Anda di halaman 1dari 60

FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU

MENYUSUI USIA KURANG DARI 20 TAHUN DI PUSKESMAS PUJON


KABUPATEN MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH:
FARAH ARINA PRAMUDITHA
NIM P17311175028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2019

i
PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU


MENYUSUI USIA KURANG DARI 20 TAHUN DI PUSKESMAS PUJON
KABUPATEN MALANG

Proposal skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Terapan Kebidanan

DISUSUN OLEH:
FARAH ARINA PRAMUDITHA
NIM P17311175028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2019

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : FARAH ARINA PRAMUDITHA


NIM : P17311175028
Judul Skripsi : Faktor penyebab kegagalan ASI Eksklusif pada ibu menyusui usia
kurang dari 20 tahun di Puskesmas Pujon Kabupaten Malang

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tulisan dalam


proposal skripsi ini adalah benar-benar asli hasil pemikiran kami sendiri,
sepanjang pengetahuan kami belum ada karya ilmiah yang serupa yang ditulis
oleh orang lain. Apabila nanti terbukti bahwa proposal skripsi ini tidak asli atau
disusun oleh orang lain atau hasil menjiplak karya orang lain baik sebagian atau
seluruhnya, maka kami bersedia untuk menerima sangsi sesuai peraturan yang
berlaku.

Malang, 2018
Yang membuat pernyataan

Farah Arina Pramuditha

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Penelitian dengan Judul Faktor Penyebab Kegagalan ASI Eksklusif pada
Ibu Menyusui Usia kurang dari 20 Tahun di Puskesmas Pujon Kabupaten Malang
oleh Farah Arina Pramuditha, NIM: P17311175028 ini telah dipertahankan di
depan Dewan Penguji Ujian Proposal pada tanggal 19 Maret 2019.

Dosen Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Wandi, S.Kep,Ners.,M.Pd Ita Yuliani, SST M.Keb Ardi Panggayuh, S.Kp., M.Kes
NIP. 19620202 198802 1 001 NIK. 89032217 NIP. 19630701 198803 1 004

Mengetahui

Ketua Program Studi Sarjana Terapan


dan Profesi Bidan Malang

Ika Yudianti, SST., M.Keb


NIP. 198007272003122002

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Faktor
Penyebab Kegagalan Asi Eksklusif Pada Ibu Menyusui Usia Kurang Dari20
Tahun” sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Terapan
Kebidanan pada Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Malang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang, yang telah memberikan kesempatan menyusun proposal skripsi ini.
2. Herawati Mansur, S.ST., S.Psi., M.Pd. Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ika Yudianti S. Ketua Program Sarjana Terapan Kebidanan Malang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan kesempatan
menyusun proposal skripsi ini.
4. Ardi Panggayuh, S.Kp., M.Kes, selaku Pembimbing Utama.
5. Tri Mardiyanti, SST., M.Mid, selaku Pembimbing Pendamping.
6. Orang tua, yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil.
7. dr. Wiwit Wijayanti, selaku kepala Puskesmas Pujon.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penyusunan proposal
skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga proposal skripsi ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.

Malang, 2018

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Konsep Dasar ASI Eksklusif....................................................... 4
2.2 Sepuluh Langkah menuju Keberhasilan Menyusui .................... 12
2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ... 13
2.4 Tinjauan Mengenai Ibu dengan Usia Kurang dari 20 tahun ....... 18
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 21
3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 21
3.2 Kerangka Operasional ................................................................. 22
3.3 Populasi, Sampel, Teknik Sampling ........................................... 23
3.4 Kriteria Sampel. .......................................................................... 24
3.5 Variabel Penelitian. ..................................................................... 24
3.6 Definisi Operasional Variabel ..................................................... 25
3.7 Tempat dan Waktu ...................................................................... 27
3.8 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 27
3.9 Instrumen Penelitian.................................................................... 27
3.10 Metode Pengolahan Data .......................................................... 28
3.11 Analisa Data .............................................................................. 28
3.12 Etika Penelitian ......................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 30
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi ASI. ......................................................................... 6


Tabel 2.2 Tanda Isapan Efektif dan Tidak Efektif. ................................... 9
Tabel 2.3 Tanda Peleketan yang Baik atau Buruk. ................................... 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional Faktor Penyebab Kegagalan ASI
Eksklusif pada Ibu Menyusui Usia Kurang dari 20 tahun ....... 23

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Payudara ................................................................ 7
Gambar 2.2 Pelekatan yang Baik dan buruk dalam Mulut Bayi .............. 10
Gambar 2.3 Tanda Eksternal Pelekatan yang Baik dan Buruk ................ 11
Gambar 2.4 Posisi Tepat Ibu dan Bayi ..................................................... 12
Gambar 2.5 Kerangka Konsep Faktor Penyebab Kegagalan ASI
Eksklusif pada Ibu Menyusu Usia Kurang dari 20 tahun di
Polindes Pujon Kidul Kabupaten Malang ............................ 19
Gambar 3.2 Kerangka Operasional Faktor Penyebab Kegagalan ASI
Eksklusif pada Ibu Menyusu Usia Kurang dari 20 tahun di
Polindes Pujon Kidul Kabupaten Malang ............................ 20

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Proposal Skripsi


Lampiran 2 Pernyataan Kesediaan Membimbing
Lampiran 3 Pernyataan Kesediaan Membimbing
Lampiran 4 Formulir Persetujuan Judul Prposal
Lampiran 5 Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 6 Penjelasan Mengikuti Penelitian
Lampiran 7 Permohonan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8 Informed Consent
Lampiran 9 Instrumen Penelitian
Lampiran 10 Lembar Konsultasi

x
DAFTAR SINGKATAN

AAP = American Academy of Pediatrics


AKB = Angka Kematian Bayi
AKBa = Angka Kematian Balita
ASFR = Age Specific Fertility Rate
ASI = Air Susu Ibu
Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah
BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BPS = Badan Pusat Statistik
FIL = Feedback Inhibitor of Lactation
IBM = Integrated Behavior Model
KEK = Kekurangan Energi Kronis
LBW = Low Birth Weight
MDGs = Millennium Development Goals
MP-ASI = Makanan Pengganti ASI
PAPM = The Precaution Adoption Process Model
PT = Perguruan Tinggi
PUS = Pasangan Usia Subur
RW = Rukun Warga
SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SD/MI = Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah
SMA/SMK = Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan
SMP/MTs = Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Susenas = Survei Sosial Ekonomi Nasional
TPB = Theory of Planned Behavior
TRA = Theory of Reasoned Action
UMK = Upah Minimum Kota
UNICEF = The United Nation Children’s Fund
WHO = World Health Organization
WNA = Warga Negara Asing
WNI = Warga Negara Indonesia

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan
makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan,
kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI
eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi
sampai bayi berusia 2 tahun. (WHO, 2013).
Manfaat pemberian ASI eksklusif yaitu mengurangi tingkat kematian
anak dan meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2013) menyatakan sekitar
15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara
berkembang disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif.
Berbagai masalah gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari
pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan. ASI memiliki efek
manfaat dalam waktu panjang bagi masa depan anak, seperti menurunkan
risiko beberapa penyakit infeksi termasuk diare dan juga beberapa penyakit
degeneratif seperti obesitas. Sedangkan bagi ibu yaitu membantu kelancaran
produksi ASI, sebagai metode alami pencegahan kehamilan dalam 6 bulan
pertama setelah kelahiran, dan membantu mengurangi berat badan lebih
cepat setelah kehamilan. Oleh karena itu berbagai badan duniaseperti WHO,
UNICEF, dan AAP konsisten menggalakkan berbagai upaya untuk
meningkatkan kesadaran memberikan ASI eksklusif bagi bayi sebagai
bagian dari program yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak
dalam upaya menurunkan AKB (WHO, 2016).
Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data yang
diperoleh Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat
ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 74 %. Cakupan tersebut
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun 2011 (61,5%).
Secara keseluruhan pencapaian di Jawa Timur (74%) belum memenuhi
target yang telah ditetapkan (80%). Ada 15 kabupaten/kota yang sudah
memenuhi target, sedangkan 23 kabupaten/kota lainnya belum mencapai
target (Profil Kesehatan, 2016)
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Pujon terdapat 10
wilayah desa dengan presentase ibu memberikan ASI Eksklusif umur0-6
bulan pada bulan Desember 2018 sebesar 32,8% yang berarti dapat
disimpulkan bahwa pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah dari
target capaian ASI Eksklusif sebesar 80%.Berdasarkan informasi yang
didapatkan dari salah satu bidan wilayah Puskesmas Pujon menyatakan dari
72 ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun, hanya 26 ibu yang memberikan
ASI Eksklusif dan ternyata pada kelompok usia tersebut banyak ditemukan
pemberian susu formula.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada
bayi usia 0-6 bulan. Penelitian februhartanty (2008) menyatakan bahwa
kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin

1
2

penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak


difasilitasi melalui IMD. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan
dan pengalaman ibu sangat penting dalam menentukan pemberian ASI
eksklusif pada bayinya.
Penelitian oleh Brownell,dkk(2002) dalam Restu(2014)menyatakan
bahwa halangan terbesar bagi ibuusia remaja (15-21 tahun) keturunan
Afrika-Amerika di Florida untuk menyusui adalah rasa sakit, malu,
ketakutan akan rusaknya bentuk payudara, dan kurangnya ketertarikan
untuk menyusui. Pada sisi lain di peroleh fakta bahwa responden tersebut
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai manfaat dari ASI. Reni (2013)
memperoleh data bahwa hanya 37,5%di wilayah kerja Puskesmas Bentiring
Provinsi Bengkulu, ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun yang menyusui
bayinya. Lebih lanjut Hidayati (2014) berpendapat bahwa umur yang kurang
dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik mental dan
psikologi dalam menghadapi kehamilan persalinan serta pemberian ASI.
Sehingga jelas diperlukan proses intervensi lebih lanjut untuk mendorong
ibu dengan usia dibawah 20 tahun dalam pemberian ASI Ekslusif.
Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya
adalah rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manafaat
ASI dan cara menyusui yang benar, faktor sosial budaya, gencarnya
pemasaran susu formula, dan faktor ibu yang bekerja.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui
faktor penyebab kegagalan ASI Eksklusif pada ibu menyusui usia kurang
dari 20 tahun di Puskesmas Pujon.

1.2 Rumusan Masalah


Apa faktor penyebab kegagalan ASI Eksklusif pada ibu menyusui usia
kurang dari 20 tahun di Puskesmas Pujon?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kegagalan ASI
Eksklusif pada ibu menyusui usia kurang dari 20 tahundi Puskesmas Pujon.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor predisposisi pengetahuan pada ibu menyusui usia
kurang dari 20 tahun.
b. Mengidentifikasi faktor predisposisi sikap pada ibu menyusui usia
kurang dari 20 tahun.
c. Mengidentifikasi faktor predisposisi pekerjaan pada ibu menyusui usia
kurang dari 20 tahun.
d. Mengidentifikasi faktor pemungkin rawat gabung pada ibu menyusui
usia kurang dari 20 tahun.
e. Mengidentifikasi faktor pemungkin keterpaparan susu formula pada ibu
menyusui usia kurang dari 20 tahun.
f. Mengidentifikasi faktor penguat dukungan suami pada ibu menyusui usia
kurang dari 20 tahun.
3

g. Mengidentifikasi faktor penguat dukungan keluarga pada ibu menyusui


usia kurang dari 20 tahun
h. Mengidentifikasi faktor penguat dukungan petugas kesehatan pada ibu
menyusui usia kurang dari 20 tahun
i. Mengidentifikasi faktor penguat dukungan teman pada ibu menyusui usia
kurang dari 20 tahun
j. Mengidentifikasi faktor penguat keterpaparan informasi ASI pada ibu
menyusui usia kurang dari 20 tahun

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaatbagi pihak-pihak berikut:
1.4.1 Bagi masyarakat
a. Masyarakat utamanya ibu menyusui dengan usia kurang dari 20 tahun
mengetahui faktor apasaja yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI
eksklusif dan sebagai masukan tentang tujuan dan manfaat dari ASI
eksklusif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu
mengenai ASI, sehingga ibu mempunyai kesadaran untuk memberikan
ASI kepada bayinya secara eksklusif.
b. Masyarakat terutama orang-orang disekitar ibu dengan usia kurang dari
20 tahun agar dapat membantu memberikan dukungan pada ibu
menyusui usia kurang dari 20 tahun
1.4.2 Bagi instansi kesehatan
a. Memberikan bahan masukan bagi instansi kesehatan dalam menyusun
strategi langkah intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan cakupan
ASI eksklusif terutama pda ibu menyusui dengan usia kurang dari 20
tahun.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam upaya preventif
mengurangi angka kematian bayi dengan jalan meningkatkan cakupan
ASI eksklusif
1.4.3 Bagi peneliti .
a. Menambah wawasan terkait faktor yang terlibat dalam kegagalan ASI
Eksklusif pada ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar ASI Eksklusif


2.1.1 Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada anaknya
langsung setelah lahir sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun (Roesli, 2008). Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi
esensisal yang mengandung sel-sel darah putih, immunoglobulin, enzim,
hormone dan protein spesifiks sertazat gizi lainnya yang diperlukan untuk
kelangsungan tumbuh kembang kehidupan bayi (Sherwood, 2012). Nutrisi
merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan yang optimal yang
dijadikan indicator dari keberhasilan atas pemberian asupan gizi yang baik
(Sjarif dkk, 2014). Air Susu Ibu (ASI) dikategorikan sebagai makanan
terbaik bayi yang merupakan karunia Tuhan dan tidak dapat dititru oleh
para ahli makanan manapun karena kompisisinya selalu berubah
disesuaikan denga pertumbuhan bayi dari hari ke hari (Pratiwi dan
Mardiana, 2016)
2.1.2 Manfaat ASI dan Menyusui
Menyusui memiliki banyak manfaat yang dapat ditinjau dari
beberapa aspek, apabila dilihat dari komposisinya, ASI mengandung
kolostrum yang merupakan cairan pelindung bayi yang kaya akan zat anti-
infeksi, protein tinggui dan garam anorganik.kolostrum ini merupakan air
susu pertama yang keluar 1-2 hari stelah ibu melahirkan dan berwarna
kekuningan. ASI pun mengandung taurin yang berfungsi sebagai neuro
transmiter serta berperan dalam prroses maturasi sel otak, susunan saraf
serta pertumbuhan retina (Utami, 2008). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) menyebutkan bahwa kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding
susu formula. Tinggi kadar lemak ini dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa ini (Nurbaeti, 2013).
Apbila dilihat dari segi psikologi, interaksi antara ibu dan bayi akan
menumbuhkan ikatan kasih sayang dan rasa nyajma yang timbuk karena
adanya sentuhan kulit antara keduanya (skin to skin contact). Bayi pun
akan merasa aman karena mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi dalam kandungan (Depkes RI, 2001).
Jika ditinjau dari segi ekonomi, menyusi secara eksklusif sangat
praktis, mudah diberikan dan akan menghemat pengeluaran rumah tangga
karena ibu tidak membutuhkan biaya tambahan.
Menyusui secara eksklusif dapat menunda kehamilan karena
merupakan alat kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan istilah Metode
Amonerea Laktasi (MAL) (Depkes RI, 2001).

4
5

2.1.3 Jenis dan Kandungan ASI


Menurut WHO (2009) ASI menjadi 3 jenis seuai hari menyusui
yang juga memiliki perbedaan pada kandungan nutrisinya. Jenis ASI
berdasarkan hari susunan tersebut adalah sebagai berikut
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI dalam jumlah kecil yaitu sekitar 40-50 ml
yang keluar pada 2-3 hari pertama menyusui. Kolsotrum mengandung
zat yang amat dibutuhkan bayi seperti IgA, sel darah putih, vitamin
larut lemak (vitamin A, E, dan K), dan presentasi protein tinggi
dibandingkan SI pada masa selanjutnya. Sedangkan kandungan
Immunoglobulin A (IgA), laktoferin, dan sel darah putih berperan
pentingbagi imunitas bayi ketika pertama kali terpaparoleh
mikroorganisme dari lingkungan. Lemak dalam kolostrum juga
mengandung kolestrol dan lecithin yang lebih banyak dibandingkan
ASI pada tahap selanjutnya sehingga dapat memenuhi kebuthan energy
bayi baru lahir (Prasetyo, 2012; WHO, 2009). Vitamin A sangat
penting perannya bagi proteksi mata dan ontegritas danpermukaan sel
epitel. Vitamin A inilah yang membuat penampakan kolostrum
berwarna kekuningan (WHO, 2009) dan dapat menyebabkan beberapa
orang salah mempresepsikannya sebagai ASI yang basi dan otor
sehingga memilih tidak memberikan kolostrum tersebut pada bayinya
(Gulo, 2002). ASI mulai banyak diproduksi antara hari kedua dan
keempat setelah pemberian pertama. Hal ini menyebabkan payuda
teras penuh.
b. ASI transisi (transitional)
ASI yang diproduksi dari hari ketujuh hingga keempat belas
c. Mature milk
Mature milk merupakan ASI setelah dua minggu susuan
Sedangkan berdasarkan Prasetyo (2012) ASI berdasarkan waktu
produksi di bagi menjadi tiga jenis pula yaitu :
a. Kolostrum
Kolsotrum sebagai laktasif membersihkan dan melapisi
mekonium usus bayi sebagai persiapan bagi saluran pencernaan bayi
untuk menerima makanan selanjutnya. Kolostrum juga mengandung
tripsin inhibitor yang menyebabkan protein terhidrolisis kurang
sempura, namun halini justru menyebabkan peningkatan kadar
antibodi pada bayi.
b. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut foremilk atau susu
awal yang terlihat lebih encer dari kolostrum dengan lemak hanya
sebesar 1-2% lemak. Terdapat dengan jumlah yang sangat banyak
membuat formilk dapat membantu menghilangkan rasa haus bayi.
6

c. Hindmilk
Setelah foremilk habis keluarlah hindmilk yang merupakan
penutup pada saat menyusui selesai. Hindmilk sangat kaya,kental
mengandung lemak dan bervitamin. Air susu ini pula yang
memberikan energy yang dibutuhkan bayi.
Kandungan ASI dlihat dari umur bayi hingga usia 1 tahun atau 12
bulan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 komposisi ASI
Vitamin Vitamin Vitamin
Age Energy Protein Calcium Iron Zinc
A D B6
(month) (kcal/gr) (g/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
(µmol/l) (ng/l) (mg/l)
1 0.67 11 1.7 645 0.13 266 0.5 2.1
2 0.67 9 1.7 645 0.13 259 0.4 2
3 0.67 9 1.7 645 0.13 253 0.4 1.5
4 0.67 8 1.7 645 0.13 247 0.35 1.2
5 0.67 8 1.7 645 0.13 241 0.35 1
6 0.67 8 1.7 645 0.13 234 0.3 1
7 0.67 8 1.7 645 0.13 228 0.3 0.75
8 0.67 8 1.7 645 0.13 22 0.3 0.75
9 0.67 8 1.7 645 0.13 215 0.3 0.75
10 0.67 8 1.7 645 0.13 209 0.3 0.5
11 0.67 8 1.7 645 0.13 203 0.3 0.5
12 0.67 8 1.7 645 0.13 197 0.3 0.5
Sumber: Nutrient Adequacy of Exclusive Breatfeeding for the Term Infant
During the first Six Months of Life (Butte, 2002)
Sehingga sangat terbukti bahwa komposisi kandungan energi pada
ASI bergantung pada hari, susunan dan antaravariasi komposisisusu serta
pola menyusui individu seperti yang disampaikan oleh butte (2002).
2.1.4 Teknik Pemberian ASI
Payudara memiliki anatomi yang terdiri dari puting susu dan
aerola, jaringan mamae, pembuluh darah dan limfa, serta syaraf.
Mengetahui anatomi payudara akan membantu dalam mengetahui teknik
yang tepat dalam memberikan ASI, karena banyak dari masalah dalam
pemberian ASI, Teknik pemberian ASI yang salah menyebabkan tidak
maksimalnya pengosongan payudara sehingga menjadikan payudara
sehingga menjadikan payudara terasa penuh dan membuat ibu merasakan
sakit ataupun rasa tidak nyaman bahkan luka pada bagian-bagian tertentu
dari payudara. Penempatan bayi pada posisi yang tepat dan pelekatan bayi
pada payudara ibu yang baik akan menjadikan proses susuan dapat
menjadi maksimal (WHO, 2009). Anatomi payudara dapat dilihat pada
gambar berikut:
7

Gambar 2.1 Anatomi payudara


Terdapat dua bagian utama dari payudara yaitu jaringan mammae
dan puting susu dan aerola. Jaringan mammae termasuk didalamnya dalah
alveoli yang terdiri dari sel sekresi susu dan dikelilingi oleh sel
myoephitelial yang berkontraksi dan mengalirkan susu sepanjang saluran.
Puting susu memiliki setidaknya sembilan saluran untuk mengalirkan air
susu, serat otot, dan syaraf, dan dikelilingi oleh aerola yang berpigmen
gelap. Pada aerola terdapat Montgomery’s glands yang mensekresi cairan
berminyak untuk melindungi puting susu ketika menyusui serta
memprosduksi aroma individual ibu yang menarik bayinya pada
payudaranya.
a. Kontrol hormonal pada produksi ASI
Prolaktin dan oksitosin adalah dua hormone yang berpengaruh
langsung terhadap ASI. Prolaktin dibutuhkan untuk sekresi susu oleh
sel pada alveoli. Sedangkan oksitosin menyebabkan sel myophitelial di
sekitar alveoli berkontraksi sehingga air susu yang di tamping pada
alveoli mengalir dan mengisi saluran. Oksitosin yang bereaksi
umumnya memberikan tanda pada ibu (WHO, 2009), yaitu :
1) Sensasi rangsangan pada payudara sebelum atau saat menyusui
2) Air susu mengalir dari payudara ibu ketika dia memikirkan bayinya
atau mendengar bayinya menangis
3) Air susu yang mengalir dari payudara yang lain ketika bayi
mengisap
4) Air susu mengalir dalam arus bila isapan terinterupsi
5) Hisapan yang lambat dan dalam oleh bayi yang menandakan
bahwa ASI mengalir kedalam mulutnya
6) Rasa sakit pada uterus atau aliran darah dari uterus
7) Rasa haus ketika menyusui
Feedback inhibitor of location atau FIL yaitu sejenis polipeptida
yang terdapat pada ASI turut mengontrol produksi ASI. Ketika bayi
hanya menyusu pada satu sisi payudara, maka payudara yang lain akan
berhenti mensekresi ASI. Hal ini disebabkan oleh adanya FIL tersebut.
Bila ASI yang telah diprosuksi dikeluarkan baik lewat isapan bayi
maupun dipompa dengan alat atau ekskresi manua, maka payudara
akan secara otomatis memprroduksi ASIkembali karena FIL terskeresi
bersamaASI. Maka dari itu sangat dianjurkan untuk menyusui secara
8

bergantian antara payudara kanan dan kiri dan bila bayi tidak dapat
mebgisap maka ASI harus dipompa keluar.
b. Refleks pada bayi
Selain reflex pada ibu yang sangat penting adalah reflex pada bayi
untuk memastikan pemberian ASI telah dilakukan teknik yang benar
sehingga bayi mendapatkan makanan sesuai kebutuhannya dan
pengosongan payudara juga terjadi sempurna. Refleks pada bayi
tersebut adalah rooting reflex, suckling reflex,dan swallowing reflex.
Rooting reflex adalah reflex ketika sesuatu menyentuh bibir atau pipi
bayi, maka bayi akan mencari stimulus tersebut dengan membuka
mulutnya dan meletakkan lidahnya kebawah dan kedepan, Suckling
reflex adalahketika sesuatu menyentuh langit-langit mulut bayi dan
bayi akan mulai mengisapnya. Sedangkan swallowing reflex adalah
ketika mulut bayi terisi oleh air susu dan bayi mulai menelannya.
c. Pelekatan bayi dan pengisapan pada payudara
Pelekatan yang baik antara mulut bayi dengan payudara ibu akan
memungkinkan terjadinya isapan yang efektif. isapan yang efektif
tidak hanya memungkinkan bayi mampu mendapatkan asupan yang
adekuat sehingga tumbuh dengan maksimal namun juga melindungi
puting payudara ibu dari fissure atau membelah yang sering
mengakibatkan rasa tidak nyaman pada ibu akibat isapan yang tidak
efektif dari bayi. Konsekuensi dari isa[an tidak efektif antara lain
adalah :
1) Payudara menjadi engorged (terisi darah) atau dapat terjadi
sumbatan saluran atau mastitis karena tidak cukup ASI yang
dikeluarkan dari payudara.
2) Asupan ASI bayi tidak mencukupi sehingga dapat berakibat pada
rendahnya peningkatan berat badan bayi,
3) Bayi dapat menjauh dari payudara karena frustasi dan menolak
untuk menyusu
4) Bayi menjadi sangat kelaparan dan terus mengisap untuk waktu
yang lama, atau menyusu dangat sering
5) Payudara menjadi over-stimulated (terstimulasi berlebihan) oleh
isapan yang terlalu banyak yang berakibatpada persediaan ASI
yang berlebih
Isapan yang efektif atau tidak dapat dilihat melalui tanda
yang khas. Tanda isapan efektif dan tidak efektif dapat dilihat pada
table berikut:
9

Tabel 2.2 tanda isapan efektif dan tidak efektif


Isapan efektif Isapan tidak efektif
1) Adanya indikasi bahwa ASI 1) Bayi akan mengisap dengan
mengalir kedalam mulut bayi cepat sepanajng waktu tanpa
2) Bayi menghisap dengan menelan
pelan, dalam yang dapat 2) Pipi bayi terlihat tertarik ke
terlihat maupun terdengar, dalam ketika mengisap yang
sekeali per detik memperlihatkan bahwa ASI
3) Terkadang bayi akan tidak mengalir dengan lancar
menunda isapan untuk ke dalam mulut
memungkinkan saluran terisi 3) Ketika bayi berhenti
ASI kembali selama menyusu, puting payudara
beberapa detik dapat tetap meregang dan
4) Ketika bayi mulai mengisap terlihat hancur dari sisi ke
kembali, dia akan mengisap ssi, dengan garis tekanan
dengan cepat selama dengan yang melintang ujungnya.
cepat selama beberapa waktu Hal ini memperlihatkan
untuk menstimulasi aliran bahwa puting rusak karena
ASI, dan kemudian akan isapan yang tidak benar
menghisap dan lambat
kembali
5) Pipi bayi terlihat membulat
ketika menyusu
6) Pada akhir susuan, isapan
akan melambat dengan
isapan dalam yang lebih
sedikit dan tundaan yang
lebih lama, namun harus di
teruskan karena ini
merupakan hindmilk yang
kaya akan lemak
7) Ketika bayi sudah merasa
kenyang, dia biasanya akan
melepas payudara secara
spontan
8) Puting payudara akan
terlihat meregang untuk satu
atau dua detik, namun akan
segera kembali pada bentuk
istirahatnya.
Sumber: infant and Young Child Feeding (WHO, 2009)
Pelekatan yang baik untuk itulah menjadi hal yang penting
dalam proses munyusui. Pelekatan yang baik dengan tidak dapat
dilihat dari beberapa tanda yang dapat diamati oleh ibu, seperti
terlihat pada gambar berikut :
10

Gambar 2.2 pelekatan yang baik dan buruk dalam mulut bayi
Ketika bayi terlekat dengan baik maka mulut dan lidahnya
tidak menggosok atau membuat trauma pada kulit puting dan
areola.sehingga isapan teras nyaman dan seringnnya
menyenangkan bagi ibu, karena dia tidak merasakan kesakitan.
Pelekatan yang baik memiliki poin-poin yang dapat diperhatikan
(WHO, 2009), yaitu :
1) Sebagian besar bagian dari aerola dan jaringan dibawahnya,
termasuk larger ducts, berada dalam mulut bayi
2) Payudara meregang dan memanjangn, namun puting nya hanya
sepertiga dari keseluruhannya
3) Lidah bayi jauh ke depan gusi bawah dan terletak dibawah
saluran ASI
4) Bayi mengisap dari payudara bukan dari puting payudaranya
Sedangkan pada pelekatan yang buruk akan menyebabkan rasa
tidak nyaman atau sakit padaibu dan dapat merusak kulit puting
dan aerola, meyebabkan luka pada puting dan fissure. Poin
yang dapat diperhatikan pada pelekatan yang buruk sebagai
berikut:
a) Hanya puting yang terlihat masuk dalam mulut bayi, bukan
jaringan maupun saluran bawah payudara
b) Lidah bayi ada di belakang di dalam mulutnya dan tidak
dapat mencapai saluran ASI untuk menekannya
Jika ibu dan bayi memerlukan bantuan untuk memutuskan
baik atau buruknya pelekatan yang terjadi antara mulut
bayinya dengan payudaranya, maka terdapat empat tanda
eksterna; yang dapat diamati,yaitu:
11

Tabel 2.3 tanda pelekatan yang baik atau buruk


Tanda pelekatan yang baik Tanda pelekatan yang
buruk
1) Lebih banyak bagian 1) Lebih banyak bagian
aerola yang terlihat pada dari areola yang terlihat
bibir dari pada bagian dibawah bayi daripada
bawah bibir: bagian atas atau bagian
2) Mulut bayi terbuka yang terlihat sama
lebar banyaknya ada bagian
3) Bibir bayi bagian bawah atas maupun bawah
mengeriting kearah luar 2) Mulut bayi tidak
4) Dagu bayi menyentuh terbuka lebar
atau hampir menyentuh 3) Bibir bawah bayi
payudara terarah ke depan atau
kedalam
4) Dagu bayi jauh dari
payudara

Tanda eksternal dari perlekatan mulut bayi dan payudara dapat


dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3 tanda eksternal pelekatan yang baik dan buruk

d. Posisi ibu dan bayi untuk pelekatan yang baik


Beberapa poin harus diperhatikan oleh ibu ketika memilih posisi
tertentu dalam menyusui bayinya. Posisi jugadapat menjadi penentu
dapat terjadinya pelekatan yang baik antara bayi dan payudara ibu. Ibu
dapat dalam posisi duduk, berbaring, maupun berdiri, namun yang
terpenting adalah ibu harus dalam keadaan rileks dan nyaman, tanpa
hambatan terutama didaerah punggungnya. Dalam posisi duduk,
punggung ibu harus disanggah dan ibu harus dapat memegang
bayinya mendektai payudara tanpa harus condong ke depan
Posisi bayi dapat mengikuti posisi ibu baik pada posisi melintang
di dada ibu dan abdomennya, dibawah lengan, maupun bersisisan
12

dengan ibunya. Terdapat empat poin mengenai posisi badan bayi yang
penting diperhatikan, yaitu :
1) Badan bayi harus lurus, tidak membengkok ataupun berputar
dengan kepala yang dapat dipanjangkan pada leher
sehinggadapat membantu dagunya mendekat kea rah payudara
2) Bayi harus menghadap payudara, dengan puting ibu yang
mengarah kebawah, sehingga bayi tidaki harus sejajr
berlawanan arah dengan dada atauabdomen ibu tetapi hanya
harus memutar punggungnya sedikit untk dapat melihat wajah
ibunya
3) Badan bayi harus dekat dengan ibu yang dapat memungkinkan
bayi untuk mendekat ke payudara dan dapat membuka mulut
lebar
4) Keseluruhan badan bayi harus ditopang baik di kasur maupun
bantal, atau lengan ibu. Ibu tidak seharusnya hanya menopang
kepala dan leher bayinya.iu tidak seharusnya memegang pantat
bayinya karena dapat mendorong bayi terlalu jauh ke pinggir
dan membuat bayi kesulitan menempatkan dagu dan lidahnya
dibawah areola.
Posisi ibu dan bayi yang benar dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 2.4 posisi tepat ibu dan bayi

2.2 Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui


Setiap minggu pertama bulan Agustus dijadikan sebagai “Pekan ASI”, yang
dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya ASI
bagi bayi dan diperlukannya dukungan bagi ibu dalam mencapai keberhasilan
menyusui bayinya. Tema nasional pecan ASI tahun 2010 adalah “Menyusui:
Sepuluh langkah menuju saying bayi” hal ini sangat tepatuntuk lebih menguatkan
penerapan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui yang telah dikeluarkan
oleh Kementerian Negara Pemberdayaan dan Perlindungan Anak dalam Peraturan
Meneg PP danPA No. 03/2010
13

2.2.1 Pesan utama sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui untuk


fasilitas Kesehatan adalah :
a. Mempunyai kebijakan tertulis tentang pemberian ASI
b. Memberikan pelatihan bagi petugas
c. Menjelaskan manfaat menyusui kepadaibu hamil
d. Melaksanakan InisiasiMenyusui Dini
e. Menunjukkan teknik menyusui yang benar
f. Tidak memberikan makanan dan minuman selain ASi
g. Melaksanakan rawat gabung
h. Membantu ibu menyusui sesering mungkin dan semau bayi
i. Tidak memberikan dot atau kempeng
j. Membina kelompok pendukung ASI
2.2.2 Pesan utama sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui untuk
masyarakat adalah :
a. Meminta untuk mendapatkan pelayanan Inisiasi Menyusu Dini ketika
persalinan
b. Meminta hak untuk tidak memberikan asupan hak apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir
c. Meminta hak untuk bayi tidak di tempatkan terpisah dari ibunya
d. Melaporkan pelanggaran-pelanggaran kode etik WHO terhadap
pemasaran pengganti ASI
e. Mendukung ibu menyusui dengan membuat tempat kerja yang
memiliki fasilitas menyusui
f. Menciptakan kesempatan agaribu dapatmemerah ASI dan atau
menyusi bayinya ditempat kerja
g. Mendukung ibu untuk memberikan ASI kapanpun dimana pun
h. Menghormati ibu menyusui di tempat umum
i. Memantau pemberian ASI di lingkungan sekitarnya
j. Memilih fasilitaspelayanan Kesehatan dan tenaga Kesehatan yang
menjalankan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui.
(Kemenkes RI, 2010)

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif


Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Indonesia dipengaruhi beberapa
hal, diantaranya, penerapan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui
belum optimal, pemahaman masyarakt serta gencarnya pemberian susu
formula (Kemenkes RI, 2010)
Menurut prasetyono (2009) ada beberapa aspek yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif antara lain pemahaman dan pola piker,
gizi,pendidikan, imunologik, psikologis, kecerasan, neurologis, biaya, serta
penundaan kehamilan. sedangkan keberhasilan menyusui menurut
Soetjiningsih (1997) sangat dipengaruhi oleh perubahan sosial budaya, faktor
psikologis, faktor fisik ibu, kurangnya petugas Kesehatan, meningkatnya
promosi susu kaleng sebagai pengganti asi serta keterangan yang salah dari
petugas Kesehatan.
14

Pemberian ASI eksklusif merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh


beberapa faktor, antara lain perubahan sosial budaya, faktor psikologi ibu,
faktor fisik ibu, petugaskesehatan,meningkatnya promosi susu formula, ibu
bekerja, dukungankeluarga dan lain-lain. Menurut Green dalam notoatmodjo
(2008), perilaku ditentukan atau terbentuk oleh tiga faktor, yaitu faktor
predisposisi (predisposisi factor), faktor pendukung (enembling factors), dan
faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi merupakan faktor
yang memudahkan perilaku seseorang, meliputi pengetahuan, sikap, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
Kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, dan
sebagainya. Faktor pendukung merupakan faktor fisik yang memungkinkan
atau memfasilitasi perilaku atau tindakan ibu dalampemberian ASI seperti
kondisi fisik ibu, kondisi Kesehatan ibu dan lain sebagainya. Faktor penguat
meliputi faktor sikap dan perilaku petugas Kesehatan atau yang lain seperti
tokoh masyarakat dan tokoh agama. termasuk juga undang-undang,
peraturan-peraturan baik dari pusat maupun daerah yang terkait dengan
Kesehatan khususnya tentang ASI eksklusif.
2.3.1 Faktor Peredisposisi (Predisfosing Factors)
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (maya,
hidung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan tentang ASI mempunyai peranan dalam perilaku
pemberian ASI secara eksklusif, rendahnya praktek pemberian ASI
Eksklusif di Indonesia karena kurangnya pengeahuan tentang ASI
(Widodo, 2003). Hasil penelitian Utami (2012) di wilayah kerja
puskesmas kecamaran Koba Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan
praktek pemberian ASI eksklusif. Penelitian Astuti (2013)
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Penelitian Isa (2012) di wilayah
kerja puskesmas kemiri muka kota depok menunjukkan bahwa pada
ibu yang berpengetahuan tinggi sebesar 29,3% responden memberikan
ASI eksklusif 6 bulan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subyek penelitian atau respon. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
pengetahuan (wawan,2010). Menurut Arikunto (2003) pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik, jika skor yang dicapai 76-100%
2. Cukup, jika skor yang dicapai 56- 75%
3. Kurang, jika skor yang dicapai <56%
15

b. Sikap
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktpr pendapat dan emosi
yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-
tidak baik, dan sebagainya). Sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab
untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain yaitu antara lain adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoatmodjo, 2010)
Hasil penelitian Astuti (2013) menunjukkan tedapat hubungan
yang signifikan antara sikap ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Penelitian Yuliarti (2008) di puskesmas sambungmacam I kabupaten
sragen menunjukkan sikap ibu secara bermakna meningkatkan perilaku
ASI Eksklusif.
Disini peneliti melakukan pengukuran sikap menggunakan skala
Likert dikenal dengan teknik “Summated ratings”. Responden
diberikan pernyataan dengan kategori jawaban yang telah dituliskan
dan umumnya terdiri dari 1 hingga 4 kategori jawaban. Jawaban yang
disediakan adalah sangat setuju (4), setuju (3), kurang setuju (2), tidak
setuju (1). Nilai 4 adalah hal yang favorable (menyenangkan) dan nilai
1 adalah unfavorable (tidak menyenangkan). Hasil pengukuran dapat
diketahui dengan mengetahui interval (jarak) dan interpretasi persen
agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval (I) skor
persen dengan menggunakan rumus:

I= maka I = = 25

Maka kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:


1. Nilai 0%-25% = Sangat setuju
2. Nilai 26%-50% = Setuju
3. Nilai 51%-75% = Kurang setuju
4. Nilai 76%-100% = Tidak setuju
Untuk hasil pengukuran skor dikoversikan dalam persentase maka
dapat dijabarkan untuk skor < 50% dari hasil pengukuran negatif dan
apabila ≥ 50% maka hasil pengukuran positif.
c. Pekerjaan
Pekerjaan Adalah kegiatan yang harus di lakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Nursalam,
2001). Pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
dimana ibu yang tidak bekerja berpeluang memberikan ASI ekslusif
16,4 kali dibandingkan dengan ibu yang bekerja (Yuliandarin, 2009).
Bagi ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI eksklusif sering kali
mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan
melahirkan. Sebelum pemberian ASI eksklusif berakhir secara
sempurna, dia harus kembali bekerja. Kegiatan atau pekerjaan ibu
16

seringkali dijadikan alasan untuk yidak memberikan ASI eksklusif,


terutama yang tinggal di perkotaan (Prasetyono, 2009)
2.3.2 Faktor Pemungkin (Enabling Factors)
a. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama
dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh (PERINASIA, 2004).
Penelitian Ida (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota
Depok menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara rawat gabung
dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif 6 bulan. Pada ibu yang
dirawat gabung berpeluang 3,180 kali lebih besar berperilaku
memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang
tidak rawat gabung.
b. Keterpaparan sampel susu formula
Pemberian sampel susu formula ketika ibu melahirkan atau
menyusui dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI
ekslusif oleh ibu. Penelitian Zakiyah (2012) di Kelurahan Semanan
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat yang menunjukkan promosi
pemberian susu formula berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif
dimana ibu yang tidak terpapar promosi susu formula berpeluang
31,54 kali untuk memberikan ASI Ekslusif dibandingkan ibu yang
terpapar susu formula. Tujuan promosi menurut Kottler (2005) adalah
mengkomunikasikan manfaat dari produknya, membujuk dan
mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut.
Promosi susu formula yang gencar dilakukan di pelayanan kesehatan.
Modus yang kerap digunakan adalah pemberian sampel susu formula
pada wanita yang hamil dan ibu yang baru melahirkan (Zahir, 2007
dalam Zakiyah, 2012)
2.3.3 Faktor Penguat (Reinforcing Factors)
a. Dukungan Suami
Keputusan memberikan ASI eksklusif bukan hanya ditentukan oleh
ibu. Kebanyakan ibu hamil dan ibu menyusui yang telah mendapatkan
penyuluhan tentang ASI tidak mempraktekkan pengetahuan yang
didapatnya karena bukan pengambil keputusan yang utama dalam
keluarga untuk memberikan ASI eksklusif. Strategi untuk memotivasi
pemberian ASI eksklusif adalah dengan meningkatkan keterlibatan
suami dan anggota keluarga (Widodo, 2003). Dukungan suami
merupakan faktor penting terhadap keberhasilan ASI eksklusif.
Dukungan suami dibutuhkan mulai dari hamil sampai menyusui.
Kepercayaan suami akan keberhasilan ibu dalam menyusui serta
kemampuan suami dalam memberikan informasi mengenai ASI dapat
menghilangkan kendala yang ada dan merubah keadaan psikologis ibu.
Keadaan psikologis ibu berpengaruh besar terhadap keberhasilan ibu
menyusui secara eksklusif (Zakiyah, 2012). Dari semua dukungan bagi
ibu menyusui dukungan suami adalah dukungan yang berarti bagi ibu.
Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI
17

eksklusif. Suami cukup memberikan dukungan secara emosional dan


bantuan-bantuan praktis seperti mengganti popok dan lain-lain (Roesli,
2009).
Penelitian yang dilakukan Yuliandarin (2009) dalam Zakiyah
(2012) menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapat
dukungan suami yang baik, berpeluang 12,98 kali memberikan ASI
eksklusif dibandingkan ibu yang memiliki dukungan suami yang
rendah.
Disini peneliti melakukan pengukuran dukungan menggunakan
kuesioner dengan skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini,
akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah,
pernah atau tidak, positif atau negatif, dan lain-lain. Bila pertanyaan
dalam bentuk positif maka jawaban benar diberi nilai 1 dan salah
diberi nilai 0, sedangkan bila pertanyaan dalam bentuk negatif maka
jawaban benar diberi nilai 0 dan salah diberi nilai 1. Hasil pengukuran
skor dikoversikan dalam persentase maka dapat dijabarkan untuk
jawaban benar skor 1 = 1 x 100% = 100%, dan salah diberi skor 0 = 0
x 100% = 0%, dalam pengukuran digunakan rentang skala persentase
antara 0% sampai 50%, 50%, dan 50% sampai 100%, dikatakan baik
jika skor pada rentang 50% sampai 100%, cukup jika skor 50%, dan
kurang jika skor pada rentang 0% sampai 50% (Iskani, 2013).
b. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada
prinsipnya adalah suatu kegiatan yang bersifat emosional maupun
psikologi yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI
(Roesli, 2000). Dukungan keluarga selain suami, seperti ibu, ibu
mertua, kakak atau adik dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Ida, 2012). Hasil
penelitian Ida (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota
Depok menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga (ibu dan mertua) dengan pemberian ASI eksklusif.
Penelitian Utami (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Koba Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan responden yang
melakukan praktik pemberian ASI Eksklusif sebagian besar mendapat
dukungan keluarga (54,3%). Proporsi ibu yang didukung oleh keluarga
lebih banyak melaksanakan praktik pemberian ASI eksklusif yaitu
sebesar 40,4% dibandingkan dengan ibu yang tidak didukung oleh
keluarga yang melaksanakan praktik pemberian ASI eksklusif hanya
8,3%. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan praktik pemberian ASI Eksklusif. Penelitian Astuti (2013)
menunjukkan peranan orang tua adalah faktor yang paling dominan
terhadap pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol oleh variabel
pendidikan, pekerjaan, sikap, peran petugas, keterpaparan media dan
peran suami.
18

c. Dukungan Tenaga Kesehatan


Salah satu yang mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui atau
tidak adalah peran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan dapat
memberi pengaruh negatif melalui cara pasif yaitu dengan bersikap
acuh atau netral pada ibu yang memiliki masalah menyusui (Pechefis
dalam Abdullah, 2012).
Penelitian Ramadani (2009) dalam Abdullah (2012) menyebutkan
ibu yang mendapatkan dukungan petugas kesehatan berpeluang 2,5
kali untuk menyusui eksklusif dibanding ibu yang tidak didukung
petugas kesehatan. Penelitian Utami (2012) di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan
responden yang melakukan praktik pemberian ASI Eksklusif sebagian
besar mendapat dukungan petugas kesehatan (70,5%).
d. Dukungan Teman
Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku
ibu. Lingkungan tersebut bukan hanya dari keluarga ibu tetapi juga
teman atau kelompok yang dimiliki. Peran teman sesama menyusui
atau kelompok menyusui diharapkan dapat memperkuat ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif (Ida, 2012). Penelitian Ida (2012) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok menunjukkan
terdapat hubungan bermakna antara dukungan teman dengan perilaku
pemberian ASI Eksklusif 6 bulan Ibu yang didukung baik oleh
temannya berpeluang 3,388 kali beperilaku memberikan ASI eksklusif
6 bulan dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan dukungan teman
kurang
e. Keterpaparan informasi ASI Eksklusif
Paparan akan sumber – sumber informasi dari media komunikasi
umum, paparan akan berbagai informasi interpersonal, pelayanan yang
diterima dari fasilitas kesehatan selama kehamilan, persalinan dan
pasca persalinan akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
(Februhartanty, 2008). Hasil penelitian Astuti (2013) menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara keterpaparan media dengan
pemberian ASI Ekslusif. Dari Hasil analisis didapatkan ibu yang
terpapar media mempunyai peluang 9,45 kali untuk memberikan ASI
eksklusif dibandingkan ibu yang tidak terpapar media.

2.4 Tinjauan Mengenai ibu dengan usia dibawah 20 tahun


2.4.1 Definisi ibu dengan usia dibawah 20 tahun
Kamus Besar Bahasa Indonesia menterjemahkan ibu sebagai (1)
wanita yang telah melahirkan seseorang (2) sebutan untuk wanita yang
sudah bersuami (3) panggilan yang takzim kepada wanita baik yang
sudah besuami maupun yang belum (4) bagian yang pokok (besar, asal,
dan sebagainya) (5)yang utama daribeberapa hal lain.
Konsep reproduksi sehat oleh BKKBN yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat fertilitas dan memberikan Kesehatan yang baik bagi
ibu dan anaknya menetapkan bahwa usia reproduksi sehat adalah pada
19

rentangusia 20-30 tahun. Makadefinisi ibu dengan usia dibawah 20 tahun


adalah wanita yang melahirkan anak dibawah usia 20 tahun.
2.4.2 Berperan sebagai ibu dengan usia di bawah 20 tahun
Bila diamati dengan seksama pada era ini, terbentang kesenjangan
yang lebar antara kematangan secara fisik (yang dapat diamati darai
menarche) dan kematangan secara psikologis (yaitu kesiapan menjadi
orangtua, bekerja, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri) pada
remaja. Hal ini tentunya berdampak pada kesiapan ibu denganusia kurang
dari 20 tahun, yang masih tergolong remaja dilihat dari usianya, untuk
menjadi orangtua dan kebutuhan mereka terhadap dukungan sosialnya
dalam penentuan keputusan maupun keterampilan dalam berkehidupan
(Winter & Shaikh, 2007). Kesenjangan ini dipandang turut terlibat dalam
fenomena depresi maupun kecemasan pada remaja putri.
Para spesialis perkembangan anak mengidentifikasi bahwa remaja
memiliki tugas khusus dalam proses perkembanganya diantaranya adalah :
a. Pembangunan penghargaan terhadap diri sendiri
b. Penerimaan terhadap kondisi fisik dan emosional mereka
c. Pembangunan aspek kemandirian
d. Identifikasi dengan peer atau sebayanya
e. Mulai terbentuknya hubungan dengan lawan jenis dan karir
Seringnya remaja memiliki karakteristik yang egosentris, sehingga
kemampuan untuk mengembangkan pemikiran formal abstrak dan perilaku
yang terencana berkembang pada tahap selanjutnya dari remaja atau
bahkan tertundahingga dewasa muda (Winter & Shaikh, 2007)
Meskipun menurutWinter & Shaikh (2007) perkembanganego dari
remaja tidak memainkan peran terlalu penting dalam menentukan
pemberian ASI namun hal ini sangat mungkin membantu dalam
memprediksi kesuksesan pemberian ASI dan sangat berguna dalam
merancang program yang tepat sasaran. Ibu dengan usia kurang dari 20
tahun, yang umumya berusia dalam rentang usia remaja, umunya masih
menginginkan penerimaan dari sebayanya dan orang tuanya serta
mendefinisikan kasih sayang sebagai kepedulian dan rasa aman. Untuk
itulah banyak dari penelitian yang menyatakan bahwa ibu dengan usia di
bawah 20 tahun sangat memerlukan dukungan sosial dalam menentukan
untuk mengadopsi suatu perilaku kesehatan.
Kurang dewasanya remaja untuk menjadi siap dalam menghadapi
peran sebagai orangtua juga berpengaruh terhadap tingkat komitmen
mereka terhadap kewajiban pemerhatian Kesehatan pribadi apalagi
tumbuh kembang anaknya. Penelitian Hananto (2012) yang
membandingkan risiko antara ibudengan usia kurang dari 20 tahun dengan
ibu usia reproduksi sehat menyatakan bahwa ibu usia remaja berpotensi 5
kali lebih tinggi untuk melakukan kunjungan antenatal kurang dari 4 kali.
Hal ini tentu menjadi gambaran rendahnya komitmen ibu dengan usia
dibawah 20 tahun yang dapat dikaitkan dengan sikap egosentris dan
kurangnya kematangan secara psikologis pada ibu dengan usia kurang dari
20 tahun yang masih dalam rentang usia remaja.
20

2.4.3 Hambatan yang dialami dalam pemberian ASI oleh ibu dengan usia
dibawah 20 tahun.
Pemberian ASI umunya mengalami kesulitan dan hambatan bagi
seorang ibu tidak terkecuali ibu dengan usia kurang dari 20 tahun.
Halangan dan hambatan tersebut diantaranya adalah (Astuti, 2012):
a. Persepsi ASI yang tidak cukup
b. Anak rewel setelah menyusu
c. Ibu remaja memberikan makanan tambahan karena tradisi
d. Budaya berpantang makanan
e. Masalah fisik ibu
f. Masalah psikologis ibu
g. ASI tidak keluar karena payudara keras dan bernanah
h. ASI berwarna bening
i. Ibu sakit
j. ASI tidak keluar lagi
k. Malu
l. Tidak tertarik untuk menyusui
21

2.5 Kerangka Konseptual

Faktor predisposisi :
 Pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif
 Sikap ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif
 Pekerjaan ibu

Kegagalan ASI
Faktor Pemungkin : Eksklusif pada ibu
 Rawat Gabung usia kurang dari 20
 Keterpaparan susu formula tahun

Faktor Penguat :
 Dukungan Suami
 Dukungan Keluarga
 Dukungan petugas
kesehatan
 Dukungan Teman
 Keterpaparan Informasi
ASI

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Faktor penyebab kegagalan ASI


Eksklusif pada ibu usia kurang dari 20 tahun
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian
(Setiadi, 2013).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif
Kuantitatif dengan menggunakan pendekatan Survey dimana variabel yang
diamati, diukur dalam waktu bersamaan ketika penelitian berlangsung yang
bertujuan untuk mengetahui apa penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif
pada ibu berusia kurang dari 20 tahun di Puskesmas Pujon

21
22

3.2 Kerangka Operasional

Populasi
Seluruh ibu menyusuiberusia kurang dari 20 tahun yang memiliki bayi
berumur 6-12 bulandi wilayah kerja Puskesmas Pujonberjumlah 46 ibu yang
tidak memberikan ASI Eksklusif

Sampling
Kriteria Inklusi
Purposive Sampling

Sampel
Ibu menyusuiberusia kurang dari 20 tahun yang memiliki bayi berumur 6-12
bulan di wilayah kerja Puskesmas Pujon berjumlah 41 ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner yang di bagikan pada ibu
menyusui usia kurang dari 20 tahun yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Pujon

Pengolahan Data
Editing, Coding,Transfering,Tabulating dan Cleaning

Analisa Data
Menggunakan Persentase

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan
Faktor penyebab Kegagalan ASI Eksklusif pada ibu
menyusui usia kurang dari 20 tahun

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Faktor penyebab kegagalan ASI


Eksklusif pada ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun
23

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Jadi populasi
bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek yang diteliti (Sugiyono, 2015).
Dalam penelitian ini, Populasinya adalah seluruh ibu menyusui
berusia kurang dari 20 tahun yang memiliki bayi berumur 6-12 bulan di
Puskesmas Pujon berjumlah 46 ibu menyusui
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.Apa yang dipelajari dari sampling kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2015).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu menyusui
yang datang di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pujon di Kabupaten
Malang yang memenuhi syarat kriteria inklusi. Untuk menetapkan jumlah
sampel dapat menggunakan rumus slovin yaitu:
n=
n=
n=
n=
n=
n = 41,2 dibulatkan menjadi 41
3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.
Teknik sampling adalah teknik atau cara-cara tertentu yang digunakan
dalam mengambil sampel penelitian, sehingga sampel tersebut sedapat
mungkin mewakili populasinya. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Purposive sampling yaitu cara pemilihan subjek
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan terbaik peneliti, sedemikian rupa
sehingga sampel dapat memberikan informasi dengan akurat dan efisien,
yang diarahkan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian/ menjawab
pertanyaan penelitian. (Saepudin,2011). Jadi pada penelitian ini, peneliti
mengidentifikasi semua ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun yang
memenuhi kriteria inklusi.
24

3.4 Kriteria Sampel


3.4.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2013).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Ibu bersedia untuk menjadi responden
b. Ibu yang dapat membaca dan menulis
3.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

3.5 Variabel Penelitian


Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012). Variabel dalam penelitian ini
adalah pemberian ASI Ekslusif. Dengan sub variabel Pengethuan, Sikap,
Pekerjaan, Rawat Gabung, keterpaparan informasi susu formula, dukungan
suami, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, dukungan teman
dan keterpaparan infromasi ASI.

3.6 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atu fenomena dengan
menggunakan parameter yang jelas (Hidayat.A, 2013)
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat ukur Skala Kategori
Operasional
Faktor Penyebab
kegagalan ASI
eksklusif pada
ibu usia kurang
dari 20 tahun
Sub Variabel
1. Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner Nominal 1.Baik, Jika
diketahui responden (10 soal) Skor yang
tentang ASI Eksklusif dicapai 76-
100%
2.Cukup, Jika
skor yang
dicapai 56-
75%
3.Kurang, Jika
skor yang
dicapai < 56%
25

2. Sikap Tanggapan positif atau Kuesioner Nominal 1. Positif, jika


negatif responden dalam (13 soal) skor jawaban
pemberian ASI ≥ median
Eksklusif terhadap 2. Negatif, jika
bayinya skor jawaban
< median
(Skala Likert)
3. Pekerjaan Suatu kegiatan yang Kuesioner Nominal 1. Pegawai
dilakukan responden (2 soal) Negeri
secara rutin dengan 2. Karyawan
mendapatkan imbalan Swasta
berupa untuk memenuhi 3. Wiraswasta
kebutuhan hidupnya. 4. Pedagang
5. Buruh
6. Lain-lain
4. Rawat Penempatan perawatan Kuesioner Nominal 1. Ya (jika ibu
Gabung setelah bayi lahir yaitu (2 soal) dan bayi di
ibu dan bayi dirawat rawat dalam
dalam ruang yang sama, ruangan yang
ditempatkan pada posisi sama)
yang mudah ibu untuk 2. Tidak (jika ibu
menjangkaunya jika bayi dan bayi tidak
ingin menyusu, dan dirawat dalam
dalam waktu 24 jam ruang yang
selama perawatan, sama)
menurut pengakuan ibu (Skala Guttman)

5. Keterpaparan Pernah atau tidak pernah Kuesioner Nominal 1. Tidak Pernah


sampelsusu ibu mendapatkan contoh (2 soal) mendapatkan
formula produk susu formula contoh produk
untuk bayi baik selama susu formula
kehamilan, melahirkan 2. Pernah
dan saat menyusui mendapatkan
menurut pengakuan ibu contoh produk
susu formula
(Skala Guttman)

6. Dukungan Segala tindakan suami Kuesioner Ordinal 1. Ada dukungan


suami ibu yang turut serta (11 soal) 2. Tidak ada
membantu dalam dukungan
kelangsungan pemberian (Skala Guttman)
ASI eksklusif selama 6
bulan pada bayi menurut
pengakuan ibu
26

7. Dukungan Segala tindakan ibu dari Kuesioner Ordinal 1. Ada dukungan


Keluarga responden dan ibu (10 soal) 2. Tidak ada
mertua ataupun saudara dukungan
responden yang turut (Skala Guttman)
serta membantu dalam
kelangsungan pemberian
ASI eksklusif selama 6
bulan pada bayi menurut
pengakuan ibu
8. Dukungan Segala tindakan yang Kuesioner Ordinal 1. Ada dukungan
petugas dilakukan atau tidak (4 soal) 2. Tidak ada
kesehatan dilakukan oleh sarana dukungan
dan tenaga kesehatan (Skala Guttman)
dan turut serta
mendukung keberhasilan
proses
9. Dukungan Segala tindakan teman kuesioner Ordinal 1. Ada dukungan
Teman ibu dalam membantu (5 soal) 2. Tidak ada
untuk kelangsungan dukungan
pemberian ASI eksklusif (Skala Guttman)
selama 6 bulan pada
bayi
10. Keterpaparan Seberapa cukup Kuesioner Ordinal 1. Pernah
Informasi ASI responden menerima (3 soal) mendapatkan
Eksklusif berbagai informasi yang informasi
terkait ASI Eksklusif tentang ASI
yaitu manfaat ASI, Eksklusif
pemberian ASI, Zat gizi 2. Belum pernah
yang terkandung dalam mendapatkan
ASI, hal-hal yang dapat informasi
mengurangi jumlah ASI, tentang ASI
halhal yang dapat Eksklusif
menambah jumlah ASI, (Skala Guttman)
pentingnya pemberian
ASI eksklusif, cara
menyusui dan masalah
dalam menyusui.

3.7 Lokasi dan waktu penelitian


Tempat pengambilan data di Puskesmas Pujon. Pengambilan data dari
proposal hingga penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2018 sampai April
2019.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdapat dua tahap, yaitu:
3.8.1 Tahap persiapan
a. Menyiapkan Instrumen penelitian yaitu lembar kuisioner yang akan
digunakan sebagai alat pengumpulan data
b. Menyiapkan teori yang berkaitan dengan faktor penyebab kegagalan
pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun.
27

c. Selanjutnya menyusun lembar kuisioner yang akan digunakan. Kemudian


melakukan uji validitas dan reabilitas coba kuisioner dengan karakteristik
responden yang sejenis.
d. Menentukan besar sampel sejumlah 41 ibu hamil sesuai dari jumlah
populasi 46 ibu hamil yang di hitung menggunakan rumus slovin.
e. Melakukan perizinan untuk melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1) Poltekkes Kemenkes Malang Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
Malang.
2) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Malang.
3) Dinas Kesehatan Kota Malang.
4) Puskesmas Pujon
f. Mengurus Ethical Clearance di Komisi Etik Penelitian Poltekkes
Kemenkes Malang.
g. Peneliti bekerja sama dengan bidan desa di Puskesmas Pujon untuk
melaksanakan penelitan di wilayah Puskesmas Pujon.
3.8.2 Tahap pelaksanaan
Setelah melakukan persiapan, dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian sebagai berikut:
a. Peneliti mengidentifikasi ibu menyusui usia kurang dari 20 bulan yang
memiliki bayi usia 6-12 bulan.
b. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti sendiri dibantu dengan kader
desa dengan mendatangi subjek penelitian secara door to door
c. Melakukan pendekatan serta menjelaskan maksud dan tujuan pada calon
responden.
d. Peneliti memberikan penjelasan sebelum persetujuan untuk mengikuti
penelitian.
e. Calon responden yang bersedia mengikuti penelitian dipersilahkan
mengisi surat persetujuan untuk menjadi responden (informed consent).
f. Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner secara langsung
oleh peneliti dan setelah pengisian selesai kuesioner dikumpulkan kepada
peneliti.

3.9 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2013). Dalam penelitian ini instrumen
yang akan digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan kuesioner bersifat
tertutup (berstruktur), hal ini didasarkan pada pengetahuan dan
pengalaman responden yang berbeda-beda, selain itu untuk menghindari
informasi yang lebih meluas. Pada penelitian ini peneliti menggunakan
kuesioner dengan skala likert dan skala guttman.

3.10 Metode Pengolahan Data


Setelah peneliti melakukan pengumpulan data melalui kuisioner
yang telah diisi oleh responden kemudian dilakukan pengolahan data
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
28

3.10.1 Editing
Pada tahap ini peneliti memeriksa kembali data yang diperoleh
untuk mengetahui apakah terdapat kekeliruan dalam pengisian atau
terdapat data yang tidak lengkap. Sebelum data diolah langkah awal adalah
memeriksa kembali semua data yang dikumpulkan melalui lembar
observasi. Yaitu dengan memeriksa apakah semua pertanyaan sudah terisi,
apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan sudah jelas
terbaca, dan apakah pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan
lainnya.
3.10.2 Coding
Pada tahap ini peneliti memberikan kode pada tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang diteliti kedalam bentuk yang lebih ringkas
dengan tujuan untuk mempermudah peneliti saat tabulasi dan analisa data.
a. Kode Responden
Responden Pertama : R1
Responden Kedua : R2
Responden Ketiga : R3 dst
b. Kode Pengetahuan
Baik (7-10) :1
Cukup(5-6) :2
Kurang(<5) :3
c. Pekerjaan
Pegawai Negeri :1
Karyawan Swasta :2
Wiraswasta :3
Pedagang :4
Buruh :5
Lain-Lain :6
d. Rawat Gabung
Dirawat dalam ruangan yang sama :1
Tidak dirawat dalam ruangan yang sama :2
e. Keterpaparan sampel susu formula
Tidak pernah mendapatkan contoh produk susu formula :1
Pernah mendapatkan contoh produk susu formula :2
f. Dukungan suami
Ada dukungan :1
Tidak ada dukungan :2
g. Dukungan keluarga
Ada dukungan :1
Tidak ada dukungan :2
h. Dukungan petugas kesehatan
Ada dukungan :1
Tidak ada dukungan :2
i. Dukungan teman
Ada dukungan :1
Tidak ada dukungan :2
29

j. Keterpaparan Informasi ASI Eksklusif


Pernah mendapatkan informasi ASI Ekslusif :1
Belum Pernah mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif :2
3.10.3 Scoring
Scoring dilakukan dengan memberikan nilai pada kuisioner yang telah
diisi. Untuk kuisioner pengetahuan diberi skor:
a. Pengetahuan
Benar :1
Salah :0
b. Sikap (Skala Likert)
Sikap Positif (Favorable)
SS (Sangat setuju) :4
S (Setuju) :3
TS (Tidak Setuju) :2
STS (Sangat tidak setuju) : 1
Sikap Negatif (Unfavorable)
SS (Sangat setuju) :1
S (Setuju) :2
TS (Tidak Setuju) :3
STS (Sangat tidak setuju) : 4
c. Dukungan (Skala Guttman)
Ya :1
Tidak :0
3.10.4 Transfering
Transfering merupakan proses setelah data edit dan dilakukan pemberian
kode (Coding) (Ibnu Fajar, 2009:28). Transfering dalam penelitian ini
adalah proses di transfernya data setelah proses editing kemudian
ditransfer untuk diberi kode (Coding), lalu di transfer pada proses
tabulating atau dimasukkan pada master sheet yang sudah di buat oleh
peneliti.
3.10.5 Tabulating
Setelah data terkumpul, dilakukan tabulasi dengan menggunakan
tabel induk (master sheet) dan tabel distribusi frekuensi. Membuat tabel-
tabel data ini disesuaikan dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan
oleh peneliti.

3.11 Teknik Analisa Data


Setelah data terkumpul seluruhnya, kemudian dilakukan
pengolahan analisa data dengan analisis deskriptif menggunakan tabel
Distribusi Frekuensi dan hasil persentase. Persentase ditentukan melalui
perhitungan sebagai berikut:
P = x 100 %
Keterangan:
P = Persentase.
X = Jumlah item yang benar.
Y = Jumlah seluruh pertanyaan.
30

3.12 Etika Penelitian


Penelitian ini menggunakan objek manusia sehingga tidak boleh
bertentangan dengan etika agar responden terlindungi.Untuk itu perlu ijin.
Setelah mendapatkan persetujuan penelitian tersebut dengan menggunakan
etika sebagai berikut:
3.12.1 Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika
responden yang sesuai kriteria inklusi bersedia diteliti, maka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk
diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika
mereka menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak-haknya.
3.12.2 Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan pihak-pihak yang diteliti, maka peneliti
tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup
dengan memberi nomer responden pada masing-masing lembar tersebut.
3.12.3 Kerahasiaan
Kerahasiaan dan ketenangan yang diberikan kepada pihak yang
diteliti dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset.
31

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, IG. 2012. Determinan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bekerja di
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012. Tesis. Fakultas kesehatan
Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok.

Adhikari, M; Vishnu Khanal, dan Rajendra Karkee. 2014. Factors associated


with early initiation of breastfeeding among Nepalese mothers: Furter
analytsis of Nepal demoghrapic and healthsurvey 2011. International
Journal.

Astuti, I. 2013. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui.


JurnalHealth Quality Vol. 4 No. 1, Nopember 2013, Hal. 1 – 76.
Azrul, A. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes, RI.

Bararah. FV. 2010. Pemberian ASI Menurun, Tokoh Agama Diminta Bertindak.
Available from :
http://health.detik.com/read/2010/12/21/143752/1529826/764/pemberian-
asi-menurun-tokoh-agama-diminta-bertindak Diakses tanggal 11 Desember
2014.

BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN.

Djami, EM. 2013. Hubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan dan konseling


laktasi dengan pemberian Kolostrum dan ASI eksklusif. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas padjadjaran, Bandung.
Depkes, RI. 2004. ASI Ekslusif untuk Ibu Bekerja. Jakarta : Dirjen Binkesmas,
Direktorat Gizi Masyarakat.
Depkes, RI. 2009. Materi Penyuluhan Inisiasi Menyusu Dini, Pedoman
Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Depkes RI. 2010. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI.
Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina
Gizi Masyarakat.
Ernawati, F. 2011. Hubungan Antenatal Care Dengan Berat Badan Lahir Bayi
Di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2010). Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik.
32

Februhartanty, J. 2008. Peran Ayah dalam Optimalisasi Praktek Pemberian ASI :


Sebuah Studi Di Daerah Urban Jakarta. Disertasi. Universitas Indonesia

Hidayati, L. Kontribusi Persepsi dan Motivasi ibu dalam meningkatkan


Keberhasilan dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Pedesaan.
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 1 Maret 2014

Ida. 2012. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif 6


bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun
2011. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Peminatan Promosi Kesehatan, Universitas
Indonesia, Depok.

Kemenkes RI, 2010. Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
Jakarta : Kemenkes, RI.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

PERINASIA. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi Menuju Persalinan


Amandan Bayi Baru Lahir Sehat. Ed.2. Jakarta : Program Manajemen
LaktasiPerkumpulan Perinatologi Indonesia.

Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Ekslusif, Pengenalan Praktek


danKemanfaatannya. Yogyakarta : Diva Press.

Proverawati dan Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka
Bunda.
Roesli, U. 2009. Mengenai ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Riskesdas.2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Setiawati, E. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI


Eksklusif pada Anak Umur 6 – 24 Bulan di Kecamatan Wado Kabupaten
Sumedang Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok.

Utami, SH. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam
praktek pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2012. Skripsi. Fakultas
Kesehatan
33

Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Widodo, Y. 2003. Kebiasaan Memberikan Makanan Kepada Bayi Baru Lahir


diProvinsi Jawa Barat. Media Litbang Kesehatan VXI.

WHO. 2009. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding: The Optimal
Duration of Exlusive Breastfeeding. 54th WHA.

Yuliandarin, E. 2009. Faktor – faktor yang mempengaruhi ASI Ekslusif


diWilayah Puskesmas Kota Baru Kecamatan Bekasi Barat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

Yuliarti, ID. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif. Tesis. Program Studi Kedokteran Keluarga,
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Available from :
http://eprints.uns.ac.id/9582/1/72380707200904201.pdf Diakses tanggal
19 Oktober, 2014.

Zakiyah 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif


di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat Tahun 2012.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Departeman Gizi Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Lampiran 1

JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI TAHUN AKADEMIK 2017-2019

NO KEGIATAN 2017 2018 2019


Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 Informasi Penyelenggaraaan Skripsi
Pengajuan Judul sampai dengan
2 pengumpulan judul yang di setujui
pembimbing
Distribusi pengajuan judul ke
3
pembimbing
Proses bimbingan penyusunan
4
proposal
Pengumpulan proposal ke Panitia
5
Pendaftaran Ujian Proposal
6 Ujian Proposal
Revisi dan persetujuan Proposal oleh
7
Penguji
Pengumpulan Proposal yang telah di
8
setujui penguji
9 Pengajuan Ethical Clearance
10 Mengambil data Penelitian
11 Konsultasi Laporan hasil Penelitian
12 Pendaftaran Ujian Skripsi
13 Pelaksanaan Ujian Skripsi
14 Revisi Hasil Ujian Skripsi
15 Penyerahan Skripsi
Lampiran 2
PERNYATAAN KESEDIAAN MEMBIMBING
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama dan gelar : Ardi Panggayuh, S.Kp., M.Kes
2. NIP : 19630701 198803 1 004
3. Pangkat dan Golongan : Pembina/IVa
4. Jabatan : Lektor kepala
5. Asal institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
6. Pendidikan Terakhir : S2 (Magister Biomedik)
7. Alamat dan Nomor yang bisa dihubungi
a. Rumah : Jl. Simpang Ijen No. 37, Malang
b. Telpon/HP : (0341)581608/08123351414
c. Alamat kantor : Jl. Simpang Ijen 77 C Kota Malang
d. Telpon kantor : (0341)551265
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi pembimbing utama Skripsi bagi
mahasiswa :
Nama : Farah Arina Pramuditha
NIM : P17311175028
Judul Skripsi : Faktor Penyebab Kegagalan ASI Eksklusif
pada Ibu Menyusui Usia Kurang dari 20 tahun
di Puskesmas Pujon, Kabupaten Malang

Malang,…………………………2019
Pembimbing Utama

Ardi Panggayuh, S.Kp., M.Kes


NIP. 19630701 198803 1 004
Lampiran 3
PERNYATAAN KESEDIAAN MEMBIMBING
Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama dan gelar : Tri Mardiyanti, SST., M.Mid
2. NIP : 19840318 200801 2 004
3. Pangkat dan Golongan : Penata Muda I/IIIb
4. Jabatan : Dosen JFU
5. Asal institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
6. Pendidikan Terakhir : S2 Kebidanan
7. Alamat dan Nomor yang bisa dihubungi
a. Rumah :Jl. Laksda Adi Sucipto No. 239
b. Telpon/HP :(0341)451152/081334010767
c. Alamat kantor :Jl. Simpang Ijen 37 Malang
d. Telpon kantor :(0341)551265
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi pembimbing pendamping Skripsi bagi
mahasiswa :
Nama : Farah Arina Pramuditha
NIM : P17311175028
Judul Skripsi : Faktor Penyebab Kegagalan ASI Eksklusif
pada Ibu Menyusui Usia Kurang dari 20 tahun
di Puskesmas Pujon, Kabupaten Malang

Malang,………...……………2019
Pembimbing Pendamping

Tri Mardiyanti,SST., M. Mid


NIP.19840318 200801 2 004
Lampiran 5
Lampiran 6
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Saya adalah Farah Arina Pramuditha, mahasiswa Sarjana Terapan Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang dengan ini meminta anda untuk
berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “Faktor
Penyebab Kegagalan ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui Usia Kurang dari 20
tahun”.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kegagalan ASI
Eksklusif pada ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun di desa pujon kidul
Kabupaten Malang yang bermanfaat bagi ibu menyusui usia kurang dari 20
tahun tentang apa saja faktor yang dapat menyebabkan kegagalan ASI
Eksklusif dan masayarakat di sekitar ibu dapat membantu memberikan
dukungan pada ibu menyusui
3. Prosedur pengambilan data dengan cara pengisian kuesioner sebanyak 60
pertanyaan kurang lebih selama 30-60 menit.
4. Penelitian ini tidak menimbulkan efek samping yang berat, namun
menyebabkan ketidaknyamanan berupa tersitanya waktu ibu, tetapi anda tidak
perlu khawatir karena kami akan memberikan pengganti waktu anda dengan
mendapatkan bingkisan.
5. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda dalam penelitian ini
secara langsung tidak ada, tetapi manfaat dari penelitian ini akan menambah
pengetahuan anda tentang faktor penyebab kegagalan ASI Eksklusif.
6. Seandainya anda tidak berkenan dengan penelitian ini, anda boleh tidak
mengikuti penelitian ini sama sekali, dan tidak dikenakan sanksi apapun.
7. Nama dan jatidiri anda tetap dirahasiakan.

Peneliti

Farah Arina P

\
Lampiran 7

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya Farah Arina Pramuditha, mahasiswi Program Studi Sarjana Terapan


Kebidanan Malang Poltekkes Kemenkes Malang yang akan mengadakan
penelitian dan penyusunan skripsi sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa
untuk menyelesaikan tugas akhir Program Studi Terapan Kebidanan Malang di
Poltekkes Kemenkes Malang dengan topik

“FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN ASI EKSLUSIF PADA IBU


MENYUSUI USIA KURANG DARI 20 TAHUN DI PUSKESMAS PUJON
KABUPATEN MALANG”

Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan ibu untuk


mengisi identitas dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah disiapkan
dalam bentuk kuesioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab
kegagalan ASI Eksklusif pada ibu menyusui usia kurang dari 20 tahun di
Puskesmas Pujon. Kami akan menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan dan
data yang diperoleh, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai masukan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
Demi kelancaran penelitian ini, saya mengharapkan partisipasi ibu untuk
bersedia menjadi responden dan bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah
saya sediakan. Atas kesediaan ibu menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Malang, 2019

Hormat saya

Farah Arina P
Lampiran 8
INFORMED CONCENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendaptakan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Farah Arina Pramuditha, mahasiswa Sarjana Terapan
Kebidanan dari Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang
berjudul “Faktor Penyebab Kegagalan ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui Usia
Kurang dari 20 tahun”.
Saya yakin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan kerugian apapun pada
saya dan keluarga. Dan saya telah mempertimbangkan serta memutuskan untuk
*berpartisipasi/ tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
No. Hp :

Malang, 2019
Pelaksana penelitian Yang memberi Persetujuan

(Farah Arina Pramuditha) (………….………………)


Lampiran 9
LEMBAR KUESIONER
FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI USIA
KURANG DARI 20 TAHUN
DI UPT PUSKESMAS PUJON
TAHUN 2019
Penjelasan dan petunjuk pengisian Kuesioner
1. Isilah identitas ibu dengan lengkap
2. Jawaban Ibu adalah rahasia dan orang lain tidak mengetahuinya.
3. Di bawah ini disediakan beberapa bentuk pertanyaan terkait masalah penelitian yang
sedang diteliti
4. Untuk pertanyaan di bawah ini adalah pertanyaan tertutup
5. Pernyataan pilihan Ganda, berilah tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia menurut
jawaban ibu
6. Pertanyaan dalam tabel ibu bisa memberikan tanda centang (√) pada pilihan Ya / Tidak
A. ALAMAT RESPONDEN
1. KELURAHAN
1. NGROTO 5. NGABAB 8. BENDOSARI
2. PANDESARI 6. PUJON LOR 9. SUKOMULYO
3. TAWANGSARI 7. PUJON KIDUL 10. WIYUREJO
4. MADIREDO
2 RT :
RW:
B. IDENTITAS RESPONDEN
1 Nama ibu ?
2 Berapakah Umur Ibu Sekarang? .......... Tahun
3 Apakah Ibu Bekerja pada saat Bayi Berumur 0 – 6 Bulan?
1. Ya
2. Tidak (jika tidak, lanjut ke soal C no.1)
4 Jika Ya, Apakah Pekerjaan Ibu?
1. Pegawai Negeri 4. Pedagang
2. Karyawan Swasta 5. Buruh
3. Wiraswasta 6. Lainnya , .....................
5 Dimanakah ibu bekerja?
1. Di Dalam Rumah
2. Di Luar Rumah
6 Jika Meninggalkan rumah untuk bekerja, berapa lamakah ibu meninggalkan rumah? .......
jam
C. IDENTITAS BAYI
2 Berapakah umur ? .................. bulan
3 Tanggal lahir bayi : ..............
4 Apakah jenis kelamin ?
1. Laki – laki
2. Perempuan
D. PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan memberi tanda (x)
1. Apa yang disebut dengan ASI Eksklusif ?
a. Pemberian ASI kepada bayi, bila kurang di tambah susu formula
b. Pemberian ASI saja sampai berumur 4 bulan
c. Pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan
2. Kapan sebaiknya pertama kali bayi mendapatkan ASI ?
a. Segera setelah lahir
b. > 30 menit
c. > 24 jam
3. Sampai umur berapakah bayi sebaiknya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau
minuman dan makanan tambahan?
a. 6 bulan
b. < 4 bulan
c. 2 bulan
4. Apakah yang ibu ketahui tentang kolostrum ?
a. ASI kotor atau basi
b. Cairan kekuningan yang di keluarkan oleh payudara ibu pada hari ke-8 setelah
persalinan
c. Cairan kekuningan yang dikeluarkan oleh payudara ibu pada hari 1-3 setelah
persalinan
5. Apakah keuntungan dari kolostrum ?
a. Meningkatkan sistem kekebalan bayi (karena tinggi protein) sehingga anak jarang
sakit
b. Membantu menghangatkan tubuh bayi
c. Meningkatkan berat badan bayi
6. Apa tanda-tanda bayi cukup ASI ?
a. bayi tidur pulas lebih dari 3 jam
b. bayi melepas puting saat menyusui
c. berat badan bayi naik
7. Menurut ibu, bagaimana cara terbaik untuk memperbanyak ASI ?
a. Payudara sering di perah
b. Bayi sering menyusu langsung pada ibu
c. Ibu makan atau minum khusus (jamu-jamuan) yang dikonsumsi ibu
8. Seberapa sering seorang bayi harus menyusu kepada ibu
a. 8x sehari
b. Jika bayi menangis
c. Sesering mungkin
9. Makanan apa yang di berikan bayi yang berusia kurang dari 6 bulan ?
a. ASI
b. Pisang
c. Bubur
10. Apakah yang menyebabkan ASI tidak keluar
a. Ibu stress
b. Bayi tidur lebih daari 2 jam
c. Ibu bekerja
E. SIKAP IBU TERHADAP ASI

Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Penambahan besar payudara selama
1 kehamilan berhubungan dengan produksi
dan kualitas ASI
Bayi seharusnya segera disusui ASI setelah
2 dilahirkan dalam waktu 30 menit hingga 1
jam.
Jika bayi tidak segera disusui setelah
3 kelahirannya, maka ia akan berhasil
menyusui.
Memberikan madu atau air sebelum ASI
4
keluar setelah melahirkan disarankan.
Saat ASI belum keluar setelah melahirkan,
5 maka bayi boleh diberikan susu formula
sebagai pengganti ASI.
Bayi hanya diberikan ASI saja hingga usia 6
6
bulan
Semakin sering disusui, semakin banyak
7
ASI yang keluar.
ASI dapat diperas/dipompa dan diberikan
8
kepada bayi saat ibunya pergi.
Bayi usia 0 – 6 bulan boleh diberikan susu
9
formula
Susu formula lebih mudah atau praktis dari
10
pada ASI
ASI lebih murah daripada susu
11
formula/botol/kaleng
Bayi dibawah usia 6 bulan boleh diberikan
12 makan selain ASI seperti pisang, bubur bayi,
buah dsb.
Saat ibu sedang marah, apakah ASI menjadi
13
berkurang
Jumlah
F. RAWAT GABUNG
NO PERTANYAAN Ya Tidak
Apakah bayi ada tidur bersama dalam satu kamar dengan anda di
1
Rumah sakit / Bersalin ?
Bila bayi anda tidak tidur dalam satu kamar dengan anda atau tidur di
2 kamar bayi, apakah anda tetap dapat menyusui bayi anda termasuk
dalam malam hari ?
Jumlah

G. KETERPAPARAN SUSU FORMULA

NO PERTANYAAN Ya Tidak
1. Pernahkah ibu mendapatkan sampel atau contoh susu formula
untuk bayi selama hamil atau saat melahirkan atau pada masa
menyusui 6 bulan umur bayi?
2. Jika Pernah, dari siapakah ibu mendapatkannya? (jawaban boleh
lebih dari satu)
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
4. Teman
6. Lain – lain, sebutkan ....................

H. DUKUNGAN SUAMI

NO PERTANYAAN Ya Tidak
1. Apakah suami ibu mendorong ibu untuk menyusui ASI
sesegera mungkin (30 – 60 menit) setelah bayi dilahirkan?
2. Apakah suami ibu pernah mencari informasi atau berdiskusi
tentang menyusui dan makanan bayi untuk bayi?
3. Apakah suami ibu selalu mengurangi kelelahan ibu pada saat
mengurus dan menyusui bayi dengan menghibur atau lainnya?
4. Apakah suami ibu tidak memberikan makanan (susu
formula/minuman /makanan lainnya) kepada bayi selama usia
6 bulan pertama?
5. Apakah suami ibu melarang memberikan kepada bayi makanan
/ minuman selain ASI selama usia 6 bulan pertama?
6. Apakah suami ibu membantu ibu menggantikan popok bayi?
7. Apakah suami ibu membantu ibu dalam pekerjaan rumah
tangga?
8. Apakah suami ibu pernah mencari informasi tentang kesehatan
anak dan meneyusui?
9. Apakah suami ibu selalu bangun pada malam hari
membangunkan ibu ketika bayi menangis?
10. Apakah suami ibu pernah menyarankan ibu untuk memberikan
ASI saja pada bayi?
Jumlah
I. DUKUNGAN SARANA DAN SARANA TENAGA KESEHATAN

NO PERTANYAAN Ya Tidak
1. Apakah saat melahirkan ibu di tolong oleh tenaga kesehatan ?
(Dokter, Perawat atau Bidan)
2. Apakah penolong atau perawat persalinan ibu tidak pernah
memberikan minuman atau makanan selain ASI kepada bayi
selama perawatan di fasilitas kesehatan?
3. Sewaktu ibu melahirkan, apakah petugas kesehatan segera
melakukan inisiasi menyusu dini?
4. Apakah petugas kesehatan pernah memberitahu pentingnya
memberikan ASI eksklusif setelah ibu melahirkan?
Jumlah

J. DUKUNGAN TEMAN

NO PERTANYAAN Ya Tidak
1. Apakah selama menyusui ibu mempunyai teman yang
menyusui juga?
2. Apakah teman ibu (baik menyusui atau tidak) menganjurkan
ibu untuk menyusui ASI eksklusif kepada bayi ibu?
3. Apakah teman ibu (baik menyusui atau tidak) tidak pernah
memberikan makanan / minuman selain ASI kepada bayi ibu?
4. Apakah teman ibu (baik menyusui atau tidak) memberikan
saran/nasihat jika ibu mengalami kesulitan dalam menyusui?
5. Apakah teman ibu (baik menyusui atau tidak) selalu
memberikan penghiburan saat ibu mengalami kelelahan dalam
mengasuh bayi?
Jumlah

K. DUKUNGAN KELUARGA

NO PERTANYAAN Ya Tidak
1. Apakah keluarga ibu mendorong ibu untuk menyusui ASI
sesegera mungkin (30 – 60 menit) setelah bayi dilahirkan?
2. Apakah keluarga ibu pernah mencari informasi atau berdiskusi
tentang menyusui dan makanan bayi untuk bayi?
3. Apakah keluarga ibu selalu mengurangi kelelahan ibu pada saat
mengurus dan menyusui bayi dengan menghibur atau lainnya?
4. Apakah keluarga ibu tidak memberikan makanan (susu
formula/ minuman/makanan lainnya) kepada (nama bayi)
selama usia 6 bulan pertama?
5. Apakah keluarga ibu membantu ibu mengatur posisi bayi
ketika ibu menyusui?
6. Apakah keluarga ibu melarang memberikan kepada bayi
makanan/ minuman selain ASI selama usia 6 bulan pertama?
7. Apakah keluarga ibu membantu ibu menggantikan popok bayi?
8. Apakah keluarga ibu pernah mencari informasi tentang
kesehatan anak dan menyusui?
9. Apakah keluarga ibu selalu bangun pada malam hari
membangunkan ibu ketika bayi menangis?
10. Apakah keluarga ibu pernah menyarankan ibu untuk
memberikan ASI saja pada bayi?
Jumlah

L. KETERPAPARAN INFORMASI ASI

NO PERTANYAAN Ya Tidak
1. Apakah ibu pernah mendengar atau melihat pesan atau
menerima informasi tentang ASI?
2. Jika pernah, apakah informasi tersebut adalah mengenai :
1. Manfaat ASI
2. Pemberian ASI segera
3. Zat gizi yang terkandung dalam ASI
4. Hal – hal yang dapat mengurangi jumlah ASI
5. Hal – hal yang dapat menambah jumlah ASI
6. Pentingnya pemberian ASI eksklusif (ASI saja) sejak bayi
lahir sampai 6 bulan usianya.
7. Cara menyusui.
8. Masalah dalam menyusui.
3. Dari manakah informasi tersebut ibu dapatkan?
1. Tenaga kesehatan
2. Koran/majalah
3. Buku
4. Televisi
5. Radio
6. Suami
7. Anggota keluarga lainnya (ibu/ibu mertua, dll)
8. Teman
9. Lainnya, sebutkan .............
Jumlah
Lampiran 9

Anda mungkin juga menyukai