rangka mencari metode alternatif
untuk meningkatkan kompetensi siswa.
3. Bagi siswa, untuk menambah pengalaman belajar dalam menguasai konsep sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
4. Bagi sekolah, dapat meningkatkan prestasi siswa dan mutu pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris
Pada hakikatnya Bahasa inggris adalah alat berkomunikasi diantara warga masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, Bahasa inggris berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengakses,
menyimpan data dan berbagai informasi. Berpijak pada fungsinya maka tujuan pembelajaran
Bahasa Inggris dalam kurikulum yang berlaku saat ini mencakup (1) mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa tersebut baik lisan maupun tulisan, kemampuan
tersebut meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca
(reading) dan kemampuan menulis (writing); (2) menumbuhka kesadaran akan hakikat dan
pentingnya Bahasa inggris sebagai salah satu Bahasa asing yang menjadi alat utama belajar; (3)
mengembangkan pemahaman keterkaitan antara Bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala
budaya. Dengan demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam
keragaraman budaya.
Untuk mencapai tujuan pengajaran Mata pelajaran Bahasa inggris diperlukan saling
keterkaitan antar komponen dalam kurikulum. Adapun standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa Inggris SMA/MA :
Mendengarkan (listening): memahami berbagai makna (interpersonal, ideasional,
tekstual) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk
deskriptif, narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
Berbicara (speaking) Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal deasional,
tekstual) dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk
deskriptif, narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
Membaca (reading) Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal deasional, tekstual)
dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif,
narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
Menulis (writing) Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal deasional, tekstual)
dalam berbagai teks lisan interaksional dan monolog terutama yang berbentuk deskriptif,
narrative, procedure, news item, eksposisi, discussion dan review
2. Kemampuaan Terintegrasi (Terpadu)
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembeajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam inta mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat
memahani konsep konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
nyata yang menghubungkan antar konsep dalam inta mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran.
Beberapa pengertian dari konsep pembelajaran terintegrasi (terpadu) yang dikemukan
oleh beberapa pakar pembelajaran terpadu, diantaranya:
(1) Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan
variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang
dilaksanakan dalam suasana pendidikan progressif yaitu kurikulum terpadu
(integrated curriculum), hari terpadu (integrated day) dan pembelajaran terpadu
(integrated learning). Disini yang dimaksud dengan Integrated learning menunjuk
pada kegiatan belajar mengajar yang terorganisasi secara lebih terstruktur yang
bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya
(center core/center interest)
(2) Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses
pembelajaran dengan melibatkan/mengaitkan berbagai kemampuan dalam
mengolah sebuah konsep pembelajaran. Pendekatan belajar mengajar tersebut
diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta
didik. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan
anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pemahaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah mereka pahami.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
(1) Pembelajaran berpusat pada anak
(2) Menekankan pembentukkan pemahaman dan kebermaknaan
(3) Belajar melalui pengalaman langsung
(4) Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
(5) Sarat dengan muatan keterkaitan
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sutama (2014: 29)
karakter PTK secara garis besar yaitu:
1) Mengkaji permasalah situasional dan kontekstual
2) Adanya tindakan
3) Adanya evaluasi terhadap tindakan
4) Pengkajian terhadap tindakan
5) Adanya kerjasama
6) Dan adanya refleksi
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksakan pada pelajaran fisika di SMA N 3 Painan . Pemilihan tempat
penelitian didasarkan pada hal berikut yaitu: SMAN 3 Painan merupakan sekolah unggulan
kabupaten yang telah dilengkapi oleh sarana internet yang bagus sehingga penerapan proses
pembelajaran berbasis IT bisa dilaksanakan. Kemudian SMAN 3 Painan juga merupakan sekolah
yang mulai menapaki kerjasama dengan sekolah-sekolah unggul lainya baik itu yang ada
didalam negeri maupun sekolah0sekolah diluar negeri. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh satu teman sejawat sebagai observer yaitu
Ibu Darmayunita, S.Pd
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X. SMA N 3 Painan tahun ajaran 2015/2016
yang terdiri dari 4 kelas yaitu X.1, X.2, X.3 dan X.4
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini mengikuti empat tahapan yang lazim dilalui yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi , ke empat tahap dalam penelitian
tindakan tersebut membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan yang kembali kebentuk
asal (Arikunto dkk,2009:16).
Empat kegiatan utama yang lazim di lalui pada setiap siklus dalam penelitian tindakan
kelas (PTK) dapat di lihat dalam Gambar 5.
perencanaa
n
Refleksi Siklus I pelaksanaa
n
pengamatan
perencanaa
n
Refleksi Siklus pelaksanaa
II n
pengamatan
Gambar 5: siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto dkk,2009:16)
Secara jelas siklus yang terdiri dari empat langkah utama akan di jabarkan dalam dua
siklus pada penelitian tindakan kelas ini. Dimana langkah – langkah akan di tempuh sebagai
berikut :
Dari pemaparan proses yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah VC yang secara
nyata melibatkan teknologi dalam setiap proses nya, maka banyak manfaat yang didapat dari
pelaksanaan kegiatan ini, diantaranya:
1. Menjadi platform online untuk mendorong pembelajaran yang dilakukan guru disekolah
dan dapat menjadi cara yang lebih kreatif untuk melibatkan para siswa dalam
pembelajaran kolaboratif dan kognitif terdistribusi. Kegiatan video conference yang
mengintegrasikan teknologi dalam setiap tahapan kegiatannya diharapkan mampu
mendorong minat dan memotivasi siswa dalam mempelajari Bahasa Inggris.
Pembelajaran berbasis IT sangat ampuh dalam menumbuhkan motivasi siswa untuk
belajar.
2. Memberikan siswa jalur untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka baik yang ada
didalam negeri ataupun dengan teman-teman mereka di luar negeri dalam suasana
akademis. Dengan adanya program pendidikan berbasis IT seperti video conference
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dan beriteraksi secara lebih
real/nyata dengan siswa dari berbagai negara. Kesempatan yang sangat langka sekali bagi
siswa untuk dapat mempraktekkan kemampuan berbahasa inggris dengan orang luar
negeri, akan tetapi Video conference membuka peluang tersebut secara gratis.
3. Videoconference dapat menjadi media yang menjembatani anak-anak muda di dunia
untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Pemahaman antarbudaya dan
meningkatkan tolerasi agama adalah maksud dari komunikasi ini sehingga terbentuk
sikap yang saling menghormati dan memahami. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan
akan lahir sikap saling pengertian dan respek satu sama lain dan dapat menghapus
stereotipe-stereotipe negatif yang selama ini ada dengan satu tujuan yaitu terciptanya
perdamaian.
4. Mengajarkan siswa untuk memupuk sikap mau bekerja sama (berkolaborasi) dan
berinteraksi dengan orang luar tanpa memandang segala bentuk perbedaan. Dan juga
mengajarkan kepada siswa untuk menjadi pribadi yang menghargai perbedaan.
5. Video Conference mengajarkan siswa mampu berpikir kritis dalam memandang sebuah
permasalahan dan menjadi siswa yang mampu memberikan solusi terhadap sebuah
permasalahan dengan mengutamakan diskusi.
6. Khusus untuk kelas Bahasa, kegiatan VC sangat bermanfaat sekali sebagai media untuk
melatih kemampuan listening dan speaking siswa. Dengan adanya kegiatan saling
mendengarkan Bahasa Inggris baik itu dari sekolah-sekolah non-English speaking
country seperti: Jordan, Egypth, India dan bahkan biasa menjadi media pembelajaran
langsung mendengar dan berbicara dengan siswa-siswa dari English Speaking Country
seperti: USA, Europe dan Australia.
Dokumentasi Kegiatan (Persiapan (Pre-Activities)
Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum Video conference: siswa berdiskusi membahas topik
VC, siswa mempresentasikan bahan yang akan dibahas dalam VC berupa slides powerpoint
Kegiatan Inti (Whilst-Activities)
Beberapa photo kegiatan VC yang telah dilakukan:
1. SMAN 3 dengan SMAN 6 Padang, Indonesia
Siswa SMAN 3 Painan melakukan test VC dengan SMAN 6 Padang yang membahas
tentang National Holiday
2. SMAN 3 Painan dengan Islamic High School, Amman Jordan
“Siswa melakukan Video Conference dengan salah satu sekolah di Amman, Jordan dengan
topik School life and Community Service
3. SMAN 3 Painan dengan St.Monica College, Melbourne Australia
Antickcanitide. 2012. Pengertian ICT dan Sejarah Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) serta
penerapanya dalam dunia pendidikan. Retrieved Agustus 2015, dari
http://antickcanitide.wordpress.com/2012/11/05/pengertian-ict-dan-sejarah-teknologi-
informasi-komunikasi-tik-serta-penerapanya-dalam-dunia-pendidikan/
ELMO.2013. ICT Dalam Dunia Pendidikan. Retrieved Agustus 2015, dari Elmo Global:
http://www.elmoglobal.com/id/html/ict/01.aspx
Garcia, Antero, ed., 2014. Teaching in the Connected Learning Classroom. Irvine, CA: Digital
Media and Learning Research Hub.
Steketee, C. 2005. “Integrating ICT as an integral teaching and learning tool into pre-service
teacher training courses”. Issues In Educational Research, 15(1), 101-113. Retrieved
Agustus 2015, dari http://www.iier.org.au/iier15/steketee
Rosenberg, Marc. 2001. E-Learning: Strategies for delivering knowledge in the Digital Age. The
MacGraw Hill Companies. USA