Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber-sumber energi terbarukan mendapat sebuah perhatian serius seiring
dengan peningkatan jumlah penduduk dan berkurangnya cadangan minyak bumi
sebagai suatu sumber energi utama yang dapat dikonsumsi oleh penduduk dunia.
Ketergantungan terhadap minyak bumi ini sudah saatnya dikurangi dengan cara
mengembangkan sumber energi alternatif yang memiliki sifat dapat diperbaharui.
Minyak nabati memiliki potensi yang cukup besar sebagai bahan bakar altenatif
mesin diesel. Indonesia sebagai negara yang kaya sumber minyak nabati memiliki
peluang yang besar untuk mengembangkan penggunaan bahan bakar alternatif ini.
Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar mesin diesel dapat secara
langsung mengalami kendala karena viskositasnya yang tinggi (11-17 kali lebih
besar dari petroleum diesel), adanya asam lemak bebas dan volatilitas yang rendah.
Hal ini menyebabkan pembakaran kurang sempurna dan membentuk deposit pada
ruang bakar. Minyak nabati harus diubah menjadi bentuk lain untuk menurunkan
viskositas, meningkatkan volatilitas dan menghilangkan asam lemak bebas. Cara
yang dilakukan adalah mengubahnya menjadi biodiesel (Hidayati dkk, 2017).
Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati maupun lemak hewan, namun
yang paling umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah
minyak nabati. Biodiesel biasa disebut juga sebagai fatty acid methyl ester yaitu
bentuk ester dari asam lemak. Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang
disebut esterifikasi ataupun transesterifikasi. Proses ini menghasilkan dua produk
yaitu metil ester dan gliserol yang merupakan produk samping. Bahan baku utama
untuk pembuatan biodiesel ini antara lain minyak nabati, minyak hewani, lemak-
lemak bekas dengan mengacu pada karakteristik bahan baku masing-masing.
Minyak jagung merupakan minyak yang kaya akan asam lemak tidak jenuh,
yaitu asam oleat dan linolenat. Kedua asam lemak dapat menurunkan kolesterol
darah dan menurunkan resiko serangan jantung koroner. Minyak jagung juga kaya
vitamin E yang berfungsi untuk fungsi stabilitas terhadap ketengikan. Kandungan
yang ada didalam minyak jagung terdapat vitamin-vitamin yang terlarut yang dapat
digunakan juga sebagai bahan non pangan yaitu obat-obatan. Minyak jagung dapat
digunakan sebagai alternatif untuk pencegahan penyakit jantung koroner. Hal yang
perlu diperhatikan selain keuntungan dari minyak jagung adalah bahwa jagung
masih jarang dimanfaatkan untuk produksi minyak jagung di Indonesia.
Minyak jelantah dapat diubah menjadi biodiesel (alkil ester) melalui proses
transesterifikasi. Minyak jelantah sebagai sumber trigliserida direaksikan dengan
alkohol menghasilkan campuran alkil ester dan gliserol dengan bantuan basa kuat
sebagai katalis. Katalis yang biasanya digunakan dalam reaksi transesterifikasi
adalah senyawa alkoksida logam seperti NaOH dan KOH (Hambali dkk, 2016).
beberapa aspek yang mempengaruhi proses transesterifikasi minyak nabati, yaitu
pemilihan katalis, rasio molar alkohol/minyak nabati, kemurnian reaktan, dan suhu.
Penelitian pembuatan metil ester ini berbahan baku minyak jagung bekas dengan
menggunakan variasi katalis yaitu NaOH dan KOH. Hal ini dilakukan agar dapat
melihat pengaruh katalis NaOH dan KOH terhadap metil ester yang telah dibuat.

1.2. Rumusan Masalah


1) Bagaimana pengaruh variasi katalis terhadap konversi minyak jagung bekas
menjadi metil ester?
2) Bagaimana pengaruh variasi katalis terhadap densitas metil ester?
3) Bagaimana pengaruh proses absorpsi dengan bentonit terhadap viskositas
bahan dan metil ester yang dihasilkan?
1.3. Tujuan
1) Mengetahui pengaruh variasi katalis terhadap konversi minyak jagung
bekas menjadi metil ester.
2) Mengetahui pengaruh variasi katalis terhadap densitas metil ester.
3) Mengetahui pengaruh proses absorpsi dengan bentonit terhadap viskositas
bahan dan metil ester yang dihasilkan.

1.4. Hipotesa
1) Penggunaan katalis NaOH akan menghasilkan konversi metil ester yang
lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan katalis KOH.
2) Penggunaan katalis KOH akan menghasilkan metil ester dengan densitas
yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan katalis NaOH.
3) Penggunaan bentonit dalam proses absorpsi akan menurunkan viskositas
minyak sehingga dapat sesuai dengan standar mutu metil ester.

1.5. Ruang Lingkup


Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan variasi jenis katalis
yang digunakan adalah katalis NaOH dan KOH. Hasil produk metil ester akan
dilakukan uji densitas, uji viskositas, dan uji bakar. Proses pretreatment minyak
jagung jelantah menggunakan absorpsi dengan bentonit untuk menurunkan
viskositas hingga sesuai standar mutu metil ester. Proses dengan reaksi
transesterifikasi dilakukan untuk menghasilkan produk metil ester dan produk
samping berupa gliserol. Proses pemurnian metil ester dengan cara memisahkan
gliserol dan metil ester setelah didiamkan selama 18 jam, kemudian metil ester
dicuci dengan menggunakan aquadest untuk mendapatkan metil ester yang murni.

1.6. Manfaat
1) Untuk mengetahui pengaruh variasi katalis terhadap konversi minyak
jagung bekas menjadi metil ester.
2) Untuk mengetahui pengaruh variasi katalis terhadap densitas metil ester.
3) Untuk mengetahui pengaruh proses absorpsi dengan bentonit terhadap
viskositas bahan dan metil ester yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai