Anda di halaman 1dari 7

10 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 3, Nomor 1, Maret 2015, Halaman 10–16

Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ Jurnal Pendidikan Sains


ISSN: 2338-9117/EISSN: 2442-3904 Vol. 3 No. 1, Maret 2015, Hal 10–16

Efektivitas Model Siklus Belajar 5E Terhadap Keterampilan


Proses Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Akmal Gazali1), Arif Hidayat2), Lia Yuliati2)


1)
SMPN 1 Batukliang Utara Lombok Tengah
2)
Pendidikan Fisika–Universitas Negeri Malang
E-mail: akmalgazali81@yahoo.co.id

Abstract: This study aims at investigating the effectiveness of 5E Learning Cycle towards science
process skill and critical thinking skill compare to the EEC (Exploration, Elaboration, Confirmation)
strategy, and examining the relation between science process skill and critical thinking skill. This
study was a semi-experimental study with posttest-only control group design. The population of
this study was an Eight Graders of Junior High School 1 Batukliang Utara and it used simple random
sampling technique. The data obtained were used test and observation sheets. Further, the data
were analysed using descriptive statistics and t-test testing inferential parametric and product moment
correlation. The result of this study showed: (1) students’science process skill is higher in 5E Learning
Cycle compare to EEC, (2) students’ critical thinking skill is higher in 5E Learning Cycle compare to
EEC, (3) students’science process skill is positively and significantly correlated with students critical
thinking skill in 5E Learning Cycle.

Key Words: 5E learning cycle, science process skill, critical thinking skill

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas model siklus belajar 5E terhadap keterampil-
an proses sains dan kemampuan berpikir kritis dibanding strategi EEK, dan mengetahui hubungan
antara keterampilan proses sains dengan kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu dengan desain posttest-only control group. Populasi penelitian adalah siswa ke-
las VIII di SMPN 1 Batukliang Utara. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan lembar observasi. Teknik analisis data
menggunakan statistik deskriptif dan inferensial parametrik uji t-test dan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterampilan proses sains siswa yang belajar menggunakan
model siklus belajar 5E lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan strategi EEK, (2)
kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakan model siklus belajar 5E lebih tinggi di-
bandingkan dengan siswa yang belajar dengan strategi EEK, (3) ada hubungan yang signifikan dan
positif antara keterampilan proses sains dengan kemampuan berpikir kritis pada siswa yang belajar
menggunakan model siklus belajar 5E.

Kata kunci: model siklus belajar 5E, keterampilan proses sains, kemampuan berpikir kritis

P
embelajaran IPA hendaknya menekankan Keterampilan proses sains merupakan cara
pada pemberian pengalaman langsung untuk membelajarkan IPA sebagai proses. Pernyataan ini
mengembangkan kompetensi siswa. Salah sa- sesuai dengan paradigma konstruktivis yaitu mene-
tu faktor yang terpenting dalam pembelajaran IPA kankan pada pentingnya siswa membangun sendiri
adalah melibatkan siswa secara aktif untuk berinter- pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif pada
aksi dengan objek konkrit dalam proses pembelajaran proses belajar mengajar. Pentingnya penerapan kete-
(Handayanto, 2003:3). Pembelajaran dengan pola ini rampilan proses sains dalam pembelajaran berdam-
sering disebut sebagai pendekatan proses. Pembela- pak pada pemahaman konsep dan prestasi belajar
jaran IPA dengan pendekatan proses melibatkan be- siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pende-
berapa keterampilan proses sains. katan keterampilan proses dapat meningkatkan pres-

10
10 Artikel diterima 18/06/2014; disetujui 18/1/2015
Gazali, Hidayat, Yuliati–Pengaruh Strategi Pembelajaran, Kemampuan Akademik.....11

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

No. Sub variabel Deskripsi kemampuan


1 Memfokuskan Menentukan masalah dan tujuan
2 Memperoleh informasi Mengamati
3 Mengorganisasi Membandingkan, mengklasifikasikan
4 Menganalisis Mengidentifikasi hubungan dan ide pokok
5 Menggeneralisasi Meramalkan
6 Melakukan evaluasi Menetapkan kriteria dan memverifikasi hasil penelitian
(Ennis, 1993:83-85)

tasi belajar (Yuliani, dkk., 2012). Pendekatan kete- Peran pembelajaran model siklus belajar 5E ter-
rampilan proses sains akan mengarahkan siswa pada hadap kemampuan berpikir kritis ditunjukkan hasil
pengembangan kemampuan berpikir kritis. Pada da- penelitian yang sudah dilakukan. Pembelajaran yang
sarnya prosedur keterampilan proses menurut pende- menggunakan model siklus belajar 5E dapat mening-
katan psikologi meningkatkan kemampuan berpikir katkan kemampuan berpikir kritis (Appamaraka, dkk.
kritis (Sunaryo, 2012:214). 2009; Santyasa, 2008). Pembelajaran model siklus
Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi belajar 5E dapat meningkatkan prestasi belajar, kete-
yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komu- rampilan proses sains dan berpikir kritis (Budprom,
nikasi, informasi dan argumentasi (Fisher, 2008:10). dkk., 2010).
Kemampuan berpikir kritis terdiri atas 6 sub variabel
seperti pada Tabel 1.
Seseorang dikatakan memiliki kemampuan ber- METODE
pikir kritis jika orang tersebut mampu menginterpre- Penelitian eksperimen semu ini dilaksanakan di
tasi, menganalisis, mengevaluasi, menyimpulkan, SMP Negeri 1 Batukliang Utara pada semester gasal
menjelaskan hasil pemikirannya, dan cara membuat tahun pelajaran 2013/2014. Desain yang digunakan
keputusan (Facione, 2011:7). Kemampuan berpikir adalah posttest-only control group design, yang
tersebut merupakan salah satu keterampilan pada menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
teori metakognitif yang dilandasi paradigma konstruk- Penentuan sampel dilakukan dengan teknik probabil-
tivistik (Yamin, 2008:10). ity sampling dengan simple random sampling. Tek-
Salah satu model yang didasarkan pada teori nik pengumpulan data menggunakan tes tulis, tes
belajar konstruktivis adalah model siklus belajar 5E. praktik, dan non tes. Pengumpulan data dengan me-
Model pembelajaran ini terdiri atas 5 fase, yaitu en- tode tes tulis digunakan untuk mendapatkan data ke-
gage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. mampuan proses sains dan kemampuan berpikir kri-
Pada fase engage (melibatkan), guru membantu sis- tis. Tes praktik dilakukan untuk memperoleh data ke-
wa untuk menggali pengetahuan awal siswa dan terampilan proses sains. Metode non tes berupa lem-
mengungkap miskonsepsi terhadap topik yang akan bar observasi digunakan untuk memperoleh data kete-
dipelajari. Pada fase explore (mengeksplorasi), sis- rampilan proses sains.
wa diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara fi- Analisis data dilakukan dengan menggunakan
sik dan mental terhadap masalah yang dibahas se- teknik statistik deskriptif dan inferensial parametrik.
hingga siswa memperoleh suatu konsep baru, proses Teknik statistik deskriptif digunakan untuk mendes-
belajar dan keterampilan. Pada fase explain (menje- kripsikan data dalam bentuk tabel dan grafik. Teknik
laskan), siswa menjelaskan konsep baru yang diper- analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis.
oleh pada fase eksplorasi. Pada fase elaborate Statistik yang digunakan adalah uji t-tes dan statistik
(mengelaborasi), siswa dilibatkan pada suatu diskusi korelasi product moment.
kelompok yang membahas suatu situasi atau perma-
salahan baru sehingga siswa dapat menerapkan kon-
sep yang telah ditemukan sebelumnya. Pada fase HASIL DAN PEMBAHASAN
evaluate (mengevaluasi), siswa diajak untuk meng-
Hasil tes keterampilan proses sains pada kelas
ingat kembali kegiatan yang telah dilakukan selama
yang belajar menggunakan model siklus diperoleh
pembelajaran berlangsung (Bybee, 2006:12).
skor rata-rata sebesar 84,8. Tingkat kemampuan
12 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 3, Nomor 1, Maret 2015, Halaman 10–16

Gambar 1. Grafik Tingkat Kemampuan Siswa Pada Masing-masing Indikator Keterampilan


Proses Sains

Gambar 2. Grafik Tingkat Kemampuan Siswa Hasil Tes Pada Masing-masing Indikator
Kemampuan Berpikir Kritis

siswa pada masing-masing indikator Keterampilan engage (pelibatan) sebagai tahap awal dari pembela-
Proses Sains ditunjukkan pada Gambar 1. jaran model siklus belajar 5E, melibatkan indikator
Hasil tes kemampuan berpikir kritis pada kelas keterampilan proses sains, yaitu kemampuan siswa
yang belajar menggunakan model siklus belajar 5E untuk mengajukan pertanyaan. Tahap engage yang
memperoleh skor rata-rata 78. Tingkat kemampuan terus-menerus pada setiap kali pembelajaran akan
siswa untuk masing-masing indikator kemampuan berdampak pada pengembangan kemampuan siswa
berpikir kritis ditunjukkan pada Gambar 2. untuk mengajukan pertanyaan. Tahap eksplorasi yang
Pembelajaran model siklus belajar 5E berpenga- dilaksanakan pada setiap pertemuan membawa
ruh terhadap keterampilan proses sains. Pada tahap dampak positif pada pengembangan kemampuan sis-
Gazali, Hidayat, Yuliati–Pengaruh Strategi Pembelajaran, Kemampuan Akademik.....13

wa khususnya indikator melakukan pengamatan, me- belajaran model 5E dapat meningkatkan keterampilan
ngelompokkan data, menginterpretasi, memprediksi, proses sains (Ergin, 2012). Selain itu, penerapan mo-
mengajukan pertanyaan terkait hasil percobaan, del pembelajaran siklus belajar 5E yang terdiri atas
membuat hipotesis, merencanakan percobaan, dan tahap pelibatan, tahap penyelidikan/eksplorasi, tahap
menggunakan alat dan bahan. Kegiatan pembelajar- penjelasan/pengenalan konsep, tahap penggalian, dan
an yang mengarah pada kegiatan eksplorasi khusus- tahap penilaian dapat meningkatkan keterampilan in-
nya percobaan mendukung pernyataan Trianto kuiri dan pemahaman konsep (Aryulina, 2009).
(2007:103), pembelajaran IPA menekankan pada Pembelajaran model siklus belajar 5E melibatkan
pengalaman langsung untuk mengembangkan kom- kemampuan bertanya terutama pada fase pelibatan.
petensi peserta didik untuk memahami alam sekitar Siswa dilatih untuk melakukan aktivitas kognitif yaitu
melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”. Proses menganalisis pengetahuan atau pengalaman sebe-
“mencari tahu” meliputi mengamati, mengukur, meng- lumnya dengan informasi yang disampaikan oleh guru.
golongkan, mengajukan pertanyaan, mengklasifikasi- Jika seorang anak bertanya “mengapa”, maka hal
kan, mengolah dan menganalisis data menerapkan tersebut merupakan sinyal bahwa mereka memerlu-
ide pada situasi baru, menggunakan peralatan seder- kan penjelasan dapat mereka mengerti (Yunarti,
hana serta mengomunikasikan. Hal senada diungkap- 2009). Hal ini berarti mereka adalah pemikir kritis.
kan oleh Esler dan Esler (1984:72–79) mengelom- Kegiatan menganalisis ini merupakan indikator ke-
pokkan keterampilan proses sains menjadi keteram- mampuan berpikir kritis (Walker & Finney, 2006:14).
pilan proses dasar dan keterampilan proses integrasi. Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam
Keterampilan proses dasar terdiri dari observasi, pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis,
mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai infor-
menduga, memprediksi, mengetahui hubungan waktu masi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman,
dan tempat, dan mengetahui hubungan angka-angka. refleksi, di mana hasil proses ini digunakan sebagai
Kemampuan berkomunikasi merupakan salah dasar saat mengambil tindakan.
satu indikator keterampilan proses sains. Kegiatan Pada tahap eksplorasi akan melibatkan kemam-
pembelajaran yang berulang kali membawa dampak puan siswa, seperti kemampuan untuk memfokuskan
positif pada diri siswa yaitu siswa akan terbiasa sesuai dengan tujuan percobaan atau eksplorasi yang
mengungkapkan pendapat atau menarik kesimpulan dilakukan, kemampuan untuk memperoleh informasi
dari sebuah percobaan atau fenomena (Dimyati, atau data percobaan, kemampuan untuk mengorgani-
2006:140). Tahap elaborasi melibatkan beberapa ke- sasi data hasil percobaan, kemampuan untuk meng-
mampuan siswa yaitu mengajukan pertanyaan, me- analisis data setelah dilakukan pengorganisasian dan
rencanakan percobaan dan menerapkan konsep. Ke- kemampuan untuk menggeneralisasi. Berpikir kritis
mampuan tersebut merupakan indikator keterampilan menurut pendekatan psikologi (deskripsi) berfokus
proses sains sebagaimana diungkapkan oleh Rusta- pada keterampilan proses dan prosedur (Sunariyo,
man (2005:53), keterampilan proses sains terdiri atas 2012:214).
sejumlah keterampilan yang satu sama lainnya sebe- Pada kegiatan eksplorasi, siswa melibatkan ke-
narnya tak dapat dipisahkan, namun ada penekanan mampuan kognitif atau intelektualnya. Siswa akan
khusus pada masing-masing keterampilan proses ter- mengklasifikasi, menginterpretasi, memprediksi dan
sebut. Keterampilan tersebut meliputi: observasi, membuat hipotesis dari data yang didapatkan pada
mengklasifikasi, interpretasi memprediksi, mengaju- percobaan, kegiatan tersebut akan berpusat pada
kan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan perco- kognitif. Masing-masing kemampuan tersebut akan
baan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan memacu siswa untuk mengembangkan kemampuan
konsep atau prinsip dan komunikasi. Kegiatan elabo- berpikir kritis, sebagaimana pendapat Paul & Elder
rasi pada setiap kali pertemuan akan membawa siswa (2008:20) ada tiga strategi mengajarkan kemampuan-
untuk mengembangkan keterampilan proses sains kemampuan berpikir kritis, yaitu 1) building catego-
khususnya indikator mengajukan pertanyaan, meren- ries (membuat klasifikasi), 2) finding problem (me-
canakan percobaan dan menerapkan konsep. nemukan masalah) dan 3) enhancing the environ-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model 5E ment (mengatur lingkungan)”. Pendapat yang senada
dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan diungkapkan oleh Cottrell, dkk. (2005:1) mengartikan
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini mendukung berpikir kritis sebagai “suatu aktivitas kognitif yang
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pem- berhubungan dengan pikiran”. Pada kegiatan eksplo-
14 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 3, Nomor 1, Maret 2015, Halaman 10–16

rasi juga secara langsung siswa akan menerapkan Sebagai salah satu model pembelajaran yang
informasi atau pengetahuan yang didapatkan pada berbasis konstruktivistik, model siklus belajar 5E da-
LKS untuk menyelesaikan kegiatan percobaan. Kegi- pat mengembangkan keterampilan proses sains dan
atan menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
masalah merupakan awal untuk mengembangkan merupakan salah satu keterampilan pada teori meta-
kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis mengharus- kognitif. Pada tahap eksplorasi, siswa mengembang-
kan siswa untuk menerapkan informasi dalam situasi kan keterampilan pengamatan, interpretasi (mencatat
baru dan memecahkan masalah (Putra, 2013:57). hasil pengamatan), mengelompokkan data, meramal-
Kegiatan eksplanasi akan melibatkan kemam- kan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merenca-
puan berpikir kritis pada indikator kemampuan mem- nakan percobaan dan menggunakan alat dan bahan,
fokuskan, kemampuan mengorganisasi, kemampuan yang diikuti dengan berkembangnya kemampuan ber-
menganalisis dan kemampuan menggeneralisasi. Kri- pikir kritis pada indikator kemampuan memfokuskan
teria pemikir kritis adalah mampu menginterpretasi, dan memperoleh informasi.
menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan, dapat Pada tahap eksplanasi, elaborasi, dan evaluasi,
menjelaskan apa yang dipikirkannya dan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan proses sains
orang tersebut membuat keputusan, dapat menerap- berkomunikasi dan menerapkan konsep sekaligus
kan kekuatan berpikir kritis pada dirinya sendiri (Faci- akan menuntut siswa untuk mengembangkan ke-
one, 2011:7). mampuan berpikir kritis di indikator mengorganisasi,
Tahap elaborasi, melibatkan beberapa kemam- menggeneralisasi dan melakukan evaluasi, begitu pu-
puan siswa, seperti kemampuan mengorganisasi, la sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpi-
menganalisis, menggeneralisasi, dan melakukan eva- kir kritis juga akan memiliki keterampilan berpikir
luasi. Ketika siswa menyelesaikan soal-soal latihan kritis. Hal ini didukung dengan perolehan tes yang
yang berkaitan dengan konsep yang diperoleh pada menunjukkan bahwa skor keterampilan proses sains
tahap eksplorasi, siswa akan menggunakan kemam- yang tinggi akan memperoleh skor kemampuan ber-
puan kognitif atau intelektual. Kegiatan elaborasi yang pikir kritis yang tinggi pula.
dilaksanakan setiap pembelajaran akan membiasa- Kegiatan belajar yang menekankan pada proses,
kan siswa untuk mengorganisasi, menganalisis, meng- mengantarkan siswa memahami konsep secara men-
generalisasi dan mengevaluasi materi atau konsep dalam serta akan menuntun siswa untuk mengem-
yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Kegiatan ini bangkan kemampuan berpikir kritis. Pendekatan ke-
akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis ka- terampilan proses sains akan mengarahkan siswa pa-
rena suatu aktivitas kognitif yang berhubungan de- da pengembangan kemampuan berpikir kritis. Pada
ngan pikiran (Cottrell, 2005:1). dasarnya prosedur keterampilan proses menurut pen-
Pada tahap evaluasi, siswa menggunakan semua dekatan psikologi meningkatkan kemampuan berpikir
indikator kemampuan berpikir kritis agar siswa dapat kritis (Sunaryo, 2012:214). Penelitian Appamaraka,
mengevaluasi diri dan kemajuannya. Hal ini disebab- dkk. (2009), dan Budprom, dkk. (2010) menyatakan
kan berpikir kritis merupakan interpretasi dan eva- bahwa siswa yang belajar menggunakan model siklus
luasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan belajar 5E memiliki prestasi belajar, keterampilan pro-
komunikasi, serta informasi dan argumentasi (Fisher, ses sains dan berpikir kritis lebih tinggi daripada siswa
2008:10). Menurut Yamin (2008:10) paradigma kon- yang belajar menggunakan model konvensional.
struktivistik melandasi timbulnya strategi kognitif yang
selanjutnya disebut teori metakognitif. Salah satu ke-
terampilan dalam teori metakognitif adalah keteram- SIMPULAN DAN SARAN
pilan berpikir kritis yaitu keterampilan individu dalam Simpulan
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa
argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampil-
persepsi yang benar dan rasional. Hal ini didukung an proses sains siswa yang belajar menggunakan mo-
hasil penelitian yang menyatakan bahwa model siklus del siklus belajar 5E lebih tinggi daripada keterampilan
belajar dapat meningkatkan kemampuan berpikir ting- proses sains siswa yang belajar menggunakan strategi
kat kritis (Temel, dkk., 2012; Eka dkk, 2012; Santya- EEK. Kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar
sa, 2008). menggunakan model siklus belajar 5E lebih tinggi dari
Gazali, Hidayat, Yuliati–Pengaruh Strategi Pembelajaran, Kemampuan Akademik.....15

pada kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar Bybee, W.R., Taylor, J.A., Gardner, A., Scotter, P.V.,
menggunakan strategi EEK. Siswa yang memiliki ke- Carlson, J.P., Westbrook, A., and Landes, N. 2006.
terampilan proses sains yang tinggi akan memiliki The BSCS 5E Instructional Model: Origins and
kemampuan berpikir kritis yang tinggi pula. Pada Effectiviness. Colorado Springs, CO: BSCS, 5:88–
penelitian ini terdapat perbedaan hasil tes keterampil- 98.
an proses sains dan kemampuan berpikir kritis antara Cottrell, S. 2005. Critical Thinking Skills, Developing
siswa yang belajar menggunakan model siklus belajar Effective Analysis and Argument, New York:
5E dengan siswa yang belajar menggunakan strategi Palgrave Macmillan, (Online), (http://www.d.um-
EEK. n.­edu/~jetterso/documents/Critical Thinking.pdf,
diakses 25 Januari 2013).
Apriyanti, L.Gd. E., Dantes, N., dan Partadjaya, T.R. 2013.
Saran Pengaruh Model Siklus Belajar 5E terhadap Ke-
Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah sebagai mampuan Berpikir Kritis IPA Siswa Kelas V di Desa
berikut. (1) Penelitian dapat dilakukan pada materi Penarukan. Mimbar PGSD, 1(1):1–11.
Ennis, R.H. 1993. Critical Thinking Asessment. Theory
IPA yang lainnya serta waktu penelitian yang lebih
Into Practice, 32(3):179–186.
lama. (2) Pada penelitian ini, kemampuan berpikir
Esler, W.K and Esler, M.K. 1984. Teaching Elementary
kritis siswa tidak dibedakan antara siswa yang memili-
Science, 4 ed. California: Wads Worth. Inc.
ki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan rendah
Ergin, I. 2012. Constructivist Approach Based 5E Model
sehingga perlu penelitian lanjutan yang membeda-
and Usability Instructional Physics, Turkish
kan antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir
Military Academy, Bakanlýklar 06654 Ankara,
kritis tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan
Turkey, (Online), (http://ismet.ergin@gmail.com,
berpikir kritis rendah.
oriergin-@kho.edu.tr, diakses 25 Oktober 2013).
Facione, P. A.. 2011. Critical Thinking: What It Is and
DAFTAR RUJUKAN Why It Counts, (Online), (jmorante@insightassess
ment.com, diakses 25 Oktober 2013).
Appamaraka, S., Suksringarm, P. & Singseewo,A. 2009. Fisher, A., 2008. Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga.
Effects of Learning Environment Education Using Handayanto, S.K. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika.
The 5Es-Learning Cycle Approach With The Me- Malang: JICA IMSTEP.
tacognitive Moves and The Teacher’s Handbook Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Approach on Learning Achievement, Integrated Malang: Universitas Negeri Malang.
Science Process Skill and Critical Thinking of High Paul, R., and Elder, L., 2008. The Miniatur Guide To
School (Grade 9) Students. Pakistan Journal Of Critical Thinking Concepts And Tools. Berkeley:
Sosial Sciences, 6(5):287–291. Near University of California.
Aryulina, D. 2009. Implementation Of 5E Learning Cycle Putra S. R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif
To Increase Students’ Inquiry Skills And Biology Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press
Understanding. Jurnal Kependidikan Triadik, Santyasa, I.W. 2008. Model Pembelajaran Yang Efektif
12(1). Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Astuti R., Sunarno W., Sudarisman S. 2012. Pembelajaran (Suatu Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan dan
IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Pengajaran Undiksha, 2:219–238.
Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termo- Sunaryo, W. 2012. Taksonomi Kognitif. Bandung: Rosda
difikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Karya.
Sikap Ilmiah dan Motivasi Belajar Siswa. JURNAL Temel, S., Sinem, D.O., Yilmaz, A. 2012. The Effect of
INKUIRI, 1(1):51–59. Learning Cycle Model on Preservice Chemistry
Budprom W., Suksringam P., Singsriwo A. 2010. Effects Teachers’ Understanding of Oxidation Reduction
of Learning Environmental Education Using the Topic and Thinking Skills. Journal of Science and
5E-Learning Cycle with Multiple Intelligences and Mathematics Education, 6(1):287–305.
Teacher’s Handbook Approaches on Learning Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Teori dan
Achievement, Basic Science Process Skills and Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Critical Thinking of Grade Students. Pakistan Jour- Walker, P. and Finney, N. 2006. Skill Development and
nal of Social Sciences, 7(3):200–204. Critical Thinking in Higher Education. London:
16 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 3, Nomor 1, Maret 2015, Halaman 10–16

Higher Education Research & Development Unit, jau dari Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis.
University College. Jurnal Inkuiri, 1(3):207–216.
Yamin, M. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivis- Yunarti, T. 2009. Pengajaran Berpikir Kritis. Makalah
tik. Jakarta: Gaung Persada Press (GP Press). disajikan dalam Seminar Nasional Pembelajaran
Yuliani, H., Sunarno, W., dan Suparmi. 2012. Pembelajaran Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika
Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses de- FMIPA UNY.
ngan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditin-

Anda mungkin juga menyukai