Anda di halaman 1dari 7

8

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.

RINGKASAN
Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal
dengan banyak nama diberbagai daerah: aruan, haruan (Mly, Bjn), kocolan (Btw.), bogo
(Sd.), bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga
disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron
snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya Ophiocephalus striatus
(Channa striata).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dengan Formulasi Dan Uji
Kestabilan Fisik Gel Lendir Ikan Gabus (Channa Striata) Sebagai Obat Luka BakarIkan
gabus merupakan ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang
1 meter. berkepala besar dan agak gepeng mirip keapal ular (sehingga dinamai
snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig memanjang, seperti
peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi
atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap hitam kecoklatan atau
kehijauan. Si si bawah tubuh putih, mulai dari dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-
coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Formulasi Dan Uji Kestabilan
Fisik Gel Lendir Ikan Gabus (Channa Striata) Sebagai Obat Luka Bakar. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui uji kestabilan suatu zat merupakan
suatu yang harus diperhatikan dalam membuat suatu formulasi sediaan farmasi karena
suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu
yang cukup panjang untuk sampai ketangan konsumen. Oleh karena itu, penulis
membuat formula gel dari lendir ikan gabus (Channa striata) sebagai obat luka bakar
untuk diuji kestabilan fisik sediaan tersebut

Kata kunci maksimal 5 kata


Formulasi; Gel Lendir Ikan Gabus (Channa Striata); luka bakar

Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian
tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Negara Indonesia kaya akan bahan alam yang berkhasiat sebagai obat.
Pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan alam disebut dengan pengobatan
tradisional. Secara turun temurun masyarakat dibeberapa negara di Asia Tenggara
khususnya Indonesia telah banyak menggunakan obat tradisioanal. Salah satu bahan
alam yang berkhasiat adalah Ikan Gabus (Channa striata) sebagai alternatif
penyembuhan luka pasca operasi ataupun jenis luka terbuka lainnya (Dina, dkk. 2014).
Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan
kontak dengan sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan listrik),
hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis. Luka menyebabkan
gangguan pada fungsi dan struktur anatomi tubuh. Salah satu penanganan pada
penderita luka bakar yaitu mengobati luka dengan menggunakan sediaan topikal
(Inriani, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Dina rahmawanty (2014) “Formulasi Gel
Menggunakan Serbuk Daging Ikan Gabus (Channa striata) sebagai Penyembuh Luka”
bahwa daging ikan gabus (Channa striata) berkhasiat untuk penyembuhkan luka
9
karena mengandung albumin, dan pada penelitian yang dilakukan oleh Rosmala dewi
(2014) “Uji stabilitas fisik formula krim yang mengandung ekstrak kacang kedelai
(Glycine max)” dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% dan di uji kestabilan fisik
penyimpanan selama 8 minggu pada suhu tinggi (40o±2oC), suhu rendah (4o±2oC) dan
uji cycling. Berdasarkan penelitian sebelumnya uji kestabilan suatu zat merupakan
suatu yang harus diperhatikan dalam membuat suatu formulasi sediaan farmasi
karena suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan
waktu yang cukup panjang untuk sampai ketangan konsumen. Oleh karena itu,
penulis membuat formula gel dari lendir ikan gabus (Channa striata) sebagai obat luka
bakar untuk diuji kestabilan fisik sediaan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat stabil tidaknya suatu sediaan, maka dilakukan uji kestabilan fisik pada
formulasi gel lendir ikan gabus (Channa striata) sebagai obat luka bakar.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah formulasi sediaan gel lendir ikan gabus (Channa striata) efektif sebagai
obat luka bakar?
2. Apakah formulasi sediaan gel lendir ikan gabus (Channa striata) sebagai obat
luka bakar stabil secara fisik?
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui formulasi gel lendir ikan gabus (Channa striata) sebagai obat
luka bakar.
2. Untuk mengetahui kestabilan fisik sediaan gel lendir ikan gabus (Channa striata)
sebagai obat luka bakar.
URGENSI PENELITIAN
Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan
lendir ikan gabus (Channa striata) dalam bentuk sediaan gel sebagai obat luka bakar

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam bidang
yang diteliti. Bagan dapat dibuat dalam bentuk JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian
ini. Sumber pustaka/referensi primer yang relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian
pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun
terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Gabus
Ikan gabus merupakan ikan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga
mencapai panjang 1 m. berkepala besar dan agak gepeng mirip keapal ular
(sehingga dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat
gilig memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor
membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap hitam
kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dari dagu ke belakang. Sisi
samping bercoret- coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur (Dewi, Maryam
Kartika.
2011).
komponen bioaktif ikan gabus (Channa striata)
Diketahui bahwa ikan ini banyak mengandung albumin, salah satu jenis protein
penting. Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, terutama dalam proses
penyembuhan luka. Pemberian daging ikan gabus atau ekstrak proteinnya telah
dicobakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah dan membantu
penyembuhan beberapa penyakit. Daging ikan merupakan bahan biologik yang secara
kimiawi disusun protein, karbohidrat, lemak, vitamin, enzim dan sebagainya. Kadar
protein ikan 16-20% yang terdiri dari asam amino esensial dan non esensial (Dewi,
Maryam Kartika. 2011).
1
0

Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia yaitu
sekitar 55-60% dari protein serum yang terukur. Albumin terdiri dari rantai polipeptida
tunggal dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino (Dewi, Maryam
Kartika. 2011).
Lendir ikan gabus
Sistem integumen merupakan sistem penutup atau pembalut tubuh yang terdiri
dari kulit dan derivat-derivatnya. Sistem integument berfungsi dalam hal alat pertahanan
pertama terhadap parasit dan penyakit, penyesuaian terhadap kondisi lingkungan, alat
ekskresi dan osmoregulasi, dan alat pernafasan tambahan. Sistem integument terbagi menjadi
kulit dan derivat- derivatnya. Kelenjar lendir merupakan bagian dari derivat-derivatnya.
Kelenjar lendir dihasilkan pada lapisan dermis kulit. Lendir umumnya terdiri dari glikoprotein,
fungsinya untuk mengurangi gesekan, serangan predator, dan isolasi sel-sel permukaan dari
serangan bakteri. Pada lendir terdapat juga immunoglobulin berfungsi sebagai protein
tambahan terhadap infeksi (Helsi, 2016).
Gel
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang jernih dan tembus cahaya
yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Bahan pembentuk gel yang dapat
digunakan berupa makromolekul sintetik, seperti karbomer 934; derivate selulosa, seperti
karboksi metilselulosa, hidroksi metilselulosa; dan gum alami, seperti tragakan. Karbomer 940
akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya zat-zat alkali seperti
trietanolamin atau diisopropanolamin untuk membentuk suatu sediaan semi padat (Helsi,
2016).
Gel dapat mengembang ketika didiamkan, dan membentuk tiksotropik sehingga harus
dikocok sebelum digunakan untuk mengencerkan gel dan memungkinkan penuangan (Helsi,
2016).
Karakteristik Gel
Agen-agen pembentuk gel untuk penggunaan farmasetik dan kosmetik harus inert,
aman, non-reaktif dengan komponen-komponen formulasi lain. Potensial inkompabilitas
diilustrasikan dengan kombinasi sebuah obat kationik, pengawet, atau surfaktan dengan
pembentuk gel anionik. Penonaktifan atau presipitasi zat kationik bisa terjadi. Sodium alginate
telah terbukti mengurangi konsentrasi pengawet kationik dalam larutan, serta kompleks
dengan klorpheniramin, dengan megurangi laju pelepasan obat dari formulasi gel. Polieter
telah terbukti berinteraksi dengan fenol dan asam karboksilat, yang mangarah pada
berkurangnya potensi obat (Lieberman, dkk. 1996).
Gel harus menunjukkan sedikit perubahan viskositas di bawah variasi suhu penggunaan
dan penyimpanan normal. Misalnya, plastibase menunjukan lebih sedikit penurunan
konsistensi petrolatum dibanding kisaran suhu yang sama. Ini meminimalisir perubahan yang
tidak diterima dalam karakteristik produk (Lieberman, dkk. 1996).
Banyak gel, khususnya yang bersifat polisakarida, rentan terhadap degradasi oleh
mikroba. Dimasukkannya bahan pengawet yang sesuai dapat mencegah kontaminasi dan
kehilangan karakteristik gel karena serangan mikroba (Lieberman, dkk. 1996).
Karakteristik gel harus cocok dengan penggunaan yang dimaksudkan. Gel topikal tidak
boleh merekat. Konsentrasi pembentuk gel yang terlalu tinggi atau penggunaan berat
molekul berlebih bias menghasilkan gel yang sulit didispersi atau diaplikasikan. Gel opta
1
1

lmik harus steril. Para konsumen cenderung lebih memilih produk gel dengan kejernihan optik
tinggi. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk gel yang stabil, elegan, ekonomis dan
cocok untuk pengguanaa yang dimaksudkan (Lieberman, dkk. 1996).

Pembuatan Gel
Beberapa magma dan gel (anorganik) dibuat baru dengan pendapatan fase terdispersi
untuk mendapatkan derajat halus bagian partikel dan karakter tersebut yang menyerupai
gelatin. Endapan yang menyerupai gelatin yang diinginkan dihasilkan apabila larutan bahan
anorganik bereaksi membentuk bahan kimia tidak larut yang memiliki daya tarik terhadap
air. Karena partikel mikrokristalin endapan berkembang, partikel tersebut mengikat air dengan
kuat untuk menghasilkan partikel menyerupai gelatin, yang dikombinasikan untuk membentuk
endapan menyerupai gelatin yang diinginkan. Magma dan gel lain dapat dibuat dengan hidrasi
secara langsung bahan kimia anorganik, yang memproduksi fase disperse. Pada penambahan
pembawa air, bahan lain seperti propilenglikol, propilgalat dan hidroksipropilselulosa dapat
juga digunakan untuk meningkatkan pembentuk gel (Helsi, 2016).
Karena derajat penarikan air yang tinggi antara fase disperse dan medium disperse,
pada magma dan sel, sediaan tersebut masih bertahan seragam dalam pendiaman dengan
sedikit pengendapan pada fase terdispersi, akan tetapi ada pendiaman dalam jangka panjang,
tetapi keseragaman sedikit mudah di capai kembali dengan pengocokan ringan. Untuk
menjamin keseragaman dosis, magma dan gel harus dikocok sebelum digunakan dan
pernyataan mengenai hal tersebut harus dicantumkan pada label sediaan. Magma dan gel
yang mengandung obat biasanya digunakan secara oral untuk mendapatkan fase terdispersi
(Helsi,
2016).
Basis Gel
Penyerapan senyawa pada pemberian transdermal berkaitan dengan pemilihan bahan
pembawa sehingga bahan aktif dapat berdifusi dengan mudah ke dalam struktur kulit.
Bahan pembawa dapat mempengaruhi keadaan dengan mengubah permeabilitas kulit
dalam batas fisiologik dan bersifat reversible terutama dengan meningkatkan kelembaban
kulit (Helsi,
2016).
Berdasarkan komposisinya, basis gel dapat dibedakan menjadi basis gel hidrofobik
dan basis gel hidrofilik.
a. Basis Gel Hidrofobik
Basis gel hidrofobik terdiri dari partikel-partikel anorganik. Apabila ditambahkan
ke dalam fase pendispersi, bilamana ada, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase.
Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, harus
diransang dengan prosedur yang khusus (Ansel. 1989).
b. Basis Gel Hidrofilik
Basis gel hidrofilik umumnya adalah molekul-molekul organik yang besar dan dapat
dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi, istilah hidrofilikk berarti suka
pada pelarut. Pada umumnya karena daya tarik menarik pada pelarut dari bahan bahan
hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik, sistem
1
2

koloidhidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar
(Ansel. 1989).

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat
berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas,
mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan. Di
bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian
yang diusulkan.
METODE
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen laboratorium pada bidang teknologi
sediaan farmasi untuk mengetahui apakah sediaan gel lendir ikan gabus (Channa striata) dapat
mempercepat penyembuhan luka bakar.
2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dimulai pada bulan april 2019 sampai selesai. Tempat pelaksanaan penelitian
adalah dilaboratorium Tekhnologi Farmasi Universitas Megarezky.
3 Sampel
Sampel yan digunakan dalam penelitian ini adalah lendir ikan gabus (Channa striata)
4 Alat dan Bahan yang Akan Digunakan
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tabung reaksi (Pyrex), gelas
piala (Pyrex), lumpang dan alu, gelas ukur (Pyrex), climatic chamber, kulkas (Polytron),
labu erlenmeyer (Pyrex),
penangas air, timbangan analitik (Henherr scaler).
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lendir ikan gabus (Channa
striata), aluminium foil, air suling, karbopol, trietanolamin, gliserin, natrium benzoat.
5 Prosedur kerja
A. Penyiapan alat dan bahan
Disiapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan penelitian yang akan dilaksanakan.
B. Pengambilan Sampel
Sampel ikan gabus (Channa striata) yang digunakan adalah ikan yang diperoleh dari
Desa Lanca, Kecematan Tellusiatting, Kabupaten Bone, Sulawesi selatan. Sebelum penelitian
dimulai, terlebih dahulu dilakukan pemilihan ikan gabus yang segar dan berkualitas baik.
Setelah didapatkan ikan gabus yang segar dan berkualitas baik, ikan tersebut dimasukkan
kedalam air bersih yang telah diberi garam NaCl. Setelah dilakukan perendaman, kemudian
diangkat dan dilakukan pemisahan lendir dari permukaan kulit ikan gabus. Setelah lendir ikan
didapatkan, selanjutnya dilakukan proses penguapan dimana ikan gabus (Channa striata)
disimpan dalam gelas, lalu diuapkan dengan suhu (40oc) kemudian lendir ikan ditampung pada
wadah yang bersih ( Hendry, dkk. 2009 ).
1
3

C. Pengolahan Sampel
Setelah diperoleh bahan dasar sampel penelitian, selanjutnya lendir dimasukan ke
dalam tabung untuk kemudian dilakukan proses sentrifuge.
D. Pembuatan Sediaan Gel
Sediaan gel yang akan dibuat sebanyak 100 gram. Carbopol dikembangkan dalam air
dingin hingga mengembang kemudian diaduk sambil ditambahkan trietanolamin sedikit demi
sedikit hingga terbentuk massa gel. Selanjutnya ditambahkan gliserin dan lendir ikan
gabus (Channa striata) masing – masing pada formula 1 tanpa lendir ikan gabus yaitu sebagai
pembanding, formula 2 5%, formula 3 10%, formula 4 15% kedalam massa gel sambil terus
diaduk. Natrium benzoat yang telah dilarutkan dalam air panas, ditambahkan kedalam massa
gel dan terus diaduk, kemudian ditambahkan olium citrus sambil tetap di aduk hingga
homogen. Setelah semua tercampur dengan baik, sediaan tersebut dimasukkan kedalam
wadah (Fina ulviani, 2016)
E. Uji Kestabilan Fisik Gel
1. Pengamatan Organoleptik sediaan
Evaluasi organoleptis secara visual mulai dari tekstur, warna dan bau dari gel.
Ketidakstabilan fisika dari sediaan gel ditandai dengan adanya pemucatan warna atau
munculnya warna yang berbeda dari sebelumnya, timbul bau dan tekstur yang berubah (Fina
ulviani, 2016).
2. Pengujian homogenitas sediaan
Gel dioleskan pada kaca transparan dimana sediaan diambil 3 bagian yaitu atas, tengah
dan bawah. Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya butiran kasar (Nutrisia, 2015)
3. Pengukuran pH sediaan gel
pH sediaan gel diukur dengan menggunakan alat pengukuran pH yang dilakukan dengan
cara mencelupkan katoda pH meter ke dalam sediaan gel. pH gel yang baik adalah yang
hamper sama atau mendekati pH kulit berkisar antara 4,5-6,5 (Nutrisia, 2015).
4. Pengukuran daya sebar
Ditimbang sediaan gel lendir ikan gabus sebanyak 0,5 g, kemudian diletakkan pada
permukaan lempeng kaca dengan hati-hati. Selanjutnya ditutupi dengan lempeng kaca yang
lain dan digunakan pemberat diatasnya kemudian diukur diameter penyebarannya setelah 1
menit. Hasil daya sebar sediaan gel termasuk dalam standar SNI adalah antara
5,54-6,08 cm (Nutrisia, 2015).
5. Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menempatkan sampel dalam viscometer hingga
spindel terendam. Spindel diatur dengan kecepatan 50 rpm. Pengujian viskositas dilakukan
untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas,
makin besar tahanannya (Nutrisia, 2015).

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL
1
4

Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. …………………………………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………… dst.

Anda mungkin juga menyukai