Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan atau non profit organization. Walaupun demikian kita tidak dapat menutup mata
bahwa dibutuhkan suatu sistem informasi di dalam intern rumah sakit.
Rumah Sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan di bidang kesehatan telah
memiliki otonomi,sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
sebaik baiknya dengan manajemen yang seefektif mungkin. Hal ini disebabkan oleh setiap
pengambilan keputusan yang tidak tepat akan berakibat pada inefisiensi dan penurunan
kinerja rumah sakit.
Hal tersebut dapat menjadi kendala jika informasi yang tersedia tidak mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Kecanggihan
teknologi bukan merupakan suatu jaminan akan terpenuhinya informasi, melainkan system
yang terstruktur, handal dan mampu mengakodomodasi seluruh informasi yang dibutuhkan
yang harus dapat menjawab tantangan yang dihadapi.
Sistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yaitu sistem, informasi dan
manajemen. Sistem adalah suatu himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang
terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Informasi
adalah data yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna dan bermanfaat karena
dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunkannya untuk membuat
keputusan. Manajemen adalah tindakan memikirkan dan mencapai hasil-hasil yang
diinginkan melalui usaha kelompok yang terdiri dari tindakan mendayagunakan bakat-bakat
manusia dan sumber-sumber daya.Sehingga Sistem Informasi Manajemen berarti suatu
sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi maupun informasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Jika lebih spesifik lagi Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu prosedur pemrosesan data-data baik data-
data umum Rumah Sakit maupun data-data medik pasien sehingga dapat mendukung proses
pengambilan keputusan manajemen.
Sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan, Rumah Sakit sering mengalami kesulitan dalam pengelolaan informasi baik
untuk kebutuhan internal maupun eksternal. sehingga perlu diupayakan peningkatan
pengelolaan informasi yang efisien, cepat, mudah, akurat, murah, aman, terpadu dan
akuntabel. Salah satu bentuk penerapannya melalui sistem pelayanan dengan memanfaatkan
teknologi informasi melalui penggunaan sistem Sistem Informasi berbasis komputer.
Sistem Informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi
dengan lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu, aman dan efisien,
khususnya membantu dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan kebijakan
dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang penyelenggaraan
Rumah Sakit di Indonesia.
Pemanfaatan teknologi informasi menggunakan sistem yang baik merupakan solusi
paling tepat dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan, koordinasi, efisiensi,
responsibilitas, pengawasan serta penyediaan informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Kebutuhan Sistem Informasi pada Rumah Sakit bahkan telah ditetapkan sebagai suatu
kewajiban, seperti yang tertuang pada Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit, pasal 52 ayat 1: “Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit”
.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami pengertian system informasi rumah sakit (SIRS).
2. Mengetahui fungsi SIRS pada sub-sub system di rumah sakit beserta modul-
modulnya.
3. Menerangkan pengembangan SIRS, dan lain sebagainya
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi pengertian SIRS
fungsi,kebijakan,pengintegrasian SIRS dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Sistem


Manajemen yang modern yang ada saat ini berkembang dari suatu teori dan metode
ilmiah yang kompleks. Teori dan metode tersebut didasarkan pada pendekatan secara teknik-
teknik tertentu. Suatu teknik-teknik itu harus membuat suatu pemahaman tentang organisasi
secara keseluruhan, terstruktur dan terintegrasi satu sama lainnya. .

2.1.1 Definisi sistem


Suatu sistem yang dibangun dan dikembangkan untuk menunjang proses manajerial dan
proses operasional perbankan haruslah berdasarkan tatanan teknologi yang bersaing, yaitu
teknologi yang berbasis komputer. Untuk dapat mendefinisikan sistem ada dua penekanan,
yaitu :
1. Penekanan prosedur
Prosedur adalah suatu urutan operasi klerikal (tulis-menulis), biasanya melibatkan
beberapa orang didalam satu atau lebih departemen yang berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2. Elemen atau Komponen
Suatu sistem berdasarkan penekanan pada elemem atau komponen adalah kumpulan
dari elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran
tertentu dari suatu organisasi.
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan pengertian sistem adalah sebagai
berikut :
1) Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan
suatu sasaran tertentu.
2) Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berhubungan dan bertanggung
jawab memproses masukan sehingga menghasilkan keluaran.
3) Sistem adalah kumpulan (gabungan objek atau ide) yang saling terpadu untuk
mencapai tujuan tertentu.
4) Sistem adalah sesuatu yang mempunyai tujuan dan sasaran sebagai hasil akhir.
5) Sistem adalah sebuah tatanan (keterpaduan) yang terdiri atas sejumlah komponen
fungsional yang saling berhubungan dan secara bersama-sama bertujuan untuk
memenuhi suatu proses ataupun pekerjaan tertentu.

2.1.2 Komponen Sistem


Untuk membentuk suatu sistem ada beberapa komponen yang harus dimiliki, antara
lain:
1. Perangkat keras/ hardware adalah komponen fisik berupa peralatan input, proses dan
output .
2. Perangkat lunak/ software adalah instruksi-instruksi yang membuat komputer sebagai
perangkat keras melakukan pekerjaan tertentu.
3. SDM/ brainware adalah user atau pengoperasi sistem.
4. Data adalah fakta-fakta, perkiraan-perkiraan, pendapat-pendapat yang belum memiliki
arti kegunaan.
5. Prosedur adalah instruksi-instruksi yang digunakan dalam mengoperasikan sistem.

2.1.3 Konsep Dasar Informasi


Informasi ibarat darah yang mengalir didalam tubuh organisasi, sehingga informasi
ini sangat penting didalam suatu organisasi. Informasi yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi yang menerima. Sumber dari informasi adalah data (kenyataan
yang akan menggabungkan kejadian-kejadian dan kesatuan nyata).
Beberapa definisi dari Informasi :
1. Informasi adalah data yang telah diberikan pengertian dan konteks kegunaannya serta
dikomunikasikan kepada pengguna yang membutuhkannya sebagai keputusan.
2. Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi pemakai dalam mengambil suatu keputusan.
3. Informasi sebagai data yang telah diolah dapat berupa gambar, teks, dokumen dan
suara yang telah diorganisasikan dan memiliki makna.
4. Informasi adalah hasil dari kegiatan pengolahan data yang memberikan bentuk yang
lebih berarti dari suatu kejadian.

2.1.4 Konsep Dasar Sistem Informasi


Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan, pengolahan, transakssi harian, pendukung operasi, bersifat manajerial dan
kegiatan strategi dari suatu organisasi serta penyediaan laporan-laporan yang diperlukan.bagi
pihak luar tertentu.
Sistem informasi adalah system yang menyediakan informasi yang sepesifik yang
mendukung proses pengambilan keputusan pada setiap tingkatan organisasi.
Sistem informasi adalah seperangkat tata cara,metodologi,organisasi,perangkat lunak,dan
perangkat keras yang dibutuhkan untuk memasukkan dan mengambil kembali data yang
dibutuhkan untuk menjalankan dan mengelola organisasi.

2.1.5 Konsep Dasar Analisis Sistem


Analisis sistem adalah suatu proses untuk memahami sistem yang ada, termasuk
mendiagnosa masalah dan memberikan solusi penyelesaian.
Adapun langkah-langkah menganalisis sistem informasi adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada
2. Memahami kerja sistem yang ada
3. Membuat laporan hasil analisis

2.1.6 Konsep Dasar Perancangan Sistem


Perancangan sistem dimaksudkan untuk menghasilkan sistem informasi baru yang
benar-benar dapat menjalankan semua aktifitas dengan baik sehingga dapat menghasilkan
suatu hasil yang digunakan sesuai dengan tujuan.
Perancangan sistem informasi adalah tahap setelah analisis dari siklus pengembangan
system, pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang
bangun implementasi menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk.

2.1.7 Komponen Sistem Informasi

- Blok masukan,terdiri dari kombinasi prosedur,logika dan model matematik yang akan
memanipulasi data masukan dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang
sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.Komponen ini
merupakan bahan dasar dalam pengolahan informasi.
- Blok keluaran,merupakan produk dari system informasi berupa informasi yang
berkwalitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta
semua pemakai system.
- Blok teknologi,merupakan toolbox untuk menerima masukan,menjalankan
model,menyimpan dan mengakses data,menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan
membantu pengendalian system secara keseluruhan.Teknologi terdiri dari 3 bagian
utama,yaitu teknisi,hardware dan software.
- Blok basis data,merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya,tersimpan di hardware computer dan digunakan software untuk
memanipulasinya .Terdapat 3 hal penting terkait basis data,yaitu data yang
diorganisasi dalam bentuk basis data,simpana permanen untuk basis data tersebut,dan
perangkat lunak yang digunakan untuk memanipulasinya.
- Blok kendali,merupakan mekanisme yang dirancang dan diterapkan untuk
meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak system dapat dicegah ataupun bila
terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat teratasi.

2.1.8 Jenis-jenis Sistem Informasi

1. Sistem pengelolaan transaksi,adalah system informasi terkomputerisasi yang


dikembangkan untuk memproses data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin
dan inventarisasi.
2. Sistem otomasi perkantoran,system yang dipakai untuk menganalisis informasi
sedemikian rupa untuk mentransformasikan data atau memanipulasikannya dengan
cara-cara tertentu sebelum membaginya atau menyebarkannya secara keseluruhan
dengan organisasi dan kadang-kadang dengan di luar itu.
3. Sistem kerja pengetahuan,adalah system yang mendukung para pekerja professional
seperti ilmuan,insinyur dan doctor dengan membantu mereka menciptakan
pengetahuan baru dan memungkinkan mereka mengkonstribusikannya ke organisasi
atau masyarakat.
4. Sistem informasi manajemen,merupakan system yang menghasilkan informasi
untuk kepentingan manajerial atau proses-proses manajemen organisasi.
5. Sistem pendukung keputusan,merupakan system informasi terkomputerisasi di atas
system informasi manajemen yang lebih menekankan pada fungsi mendukung
pengambilan keputusan di seluruh tahap-tahapnya.
6. Sistem pakar dan kecerdasan buatan,merupakan system yang menggunakan
pendekatan kecerdasan buatan untuk menyelesaikan masalah serta memberikannya
lewat pengguna bisnis dan secara efektif menangkap dan menggunakan pengetahuan
seorang ahli untuk menyelesaikan masalah yang alami dalam suatu organisasi.

2.2.Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)


2.2.1 . Pengertian Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan
pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasi
serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
Berikut merupakan gambar struktur hirarki dari sebuah sistem informasi rumah sakit yang
terdiri dari input,proses,output serta balikan kontrol.

Gambar 2.1 Struktur Hirarki Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)


2.2.2. Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit
Secara global sistem informasi rumah sakit terbagi atas :
1. Sistem Informasi Klinik
2. Sistem Informasi Administrasi
3. Sistem Informasi Manajemen

Masing-masing sistem bisa dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan


sebagai suatu kesatuan yang integral. Dibawah ini merupakan uraian lebih lanjut mengenai
sistem informasi rumah sakit.
1. Sistem Informasi Klinik
Merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk membantu pasien
dalam hal pelayanan medis. Contoh :
1) Sistem Informasi di ICU
2) Sistem Informasi pada alat seperti CT Scan, USG tertentu.

2. Sistem Informasi Administratif


Merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan administratif di
rumah sakit. Contoh :
1) Sistem Informasi Administratif
2) Sistem Informasi Biling System
3) Sistem Informasi Farmasi
4) Sistem Informasi Penggajian
3. Sistem Informasi Manajemen
Merupakan sistem Informasi yang membantu manajemen rumah sakit dalam
pengambilan keputusan. Contoh :
1) Sistem Informasi manajemen pelayanan
2) Sistem Informasi Keuangan
3) Sistem Informasi Pemasaran

Ketiga jenis sistem informasi diatas merupakan pembagian jenis sistem informasi rumah
sakit berdasarkan pemakaiannya dan apabila dikelompokan akan membentuk beberapa
kelompok lagi, yaitu :
1. Individual
Sistem hanya berjalan sendiri tanpa terkait dengan sistem yang lain. Contoh
a. Sistem Informasi Billing System
b. Sistem Penggajian
c.
2. Modular
Beberapa sistem dikaitkan dalam satu kelompok, sehingga tidak berjalan secara individu.
Contoh :
a. Sistem Informasi Keuangan
b. Sistem Informasi Administrasi terkait dengan Billing System.

3. Terpadu
Semua sistem terkait dan berjalan secara bersamaan serta menjadi satu kesatuan.

2.2.3 Desain SIRS


Rancang Bangun Rumah Sakit sangat bergantung kepada jenis dari rumah sakit tersebut.
Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh:
1) Departemen Kesehatan,
2) Departemen Dalam Negeri,
3) TNI,
4) BUMN.
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)
b. Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang
sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang mencari
keuntungan (profit)
Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Umum
Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 4 tingkatan,
sebagai berikut:
1) Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik dan subspesialistik yang luas.
2) Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik dan subspesialistik yang terbatas.
3) Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik yang terbatas, seperti penyakit dalam, bedah, kebidanan dan anak.
4) Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
dasar.
Untuk Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 3 tingkatan
sebagai berikut:
1) Rumah Sakit Umum Pratama, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
umum,
2) Rumah Sakit Umum Madya, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik,
3) Rumah Sakit Umum Utama, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik dan subspesialisitik.

b. Rumah Sakit Khusus


Rumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini melakukan penanganan
untuk satu atau beberapa penyakit tertentu dan layanan medis subspesialistik tertentu. Yang
masuk dalam kelompok ini diantaranya: Rumah Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dsb.

2.2.4 Fungsi SIRS


Berikut ini beberapa fungsi dari SIRS di bagian-bagian sub system yang ada dalam
system (rumah sakit), yaitu :
a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupun
tenaga administrative Rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
e. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam
rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan
habis pakai lainnya.
f. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam
rumah sakit tersebut,termasuk pengelolaan data untuk plan jangka
panjang,menengah,pendek,pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar.

Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul


yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut
menjadi :
1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar.
Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan
info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah,
anak,obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi,
radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan.
Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan dalam
rekam medis.
3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi
dokter,hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG,
EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan,
rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara
langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga
mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang,
manajemen deposit dan lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-
obatan.
2.2.5 Manfaat Sistem Informasi rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit memiliki beberapa manfaat yang didapat apabila sebuah
rumah sakit menerapkanya dengan baik. Dibawah ini merukan contoh manfaat yang didapat
apabila menggunakan sistem informasi rumah sakit.
1. Pengendalian mutu pelayanan medis,
2. Pengendalian mutu dan penilaian produktivitas,
3. Analisa pemanfaatan dan perkiraan kebutuhan,
4. Perencanaan dan evaluasi program,
5. Menyederhanakan pelayanan,
6. Mengembangkan dan memperbaiki sistem yang telah ada sehingga memberikan suatu
nilai tambah bagi manajemen,
7. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pengelolaan rumah sakit.

2.2.6 Konsep Dasar Pengembangan SIRS


Sistem informasi yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karna beberapa
hal,yaitu :
a. Adanya permasalahan yang timbul pada sistem lama
b. Untuk memperoleh peluang
c. Adanya instruksi
Adapun dampak dari pengembangan SIRS adalah sebagai berikut :
1. Terjadi peningkatan kinerja para pegawai dalam organisasi,
2. Adanya peningkatan informasi yang dibutuhkan organisasi,
3. Meningkatnya efisiensi,
4. Meningkatnya pengendalian,
5. Meningkatnya operasional pelayanan.

Berikut konsep-konsep dasar pengembangan SIRS, yaitu :


a) System informasi tidak indentik dengan system komputerisasi (system informasi
dengan cara manual dan system informasi berbasis computer/Computer Based
Information System atau CBIS),
b) Sistem informasi adlah system yang dinamis,yaitu ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi dengan konsekuensi perkembangan informasi tidak pernah
berhenti,
c) System informasi mengikuti siklus hidup system,yaitu lahir (berubah dari system
lain), berkembang,mantap dan mati (berubah menjadi system lain) dengan
konsekwensi ada umur layak guna,dimana umur layak guna ditentukan oleh
perkembangan organisasi,perkembangan teknologi,dan perkembangan tingkat
kemampuan user (tingkat pemahaman TI,tingkat kemampuan belajar,dan tingkat able
beradaptasi atau yang dikenal dengan End User Computing/EUC,
d) Daya guna system informasi ditentukan oleh tingkat integritas system informasi itu
,artinya perlu adanya sinkronisasi antara aspek manual (yang berisi prosedur
operasional standar)sangat dipengaruhi oleh karakteristik user termasuk abling
manajerial pimpinan organisasi dengan aspek otomasi/computer yang dipengaruhi
oleh abling teknik pengembang,

e) Keberhasilan program ditentukan oleh strategi yang dipilih atau tahapan-tahapan


dalam pengembangan SIRS, yaitu pembuatan rencana induk pengembangan,
pembuatan rancangan global (penjabaran system sampai ke aplikasi,keterkaitan antara
sub-sub system dsb),pembuatan rancangan detail/rinci (pembuatan kamus elemen
data,data flow diagram,dsb),implementasi (pengembangan software aplikasi),dan
operasionalisasi. Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai factor
seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu system informasi siap
dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan
organisasi dan perkembangan teknologi.

f) Pengembangan dengan pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh


(holistic).Adapun kelemahan pendekatan berdasarkan struktur organisasi di antaranya
struktur organisasi seringkali tidak menggambarkan fungsi-fungsi yang ada dalam
organisasi tersebut,dan terjebak dalam kompleksitas struktur organisasi dan
kelemahan berdasarkan secara sektoral/segmental di antaranya ada system yang tidak
terditeksi,menghasilkan system yang terfrekmentasi dan kesulitan dalam proses
integrasi,

g) Informasi telah menjadi asset organisasi.Penguasaan informasi internal dan eksternal


merupakan salah satu keunggulan kompetitif dan keberadaan informasi tersebut
(menentukan kelancaran dan kwalitas kerja,menjadi ukuran kinerja organisasi,dan
menjadi acuan atau menentukan peringkat organisasi dalam persaingan baik di tingkat
local maupun global) serta biaya pengembangan dan pemeliharaan SI,

h) Penjabaran system dengan struktur hirarkis yaitu ada system (terdiri dari 1/lebih
subsistem),sub system (terdiri dari 1/lebih modul),modul (terdiri dari 1/lebih sub
modul),dan sub modul (terdiri dari 1/lebih aplikasi).

2.2.7 Kriteria dan Kebijakan Pengembangan SIRS


Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal
penting yaitu kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS dan sasaran pengembangan SIRS
tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan
spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut:
a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
b. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam
jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
c. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan
maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
d. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada
maupun yang sedang dikembangkan.
e. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan dimasa datang.
f. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang
berarti (rate of return) dalam waktu yang relative singkat.
g. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
h. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
i. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi
petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi computer (user friendly).
j. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan
adaptasi dengan sistem yang baru.
k. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat
terhadap perngembangan SIRS.

2.2.8 Sasaran Pengembangan SIRS


Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran Pengembangan SIRS,
sebagai berikut :
1. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan
(auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable)
oleh unit-unit yang ada di lingkungan Rumah sakit.
2. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi
cukup lengkap dan terpadu.
3. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat
dinamis.
4. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.
5. Terjaminnya konsistensi data.
6. Orientasi ke masa depan.
7. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada
maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan
mempertimbangkan integrasinya sesuai rancangan global SIRS.

2.2.9 Pengintegrasian SIRS


Pengintegrasian SRS merupakan suatu hal yang penting dalam SIRS yang baik.Secara
manual integrasi dapat juga dicapai,misalnya dari data satu bagian dibawa ke bagian yang
lain dan oleh petugas administrasi data tersebut digabung dengan data dari system
lain.Berbagai system di RS dapat saling berhubungan dengan system yang lain melalui
berbagai cara yang sesuai dengan kebutuhannya.Aliran informasi di antara system sangat
bermanfaat bila data dari suatu yang tersimpan dalam suatu system diperlukan juga oleh
system yang lainnya, atau output suatu system menjadi input bagi system lainnya.
Keuntungan utama dari integrasi system SIRS adalah membaiknya arus informasi di
dalam RS mengingat bahwa RS memilki berbagai unit yang operasionalnya saling
tergantung.Atau keuntungan itu merupakan sifatnya yang mendorong manajer untuk
mendistribusikannya/mengkomunikasikan informasi yang dihasilkan oleh
department/bagian/unitnya agar secara rutin mengalir ke system lain yang dibutuhkan.

3.1 Undang-Undang/Peraturan Ttng Sistem Informasi


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013 Tentang
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Menimbang :
a) Bahwa sesuai ketentuan Pasal 52 ayat (1) Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk sistem informasi
manajemen rumah sakit.
b) bahwa pembentukan sistem informasi manajemen rumah sakit dilakukan dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan rumah sakit di
Indonesia.
c) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan
Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 585), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 741);
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah
suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan
seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi,
pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan
akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
3. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi,
indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia yang saling
berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan
yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

Pasal 2
Pengintegrasian dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk kemampuan komunikasi data (interoperabilitas).
Pasal 3
1. Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS.

2. Penyelenggaraan SIMRS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan


aplikasi dengan kode sumber terbuka (open source) yang disediakan oleh
Kementerian Kesehatan atau menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit.

3. Aplikasi penyelenggaraan SIMRS yang dibuat oleh Rumah Sakit sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh
Menteri .

Pasal 4
1. Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS.

2. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan SIMRS sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit yang meliputi:

a. kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi,


kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional;

b. kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi masalah dan


kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan manajerial; dan

c. budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan


pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.

Pasal 5
1. SIMRS harus dapat diintegrasikan dengan program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah serta merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
2. Pengintegrasian dengan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk kemampuan komunikasi data
(interoperabilitas).
3. SIMRS harus memiliki kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) dengan:
a. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN);

b. Pelaporan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).

c. Indonesia Case Base Group’s (INACBG’s).


d. aplikasi lain yang dikembangkan oleh Pemerintah; dan

e. sistem informasi manajemen fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

4. Kemampuan komunikasi data (interoperabilitas) dengan Sistem Informasi dan


Manajemen Barang Milik Negara (SIMAK BMN) sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a, paling sedikit mencakup pengkodean barang.

Pasal 6
1. Arsitektur SIMRS paling sedikit terdiri atas:
a. kegiatan pelayanan utama (front office);
b. kegiatan administratif (back office); dan
c. komunikasi dan kolaborasi
2. Selain arsitektur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Rumah Sakit dapat
mengembangkan SIMRS dengan menambahkan arsitektur pendukung yang berupa
Picture Archiver System (PACS), Sistem Manajemen Dokumen (Document
Management System), Sistem Antar Muka Peralatan Klinik, serta Data Warehouse
dan Bussines Intelegence.

Pasal 7
SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3 (tiga) unsur yang
meliputi keamanan secara fisik, jaringan, dan sistem aplikasi.

Pasal 8
Penyelenggaraan SIMRS harus dilakukan oleh unit kerja struktural atau fungsional di dalam
organisasi Rumah Sakit dengan sumber daya manusia yang kompeten dan terlatih.

Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan SIMRS sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 10
1. Menteri melalui Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan urusan di bidang Bina
Upaya kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi melalui Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
SIMRS sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.

2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:

a. meningkatkan mutu penyelenggaraan SIMRS; dan

b. mengembangkan penyelenggaraan SIMRS.

3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


melalui:

a. advokasi dan sosialisasi;

b. pendidikan dan pelatihan;

c. bimbingan teknis; dan/atau

d. pemantauan dan evaluasi

Pasal 11
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua Rumah Sakit yang telah
menyelenggarakan SIMRS harus menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 2
(dua) tahun.

Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
3.2 Alur Dari Sistem Informasi Yang Ada Disaranakesehatan Rumah Sakit.
3.2.1 Strategi
Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi, misi dan
strategi organisasi. Secara generik fungsi Rumah Sakit (menurut WHO tahun 1957),
memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan,
Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian
biososial. Rumah sakit juga merupakan pusat pelayanan rujukan medik spsialistik dan sub
spesialistik dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitasi pasien).
Dengan demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras dengan
bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk informasi riwayat
kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional
(termasuk informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank data
Keberhasilan implementasi sistem informasi bukan hanya ditentukan oleh teknologi
informasi tetapi juga oleh faktor lain, seperti proses bisnis, perubahan manajemen, tata kelola
IT dan lain-lainnya. Karena itu bukan hanya teknologi tetapi juga kerangka kerja secara
komprehensif sistem informasi Rumah Sakit.

3.2.2 proses bisnis


1. Pelayanan Utama (Front Office)
Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya),
tetapi secara umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses
pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang (seperti pada gambar berikut).
Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat dan
pulang. Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan
dan tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari dokter
(misalnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat. Jadi dokter
dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order berasal
dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order communation
system.
2. Pelayanan Administratif (Back-Office)
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang,
mesin/alat kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai
dan sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses
umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory,
pengelolaan Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan
lainnya). Proses back office ini berhubungan/link dengan proses pada front office,
digambarkan berikut ini.
Proses

Proses bisnis data tidak terstruktur


Proses-proses bisnis tersebut di atas yang melibatkan data-data terstruktur, yang dapat
dikelola dengan relational database management system, selain itu terdapat proses bisnis
yang melibatkan data yang tidak terstruktur seperti alur kerja, surat diposisi, email,
manajemen proyek, kolaborasi, team work, manajemen dokumen dan sejenisnya.
4.1 Arsitektur infrastruktur
Kebutuhan infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya untuk kebutuhan
Sistem informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk berbagai hal, seperti
jalur telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical Equipment dan lain-lain.

Untuk mendukung pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan komunikasi data yang
disyaratkan adalah:
1. meningkatkan unjuk kerja dan memudahkan untuk melakukan manajemen lalu lintas data
pada jaringan komputer, seperti utilisasi, segmentasi jaringan, dan security.
2. membatasi broadcase domain pada jaringan, duplikasi IP address dan segmentasi jaringan
menggunakan VLAN (virtual LAN) untuk setiap gedung dan atau lantai.
3. memiliki jalur backbone fiber optik dan backup yang berbeda jalur, pada keadaan normal
jalur backup digunakan untuk memperkuat kinerja jaringan/redudant, tapi dalam keadaan
darurat backup jaringan dapat mengambil alih kegagalan jaringan.
4. Memanfaatkan peralatan aktif yang ada, baik untuk melengkapi kekurangan sumber daya
maupun sebagai backup.
5. dianjurkan pemasangan oleh vendor jaringan yang tersertifikasi (baik perkabelan maupun
perangkat aktif).
6. dokumentasi sistem jaringan lengkap (perkabelan, konfigurasi, uji coba, dan sejenisnya)
baik hardcopy maupun softcopy.
7. mengingat penggunaan jaringan yang komplek kedepan, maka perangkat aktif
mengharuskan pengelolaan bertingkat, seperti adanya:
a. core switch yang merupakan device vital dalam local area network di Rumah Sakit dimana
core switch ini sebagai bacbone lan dan sentral switch yang berperan dalam prosessing semua
paket dengan memproses atau men-switch traffic secepat mungkin).
b. distribution switch yang merupakan suatu device antara untuk keperluan pendistribusian
akses antar core switch dengan access switch pada masing-masing gedung, dimana antara
sebaiknya distribution switch dan core switch terhubung melalui fiber optic.
c. acces switch yang merupakan suatu device yang menyediakan user port untuk akses ke
network
4.1.1 Arsitektur data
Untuk menghindari pulau-pulau aplikasi dan memudahkan Kementerian Kesehatan
mengolah data yang homogen, maka perlu dibuat arsitektur data yang baik, untuk
mengakomodir kebutuhan informasi para pengguna. Beberapa aspek harus diperhatikan
dalam membangun arsitektur data:
1. Kodefikasi
Kodefikasi selain keharusan untuk otomatisasi/komputerisasi, juga diperlukan untuk
integrasi dan penglolaan lebih lanjut seperti statistik.
2. Mapping
Karena sering berbeda keperluan kodefikasi data, maka diperlukan mapping data
untuk integrasi dan pengelolaan lebih lanjut, misalnya mapping kodefikasi antara tarif dengan
kode perkiraan/chart of account, mapping kode kabupaten/kota dengan provinsi dan
sejenisnya.
3. Standar pertukaran data antar aplikasi
Beberapa software aplikasi yang terpisah, membutuhkan standard pertukaran data
agar dapat berkomunikasi satu aplikasi dengan lainnya. Seperti Heath Level 7 (HL7),
DICOM, XML dan sejenisnya.
4. Database
Desain struktur database, sebaiknya mengacu pada best practice database Rumah
Sakit dan mengambil dari sumber terbuka serta mempertimbangkan kebutuhan informasi
stakeholder terkait.

4.1.2 Arsitektur Aplikasi


Mengingat kompleksnya proses bisnis pada Rumah Sakit, berikut ini
gambaran arsitektur minimal SIMRS yang dapat mengakomodir kebutuhan informasi.
1.Front Office
Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat dan
pulang. Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan
dan tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari dokter
(misalnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat.
Jadi dokter dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit
(seluruh order berasal dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang bisa didapat dari pembahasan makalah di atas,antara lain :
Perkembangan teknologi yang semakin meningkat kini diterapkan oleh berbagai bidang
dalam pembangunan, termasuk bidang kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Rumah sakit sebagai salah
satu pelayanan kesehatan yang mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat
kompleks, seperti pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan rujukan yang mencakup pelayanan rekam medis, dan sebagainya membutuhkan
Sistem Informasi Rumah Sakit untuk mengoptimalkan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Sistem Informasi Rumah Sakit adalah sebuah sistem informasi yang digunakan
untuk rumah sakit dimana dalam sistem informasi ini memungkinkan aliran data dari sebuah
rumah sakit bisa dilakukan secara elektronis, sehingga pelayanan kepada pasien dapat
dilakukan dengan lebih cepat, akurat dan transparan yang pada akhirnya bisa memberikan
kepuasan kepada pasien.
Tujuan Sistem Informasi Rumah Sakit adalah untuk merumuskan kebijakan bidang
perumahsakitan,menyajikan informasi rumah sakit secara nasional, melakukan pemantauan,
pengendalian, dan evaluasi penyelenggaraan rumah sakit secara nasional. Sedangkan tugas
Sistem Informasi Rumah Sakit antara lain mengatur penyimpanan dan pemantauan kondisi
pasien, manajemen dan aliran data, dan aspek keuangan. Selain itu, Faktor keberhasilan
Sistem Informasi Rumah Sakit salah satunya adalah komitmen dari manajer untuk
melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit. Komitmen yang kuat dari manajer akan
mengoptimalkan pengaplikasian Sistem Informasi Rumah Sakit sehingga pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan
sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses
pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil
sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat
yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo ( 2003 ) manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar Harapan


Muninjaya, Gde AA, 2004. Manajemen Kesehatan,ed.2. Jakarta : EGC
Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003.
Andri Kristanto, Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya, Penerbit Gava Media,
Yogyakarta, 2003.
Jogiyanto H.M., Akt., Ph.D., Analisis Analisis dan Desain Sistem Informasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2005.
Witarto, Memahami Sistem Informasi, Penerbit Informatika, 2004.
Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 82, sistem informasi manajemen
rumah sakit, Jakarta, 2013

Anda mungkin juga menyukai