Anda di halaman 1dari 17

Panduan Lengkap Program BPJS

Ketenagakerjaan: Jaminan Hari Tua,


Jaminan Pensiun, Jaminan Kematian
dan Jaminan Kecelakaan Kerja

1. Jaminan Hari Tua


Peraturan tentang Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program
Hari Tua. Dilansir dari situs resmi BPJS Ketenagakerjaan, manfaat JHT adalah
berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi dari iuran dan
hasil pengembangannya.

Menariknya, hasil pengembangan JHT disebut selalu berada di atas deposito


bank pemerintah. Pada tahun 2016, misalnya, rata-rata tingkat suku bunga
deposito bank pemerintah selama dua belas bulan adalah sekitar 4,88%.
Sementara itu, hasil pengembangan JHT berkisar pada angka 7,19%.

Manfaat program Jaminan Hari Tua

Nantinya, manfaat JHT baru akan diberikan jika karyawan telah mencapai usia
56 tahun/meninggal dunia/mengalami cacat total tetap, berhenti bekerja dan
telah memenuhi masa kepesertaan selama lima tahun dan masa tunggu satu
bulan, atau pergi ke luar negeri dan tidak kembali lagi.

Anda juga bisa mengambil manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun,
dengan syarat kepesertaan Anda di JHT BPJS Ketenagakerjaan sudah
berlangsung sepuluh tahun. Ketentuan pengambilan manfaatnya sebagai
berikut:

– Diambil maksimal 10% dari total saldo sebagai persiapan usia pensiun

– Diambil maksimal 30% dari total saldo untuk uang perumahan


– Pengambilan sebagian ini hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi
peserta

Namun, bagaimana jika Anda memutuskan untuk menunda masa pensiun? Tak
perlu khawatir, apabila Anda masih bekerja setelah usia melampaui 56 tahun,
manfaat JHT akan diberikan saat Anda berhenti bekerja.

Peserta program Jaminan Hari Tua

Peserta yang dapat mengikuti program JHT meliputi:

a. Penerima upah selain penyelenggara negara

– Semua pekerja, baik yang bekerja pada perusahaan dan perseorangan

– Orang asing yang bekerja di Indonesia lebih dari enam bulan

b. Bukan penerima upah

– Pemberi kerja

– Pekerja di luar hubungan kerja/mandiri

– Pekerja bukan penerima upah selain poin 2

Besar iuran program Jaminan Hari Tua

Bagi para penerima upah, idealnya besar iuran JHT per bulannya diambil dari
upah, yakni sebesar 5,7% dari upah. Dari total 5,7% tersebut, sebanyak 3,7%
ditanggung perusahaan atau pemberi kerja, sedangkan 2% sisanya ditanggung
oleh karyawan sendiri. Sementara itu, bagi pekerja bukan penerima upah,
jumlah iuran JHT yang harus dibayarkan adalah sebesar 2% dari upah yang
dilaporkan.

Baik para penerima upah dan pekerja bukan penerima upah memiliki cara
pembayaran iuran JHT yang sama, yakni harus dibayarkan paling lama setiap
tanggal lima belas pada bulan berikutnya.

2. Jaminan Pensiun
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, jaminan pensiun adalah jaminan
sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal
dunia.

Beberapa dari Anda mungkin bertanya-tanya, lalu apa bedanya Jaminan


Pensiun dengan Jaminan Hari Tua?

JHT adalah tabungan yang didapatkan dari iuran yang dikeluarkan perusahaan
dan karyawan untuk bekal karyawan tersebut di masa depan. Sedangkan, JP
merupakan pendapatan bulanan untuk memenuhi hidup ketika memasuki hari
tua. Bisa dikatakan bahwa JHT berfungsi sebagai dana darurat yang bisa Anda
ambil sewaktu-waktu, sedangkan JP lebih menyerupai uang bulanan yang akan
Anda terima saat sudah tak bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Manfaat program Jaminan Pensiun

Dilansir dari website resmi BPJS Ketenagakerjaan, setidaknya ada enam jenis
manfaat program Jaminan Pensiun, yaitu:

Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT) – berupa uang tunai bulanan yang diberikan
kepada peserta saat memasuki usia pensiun hingga meninggal dunia, dengan
catatan masa iuran minimal lima belas tahun atau setara 180 bulan.

Manfaat Pensiun Cacat (MPC) – berupa uang tunai bulanan untuk peserta yang
mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan hingga tidak dapat bekerja
kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. MPC ini diberikan sampai
peserta meninggal dunia atau bisa bekerja kembali.

Manfaat Pensiun Janda/Duda (MPJD) – berupa uang tunai bulanan untuk


janda/duda yang menjadi ahli waris peserta sampai ia meninggal dunia atau
menikah lagi.

Manfaat Pensiun Anak (MPA) – berupa urang tunai bulanan untuk anak yang
menjadi ahli waris peserta (maksimal dua orang anak yang didaftarkan) sampai
dengan usia anak mencapai 23 tahun, bekerja, atau menikah.
Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT) – diberikan kepada orang tua yang
menjadi ahli waris peserta lajang, dengan catatan masa iuran peserta lajang
kurang dari lima belas tahun.

Manfaat Lumpsum – peserta hanya berhak atas manfaat berupa akumulasi


iuran ditambah hasil pengembangan apabila ia memasuki usia pensiun dan
tidak memenuhi masa iuran minimal lima belas tahun, mengalami cacat total
tetap di mana kejadian cacat tidak terjadi setelah minimal satu bulan
kepesertaan, atau peserta meninggal dunia dan tidak memenuhi masa
kepesertaan minimal setahun.

Besar iuran Program Pensiun


Jumlah iuran Program Pensiun BPJS Ketenagakerjaan adalah sebesar 3% dari
total upah bulanan karyawan atau pekerja penerima upah. Dari total 3%
tersebut, sebanyak 2% iuran ditanggung oleh pihak perusahaan, sedangkan
1% sisanya ditanggung oleh pihak karyawan sendiri.

3. Jaminan Kematian
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015, program Jaminan Kematian
adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta
program meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja.

Manfaat program Jaminan Kematian

Secara keseluruhan, jumlah manfaat Jaminan Kematian yang diterima ahli


waris dari peserta adalah sebesar Rp36 juta, dengan rincian sebagai berikut:

– Santunan sekaligus sebesar Rp16.200.000

– Santunan berkala selama 24 bulan sebesar Rp4.800.000 (24 x Rp200.000)


yang dibayar sekaligus

– Biaya pemakaman sebesar Rp3.000.000

– Bantuan beasiswa bagi satu orang anak dari peserta yang telah memasuki
masa iuran minimal lima tahun sebesar Rp12.000.000
Besar iuran Program Jaminan Kematian

Bagi karyawan atau pekerja penerima upah, jumlah iuran program JKM yang
harus dibayarkan adalah sebanyak 0,3% dari upah yang dilaporkan dan tertera
di slip gaji. Seluruh iuran tersebut ditanggung oleh pihak perusahaan.
Sedangkan, pekerja bukan penerima upah harus membayar iuran program JKM
sebesar Rp6.800 per bulannya.

Berbeda lagi dari pekerja jasa konstruksi yang jumlah iurannya didasarkan pada
nilai proyek, dimulai dari 0,21%. Khusus untuk pekerja migran, jumlah iuran
JKM dihitung bersama dengan JKK. Sebelum penempatan ke negara tujuan,
jumlah iuran JKK dan JKM sebesar Rp37.000. Selama dan setelah penempatan,
jumlah iuran bertambah menjadi Rp333.000. Jadi, setiap bulannya, pekerja
migran harus membayar total iuran sebesar Rp370.000 untuk JKM dan JKK.

4. Jaminan Kecelakaan Kerja


Manfaat program Jaminan Kecelakaan Kerja

Terdapat beberapa manfaat dari Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), diantaranya


adalah:
-) Pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan) yang meliputi
pemeriksaan dasar dan penunjang, perawatan tingkat pertama dan lanjutan,
rawat inap dengan ruang kelas setara dengan kelas 1 rumah sakit
pemerintah, perawatan intensif (ICU, ICCU, HCU), diagnostic, pengobatan
dengan obat (generic dan bermerk), pelayanan khusus, alat kesehatan dan
implant, jasa dokter dan operasi, transfusi darah serta rehabitiasi medik.

-) Santunan yang berbentuk uang, terdiri dari:

1. Penggantian biaya pengangkutan peserta yang mengalami kecelakaan


kerja/penyakit akibat kerja akan terdapat biaya pertolongan pertama pada
kecelakaan dengan nilai:
-) Angkutan darat/sungai/danau diganti maksimal Rp1.000.000,-
-) Angkutan laut diganti maksimal Rp1.500.000
-) Angkutan udara diganti maksimal Rp2.500.000

2. Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), dengan perincian penggantian,


sebagai berikut:
-) 6 (enam) bulan pertama diberikan sebesar 100% dari upah
-) 6 (enam) bulan kedua diberikan sebesar 75% dari upah
-) 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% dari upah.

3. Santunan Kecacatan
-) Cacat Sebagian Anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x upah sebulan
-) Cacat Sebagian Fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel x 80 x
upah sebulan
-) Cacat Total Tetap = 70% x 80 x upah sebulan
4. Santunan kematian dan biaya pemakaman
-) Santunan Kematian sebesar = 60 % x 80 x upah sebulan, sekurang
kurangnya sebesar Jaminan Kematian
-) Biaya Pemakaman Rp3.000.000,-
-) Santunan berkala selama 24 bulan yang dapat dibayar sekaligus= 24 x
Rp200.000,- = Rp4.800.000,-.

-) Program Kembali Bekerja (Return to Work) yang berupa pendampingan


peserta yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit dari lingkungan kerja
yang memiliki potensi kecatatan. Pendampingan mulai dari peserta masuk
rumah sakit hingga peserta kembali bekerja.

-) Kegiatan Promotif dan Preventif untuk mendukung terwujudnya


keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat menurunkan angka
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

-) Rehabilitasi merupakan alat bantu (orthese) atau alat ganti (prothese) bagi
peserta yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi. Patokan harga
ditetapkan oleh Pusat Rehabilitas Rumah Sakit Umum Pemerintah
ditambahkan 40% dari harga tersebut dan biaya rehabilitasi medik.

-) Beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang meninggal dunia atau
mengalami cacat total yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja senilai
Rp12.000.000,- (dua belas juta rupiah)

-) Terdapat masa kadaluarsa klaim 2 tahun sejak kecelakaan terjadi dan tidak
dilaporkan oleh perusahaan.
Besar Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja

Besaran iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) didasarkan pada risiko


lingkungan kerja yang besarannya dievaluasi setiap 2 tahun sekali. Rinciannya
adalah sebagai berikut:

1. Tingkat risiko sangat rendah: 0.24% dari upah satu bulan


2. Tingkat risiko rendah: 0.54% dari upah satu bulan
3. Tingkat risiko sedang: 0.59% dari upah satu bulan
4. Tingkat risiko tinggi: 1.27% dari upah satu bulan
5. Tingkat risiko sangat tinggi: 1.74% dari upah satu bulan

Perbedaan BPJS TK Dan Jaminan


Pensiun
Tags: Perbedaan BPJS TK Dan Jaminan Pensiun

Sebagai seorang pekerja baik warga negara Indonesia maupun asing haruslah memiliki
BPJS Ketenagakerjaan sebagai perlindungan atas karyawan. BPJS ketenagakerjaan ini
tidak hanya dimiliki oleh karyawan kantoran saja namun bisa diperoleh siapapun yang
memiliki pekerjaan. Tidak heran bila petani,tukang ojek ataupun para freelancer bisa
memilikinya. Program pemerintah satu ini memiliki 3 program didalamnya yakni jaminan
kematian, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua bahkan jaminan pensiun. Begitu
lengkapnya fasilitas yang dimiliki tentu saja akan membuat karyawan merasa tenang
dalam bekerja.

BPJS TK & Jaminan Pensiun


Bila dilihat dari nama fasilitas BPJS tersebut pastinya anda akan bertanya-tanya
mengenai perbedaan antara jaminan hari tua dengan jaminan pensiun. Keduanya
nampak memiliki arti yang sama namun di dalam fasilitas BPJS ketenagakerjaan
dibedakan. Tentu saja keduanya berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni
melindungi karyawan di masa depan. Pertanyaan semacam ini juga pernah diutarakan
kepada Dirut BPJS Ketenagakerjaan. Perbedaan antara keduanya bisa didapat dari arti
dan maksud kedua fasilitas itu sendiri. Jaminan hari tua merupakan tabungan yang
didapat dari iuran yang dikeluarkan perusahaan dan karyawan untuk bekal karyawan itu
sendiri di masa depan.
Sumber:http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/
Jaminan pensiun memiliki arti yang hampir sama yaitu pendapatan bulanan untuk
mencukupkan anda ketika memasuki hari tua. Ini artinya jaminan hari tua sama dengan
dana darurat atau tabungan yang bisa kita ambil sewaktu-waktu sedangkan jaminan
pensiun seperti uang bulanan yang akan kita terima saat tidak bekerja lagi dan
digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari. Perbedaan lainnya terdapat pada
perhitungan tarif yang dikenakan sebab jaminan hari tua harus mengakumulasikan
iuran kemudian dijumlahkan dengan hasil pengembangan. Hal ini tentu saja berbeda
dengan jaminan pensiun yang tarifnya didasarkan atas gaji,masa kerja dan faktor
manfaatnya.
Dana jaminan pensiun dapat diambil sekaligus namun tidak untuk jaminan pensiun.
Bagi anda pensiunan yang memakai BPJS Ketenagakerjaan akan menerima uang
setiap bulannya. Jaminan hari tua ini pun ditanggung oleh peserta BPJS
Ketenagakerjaan sedangkan jaminan pensiun ditanggung secara kolektif. Jaminan
pensiun sendiri dapat dicairkan bilamana telah berusia 56 tahun. Dana ini juga bisa
diuangkan bila pekerja meninggal dunia, meninggalkan Indonesia secara permanen
atau mengalami cacat permanen. Iuran JHT kini berkisar 5.7 persen yang mana 2 %
dari karyawan dan sisanya dari iuran perusahaan.
Jaminan pensiun sendiri memiliki tarif sekitar 3 % yang mana 2% dibebankan pada
perusahaan dan 1% untuk karyawannya. Biarpun saat ini jaminan pensiun dapat
dicairkan ketika memasuki umur 56 tahun namun pada 1 Januari 2019 usia pensiun
akan naik menjadi 57 tahun. Tiga tahun setelahnya umur pensiun akan bertambah per
tiga tahun hingga umur 65 tahun. Bila pemilik fasilitas BPJS Ketenagakerjaan
meninggal dunia maka dananya akan diberikan kepada ahli warisnya dan menerima 50
persen dari dana pensiun. Anda yang merupakan peserta BPJS juga akan menerima
kartu sebagai tanda bukti keikutsertaan.
Bagi warga negara asing jaminan pensiun tidak dapat dimiliki. Selain itu BPJS
Ketenagakerjaan juga memiliki program beasiswa bagi anak peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Selain itu juga terdapat manfaat keringanan uang muka untuk kredit
perumahan rakyat. Kelebihannya ini tentu sangat bermanfaat bagi karyawan khususnya
yang bekerja dengan resiko kematian yang tinggi. Selain BPJS Ketenagakerjaan
pemerintah juga mewajibkan perusahaa untuk mengikutkan karyawannya dalam BPJS
Kesehatan. Bilamana BPJS Ketenagakerjaan ini melindungi pekerja selama bekerja
maka BPJS Kesehata akan melindungi pekerja beserta keluarga di hari-hari biasa atau
di luar pekerjaan.

Perbedaan Jaminan Hari Tua dan Jaminan


Pensiun BPJS Ketenagakerjaan
B Y S YI TI R OM MA L L A O N MA R CH 16 , 2 018
POST VIEWS: 33,892

Sebagai Divisi HR, Anda sangat memperhatikan kesejahteraan pekerja,


termasuk mempersiapkan pensiun mereka. Anda pun ingin mendaftarkan
pekerja ke BPJS Ketenagakerjaan, tapi masih bingung akan perbedaan
Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun. Yang mana yang lebih baik?
Pada dasarnya, setiap pekerja wajib didaftarkan ke kedua program tersebut,
baik Jaminan Hari Tua maupun Jaminan Pensiun. Manfaatnya sangat besar
yaitu memastikan kemandirian ekonomi dan finansial pekerja/buruh saat
nantinya mereka sudah tidak produktif lagi. Tak hanya pekerja/buruh, ahli
waris pun dapat menjadi penerima manfaat selama memenuhi syarat dan
ketentuan berlaku.

Namun begitu, perbedaan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun perlu Anda
pahami agar Anda dapat mensosialisasikannya kepada para pekerja. Berikut
beberapa perbedaan mendasar yang harus Anda ketahui.
Jaminan Hari Tua Jaminan Pensiun
Dapat diambil sekaligus saat pekerja masuk usia Diterima setiap bulan saat pekerja masu
pensiun, cacat total tetap, atau meninggal usia pensiun, cacat total tetap, ata
meninggal dunia.
dunia.
Jaminan Hari Tua harus mengakumulasikan
Tarif Jaminan Pensiun didasarkan atas
iuran kemudian dijumlahkan dengan hasil
gaji, masa kerja dan faktor manfaatnya
pengembangan.

Iurannya sebesar 3% denga


Iurannya sebesar 5,7% dengan pembagian:
pembagian:
 3,7% dibayarkan oleh pemberi kerja
 2% dibayarkan oleh pekerja  2% dibayarkan oleh pemberi kerja
 1% dibayarkan oleh pekerja

Secara garis besar, Jaminan Hari Tua dapat dianggap sebagai ‘tabungan’,
sementara Jaminan Pensiun merupakan ‘penghasilan bulanan’, yang
keduanya diterima sesudah pekerja masuk usia pensiun. Penerimaan manfaat
pensiun yang diterima secara periodik dapat dilanjutkan oleh ahli waris,
seperti janda/duda, anak, atau orangtua, sampai mereka melepaskan hak
atas manfaat pensiun (misal: janda/duda menikah lagi, atau anak sudah
berusia 23 tahun).
Baca Juga: Mendaftarkan Jaminan Hari Tua (JHT) Karyawan,
Pentingkah?
Untuk pencairan dana pensiun ini, ada yang berbeda juga. Meskipun Jaminan
Hari Tua danJaminan Pensiun dapat diambil ketika memasuki usia pensiun
sesuai aturan BPJS Ketenagakerjaan, namun uang hasil tabungan peserta JHT
boleh digunakan untuk persiapan pensiun (maksimal 10%), dan uang
perumahan (maksimal 30%). Syaratnya, sudah mengikuti program JHT ini
minimal 10 tahun. Dengan demikian, pekerja dapat merencanakan masa
pensiunnya dengan lebih baik.
Selain mendaftarkan pekerja pada BPJS Ketenagakerjaan, pastikan Anda
mengikutsertakan pekerja pada BPJS Kesehatan untuk menjamin
produktivitas mereka selama masih bekerja. Daripada perusahaan harus
menyediakan fasilitas kesehatan –yang pastinya membutuhkan anggaran
besar– lebih baik memberikan mereka pelayanan kesehatan premium melalui
klinik atau rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Baca Juga: 5 Hal tentang Jaminan Pensiun yang Perlu Diketahui HR
Sahabat Gadjian sudah melakukan pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan?
Wow, luar biasa! Permudah melakukan laporan SIPP BPJS, dan gunakan payroll
software Gadjian untuk hitung premi BPJS karyawan. Gadjian merupakan HRIS terbaik di
Indonesia, yang selalu update dengan peraturan pemerintah sehingga bayar BPJS
karyawan pun semakin lancar.

Perbedaan Program Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun


BPJS Ketenagakerjaan

Sebagian besar masyarakat Indonesia, masih belum dapat mengetahui


perbedaan Jaminan Hari Tua dengan Pensiun.

Masih banyak orang yang cenderung menganggap keduanya memiliki


fungsi yang sama untuk kesejahteraan dimasa tua ketika sudah tidak lagi
bekerja di sebuah perusahaan.

Padahal sebenarnya masing-masing memiliki makna yang berbeda dan


tidak dapat disamakan. Apa saja perbedaan manfaat dan berapa
biayanya?
[Baca Juga : Sebelum Putuskan Pensiun, Pertimbangkan 6 Hal Berikut
Ini]

Program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan

Program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan adalah program yang


memberikan manfaat berupa uang tunai kepada pesertanya, yang akan
dibayarkan sekaligus jika peserta sudah mencapai usia 56 tahun,
meninggal dunia dan/atau cacat tetap. Besarnya uang pertanggungan
adalah akumulasi iuran yang sudah dibayarkan ditambah hasil
pengembangannya.

Sejatinya setiap warga negara Indonesia wajib ikut serta dalam program
Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan, baik bekerja sebagai penerima
upah (karyawan perusahaan swasta) dan pekerja bukan penerima upah
(pemberi kerja, pekerja mandiri, freelance). Memang ada perbedaan antara
pekerja penerima upah dan pekerja bukan pemberi upah, seperti:
Program Jaminan Hari Tua untuk Pekerja Penerima Upah
Pekerja penerima upah akan didaftarkan oleh perusahaan atau diri sendiri
dengan melampirkan perjanjian kerja, KTP dan kartu keluarga. Jika Anda
pindah tempat kerja, Anda wajib meneruskan kepesertaan dengan
menginformasikan program JHT kepada perusahaan baru.

Per tanggal 8 November 2016, besaran iuran adalah 5,7% dari upah
pokok. Premi tersebut dibayarkan patungan pemberi kerja (3,7%) dan
peserta (2%). Pembayaran dilakukan oleh perusahaan, maksimal tanggal
15. Jika terlambat bayar akan dikenakan denda sebesar 2% setiap
bulannya.

[Baca Juga : Merencanakan Dana Hari Tua dengan Menggunakan


Aplikasi Finansialku]

Program Jaminan Hari Tua untuk Pekerja Bukan Penerima Upah


Pekerja bukan penerima upah dapat mendaftarkan dirinya sendiri dengan
menyerahkan surat-surat yang dibutuhkan. Per tanggal 8 November 2016,
besaran iuran disesuaikan dengan besaran penghasilan masing-masing
peserta. Pembayaran dilakukan sendiri melalui bank, maksimal tanggal 15.
Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan

Sedangkan pensiun diberikan ketika tertanggung pensiun, meninggal atau


cacat tetap namun pemberiannya tergantung kondisi, bila ternyata masih
hidup diberikan secara bertahap hingga tetanggung meninggal dunia.

Program jaminan pensiun BPJS Ketenagakerjaan ini hanya berlaku untuk


pekerja penerima upah. Program ini akan memberikan manfaat, jika
pekerja memasuki masa pensiun (mulai dari umur 56 tahun).

Dikabarkan usia pensiun di Indonesia per 1 Januari 2019 akan naik


menjadi 57 tahun dan akan meningkat hingga maksimal usia 65 tahun.

Besaran Iuran Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan


Iuran yang harus dibayarkan adalah 3% dari upah setiap bulan. Iuran
tersebut dibayarkan patungan antara pemberi kerja (2%) dan iuran pekerja
(1%). Upah yang dijadikan standar adalah upah pokok dan tunjngan tetap.

Pada tahun 2015, batasan paling tinggi upah yang digunakan adalah Rp 7
juta. Pembayaran dilakukan setiap tanggal 15 dan denda keterlambatan
sebesar 2%.
[Baca Juga : Pensiun Dini Lebih Banyak Manfaat atau Mudaratnya?]

Manfaat Program Jaminan Hari Tua dan Pensiun


Ada banyak manfaat yang diberikan oleh program jaminan hari tua BPJS
Ketenagakerjaan antara lain :

1. Manfaat Pensiun Hari Tua (MPHT) : uang tunai bulanan yang


diberikan kepada peserta (masa iuran minimum 15 tahun / 180
bulan), saat memasuki usia pensiun sampai dengan meninggal
dunia.
2. Manfaat Pensiun Cacat (MPC) : uang tunai bulanan yang diberikan
kepada peserta yang mengalami cacat total (akibat kecelakaan dan
tidak atau cacat akibat penyakit) hingga meninggal dunia. Kejadian
cacat tersebut terjadi paling sedikit setelah 1 bulan bergabung
dengan BPJS Ketenagakerjaan dan menyebabkan cacat 80%.
3. Manfaat Pensiun Janda / Duda (MPJD) : uang tunai bulanan yang
diberikan kepada janda / duda yang menjadi ahli waris sampai
meninggal dunia atau menikah kembali (syarat ketentuan berlaku).
4. Manfaat Pensiun Anak (MPA) : uang tunai bulanan yang diberikan
kepada anak yang menjadi ahli waris peserta (maksimal 2 orang
anak) sampai usia anak mencapai 23 tahun atau bekerja atau
menikah (syarat ketentuan berlaku).
5. Manfaat Pensiun Orang Tua (MPOT) : uang tunai bulanan yang
diberikan kepada orang tua (Bapak/Ibu) yang menjadi ahli waris
peserta lajang (syarat dan ketentuan berlaku).
6. Manfaat Lumpsum : peserta mendapatkan uang tunai sejumlah
akumulasi iuran yang sudah dibayarkan ditambah hasil
pengembangan dengan syarat dan ketentuan berlaku.
7. Manfaat Pensiun Berupa Manfaat Pasti dengan syarat dan
ketentuan berlaku.

Pencairan Dana Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun

Banyak peserta yang masih belum memahami proses pencairan untuk


program Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun di BPJS
Ketenagakerjaan.
Pada proses pencairannya diperlukan beberapa dokumen penunjang,
seperti : kartu peserta BPJS ketenagakerjaan, kartu keluarga, surat
pengalaman kerja, KTP dan dokumen penunjang lainnya.

Pencairan Jaminan Pensiun dilakukan ketika peserta sudah memasuki usia


pensiun yang ditentukan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Jika ternyata peserta masih dipekerjakan oleh perusahaan pada saat masa
pensiun, maka pilihan untuk mencairkannya bisa dilakukan beberapa tahun
ke depan (maksimal tiga tahun sejak memasuki usia pensiun).

Jika peserta ingin mencairkan langsung manfaat program Jaminan


Pensiun, maka BPJS Ketenagakerjaan dapat langsung mencairkan pada
saat peserta memasuki masa pensiun.

[Baca Juga : Cara Mengecek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan]

Lama proses pencairan Jaminan hari tua dan Jaminan Pensiun jika ingin
sekaligus adalah lima hari sejak proses pengajuan dilakukan ke kantor
BPJS. Jika Anda ingin mengecek jumlah dana yang sudah terkumpul
beserta pengembangannya dapat dilakukan melalui aplikasi di Smartphone
atau di website BPJS.

Anda mungkin juga menyukai