Nantinya, manfaat JHT baru akan diberikan jika karyawan telah mencapai usia
56 tahun/meninggal dunia/mengalami cacat total tetap, berhenti bekerja dan
telah memenuhi masa kepesertaan selama lima tahun dan masa tunggu satu
bulan, atau pergi ke luar negeri dan tidak kembali lagi.
Anda juga bisa mengambil manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun,
dengan syarat kepesertaan Anda di JHT BPJS Ketenagakerjaan sudah
berlangsung sepuluh tahun. Ketentuan pengambilan manfaatnya sebagai
berikut:
– Diambil maksimal 10% dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun
Namun, bagaimana jika Anda memutuskan untuk menunda masa pensiun? Tak
perlu khawatir, apabila Anda masih bekerja setelah usia melampaui 56 tahun,
manfaat JHT akan diberikan saat Anda berhenti bekerja.
– Pemberi kerja
Bagi para penerima upah, idealnya besar iuran JHT per bulannya diambil dari
upah, yakni sebesar 5,7% dari upah. Dari total 5,7% tersebut, sebanyak 3,7%
ditanggung perusahaan atau pemberi kerja, sedangkan 2% sisanya ditanggung
oleh karyawan sendiri. Sementara itu, bagi pekerja bukan penerima upah,
jumlah iuran JHT yang harus dibayarkan adalah sebesar 2% dari upah yang
dilaporkan.
Baik para penerima upah dan pekerja bukan penerima upah memiliki cara
pembayaran iuran JHT yang sama, yakni harus dibayarkan paling lama setiap
tanggal lima belas pada bulan berikutnya.
2. Jaminan Pensiun
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, jaminan pensiun adalah jaminan
sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal
dunia.
JHT adalah tabungan yang didapatkan dari iuran yang dikeluarkan perusahaan
dan karyawan untuk bekal karyawan tersebut di masa depan. Sedangkan, JP
merupakan pendapatan bulanan untuk memenuhi hidup ketika memasuki hari
tua. Bisa dikatakan bahwa JHT berfungsi sebagai dana darurat yang bisa Anda
ambil sewaktu-waktu, sedangkan JP lebih menyerupai uang bulanan yang akan
Anda terima saat sudah tak bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dilansir dari website resmi BPJS Ketenagakerjaan, setidaknya ada enam jenis
manfaat program Jaminan Pensiun, yaitu:
Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT) – berupa uang tunai bulanan yang diberikan
kepada peserta saat memasuki usia pensiun hingga meninggal dunia, dengan
catatan masa iuran minimal lima belas tahun atau setara 180 bulan.
Manfaat Pensiun Cacat (MPC) – berupa uang tunai bulanan untuk peserta yang
mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan hingga tidak dapat bekerja
kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. MPC ini diberikan sampai
peserta meninggal dunia atau bisa bekerja kembali.
Manfaat Pensiun Anak (MPA) – berupa urang tunai bulanan untuk anak yang
menjadi ahli waris peserta (maksimal dua orang anak yang didaftarkan) sampai
dengan usia anak mencapai 23 tahun, bekerja, atau menikah.
Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT) – diberikan kepada orang tua yang
menjadi ahli waris peserta lajang, dengan catatan masa iuran peserta lajang
kurang dari lima belas tahun.
3. Jaminan Kematian
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015, program Jaminan Kematian
adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta
program meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja.
– Bantuan beasiswa bagi satu orang anak dari peserta yang telah memasuki
masa iuran minimal lima tahun sebesar Rp12.000.000
Besar iuran Program Jaminan Kematian
Bagi karyawan atau pekerja penerima upah, jumlah iuran program JKM yang
harus dibayarkan adalah sebanyak 0,3% dari upah yang dilaporkan dan tertera
di slip gaji. Seluruh iuran tersebut ditanggung oleh pihak perusahaan.
Sedangkan, pekerja bukan penerima upah harus membayar iuran program JKM
sebesar Rp6.800 per bulannya.
Berbeda lagi dari pekerja jasa konstruksi yang jumlah iurannya didasarkan pada
nilai proyek, dimulai dari 0,21%. Khusus untuk pekerja migran, jumlah iuran
JKM dihitung bersama dengan JKK. Sebelum penempatan ke negara tujuan,
jumlah iuran JKK dan JKM sebesar Rp37.000. Selama dan setelah penempatan,
jumlah iuran bertambah menjadi Rp333.000. Jadi, setiap bulannya, pekerja
migran harus membayar total iuran sebesar Rp370.000 untuk JKM dan JKK.
3. Santunan Kecacatan
-) Cacat Sebagian Anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x upah sebulan
-) Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x
upah sebulan
-) Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan
4. Santunan kematian dan biaya pemakaman
-) Santunan Kematian sebesar = 60 % x 80 x upah sebulan, sekurang
kurangnya sebesar Jaminan Kematian
-) Biaya Pemakaman Rp3.000.000,-
-) Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat dibayar sekaligus= 24 x
Rp200.000,- = Rp4.800.000,-.
-) Rehabilitasi merupakan alat bantu (orthese) atau alat ganti (prothese) bagi
peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi. Patokan harga
ditetapkan oleh Pusat Rehabilitas Rumah Sakit Umum Pemerintah
ditambahkan 40% dari harga tersebut dan biaya rehabilitasi medik.
-) Beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang meninggal dunia atau
mengalami cacat total yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja senilai
Rp12.000.000,- (dua belas juta rupiah)
-) Terdapat masa kadaluarsa klaim 2 tahun sejak kecelakaan terjadi dan tidak
dilaporkan oleh perusahaan.
Besar Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja
Sebagai seorang pekerja baik warga negara Indonesia maupun asing haruslah memiliki
BPJS Ketenagakerjaan sebagai perlindungan atas karyawan. BPJS ketenagakerjaan ini
tidak hanya dimiliki oleh karyawan kantoran saja namun bisa diperoleh siapapun yang
memiliki pekerjaan. Tidak heran bila petani,tukang ojek ataupun para freelancer bisa
memilikinya. Program pemerintah satu ini memiliki 3 program didalamnya yakni jaminan
kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua bahkan jaminan pensiun. Begitu
lengkapnya fasilitas yang dimiliki tentu saja akan membuat karyawan merasa tenang
dalam bekerja.
Namun begitu, perbedaan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun perlu Anda
pahami agar Anda dapat mensosialisasikannya kepada para pekerja. Berikut
beberapa perbedaan mendasar yang harus Anda ketahui.
Jaminan Hari Tua Jaminan Pensiun
Dapat diambil sekaligus saat pekerja masuk usia Diterima setiap bulan saat pekerja masu
pensiun, cacat total tetap, atau meninggal usia pensiun, cacat total tetap, ata
meninggal dunia.
dunia.
Jaminan Hari Tua harus mengakumulasikan
Tarif Jaminan Pensiun didasarkan atas
iuran kemudian dijumlahkan dengan hasil
gaji, masa kerja dan faktor manfaatnya
pengembangan.
Secara garis besar, Jaminan Hari Tua dapat dianggap sebagai ‘tabungan’,
sementara Jaminan Pensiun merupakan ‘penghasilan bulanan’, yang
keduanya diterima sesudah pekerja masuk usia pensiun. Penerimaan manfaat
pensiun yang diterima secara periodik dapat dilanjutkan oleh ahli waris,
seperti janda/duda, anak, atau orangtua, sampai mereka melepaskan hak
atas manfaat pensiun (misal: janda/duda menikah lagi, atau anak sudah
berusia 23 tahun).
Baca Juga: Mendaftarkan Jaminan Hari Tua (JHT) Karyawan,
Pentingkah?
Untuk pencairan dana pensiun ini, ada yang berbeda juga. Meskipun Jaminan
Hari Tua danJaminan Pensiun dapat diambil ketika memasuki usia pensiun
sesuai aturan BPJS Ketenagakerjaan, namun uang hasil tabungan peserta JHT
boleh digunakan untuk persiapan pensiun (maksimal 10%), dan uang
perumahan (maksimal 30%). Syaratnya, sudah mengikuti program JHT ini
minimal 10 tahun. Dengan demikian, pekerja dapat merencanakan masa
pensiunnya dengan lebih baik.
Selain mendaftarkan pekerja pada BPJS Ketenagakerjaan, pastikan Anda
mengikutsertakan pekerja pada BPJS Kesehatan untuk menjamin
produktivitas mereka selama masih bekerja. Daripada perusahaan harus
menyediakan fasilitas kesehatan –yang pastinya membutuhkan anggaran
besar– lebih baik memberikan mereka pelayanan kesehatan premium melalui
klinik atau rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Baca Juga: 5 Hal tentang Jaminan Pensiun yang Perlu Diketahui HR
Sahabat Gadjian sudah melakukan pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan?
Wow, luar biasa! Permudah melakukan laporan SIPP BPJS, dan gunakan payroll
software Gadjian untuk hitung premi BPJS karyawan. Gadjian merupakan HRIS terbaik di
Indonesia, yang selalu update dengan peraturan pemerintah sehingga bayar BPJS
karyawan pun semakin lancar.
Sejatinya setiap warga negara Indonesia wajib ikut serta dalam program
Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan, baik bekerja sebagai penerima
upah (karyawan perusahaan swasta) dan pekerja bukan penerima upah
(pemberi kerja, pekerja mandiri, freelance). Memang ada perbedaan antara
pekerja penerima upah dan pekerja bukan pemberi upah, seperti:
Program Jaminan Hari Tua untuk Pekerja Penerima Upah
Pekerja penerima upah akan didaftarkan oleh perusahaan atau diri sendiri
dengan melampirkan perjanjian kerja, KTP dan kartu keluarga. Jika Anda
pindah tempat kerja, Anda wajib meneruskan kepesertaan dengan
menginformasikan program JHT kepada perusahaan baru.
Per tanggal 8 November 2016, besaran iuran adalah 5,7% dari upah
pokok. Premi tersebut dibayarkan patungan pemberi kerja (3,7%) dan
peserta (2%). Pembayaran dilakukan oleh perusahaan, maksimal tanggal
15. Jika terlambat bayar akan dikenakan denda sebesar 2% setiap
bulannya.
Pada tahun 2015, batasan paling tinggi upah yang digunakan adalah Rp 7
juta. Pembayaran dilakukan setiap tanggal 15 dan denda keterlambatan
sebesar 2%.
[Baca Juga : Pensiun Dini Lebih Banyak Manfaat atau Mudaratnya?]
Jika ternyata peserta masih dipekerjakan oleh perusahaan pada saat masa
pensiun, maka pilihan untuk mencairkannya bisa dilakukan beberapa tahun
ke depan (maksimal tiga tahun sejak memasuki usia pensiun).
Lama proses pencairan Jaminan hari tua dan Jaminan Pensiun jika ingin
sekaligus adalah lima hari sejak proses pengajuan dilakukan ke kantor
BPJS. Jika Anda ingin mengecek jumlah dana yang sudah terkumpul
beserta pengembangannya dapat dilakukan melalui aplikasi di Smartphone
atau di website BPJS.