Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Al-A’la: 4).
Peringatan dari Allah swt ini disunnahkan untuk dibaca oleh imam shalat Jum’at, maka setiap Jum’at
senantiasa kita dengar imam membaca surat Al-a’la ini. Karena memang ada haditsnya:
شيَ ِة ) َوإِنْ َوافَقَ يَ ْو َم ُ س َم َربِِّكَ األ َ ْعلَى) َو ( َه ْل أَت َاكَ َحد
ِ ِيث ا ْلغَا ْ حا َ ( قَ َرأ َ فِى ا ْلعِي َدي ِْن ب-صلى هللا عليه وسلم- ِير أَنَّ النَّبِ َّى
ِ ِّس ِب ٍ بن بَش ِ عَنْ نُ ْع َمان
ا ْل ُج ُمعَ ِة قَ َرأَهُ َما جَمِ يعا
Dari Nu’man bin Basyir bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat dua ‘Ied (hari raya)
ُ س َم َربِِّكَ األ َ ْعلَى) َو ( َه ْل أَت َاكَ َحد
ِ ِيث ا ْلغَا
membaca (شيَ ِة ْ ح ا
ِ ِّس ِب
َ ) sabbihisma rabbikal a’la dan hal ataaka hadiitsul
ghoosyiyah. Dan jika bertepatan dengan hari Jum’at maka beliau membaca kedua-duanya semua. (Hadits
Riwayat Ahmad).
Dalam praktek sekarang, biasanya imam shalat Jum’at juga membaca dua surat itu (Al-A’la dan Al-
Ghasyiyah). Ayat-ayat itu menegaskan tentang pedihnya adzab di akherat akibat kufur dan mementingkan
kehidupan dunia, sebaliknya betapa ni’matnya surga di akherat bagi yang beriman dengan beramal shalih,
sholat, zakat, mensucikan jiwanya, mengingat Allah dan sebagainya.
Namun karena dari awal tujuan kebanyakan manusia sejak disekolahkannya anak-anak kita itu untuk nantinya
biar mampu cari makan dan punya gengsi, maka pandangan hidup rata-rata masyarakat ini hanya tertuju pada
materi, kesenangan sesaat di dunia ini. Hingga apa-apa hanya diukur dengan materi. Ukuran yang dipakai di
masyarakat bukan ukuran dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tetapi ukuran materi. Semuanya diukur dengan
banyak atau sedikitnya harta. Hingga yang disebut sukses oleh masyarakat jauh berbeda dengan sukses
menurut Al-Qur’an.
Khabar-khabar gembira ramadhan dan praktek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adalah menjuruskan ke
akherat. Agar pandangan ummat ini terfokus bahwa kesuksesan yang sejati itu adalah kesuksesan akherat.
Bukan dunia. Sayangnya, walau sudah banyak diperingatkan dengan ayat-ayat dan contoh dari Nabi saw,
namun pandangan manusia tampaknya dalam mengejar kesuksesan itu ukuran suksesnya adalah sukses dunia,
yang pandangan itu sejatinya tak lebih dari hanya mengikuti Qarun (Lihat QS Al-Qashash: 79) atau bahkan
Fir’aun.
Semoga Allah melindungi kita semua dari hal yang demikian. Aamiin. (Hartono Ahmad Jaiz)
(nahimunkar.com)
Ahli Bidah
Dhori, Makan yg dihidangkan dan mereka merasa rendah dan minta dimatikan
Zaqum,
Kompromikan 3 Jenis makanan, Ada penghuni neraka yg makan Dhori, Ghislin, Jamum ( Bertingkat)
Atau Makanan berjenis kadang Dhori, Ghislin, Zaqum lapar dan harus dimakan meskipun kesakitan sprt
org yng diaputasi